Menonton Tayangan Program Acara OPERA ANAK di Trans 7)
SKRIPSI
Oleh :
Elizabeth Nisca Wain
NPM. 0743010217
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN
PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Tayangan Program Acara OPERA ANAK di Trans 7)
Oleh :
ELIZABETH NISCA WAIN 0743010217
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 12 Mei 2011
Dekan,
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si Pembimbing Utama
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si NPT: 3 7006 94 0035 1
Tim Penguji 1. Ketua
Juwito, S.Sos, M.Si NPT : 3 6704 95 0036 1
2. Sekretaris
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si NPT: 3 7006 94 0035 1
3. Anggota
di Trans 7 )
Disusun oleh :
ELIZABETH NISCA WAIN NPM. 0743010217
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si NPT: 3 7006 94 0035 1
Mengetahui, DEKAN
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
juga dukungan penuh dari keluarga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Berbagai upaya penulis dilakukan agar terciptanya laporan yang sesuai dengan peraturan dari universitas. Dalam upaya penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat dorongan semangat, sokongan ilmu untuk memasukkan data ke skripsi ini dari pihak-pihak yang memahami bidang komunikasi ini, antara lain:
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Suedarto, Mp selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito S.Sos,M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik UPN “Verteran” Jawa Timur.
4. Bapak Syaifuddin,M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis.
5. Makasih yang terbesar buat papa-mamaku, suamiku, anakku Bintang dan semua temen-temen yang selalu mendukungku Putri, Like, Riri dan semuanya….
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sumber-sumber referensi dari buku-buku yang membahas masalah komunikasi massa di Indonesia. Di samping itu juga dari pengalaman yang dikembangkan sendiri oleh penulis yang didapat dari perguruan tinggi dalam bidang yang bersangkutan. Karena itu saran dan pendapat terbuka kepada siapa saja yang membaca skripsi ini, semata-mata karena penulis menyadari akan kemungkinan adanya kekurangan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis,
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... .. v
DAFTAR GAMBAR ... ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ………. ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penelitian ... 13
1.4 Kegunaan Penelitian ... 13
1.4.1 Kegunaan Teoritis... .. 13
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 14
2.1.1 Televisi sebagai Media Komunikasi ... 14
2.1.2 Media Televisi dan Dampak Media Televisi ... 17
2.1.2,1 Media Televisi ... 17
2.1.2.2 Dampak Media Televisi ... 19
2.1.3 Teori Kebutuhan terhadap Media... 20
2.1.4 Pengertian Motif ... 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36
3.1.1 Definisi Operasional... 36
3.1.2 Pengukuran Variabel ... 40
3.1.3 Sekolah Swasta Unggulan ... 46
3.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel... 46
3.2.1 Populasi ... 46
3.2.2 Sampel dan Penarikan Sampel ... 47
3.3 Tehnik Pengumpulan Data ... 54
3.4 Metode Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 56
4.1.1 Sejarah Singkat Trans7 ... 56
4.1.2 Visi Trans7 ... 58
4.1.3 Misi Trans7 ... 59
4.2 Penyajian Analisis Data ... 59
4.2.1 Identitas Responden ... 59
4.2.3.3 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial ... 77
4.2.3.4 Motif Diversi ... 83
4.3 Kategori Secara Umun ... 88
4.4 Kategori Secara Keseluruhan ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 94
5.2 Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA
Tabel 4.1 Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 61
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas ... 63
Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Acara Opera Anak di Trans7 ... 65
Tabel 4.5 Durasi Responden dalam Menonton Program Acara ... 66
Tabel 4.6 Motif Informasi I ... 68
Tabel 4.7 Motif Informasi II ... 70
Tabel 4.8 Motif Informasi III ... 72
Tabel 4.9 Motif Informasi IV ... 74
Tabel 4.10 Motif Identitas Personal I ... 76
Tabel 4.11 Motif Identitas Personal II ... 77
Tabel 4.12 Motif Identitas Personal III ... 78
Tabel 4.13 Motif Identitas Personal IV ... 79
Tabel 4.14 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial I ... 81
Tabel 4.15 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial II ... 83
Tabel 4.16 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial III ... 85
Tabel 4.17 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial IV... 87
Tabel 4.18 Motif Diversi I... 88
Tabel 4.19 Motif Diversi II ... 90
Tabel 4.20 Motif Diversi III... 91
Tabel 4.21 Motif Diversi IV ... 92
Tabel 4.22 Motif Informasi Responden ... 93
ACARA OPERA ANAK (Study Deskriptif tentang Motif Anak SD di Surabaya dalam Menonton Tayangan Program Acara Opera Anak di Trans7)
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui motif anak SD di Surabaya dalam menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7.
Dengan menggunakan pendekatan Uses and Gratifications yang menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yang digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari anak-anak Surabaya yang menonton tayangan OPERA ANAK di Trans 7 yang berjumlah 100 anak, penarikan sampel menggunakan teknik cluster random sampling.
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa motif yang mendominasi anak-anak Surabaya dalam mnonton tayangan OPERA ANAK di Trans7 adalah motif hiburan, motif informasi serta motif integrasi dan interaksi sosial masuk kategori tinggi sedangkan motif identitas pribadi masuk dalam kategori sedang.
Kata kunci : Motif, OPERA ANAK, Deskriptif, Uses and Gratifications, Trans 7
ABSTRACTIONS
ELIZABETH NISCA WAIN, MOTIVE PROGRAM FOR CHILDREN IN THE WATCHING EVENT OPERA ANAK (Descriptive Study of Elementary School Student Motif Watch Impressions Surabaya in Opera Anak on Trans7)
This research was conducted to know the motive in Surabaya children watching programs OPERA ANAK on Trans7.
By using the Uses and Gratifications approach that shows that the main problem is not the media to change attitudes and behavior of audiences, but how the media meet the personal needs and social audiences. The research method used is descriptive quantitative with the type of data used in this research is the primary data obtained directly from respondents by using questionnaires and secondary data are used as supporting data for analysis. While the sample of this research is part of the kids are watching Surabaya OPERA CHILD on Trans 7 of the 100 children, withdrawal of sample use cluster random sampling technique.
From the results of this study can be concluded that the motives that dominate children's impressions of Surabaya in OPERA ANAK in Trans7 is entertainment motive, motive and motif information integration and social interaction into the high category while the motive of personal identity into the medium category.
1.1Latar Belakang Masalah
Media massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk informasi kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang disajikan oleh media massa (Sobur,2004:162)
Bentuk media massa ini antara lain adalah surat kabar dan majalah sebagai media cetak, serta radio dan televisi sebagai media elektronik. Suatu media massa selain ditunjang dari segi kualitas juga harus didukung oleh faktor kecepatan dan ketepatannya dalam mengulas sebuah informasi. Media massa cetak maupun elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Media massa yang sesuai dengan faktor ini adalah media massa elektronik. Salah satu media massa yang digunakan adalah televisi.
seperti telepon, telegraf, fotografi, serta rekaman suara. Terlepas dari semua itu, pada kenyataannya media televisi dapat dibahas secara mendalam, baik dari isi pesan maupun penggunaannya (Kuswandi, 1996 : 6).
Media televisi saat ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu (Morissan, 2004 : 1).
Media televisi merupakan perpaduan antara unsur-unsur film dan unsur- unsur radio. Khalayak dirumah tidak mungkin dapat menangkap siaran televisi, jika tidak ada unsur-unsur film, sebaliknya pemirsa tidak mungkin dapat mendengarkan suara dari televisi jika tidak ada unsur-unsur radio (Effendy, 1992 : 177).
memahami kedudukan serta perannya dalam masyarakat, karena informasi disini sudah menjadi kebutuhan yang sangat esensial untuk mencapai tujuan.
Pemirsa menonton televisi merupakan minat setiap manusia. Pemirsa (Television Watcher, Television Viewer) adalah sasaran komunikasi melalui
televisi siaran yang karena heterogen masing-masing mempunyai kerangka acuan
(frame of reference) yang berbeda satu sama lain. Mereka berbeda bukan saja
dalam usia dan jenis kelamin, tetapi juga dalam latar belakang sosial dan kebudayaan, sehingga pada gilirannya berbeda pula dalam pekerjaan, pandangan hidup, agama dan kepercayaan, pendidikan, cita-cita, keinginan, kesenangan dan lain sebagainnya (Effendy, 1992 : 8).
acara televisi. Karena itu hubungan antara anak-anak dan televisi menyebabkan terjadinya hubungan timbal balik diantara keduanya, dimana anak-anak tidak pernah bisa jauh dari tayangan televisi, dan sebaliknya televisi akan selalu melekat pada anak-anak sebagai sasarannya. Hubungan ini merupakan sasaran atau media yang disukai oleh masyarakat khususnya anak-anak (www.google.com/ikatan dokter anak Indonesia, september 2010)
Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat antara lain dengan hadirnya tiga belas stasiun televisi, yaitu : TVRI, RCTI, SCTV, INDOSIAR, ANTV, TV ONE, TPI, METRO TV, TRANS TV, Global TV, MNC TV dan Trans 7 yang mengudara secara nasional. Hiburan-hiburan televisi bisa berupa acara musik, film, kuis, reality show, siaran langsung olahraga. Demikian semakin banyaknya stasiun televisi, maka mengharuskan setiap stasiun televisi memiliki program acara yang beraneka ragam dan dikemas semenarik mungkin agar masyarakat menjadi tertarik untuk menonton program acara tersebut. Program-program acara yang disiarkan adalah meliputi Program-program acara berita, Program-program acara hiburan (musik dan sinetron), program acara discovery channel (ilmu pengetahuan) dan lain-lain.
dilakukan oleh Dr. Leonard Eron dan Dr. Rowen Husmann dari University of Michigan (Tempo, 25 Maret 2009).
Masa anak-anak dibagi menjadi dua bagian yaitu awal masa anak-anak dan masa akhir anak-anak . Penelitian oleh Lyle dan Hotman (1972) menyatakan bahwa anak-anak berusia 5 tahun rata-rata sudah menghabiskan sebagian waktu mereka untuk menonton televisi 2 jam per hari, sedangkan anak pada usia 7-12 tahun jumlah waktu untuk menonton televisi meloncat menjadi 4-5 jam per hari, pada usia-usia inilah kenaikan jumlah waktu rata-rata menonton televisi setelah itu jumlah ini akan stagnan atau menurun mengikuti aktivitas anak (Taufiggurahman,2003).
Sesuai dengan perkembangan jaman yang selalu maju, banyak stasiun swasta memberikan suguhan yang mengikuti trend, menarik dan tentunya selalu dikemas dalam nuansa yang selalu berbeda dengan stasiun lain. Salah satu jenis acara yang digemari seperti acara opera khusus anak-anak yang menyajikan hiburan bagi anak-anak yang diputar di Trans 7. Acara OPERA ANAK tersebut merupakan sebuah tayangan yang menjadi alternatif hiburan di tengah kejenuhan pemirsa akan tayangan–tayangan monoton seperti film anak-anak maupun film-film kartun.
program acara “Si Bolang”. Hal ini dapat disebabkan karena program acara tersebut merupakan program acara terbaru, baru diputar beberapa kali saja acara humor yang merupakan turunan dari “ Opera Van Java” ini sudah cukup menarik pemirsa, khususnya anak-anak (http//www.trans7.co.id).
Program OPERA ANAK merupakan program sketsa komedi dengan durasi 60 menit dan tayang setiap sabtu dan minggu pukul 20.00 WIB. Program ini pertama kali ditayangkan pada tanggal 6 Juni 2010 di Trans 7. OPERA ANAK adalah acara humor yang merupakan “turunan” dari acara komedi “Opera Van Java” disebut sebagai “turunan” karena peran utama pertunjukan komedi wayang manusia tersebut adalah Entis Sutisna atau yang biasa dipanggil Sule, dalam acara tersebut Sule tidak ditemani Aziz, Parto maupun Andre melainkan Sule ditemani anak-anak yaitu Nizam, Rizki, Putri dan Rizwan. Mereka bermain peran seperti di “Opera Van Java” Sule sebagai dalang yang menceritakan dongeng kemudian diperankan oleh anak-anak tersebut.
motif, maka motif anak-anak dalam menonton disini, menurut pendapat Mc Quail (2002 : 72) ada 4 Motif :
1. Motif Kognitif yaitu kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan misalnya memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum atau mencari berita tentang peristiwa dan kondisi. Motif seorang anak menonton tayangan komedi OPERA ANAK yaitu untuk mencari berita tentang peristiwa dongeng yang diceritakan oleh dalang dalam tayangan Program acara OPERA ANAK untuk mendapatkan informasi-informasi baru yang bernilai moral.
2. Motif Identitas Pribadi yaitu kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri yaitu motif anak dalam menonton tayangan OPERA ANAK adalah untuk menemukan model perilaku, panutan atau figuran dari tokoh cerita dalam setiap seri dongeng yang diperankan anak-anak pada program acara OPERA ANAK untuk dicontoh serta dapat meningkatkan pemahaman anak tentang dirinya sendiri.
dalam menonton tayangan anak, agar anak pun tidak selalu menonton tayangan orang dewasa.
4. Motif Hiburan yaitu keinginan untuk melepaskan diri dari kejenuhan, tekanan dan kebutuhan akan hiburan yaitu motif anak dalam menonton program acara OPERA ANAK adalah untuk melepaskan diri dari kejenuhan, bersantai setelah seharian sekolah untuk melepaskan ketegangan atau hanya untuk mengisi waktu luang sehingga memperoleh kenikmatan jiwa.
Kebutuhan antara satu dengan individu yang lain berbeda sehingga motif atau aktivitas penggunaan media dan tujuan akhir yang diperolehpun tidak ada yang sama. Individu bebas dalam memilih dan menggunakan media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lain untuk mencapai tujuan akhir yaitu memenuhi kebutuhannya akan sebuah informasi dan hiburan.
Beragam acara di televisi yang menyajikan berbagai informasi baik yang dikemas dalam bentuk formal maupun dikemas menghibur seolah menjadi alternatif pilihan bagi para pemirsa. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui motif apakah yang mendasari anak menonton tayangan OPERA ANAK di Trans 7 seperti Motif Kognitif, Motif Identitas Personal, Motif Diversi dan Motif Integratif Sosial.
berisi pesan moral diakhir cerita yang dikemas dengan unsur–unsur komedi agar anak-anak Indonesia punya hiburan sesuai usianya.
Penelitian ini berkaitan erat dengan motif anak yang akan mendorong seseorang atau orang banyak untuk berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan orang berbeda satu sama lainnya dari waktu ke waktu serta dari tempat ke tempat. Karenanya motif orang akan berbeda intensitasnya. Demikian pula motif seseorang terhadap pengaruh yang dihadapinya, semakin sesuai pengaruh itu dengan motif seseorang , makin besar pula kemungkinan diterimanya pengaruh itu oleh orang tersebut (Kustandi, 2005 : 108).
Sebelum adanya tayangan OPERA ANAK, anak-anak menonton tayangan hiburan sketsa komedi orang dewasa seperti Opera Van Java, Ekstravaganza, Suami-suami Takut Istri, tawa sutera dan lain sebagainya sehingga banyak istilah-istilah orang dewasa yang tidak mereka pahami. Dahulu ada acara “Lenong Bocah” yang diperuntukkan untuk anak-anak namun sekarang sudah tidak ada lagi. OPERA ANAK mencoba menghadirkan kembali tayangan sketsa komedi yang dikhususkan untuk anak-anak, agar anak-anak Indonesia mempunyai hiburan yang sesuai usianya.
seperti film-film kartun, acara-acara seperti ini sangat tepat untuk menyampaikan informasi yang mendidik lewat adegan-adegan yang ada dalam opera tersebut, lewat acara OPERA ANAK tersebut juga dapat mengajari anak agar berani menyampaikan pendapat serta kritis. Tayangan tersebut disajikan dengan dialog dan adegan-adegan yang lucu yang sifatnya menghibur agar pesan yang disampaikan dapat mudah diserap oleh masyarakat khususnya anak-anak, sehingga dengan adanya acara OPERA ANAK di Trans 7 dapat menjadi hiburan dan sumber informasi terbaru bagi masyarakat khususnya anak-anak yang masih bersekolah dasar (SD).
Subyek dalam penelitian ini adalah anak-anak sekolah yang masih duduk di bangku SD kelas 3 s/d kelas 6 Sekolah Dasar yang berada di wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan pada beberapa kelurahan yang dipilih terdapat 50 SD, dikarenakan jumlah populasinya yang menyebar dan dipilih secara acak menggunakan tehnik Cluster Random Sampling. Pendidikan di SD- SD tersebut tidak kalah dengan sekolah SD lainnya bahkan sekolah-sekolah tersebut menyediakan sarana lebih untuk mengembangkan bakat dan minat anak, (Sumber: Dispendik Kota Surabaya, 2011).
tayangan OPERA ANAK di Trans 7, karena tayangan tersebut memang untuk anak-anak, selain itu program acara yang menarik disertai dengan dialog-dialog lucu yang berisi pesan-pesan moral tersebut anak-anak akan mudah menangkap isi pesan dan diharapkan pesan-pesan tersebut berguna untuk kehidupannya dikemudian hari. Sementara pemilihan siswa SD kelas 3 s/d kelas 6 sebagai responden, menurut teori Oswald Kroh dalam buku Psikologi perkembangan anak (1995 : 136) karena anak-anak pada usia tersebut telah memasuki periode realisme naif dan realisme kritis, dimana anak pada periode tersebut sudah mampu menghubungkan satu dengan yang lainnya dalam totalitas dan fantasi mereka sudah berkurang diikuti dengan pengamatan konkrit yang bersifat realistis dan kritis sehingga diharapkan mereka akan mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan diajukan oleh peneliti melalui kuesioner.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Uses and Gratification. Sesuai pendekatan Uses and Gratification bahwa model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif dalam menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sinilah timbul Uses ang Gratification, Pengenaan dan Pemenuhan Kebutuhan (Rakhmat,2001:65) .
penyampaian informasi yang berbeda dengan acara-acara lain, salah satunya akan menambah wawasan dan untuk mendidik anak agar mengertitentang nilai-nilai moral. Walaupun disampaikan lewat dunia komedi anak namun diharapkanakan dapat diserap oleh masyarakat khususnya anak-anak sebagai pembelajaran dan hiburan.
1.2Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana motif anak dalam menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7?
1.3Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif anak menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7.
1.4Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1.4.2 Kegunaan Praktis
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Televisi Sebagai Media Komunikasi
Media televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran (Televisi
Broadcast) yang merupakan media elektronik dan memiliki ciri-ciri yang
berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikasinya heterogen (Effendy,
1993:17).
Media televisi merupakan salah satu cara untuk mengenalkan program
acara ataupun suatu produk yang dikemas sedemikian rupa dengan singkat dan padat sehingga dengan adanya penyampaian informasi lewat televisi maka masyarakat lebih khususnya anak-anak akan dapat mudah menyerap isi pesan
dalam sebuah tayangan televisi, dalam hal ini acara “Opera Anak” dengan format sketsa komedi mengajak anak-anak mengenal dongeng atau cerita-cerita anak
yang dapat menjadi sumber informasi, pendidikan sekaligus hiburan bagi anak-anak.
Media televisi secara umum adalah media yang menguasai jarak secara
sehingga merubah total pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi.
Pengaruh dari televisi lebih kuat dibandingkan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi menjadi cerminan budaya tontonan bagi
pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis pemirsa (Effendy,
1993:10).
Media televisi sebagai media yang dapat dilihat (Visible) dan dapat didengar (audible) yang membedakan dengan media elektronik lain seperti radio,
televisi mempunyai sifat-sifat langsung, simultan, intim dan nyata (Mulyana, 1997:169). Keunggulan inilah yang menyebabkan televisi mempunyai kepastian
lebih sebagai media komunikasi massa yang berfungsi untuk memberikan hiburan, pendidikan, dan informasi kepada masyarakat.
Menurut Onong Uchjana Effendy (1993:24), fungsi televisi sebagai media
massa adalah:
1. Fungsi penerapan (The Information Function) yaitu memberikan
informasi-informasi acara televisi seperti acara kuis, pilihan sinetron di setiap stasiun televisi.
2. Fungsi pendidikan (The Enducation Function) yaitu memberikan informasi
3. Fungsi hiburan (The Entertaiment Function) yaitu acara-acara yang
ditayangkan di televisi seperti acara sinetron dan drama komedi disetiap stasiun televisi memberikan hiburan terhadap khalayak luas.
Sedangkan Kuswandi (1996:21) berpendapat bahwa munculnya media
televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas
melarikan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.
Media televisi memiliki sifat sebagai berikut:
1. Langsung
Televisi bersifat langsung, sehingga suatu pesan yang akan
disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit-belit seperti halnya dengan menggunakan bahan tercetak. Suatu berita dapat disampaikan kepada public dengan cepat, bahkan pada peristiwa tersebut
sedang berlangsung. 2. Tidak mengenal jarak
Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa di suatu kota di negara yang satu dapat ditonton dengan baik di negara lain, tanpa mengenal rintangan berupa laut, gunung ataupun jurang.
3. Memiliki daya tarik yang kuat
Televisi mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur
Televisi merupakan bagian dari media massa yang memiliki fungsi-fungsi
tertentu seperti di atas. Peranan media massa dalam kehidupan manusia menurut Lillweri (1991:42) dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Media massa memberikan informasi dan membantu kita untuk mengetahui
secara jelas tentang dunia sekelilingnya dan kemudian menyimpannya dalam ingatan kita.
2. Media massa membantu kita untuk menyusun agenda, menyusun jadwal sehari-hari.
3. Media massa membantu dalam berhubungan dengan berbagai kelompok
masyarakat lain di luar masyarakat.
4. Media massa membantu mensosialisasikan pribadi manusia.
5. Media massa yang digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari keuntungan dari pesan-pesan yang diterimanya.
Media massa juga dikenal sebagai media hiburan, sebagian media
melakukan fungsi sebagai media yang memberikan hiburan bagi khalayak.
2.1.2 Media Televisi dan Dampak Media Televisi
2.1.2.1 Media Televisi
Media televisi menyediakan informasi dan kebutuhan manusia keseluruhan seperti berita cuaca, informasi financial dan sebagainya. Pemirsa akan selalu
diprogram oleh materi isi media tersebut (Kuswandi, 1996:30). Secara umum,
dikenal tiga tipe media televisi yang dipilih berdasarkan karakteristiknya, yaitu televisi public, televisi komersial dan televisi pendidikan.Tipologi ini biasa digunakan dalam menilai pola siaran media televisi. Masing-masing tipe media ini
memberikan penekanan spesifik atau fungsi tertentu. Secara umum, setiap media audio visual dituntut mampu memberikan hiburan, tetapi televisi public
memberikan penekanan pada penyebaran ide-ide dan realitas sosial, televisi komersial pada fungsi hiburan dan televisi pendidikan pada materi idealitas
(pendidikan dan pengajaran) (Siregar, 2001:15).
a. Daya Tarik Media Televisi
Media televisi dapat dilihat sebagai media yang memiliki kekuatan
untuk mempengaruhi khalayak. Media televisi mempunyai daya tarik yang kuat dengan memiliki unsur audio visual yang berupa kata-kata, music, sound effect dan juga berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan
kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah
dengan aman dan nyaman. b. Isi pesan Media Televisi
Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media
televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan ditafsirkan secara berbeda-beda pula. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan
sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton
televisi.
Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Jadi
efektif tidaknya isi pesan itu tergantung dari situasi dan kondisi pemirsa dan lingkungan sosialnya. Berdasarkan hal itu timbul pendapat pro dan kontra
terhadap dampak acara televisi yaitu:
1. Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
2. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
3. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan bermasyarakat. (Kuswandi, 1996:99).
Perbedaan pendapat tentang dampak acara televisi merupakan hal wajar.
Karena media televise dalam operasionalnya berhubungan dengan institusi social lainnya yang ada dalam masyarakat, serta adanya perbedaan sudut pandang dari
khalayak sasaran.
2.1.2.2 Dampak Media Televisi
Menurut Kuswandi (1996:98), ada tiga dampak yang ditimbulkan dari
1. Dampak Kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk
menyerap dan memahami acara yang akan ditayangkan televise yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh: acara kuis.
2. Dampak Peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada tragedy actual yang
ditayangkan televise. Contoh: model pkaian, model rambut hingga istilah gaya bertutur kata sang bintang secara verbal.
3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai social budaya yang telah ditayangkan acara televise yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa
sehari-hari. Contoh: sinetron, reality show dll.
Namun pada kenyataannya apa yang telah diungkapkan diatas hanya bersifat teori. Sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam.
Banyak acara televisi yang dikonsumsikan bagi orang dewasa ternyata ditonton oleh anak-anak.
2.1.3 Teori Kebutuhan terhadap Media
Kebutuhan tehadap media massa dipenuhi melalui surat kabar, majalah, radio, televisi dan film. Baik isi maupun melalui daya terpaannya (exposure)
seraca konteks sosial tempat dimana terpaan berlangsung.
Menurut katz, Gurevitch dan Hass (Effendy, 2002:193) mendefinisikan jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan media yang diklasifikasikan
1. Kebutuhan Kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan informasi,
pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.
2. Kebutuhan Afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan emosional. Mencari kesenangan dan hiburan merupakan motivasi yang
pada umumnya dapat dipenuhi oleh media.
3. Kebutuhan Integratif Personal adalah kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan dan status pribadi.
Keburuhan ini dapat diperoleh dari adanya keinginan setiap individu untuk meningkatkan harga diri.
4. Kebutuhan Integratif sosial adalah kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kotak dengan keluarga, teman dan dengan alam sekelilingnya. Kebutuhan tersebut didasarkan oleh adanya keinginan setiap
individu untuk berafiliasi.
5. Untuk mengurangi ketegangan dan keinginan untuk mendapatkan hiburan.
2.1.4 Pengertian Motif
Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu tindakan ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal-hal yang melatarbelakangi, apa saja
yang mendorong melakukan tindakan perbuatan tersebut apa motifnya. Untuk itu peneliti menjelaskan mengenai motif. Istilah motif berasal dari kata “motive”
dari berbagai hal, sehingga sesuai dengan tujuan. Semua tingkah laku manusia
pada hakekatnya mempunyai motif. Jadi motif adalah hal yang berkaitan dengan dorongan, keinginan hasrat dari dalam diri untuk melaksanakan sesuatu yang memberi arah dan tujuan pada tingkah seseorang. Dari definisi tentang motif,
maka dapat disimpulkan bahwa motif adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan, sehingga individu berbuat sesuatu
(Ahmad 2001:192). Untuk memudahkan pengukuran tentang motif, maka didasarkan pada pendapat Mc Quail (2002 : 72) sebagai berikut:
1. Motif Kognitif (Surveilance)
Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau informasi tentang peristiwa atau kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat,
masyarakat dan dunia, dorongan mencari konfirmasi untuk menentukan pendapat suatu pilihan, dorongan rasa ingin tahu, dorongan belajar serta dorongan memperoleh rasa aman melalui pengetahuan yang didapat.
2. Motif Identitas Personal (Personal Identity)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau
menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri, menemukan model perilaku, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai meningkatkan harga diri.
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (personal Relationship)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk berhubungan dengan
4. Motif Hiburan (Diversi)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari ketegangan atau permasalahan, dorongan bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.
Kebutuhan (need) inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktivitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu
mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan, 2000:140).
Purwanto menjelaskan bahwa fungsi dari motif adalah:
1. Motif sebagai pendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi sebagai motor yang memberikan energy kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2. Motif menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita.
3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan kita mana yang harus dilakukan yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
Dengan demikian dari ketiga pengertian tersebut, maka pada dasarnya
motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri kebutuhan atau motif dapat diidentikkan dengan kebutuhan.
Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan aktivitas
tertentu untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pada diri individu dan motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman yang bersifat konstan
meskipun ada kemungkinan berubah. Motif merupakan pencerminan motif dalam mengaktifkan perilaku. Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan tampak bahwa motif orang pada umumnya banyak
rupanya dan pada mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar dirinya (Gerungan, 2000:146).
Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar. Maslow mengungkapkan 5 kebutuhan (basic need) secara hirarki dan menempatkan kebutuhan aktualisasi diri sebagai tingkatan tertinggi individu berharap dengan
menggunakan media dapat memenuhi sebagian dari kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar tersebut terdiri atas :
1. Physiological needs (kebutuhan fisiologis) 2. Safety needs (kebutuhan keamanan) 3. Love needs (kebutuhan cinta)
4. Esteem needs (kebutuhan penghargaan)
2.1.5 Anak sebagai Khalayak Media Televisi
Sebagai khalayak media selain orang dewasa, anak juga merupakan pemirsa yang setia terhadap televisi karena televise sebagai sahabat anak-anak dapat memberikan program acara yang menarik bagi anak-anak. Hurlock
(1991:161) mengatakan bahwa anak harus punya isi untuk dapat berkhayal dan kebanyakan bahan-bahan cerita ini diperoleh dari cerita-cerita yang dibacakan
oleh orang-orang dewasa pada anak-anak dan sekarang televisi memberikan bahan cerita tambahan untuk berkhayal juga merupakan salah satu hiburan yang disukai. Anak-anak kebanyakan menyukai acara untuk anak dan acara-acara lain yang
diperuntukkan bagi tingkat usianya disamping acara untuk orang dewasa.
Keterlibatan anak dengan televisi juga bisa didasarkan pada jenis kelamin
anak. Pengaruh jenis kelamin terhadap motif atau minat anak-anak juga dipengaruhi oleh peran seksnya. Oleh karena itu perbedaan seks dalam hiburan terutama membaca, melihat televisi dan pergi ke bioskop semakin jelas (Hurlock,
1991:161).
Diantara berbagai fungsi media massa lainnya, fungsi televisi yang paling
utama adalah untuk menghibur (to entertaint). Alasan utama khalayak membeli televisi adalah untuk mencari hiburan, sehingga apabila di dalam acara-acara yang ditayangkan oleh televisi terdapat program-program atau sajian-sajian yang
Begitu pula yang terjadi pada anak, sebagai khalayak media selain orang
dewasa, anak dalam menonton televisi adalah untuk mencari hiburan, informasi dan pendidikan. Namun demikian kemampuan anak dalam menangkap siaran televisi adalah terbatas, sesuai dengan psikologisnya serta dibatasi pengetahuan
dan pemahaman mereka untuk menyerap setiap isi pesan yang digelar dalam setiap tayangan acara tersebut. Kapasitas inilah yang membedakan anak dengan
orang dewasa sebagai khalayak media. Perbedaan kapasitas tersebut yang menentukan motif, selektivitas dan gratifikasi penggunaan media televisi adalah sama yaitu menginvestasi dari kebutuhan untuk melarikan diri, hasrat bermain,
kontak sosial dan hiburan (Rakhmat, 1999:208).
Greenberg (Rakhmat, 1998:67) menyebutkan berbagai motif yang
mendasari seorang anak dalam menonton televisi adalah untuk mengisi waktu luang, mempelajari sesuatu, melupakan kesulitan, mempelajari diri, memberikan rangsangan, bersantai, mencari persahabatan dan kebiasaan. Ketujuh motif
tersebut dapat dianggap sebagai alasan gratifikasi media massa yang terdapat pada orang dewasa dalam kualitas dan kompleksitas kebutuhannya.
2.1.6 Tayangan Sketsa Komedi
Sebuah tayangan sketsa komedi merupakan suatu bentuk tayangan yang
menyajikan tema-tema komedi yang dikemas dalam drama atau hiburan.
Tayangan sketsa komedi yang pernah ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi swasta diantaranya adalah Opera Van Java, Tawa Sutera, Ekstravaganza,
lainnya. Acara-acara tersebut sangat diminati oleh khalayak karena mampu
menyajikan tampilan lain daripada yang lainnya, menghibur dan nyata.
Acara- acara sketsa komedi yang ditayangkan tersebut dalam kenyatannya membawa dampak atau efek terhadap tingkat humorisme khalayak.
Masing-masing khalayak mempunyai tingkat humorisme yang berbeda. Ada yang sangat senang dengan tayangan tersebut ada yang biasa saja dan sebagainnya.
Dari beberapa acara sketsa komedi tersebut dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah tayangan komedi Opera Anak. Hal ini disebabkan acara sketsa komedi Opera Anak mencoba menghadirkan kembali tayangan sketsa komedi
yang dikhususkan untuk anak-anak, agar anak-anak Indonesia mempunyai hiburan yang sesuai usianya. Acara sketsa komedi Opera Anak adalah program
acara yang menarik disertai dengan dialog-dialog lucu yang berisi pesan-pesan moral dengan bahasa anak-anak sehingga anak-anak akan mudah menangkap isi
pesan dan diharapkan pesan-pesan tersebut bermanfaat.
2.1.7 Program Acara Opera Anak di Trans 7
Opera Anak merupakan sebuah program sketsa komedi dengan durasi 60
menit dan tayang setiap Sabtu & Minggu pukul 20.00 – 21.00 WIB. Program ini dimainkan oleh sejumlah anak-anak SD serta mengambil tema mengenai cerita daerah, dongeng anak dan tokoh superhero lainnya. Pada setiap episodenya Sule
pertunjukan wayang orang pada tokoh dalam dongeng. Bintang tamu juga kerap
ditampilkan pada tiap episodenya. Di awal segmen, dalang/ pendongeng akan terlebih dahulu menceritakan kisah yang akan dimainkan oleh para pemain tersebut. Pemain diberikan kebebasan untuk berkespresi dan berakting secara
bebas tanpa meninggalkan identitas mereka sebagai anak kecil. Keluguan dan kepolosan mereka dalam memainkan sebuah peran merupakan keunikan dan
keunggulan dari program ini. Program ini menyisipkan lagu daerah , lagu anak serta pesan moral yang dikemas dengan ringan sehingga mudah dicerna oleh pemirsa yang khususnya anak-anak (www.trans7.operaanak.co.id).
Program televisi ber-genre komedi situasi Opera Anak milik stasiun televisi Trans 7 ini adalah merupakan turunan dari progran acara Opera Van
Java disebut “Turunan” karena konsep yang pada dasarnya sama, berbentuk
pertunjukan wayang orang yang dimodifikasi sebagai lawakan. Acara lawakan dengan menonjolkan perubahan setting lokasi atau latar belakang panggung
seperti ini sudah lama menjadi andalan beberapa stasiun televisi, seperti acara Ngelaba di TPI, Ekstra Vaganza di Trans TV, dan lain-lain. Namun ada yang
berbeda pada Opera Anak ini, yaitu penggunaan properti panggung berbahan styrofoam yang siap untuk dihancurkan(www.trans7.co.id).
Menurut www.indorating.com acara Opera Anak menduduki peringkat
kedua dalam rating program acara anak trans7 dalam overall 7,75 atau 2.556 pemirsa berada di bawah program acara “Si Bolang”. Rating yang cukup tinggi ini
427.783 penggemar. Begitu juga dengan facebooknya Nizam dengan 21.371
penggemar.
2.1.8 Teori Uses and gratification
Media massa dalam berbagai bentuk merupakan saluran (channel) arus pesan dari sumber ke sasaran. Dengan kekuatan yang ada pada media massa, pada awal perkembangannya yang dianggap mempu mempengaruhi bahkan
mampu mengubah masyarakat. Namun aktif terlibat dalam proses komunikasi. Teori Uses and Gratification muncul sebagai akibat ketidakpuasan pada penelitian sebelumnya yang gagal membuktikan bahwa khalayak langsung dapat
dipengaruhi oleh media massa.
Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi bobotnya adalah pada khalayak yang aktif dan sengaja
menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2000:289). Model ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator komunikan.
Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori Uses and Gratification (kegunaan dan kepuasan) ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses On Mass Comunikation: Curent Perspectives on
Gratification Research. Teori Uses and Gratification milik Blumer dan Katz ini
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media berusaha untuk
mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori ini mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai
pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Dengan model ini yang diteliti ialah sumber sosial dan psikologis dari kebutuhan, yang melahirkan harapan-harapan dari media massa atau
sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan perbedaan terpaan media dan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, bahkan seringkali
akibat-akibat yang tidak dikehendaki (Rahmat, 2001:65).
Menurut Elihu Katz, Jay G, Blumer dan Michael Gurevitch dalam (Rahmat, 2004:205) Uses and Gratification menjelaskan asal mula kebutuhan
secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain) dan dapat menimbulkan
pemenuhan kebutuhan akibat-akibat lain, barang kali termasuk juga yang tidak kita inginkan. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar teori pada halaman
berikut ini:
1. Khalayak dianggap aktif : artinya sebagian penting dari pengumuman media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan
kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat tergantung pada perilaku khalayak
yang bersangkutan.
4. Banyak tujuan pemilih media disimpulkan dari data yang diberikan
anggota khalayak : artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dari motif pada situasi-situasi tertentu.
5. Penilaian terhadap arti cultural dari media massa harus ditangguhkan
sebelum diteliti dahulu orientasi khalayak.
Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari
(2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumber lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain), yang menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan
dan (7) akibat-akibat lain, bahkan seringkali akibat-akibat yang tidak dikehendaki (Rakhmat, 2001:65).
Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh orang itu (user) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan
Teori Uses and Gratification beroperasi dalam beberapa cara yang bisa
dilihat dalam bagan dibawah ini:
Gambar 2.1 Uses and Grafication Model (Nurudin, 2004:183)
Asumsi dari teori ini adalah khalayak yang aktif yang sengaja menggunakan media karena didorong oleh motif-motif tertentu untuk mencapai tujuan khusus. Artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari
Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan
informasi, pengetahuan dan mengenai pemahaman lingkungan. Kebututhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. Kebutuhan
afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan dan emosional. Kebutuhan pribadi secara
integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal ini bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integratif adalah kebutuhan yang
berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berfiliasi. Sedangkan kebutuhan pelepasan
adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman (Nurudin, 2004:184).
Asumsi teori ini adalah khalayak aktif yang sengaja menggunakan media
karena didorong oleh motif-motif tertentu untuk mencapai tujuan khusus. Artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena
didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan sebagai dependensi media dan sebagai pengetahuan.
2.2 Kerangka Berpikir
Motif adalah alasan-alasan atau dorongan yang menyebabkan individu
melakukan sesuatu, yang didasari oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan. Setiap individu mempunyai motif tersendiri untuk memperoleh kebutuhannya
karena setiap individu mempunyai kebutuhan yang tersendiri juga dalam hidupnya.
Dengan informasi manusia dapat memperluas pandangan dan wawasannya, serta dapat meningkatkan kedudukan dan peranannya dalam masyarakat. Untuk mengetahui lebih jelas tentang segala hal yang terjadi di dunia atau sekelilingnya,
manusia sangat membutuhkan media untuk memenuhi kebutuhannya. Maka hadirlah sarana komunikasi yang lebih dikenal sebagai media massa.
Keberadaan media massa saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari, adapun media massa yang dimaksud disini adalah televisi. Menonton televisi bagi pemirsa merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan tersebut bisa berupa kebutuhan akan informasi, pendidikan dan hiburan. Menurut Blumer
dalam (Effendy, 2001:61) motif meliputi motif kognitif yaitu keinginan untuk menambah pengetahuan, motif diversi yaitu kegunaan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Dengan menonton televisi manusia dapat memahami dan
mengerti setiap informasi yang disampaikan dan manusia dapat menilai informasi sebagai pesan mendidik, menghibur serta mempengaruhi pemirsanya melalui
Dalam hal ini, peneliti berusaha melihat motif anak dalam menonton
program acara OPERA ANAK di Trans 7. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat bagan dibawah ini:
Gambar 2.2 : Kerangka berpikir Penelitian Tentang Motif Anak dalam Menonton Program Acara OPERA ANAK
Metode penelitian ini menggunakan metode diskriptif dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian secara sistematis mengetahui motif anak SD di Surabaya dalam menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7.
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Definisi Operasional
Yang dimadsud definisi operasional adalah segala sesuatu yang mempunyai objek pengamatan dalam penelitian ini yang dapat diamati. Sehubungan dengan definisi diatas, maka penelitian ini ditujukan pada anak-anak Sekolah SD di Surabaya yang menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan tujuan melukisk (Rakhmat, 1992:22). Dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian secara sistematis mengenai motif anak dalam menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7.
ketagori motif yang dikemukakan oleh Mc. Quail yaitu motif surveillance, motif personal identity, motif personal relationship dan motif diversi. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Motif Kognitif (Surveillance)
Anak dikatakan mempunyai motif, apabila menonton program acara OPERA ANAK untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
a. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7, saya ingin menambah pengetahuan atau wawasan mengenai cerita daerah, dongeng anak dan tokoh superhero (saya bisa mengikuti berbagai cerita dongeng yang disajikan tiap episodenya).
b. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7, saya ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang lagu daerah, lagu anak – anak dan pesan moralnya ( pesan moral yang dimaksud adalah amanat-amanat yang terkandung dalam sebuah cerita atau dongeng).
c. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7, saya ingin mendapatkan informasi tentang hal-hal baru dan mengetahui tentang kebebasan berekspresi dalam drama komedi OPERA ANAK (kebebasan berekspresi yang dimaksud adalah kebebasan seorang anak dalam menyampaikan pendapatnya).
2. Motif Identitas Personal (personal identity)
Yaitu motif yang mendorong individu menggunakan isi media massa untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri. Dalam penelitian ini meliputi aspek menumbuhkan rasa percaya diri, penggalian motivasi diri (amanat dari isi pesan yang dapat dijadikan semangat atau motivasi untuk diri sendiri), mencari sebuah pencerahan hidup dan mendapatkan arti persahabatan setelah menonton tayangan program acara OPERA ANAK. a. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7
saya dapat meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai kebudayaan daerah (mengenai adat istiadat dan pelaturan tidak tertulis dalam cerita rakyat) dan kepahlawanan.
b. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya mencari tokoh atau panutan (orang yang dijadikan contoh) dalam kehidupan sehari-hari, dari kata-kata bijak (kata-kata yang dianggap mempunyai arti penting yang dijadikan pedoman) tiap tokohnya.
c. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya dapat mengindentifikasi diri (mengoreksi diri sendiri) dengan profil (kehidupan pemain lebih jauh) para pemain.
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
Yaitu motif yang mendorong individu menggunakan media massa untuk melangsungkan hubungan dengan orang lain. Dalam penelitian ini meliputi perasaan ikut-ikut teman, sodara atau tetangga dalam menonton serial komedi OPERA ANAK, ingin menjadikan isi serial komedi OPERA ANAK sebagai bahan pembicaraan, bahan masukan, dan ajang sharing (bertukar pikiran) dengan teman, saudara dan tetangga.
a. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya dapat bertukar informasi mengenai program acara OPERA ANAK di Trans 7 dengan keluarga, teman dan tetangga.
b. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya menemukan bahan pembicaraan dengan teman dan tetangga di sekolah atau di lingkungan rumah.
c. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya ikut serta atau berpartisipasi dalam menonton tayangan anak (tayangan khusus untuk anak) bukan tayangan orang dewasa (tayangan untuk usia diatas 17 tahun).
4. Motif Hiburan (diversi)
Yaitu motif yang meliputi kebutuhan akan pelepasan diri dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan. Dalam penelitian ini meliputi rasa ingin bersantai, meluangkan waktu dan rasa ingin melepaskan diri dari kejenuhan.
a. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya ingin mengisi waktu luang.
b. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya ingin melepaskan diri dari kejenuhan akan film kartun dan rutinitas sehari-hari seperti sekolah.
c. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya ingin merasakan terharu, ketegangan dan kelucuan akan cerita dalam program acara OPERA ANAK di Trans 7.
d. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya mendapatkan hiburan yang sesuai usia saya dan saya merasa sangat terhibur.
3.1.2 Pengukuran Variabel
diberikan daftar pertanyaan mengenai motif dan setiap pertanyaan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan kesetujuan dan tidak kesetujuannya (Singarimbun, 1987:111). Pilihan jawaban masing-masing pertanyaan digolongkan dalam 4 macam kategori, yaitu:
“Sangat Tidak Stuju”(STS), “Tidak Setuju” (TS), “Setujuh” (S), dan “Sangat Setuju” (SS).
Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu-ragu (undecided) alasannya menurut Hadi (1981:20) adalah sebagai berikut:
a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa atau belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (Multi Interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.
b. Tersediannya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.
c. Disediakannya jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.
Pada tahap selanjutnya, empat ketagori jawaban di atas akan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilai sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4
(Bila pernyataan sangat setuju dengan alasan anak menonton acara TV) Setuju (S) : diberi skor 3
Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2
(Bila pernyataan tidak setuju dengan alasan anak menonton acara TV) Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1
(Bila pernyataan tidak setuju dengan alasan anak menonton acara TV)
Skor dilakukan denagn cara menjumlahkan skor dari setiap item dari tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap-tiap pertanyaanya tersebut untuk masing-masing individu. Selanjutnya tiap-tiap indikator untuk motif diukur melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dari angket. Kemudian jawaban yang dipilih diberi skor dan ditotal. Total skor dari tiap kategori, dikategorisasikan kedalam 3 interval, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Penentuan interval dilakukan dengan menggunakan range. Range masing-masing ketagori ditentukan dengan: R (range) = Skor Tertinggi Skor Terendah
Jenjang yang diinginkan
Keterangan:
Range : Batasan dari tiap tingkatan
Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan
Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai item pertanyaan
Jenjang : 3 (tinggi, sedang, rendah)
Sedang : Mendapatkan kebutuhan akan (motif informasi / identitas personal / itegrasi dan interaksi sosial / hiburan)
Rendah : Tidak mendapatkan kebutuhan akan (motif informasi / identitas personal / itegrasi dan interaksi sosial / hiburan) Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh tingkat interval untuk mengetahui motif anak Surabaya menonton tayangan OPERA ANAK di Trans 7, untuk lebih jelasnya digambar sebagai berikut:
1. Pada motif kognitif (Surveillance) terdapat empat item pertanyaan untuk responden yang menonton tayangan OPERA ANAK di Trans 7 ingin menambah pengetahuan atau wawasan mengenai cerita daerah, dongeng anak dan tokoh superhero dalam program acara OPERA ANAK di Trans 7, ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang lagu daerah, lagu anak – anak dan pesan moral dalam program acara OPERA ANAK di Trans 7, ingin mendapatkan informasi tentang hal-hal baru dan mengetahui tentang kebebasan berekspresi dalam drama komedi OPERA ANAK, ingin mengetahui pasti jalan cerita dongeng atau cerita anak yang menjadi tema disetiap episode acara OPERA ANAK di Trans 7.
Motif Surveillance
Rendah =4 – 7 (responden tidak mendapatkan kebutuhan informasi) Sedang =8 – 11 (responden mendapatkan kebutuhan informasi) Tinggi = ≥ 12 (responden sangat membutuhkan informasi)
pemahaman tentang nilai-nilai kebudayaan daerah dan kepahlawanan, dapat mencari tokoh atau panutan dalam kehidupan sehari-hari, dari kata-kata bijak tiap tokohnya, dapat mengindentifikasi diri dengan profil para pemain dan dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 dapat menemukan pesan moral penunjang nilai-nilai pribadi yang mudah dipahami.
Motif Personal Identity
Rendah = 4 – 7 (responden tidak dapat menonjolkan nilai pribadinya) Sedang = 8 – 11 (responden dapat menonjolkan nilai pribadinya) Tinggi = ≥ 12 (responden sangat dapat menonjolkan nilai pribadinya) 3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal RelationShip) terdapat empat item
pertanyaan untuk responden yang menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7 bersama keluarga, tetangga atau teman menonton acara tersebut dapat bertukar informasi, sebagai bahan pembicaraan dengan teman atau tetangga di sekolah maupun di lingkungan rumah, dengan menonton program acara OPERA ANAK dapat ikut berpartisipasi menonton tayangan anak bukan tayangan orang dewasa dan bersama orang tua, saudara, teman dan tetangga selalu mendukung program acara OPERA ANAK di Trans 7 karena dalam cerita dongeng maupun cerita tokoh superheronya akan mendapatkan berbagai informasi yang bermanfaat. Motif Personal RealitionShip
Sedang : 8 – 11 (responden dapat menyampaikan isi pesan dalam dongeng pada orang lain)
Tinggi : ≥ 12 (responden sangat dapat menyampaikan isi pesan dalam dongeng pada orang lain)
4. Motif Hiburan (Diversi) terdapat empat item pertanyaan untuk responden yang menonton program acara OPERA ANAK yakni bahwa Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 responden ingin mengisi waktu luang, ingin melepaskan diri dari kejenuhan akan film kartun dan rutinitas sehari-hari seperti sekolah, ingin merasakan terharu, ketegangan dan kelucuan akan cerita dalam program acara “Opera Anak di Trans 7 dan ingin mendapatkan hiburan yang sesuai usianya.
Motif Diversi
Rendah : 4 – 7 (responden tidak mendapatkan kebutuhan akan hiburan) Sedang : 8 - 11(responden mendapatkan kebutuhan akan hiburan) Tinggi : ≥ 12 (responden sangat mendapatkan kebutuhan akan hiburan) Motif secara keseluruhan pada tiap kategori dapat disimpulkan sebagai berikut: Rendah : keinginan anak untuk mendapatkan informasi dan hiburan dalam
tayangan OPERA ANAK masih rendah.
Sedang : keinginan anak untuk mendapatkan informasi dan hiburan dalam tayangan OPERA ANAK pada tingkat sedang.
3.1.3 Sekolah Dasar di Surabaya
Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi sekolah-sekolah dasar di Surabaya karena banyak orang mengidentikan bahwa sekolah dasar di Surabaya adalah sekolah yang para siswanya terdiri dari berbagai kalangan karena penduduk Surabaya adalah penduduk yang heterogen sehingga dapat diasumsikan anak-anak yang bersekolah di Surabaya memiliki keanekaragaman dalam berpendapat, pada dasarnya sistem pendidikan sekolah-sekolah dasar yang dipilih tersebut sama dengan sekolah lainnya namun sekolah- sekolah dasar tersebut mempunyai keunggulan tertentu dibidang prestasi baik akademik maupun non akademik sehingga sekolah-sekolah tersebut mempunyai akreditasi “A” dan “B”, dilengkapi dengan segala sesuatu yang lebih dan berkualitas, memberikan kualitas yang terbaik dan profesional (Sarana, pelayanan mutu sd) (Dispendik. Kota Surabaya).
3.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel
3.2.1 Populasi
dalam totalitas dan mampu memberikan alas an yang bisa dijadikan data peneliti dan tercatat sebesar 1.350.339 siswa. (Sumber : Dispendik, Kota Surabaya)
3.2.2 Sampel dan Penarikan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d kelas 6 yang tercatat sebagai murid Sekolah Dasar (murid aktif). Siswa SD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7. Dipilihnya anak SD yang duduk di kelas 3 s/d kelas 6 sebagai responden, menurut teori Oswald Kroh dalam buku Psikologi perkembangan anak (1995 : 136) karena anak-anak pada usia tersebut telah memasuki periode realisme naif dan realisme kritis, dimana anak pada periode tersebut sudah mampu menghubungkan satu dengan yang lainnya dalam totalitas dan fantasi mereka sudah berkurang diikuti dengan pengamatan konkrit yang bersifat realistis dan kritis sehingga diharapkan mereka akan mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan diajukan oleh peneliti melalui kuesioner.
Untuk menentukan jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane (Bungin dalam Kriyantono, 2006: 160) sebagai berikut:
1 : Angka Konstan
n = 99,9 = 100 responden (dibulatkan)
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang responden. Kemudian responden yang diambil dipilih secara teknik Cluster Random Sampling melalui multistage random sampling di kota Surabaya, kemudian terpilih wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan. Teknik ini digunakan, jika populasi letaknya tersebar secara geografis, sehingga peneliti sangat sulit didalam menentukan kerangka sampling dari semua unsur-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut. Mengingat di kota Surabaya terdapat 31 kecamatan dengan 163 kelurahan. Pada penelitian ini menggunakan cluster random sampling dengan melakukan sebanyak tiga tahap :
1. Tahap pertama adalah pemilihan Sekolah Dasar pada wilayah penentuan kota Surabaya. Di wilayah Surabaya terdapat lima distrik. Maka setelah diadakan pengundian secara random (acak) terpilihlah Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan.
(acak) maka terpilihlah kecamatan Genteng dan kecamatan Tegalsari sedangkan Surabaya Selatan adalah kecamatan Jambangan dan kecamatan Wonocolo.
3. Tahap ketiga, pemilihan tingkat kelurahan yang setelah dilakukan pengundian secara random (acak) maka terpilihlah SD-SD di Surabaya pada kelurahan genteng, kelurahan Embong Kaliasin, Kelurahan Kedungdoro, Kelurahan Wonorejo, kelurahan Jambangan, kelurahan Sidorejo dan elurahan Bendul Merisi. Jumlah seluruhnya ada 50 Sekolah Dasar yang terpilih.
Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 100 orang dengan ketentuan siswa SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d kelas 6 dan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7. Dan jumlah populasi responden siswa SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d kelas 6 pada masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut :
a. Kelurahan Sidosermo
SDN Sidosermo I/427 215 siswa
SDN Sidosermo II/549 233 siswa
SDN Margorejo VII/570 311 siswa
SDN Margorejo VIII/571 198 siswa
SDN Margorejo I 321 siswa
SD Putra Bangsa 371 siswa
b. Kelurahan Bendul Merisi
SDN Margorejo III 373 siswa
SD Muhammadiyah 20 405 siswa
SDN Bendul Merisi 408 siswa
SDK Santa Theresia I 734 siswa
SDN Kedung Bende II 312 siswa
Jumlah Seluruhnya 2.232 siswa
c. Kelurahan Karah
SDN Dukuh Menaggal I 150 siswa
SDN Dukuh Menaggal II 176 siswa
SDN Karah IV 212 siswa
SDN Karah VI 315 siswa
SDN Kebonsari I 207 siswa
SDN Kebonsari II 314 siswa
SDN Pagesangan 423 siswa
SD Al- Hidayah 882 siswa
SD Al Hikmah 373 siswa
JumlahSeluruhnya 3.052 siswa
d. Kelurahan Jambangan
SDN Gayungan I 324 siswa
SDN Gayungan II 201 siswa
SDN Ketintang I 135 siswa
SDN Jambangan I 214 siswa
SDN Jambangan II 334 siswa
SD Al Huda 376 siswa
SD Khadijah 596 siswa
Jumlah Seluruhnya 2.494 siswa
e. Kelurahan Genteng
SDN Kapasari IV 276 siswa
SDN Ketabang V 314 siswa
SDN Peneleh I 218 siswa
SDK Yohanes Gabriel 369 siswa
SDK Santa Angela 454 siswa
SDK Karitas II 383 siswa
Jumlah Seluruhnya 2.032 siswa
f. Kelurahan Embong Kaliasin
SDN Kaliasin I 807 siswa
SD Hangtuah I 524 siswa
SDN Kaliasin II 304 siswa
SD Muhammadiyah 12 282 siswa
SD Muhammadiyah 15 613 siswa
Jumlah Seluruhnya 2.530 siswa
g. Kelurahan Kedung Doro
SDN Bubutan XIII 317 siswa
SDN Jepara II 289 siswa
SDN Tembok Dukuh IV 368 siswa
SDK Stella Maris 362 siswa
SD Muhammadiyah 20 304 siswa
SD Bubutan I 403 siswa
Jumlah Seluruhnya 2.257 siswa
Jumlah secara Keseluruhan adalah 17. 627 siswa
Jumlah populasi siswa SD di 8 (delapan) kelurahan yang terdiri dari 50 Sekolah Dasar adalah 17.627 siswa, sehingga untuk lebih rincinya, jumlah sampel yang akan diteliti tiap-tiap wilayah kelurahan ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
n= N1 x n1 N
Keterangan :
N = jumlah sampel siswa-siswi SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d 6 dari beberapa kelurahan
N1 = ukuran Stratum ke-1
N = Jumlah siswa-siswi SD di Surabaya yang duduk di kelas 3s/d 6 dari beberapa kelurahan
n = jumlah sampel minimal yang ditetapkan
1. Kelurahan Sidosermo :
1.649 x 100 = 9,6 dibulatkan 10 17.627
2. Kelurahan Bendul Merisi : 2.232 x 100 = 12
Tabel 3.1
Prosentase responden dari beberapa Kelurahan
No. Kelurahan Populasi Prosentase %
1. Sidosermo 1.649 10
2. Bendul Merisi 2.232 12
3. Karah 3.052 17
4. Jambangan 2.494 14
5. Genteng 2.032 12
6. Embong Kaliasin 2.530 14
7. Kedungdoro 2. 257 13
8. Wonorejo 1.401 8
Jumlah 17.627 100
3.3 Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini menurut cara memperolehnya, dilakukan dengan dua pendekatan yaitu, pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung melalui hasil wawancara dari pertanyaan secara terstruktur kepada responden.
b. Data Sekunder
yang diteliti, seperti perpustakaan, pusat pengolahan data, pusat penelitian, internet dan lain-lain.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk mendeskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :
P = F x 100% N
Keterangan :
P : Presentasi Responden F : Frekuensi Responden N : Jumlah Responden
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Trans 7
TRANS 7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006. TRANS 7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif.