BAB II KAJIAN PUSTAKA
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Yang dimadsud definisi operasional adalah segala sesuatu yang mempunyai objek pengamatan dalam penelitian ini yang dapat diamati. Sehubungan dengan definisi diatas, maka penelitian ini ditujukan pada anak-anak Sekolah SD di Surabaya yang menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan tujuan melukisk (Rakhmat, 1992:22). Dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian secara sistematis mengenai motif anak dalam menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7.
Motif menurut Mc. Quail (2002:72), merupakan kegiatan membangkitkan daya gerak yang terdapat pada diri sendiri agar melaksanakan tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan. Motif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ketagori motif yang dikemukakan oleh Mc. Quail yaitu motif surveillance, motif personal identity, motif personal relationship dan motif diversi. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Motif Kognitif (Surveillance)
Anak dikatakan mempunyai motif, apabila menonton program acara OPERA ANAK untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
a. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7, saya ingin menambah pengetahuan atau wawasan mengenai cerita daerah, dongeng anak dan tokoh superhero (saya bisa mengikuti berbagai cerita dongeng yang disajikan tiap episodenya).
b. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7, saya ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang lagu daerah, lagu anak – anak dan pesan moralnya ( pesan moral yang dimaksud adalah amanat-amanat yang terkandung dalam sebuah cerita atau dongeng).
c. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7, saya ingin mendapatkan informasi tentang hal-hal baru dan mengetahui tentang kebebasan berekspresi dalam drama komedi OPERA ANAK (kebebasan berekspresi yang dimaksud adalah kebebasan seorang anak dalam menyampaikan pendapatnya).
d. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7, saya ingin mengetahui pasti jalan cerita dongeng atau cerita anak yang menjadi tema disetiap episodenya.
2. Motif Identitas Personal (personal identity)
Yaitu motif yang mendorong individu menggunakan isi media massa untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri. Dalam penelitian ini meliputi aspek menumbuhkan rasa percaya diri, penggalian motivasi diri (amanat dari isi pesan yang dapat dijadikan semangat atau motivasi untuk diri sendiri), mencari sebuah pencerahan hidup dan mendapatkan arti persahabatan setelah menonton tayangan program acara OPERA ANAK. a. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7
saya dapat meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai kebudayaan daerah (mengenai adat istiadat dan pelaturan tidak tertulis dalam cerita rakyat) dan kepahlawanan.
b. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya mencari tokoh atau panutan (orang yang dijadikan contoh) dalam kehidupan sehari-hari, dari kata-kata bijak (kata-kata yang dianggap mempunyai arti penting yang dijadikan pedoman) tiap tokohnya.
c. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya dapat mengindentifikasi diri (mengoreksi diri sendiri) dengan profil (kehidupan pemain lebih jauh) para pemain.
d. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya menemukan pesan moral penunjang nilai-nilai pribadi (pesan- pesan yang dapat dijadikan contoh atau pedoman untuk diri sendiri) yang mudah saya pahami.
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
Yaitu motif yang mendorong individu menggunakan media massa untuk melangsungkan hubungan dengan orang lain. Dalam penelitian ini meliputi perasaan ikut-ikut teman, sodara atau tetangga dalam menonton serial komedi OPERA ANAK, ingin menjadikan isi serial komedi OPERA ANAK sebagai bahan pembicaraan, bahan masukan, dan ajang sharing (bertukar pikiran) dengan teman, saudara dan tetangga.
a. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya dapat bertukar informasi mengenai program acara OPERA ANAK di Trans 7 dengan keluarga, teman dan tetangga.
b. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya menemukan bahan pembicaraan dengan teman dan tetangga di sekolah atau di lingkungan rumah.
c. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya ikut serta atau berpartisipasi dalam menonton tayangan anak (tayangan khusus untuk anak) bukan tayangan orang dewasa (tayangan untuk usia diatas 17 tahun).
d. Orang tua, saudara, teman dan tetangga selalu mendukung program acara OPERA ANAK di Trans 7 karena dalam cerita dongeng maupun cerita tokoh superheronya (tokoh para pahlawan) saya mendapatkan berbagai informasi yang bermanfaat.
4. Motif Hiburan (diversi)
Yaitu motif yang meliputi kebutuhan akan pelepasan diri dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan. Dalam penelitian ini meliputi rasa ingin bersantai, meluangkan waktu dan rasa ingin melepaskan diri dari kejenuhan.
a. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya ingin mengisi waktu luang.
b. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya ingin melepaskan diri dari kejenuhan akan film kartun dan rutinitas sehari-hari seperti sekolah.
c. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya ingin merasakan terharu, ketegangan dan kelucuan akan cerita dalam program acara OPERA ANAK di Trans 7.
d. Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 saya mendapatkan hiburan yang sesuai usia saya dan saya merasa sangat terhibur.
3.1.2 Pengukuran Variabel
Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini digunakan ketagori motif anak dalam menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7. Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan menggunakan modifikasi model skala likert (skala sikap). Metode ini merupakan metode pengskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi respon dari dasar penentuan skalanya. Untuk melakukan pengskalaan dengan model ini, responden
diberikan daftar pertanyaan mengenai motif dan setiap pertanyaan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan kesetujuan dan tidak kesetujuannya (Singarimbun, 1987:111). Pilihan jawaban masing-masing pertanyaan digolongkan dalam 4 macam kategori, yaitu:
“Sangat Tidak Stuju”(STS), “Tidak Setuju” (TS), “Setujuh” (S), dan “Sangat Setuju” (SS).
Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu-ragu (undecided) alasannya menurut Hadi (1981:20) adalah sebagai berikut:
a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa atau belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (Multi Interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.
b. Tersediannya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.
c. Disediakannya jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.
Pada tahap selanjutnya, empat ketagori jawaban di atas akan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilai sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4
(Bila pernyataan sangat setuju dengan alasan anak menonton acara TV) Setuju (S) : diberi skor 3
Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2
(Bila pernyataan tidak setuju dengan alasan anak menonton acara TV) Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1
(Bila pernyataan tidak setuju dengan alasan anak menonton acara TV)
Skor dilakukan denagn cara menjumlahkan skor dari setiap item dari tiap- tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap pertanyaanya tersebut untuk masing-masing individu. Selanjutnya tiap-tiap indikator untuk motif diukur melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dari angket. Kemudian jawaban yang dipilih diberi skor dan ditotal. Total skor dari tiap kategori, dikategorisasikan kedalam 3 interval, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Penentuan interval dilakukan dengan menggunakan range. Range masing-masing ketagori ditentukan dengan: R (range) = Skor Tertinggi Skor Terendah
Jenjang yang diinginkan
Keterangan:
Range : Batasan dari tiap tingkatan
Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan
Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai item pertanyaan
Jenjang : 3 (tinggi, sedang, rendah)
Tinggi : Respon sangat membutuhkan akan (motif informasi / identitas personal / itegrasi dan interaksi sosial / hiburan)
Sedang : Mendapatkan kebutuhan akan (motif informasi / identitas personal / itegrasi dan interaksi sosial / hiburan)
Rendah : Tidak mendapatkan kebutuhan akan (motif informasi / identitas personal / itegrasi dan interaksi sosial / hiburan) Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh tingkat interval untuk mengetahui motif anak Surabaya menonton tayangan OPERA ANAK di Trans 7, untuk lebih jelasnya digambar sebagai berikut:
1. Pada motif kognitif (Surveillance) terdapat empat item pertanyaan untuk responden yang menonton tayangan OPERA ANAK di Trans 7 ingin menambah pengetahuan atau wawasan mengenai cerita daerah, dongeng anak dan tokoh superhero dalam program acara OPERA ANAK di Trans 7, ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang lagu daerah, lagu anak – anak dan pesan moral dalam program acara OPERA ANAK di Trans 7, ingin mendapatkan informasi tentang hal-hal baru dan mengetahui tentang kebebasan berekspresi dalam drama komedi OPERA ANAK, ingin mengetahui pasti jalan cerita dongeng atau cerita anak yang menjadi tema disetiap episode acara OPERA ANAK di Trans 7.
Motif Surveillance
Rendah =4 – 7 (responden tidak mendapatkan kebutuhan informasi) Sedang =8 – 11 (responden mendapatkan kebutuhan informasi) Tinggi = ≥ 12 (responden sangat membutuhkan informasi)
2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity) terdapat empat item pertanyaan untuk responden yang menonton program acara OPERA ANAK yakni dengan menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7 dapat meningkatkan
pemahaman tentang nilai-nilai kebudayaan daerah dan kepahlawanan, dapat mencari tokoh atau panutan dalam kehidupan sehari-hari, dari kata-kata bijak tiap tokohnya, dapat mengindentifikasi diri dengan profil para pemain dan dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 dapat menemukan pesan moral penunjang nilai-nilai pribadi yang mudah dipahami.
Motif Personal Identity
Rendah = 4 – 7 (responden tidak dapat menonjolkan nilai pribadinya) Sedang = 8 – 11 (responden dapat menonjolkan nilai pribadinya) Tinggi = ≥ 12 (responden sangat dapat menonjolkan nilai pribadinya) 3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal RelationShip) terdapat empat item
pertanyaan untuk responden yang menonton program acara OPERA ANAK di Trans 7 bersama keluarga, tetangga atau teman menonton acara tersebut dapat bertukar informasi, sebagai bahan pembicaraan dengan teman atau tetangga di sekolah maupun di lingkungan rumah, dengan menonton program acara OPERA ANAK dapat ikut berpartisipasi menonton tayangan anak bukan tayangan orang dewasa dan bersama orang tua, saudara, teman dan tetangga selalu mendukung program acara OPERA ANAK di Trans 7 karena dalam cerita dongeng maupun cerita tokoh superheronya akan mendapatkan berbagai informasi yang bermanfaat. Motif Personal RealitionShip
Rendah : 4 – 7 (responden tidak dapat menyampaikan isi pesan dalam dongeng pada orang lain)
Sedang : 8 – 11 (responden dapat menyampaikan isi pesan dalam dongeng pada orang lain)
Tinggi : ≥ 12 (responden sangat dapat menyampaikan isi pesan dalam dongeng pada orang lain)
4. Motif Hiburan (Diversi) terdapat empat item pertanyaan untuk responden yang menonton program acara OPERA ANAK yakni bahwa Dengan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7 responden ingin mengisi waktu luang, ingin melepaskan diri dari kejenuhan akan film kartun dan rutinitas sehari-hari seperti sekolah, ingin merasakan terharu, ketegangan dan kelucuan akan cerita dalam program acara “Opera Anak di Trans 7 dan ingin mendapatkan hiburan yang sesuai usianya.
Motif Diversi
Rendah : 4 – 7 (responden tidak mendapatkan kebutuhan akan hiburan) Sedang : 8 - 11(responden mendapatkan kebutuhan akan hiburan) Tinggi : ≥ 12 (responden sangat mendapatkan kebutuhan akan hiburan) Motif secara keseluruhan pada tiap kategori dapat disimpulkan sebagai berikut: Rendah : keinginan anak untuk mendapatkan informasi dan hiburan dalam
tayangan OPERA ANAK masih rendah.
Sedang : keinginan anak untuk mendapatkan informasi dan hiburan dalam tayangan OPERA ANAK pada tingkat sedang.
Tinggi : keinginan anak untuk mendapatkan informasi dan hiburan dalam tayangan OPERA ANAK sangat tinggi.
3.1.3 Sekolah Dasar di Surabaya
Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi sekolah-sekolah dasar di Surabaya karena banyak orang mengidentikan bahwa sekolah dasar di Surabaya adalah sekolah yang para siswanya terdiri dari berbagai kalangan karena penduduk Surabaya adalah penduduk yang heterogen sehingga dapat diasumsikan anak-anak yang bersekolah di Surabaya memiliki keanekaragaman dalam berpendapat, pada dasarnya sistem pendidikan sekolah-sekolah dasar yang dipilih tersebut sama dengan sekolah lainnya namun sekolah- sekolah dasar tersebut mempunyai keunggulan tertentu dibidang prestasi baik akademik maupun non akademik sehingga sekolah-sekolah tersebut mempunyai akreditasi “A” dan “B”, dilengkapi dengan segala sesuatu yang lebih dan berkualitas, memberikan kualitas yang terbaik dan profesional (Sarana, pelayanan mutu sd) (Dispendik. Kota Surabaya).
3.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi
Secara keseluruhan jumlah Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Surabaya ada 969 sekolah (Dispendik. Kota Surabaya), sedangkan populasi yang diteliti adalah siswa-siswi SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d 6 yang menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7. karena dengan asumsi anak pada usia tersebut telah memasuki periode realisme naif dan realisme kritis, dimana anak pada periode tersebut sudah mampu menghubungkan satu dengan yang lainnya
dalam totalitas dan mampu memberikan alas an yang bisa dijadikan data peneliti dan tercatat sebesar 1.350.339 siswa. (Sumber : Dispendik, Kota Surabaya)
3.2.2 Sampel dan Penarikan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d kelas 6 yang tercatat sebagai murid Sekolah Dasar (murid aktif). Siswa SD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7. Dipilihnya anak SD yang duduk di kelas 3 s/d kelas 6 sebagai responden, menurut teori Oswald Kroh dalam buku Psikologi perkembangan anak (1995 : 136) karena anak-anak pada usia tersebut telah memasuki periode realisme naif dan realisme kritis, dimana anak pada periode tersebut sudah mampu menghubungkan satu dengan yang lainnya dalam totalitas dan fantasi mereka sudah berkurang diikuti dengan pengamatan konkrit yang bersifat realistis dan kritis sehingga diharapkan mereka akan mampu untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang nantinya akan diajukan oleh peneliti melalui kuesioner.
Untuk menentukan jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane (Bungin dalam Kriyantono, 2006: 160) sebagai berikut:
n= N___ N (d²) + 1 Keterangan : N : Populasi n : Sampel d² : Presisi
1 : Angka Konstan n = N n = __ 1.350.339 ___ 1.350.339 (0,1)²+1 n = 1.350.339 13504,39 n = 99,9 = 100 responden (dibulatkan)
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang responden. Kemudian responden yang diambil dipilih secara teknik Cluster Random Sampling melalui multistage random sampling di kota Surabaya, kemudian terpilih wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan. Teknik ini digunakan, jika populasi letaknya tersebar secara geografis, sehingga peneliti sangat sulit didalam menentukan kerangka sampling dari semua unsur-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut. Mengingat di kota Surabaya terdapat 31 kecamatan dengan 163 kelurahan. Pada penelitian ini menggunakan cluster random sampling dengan melakukan sebanyak tiga tahap :
1. Tahap pertama adalah pemilihan Sekolah Dasar pada wilayah penentuan kota Surabaya. Di wilayah Surabaya terdapat lima distrik. Maka setelah diadakan pengundian secara random (acak) terpilihlah Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan.
2. Tahap kedua, pemilihan Sekolah Dasar pada wilayah kecamatan. Wilayah Surabaya Pusat terdapat 4 kecamatan dan Surabaya Selatan terdapat 8 kecamatan. Surabaya pusat setelah dilakukan pengundian secara random
(acak) maka terpilihlah kecamatan Genteng dan kecamatan Tegalsari sedangkan Surabaya Selatan adalah kecamatan Jambangan dan kecamatan Wonocolo.
3. Tahap ketiga, pemilihan tingkat kelurahan yang setelah dilakukan pengundian secara random (acak) maka terpilihlah SD-SD di Surabaya pada kelurahan genteng, kelurahan Embong Kaliasin, Kelurahan Kedungdoro, Kelurahan Wonorejo, kelurahan Jambangan, kelurahan Sidorejo dan elurahan Bendul Merisi. Jumlah seluruhnya ada 50 Sekolah Dasar yang terpilih.
Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 100 orang dengan ketentuan siswa SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d kelas 6 dan menonton tayangan program acara OPERA ANAK di Trans 7. Dan jumlah populasi responden siswa SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d kelas 6 pada masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut :
a. Kelurahan Sidosermo
SDN Sidosermo I/427 215 siswa
SDN Sidosermo II/549 233 siswa
SDN Margorejo VII/570 311 siswa
SDN Margorejo VIII/571 198 siswa
SDN Margorejo I 321 siswa
SD Putra Bangsa 371 siswa
b. Kelurahan Bendul Merisi
SDN Margorejo III 373 siswa
SD Muhammadiyah 20 405 siswa
SDN Bendul Merisi 408 siswa
SDK Santa Theresia I 734 siswa
SDN Kedung Bende II 312 siswa
Jumlah Seluruhnya 2.232 siswa
c. Kelurahan Karah
SDN Dukuh Menaggal I 150 siswa
SDN Dukuh Menaggal II 176 siswa
SDN Karah IV 212 siswa
SDN Karah VI 315 siswa
SDN Kebonsari I 207 siswa
SDN Kebonsari II 314 siswa
SDN Pagesangan 423 siswa
SD Al- Hidayah 882 siswa
SD Al Hikmah 373 siswa
JumlahSeluruhnya 3.052 siswa
d. Kelurahan Jambangan
SDN Gayungan I 324 siswa
SDN Gayungan II 201 siswa
SDN Ketintang I 135 siswa
SDN Jambangan I 214 siswa
SDN Jambangan II 334 siswa
SD Al Huda 376 siswa
SD Khadijah 596 siswa
Jumlah Seluruhnya 2.494 siswa
e. Kelurahan Genteng
SDN Kapasari IV 276 siswa
SDN Ketabang V 314 siswa
SDN Peneleh I 218 siswa
SDK Yohanes Gabriel 369 siswa
SDK Santa Angela 454 siswa
SDK Karitas II 383 siswa
Jumlah Seluruhnya 2.032 siswa
f. Kelurahan Embong Kaliasin
SDN Kaliasin I 807 siswa
SD Hangtuah I 524 siswa
SDN Kaliasin II 304 siswa
SD Muhammadiyah 12 282 siswa
SD Muhammadiyah 15 613 siswa
Jumlah Seluruhnya 2.530 siswa
g. Kelurahan Kedung Doro
SDN Bubutan XIII 317 siswa
SDN Jepara II 289 siswa
SDN Tembok Dukuh IV 368 siswa
SDK Stella Maris 362 siswa
SD Muhammadiyah 20 304 siswa
SD Bubutan I 403 siswa
Jumlah Seluruhnya 2.257 siswa
Jumlah secara Keseluruhan adalah 17. 627 siswa
Jumlah populasi siswa SD di 8 (delapan) kelurahan yang terdiri dari 50 Sekolah Dasar adalah 17.627 siswa, sehingga untuk lebih rincinya, jumlah sampel yang akan diteliti tiap-tiap wilayah kelurahan ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
n= N1 x n1 N
Keterangan :
N = jumlah sampel siswa-siswi SD di Surabaya yang duduk di kelas 3 s/d 6 dari beberapa kelurahan
N1 = ukuran Stratum ke-1
N = Jumlah siswa-siswi SD di Surabaya yang duduk di kelas 3s/d 6 dari beberapa kelurahan
n = jumlah sampel minimal yang ditetapkan
Dari jumlah populasi tersebut dapat diperoleh sampel untuk masing- masing kelurahan sebagai berikut :
1. Kelurahan Sidosermo :
1.649 x 100 = 9,6 dibulatkan 10 17.627
2. Kelurahan Bendul Merisi : 2.232 x 100 = 12 17.627 3. Kelurahan Karah : 3.052 x 100 = 17 17.627 4. Kelurahan Jambangan : 2.494 x 100 = 14 17.627 5. Kelurahan Genteng : 2.032 x 100 = 11,8 dibulatkan 12 17.627
6. Kelurahan Embong Kaliasin : 2.530 x 100 = 14 17.627 7. Kelurahan Kedungdoro : 2.257 x 100 = 12,8 dibulatkan 13 17.627 8. Kelurahan Wonorejo : 1.401 x 100 = 7,9 dibulatkan 8 17.627
Tabel 3.1
Prosentase responden dari beberapa Kelurahan
No. Kelurahan Populasi Prosentase %
1. Sidosermo 1.649 10 2. Bendul Merisi 2.232 12 3. Karah 3.052 17 4. Jambangan 2.494 14 5. Genteng 2.032 12 6. Embong Kaliasin 2.530 14 7. Kedungdoro 2. 257 13 8. Wonorejo 1.401 8 Jumlah 17.627 100
3.3 Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini menurut cara memperolehnya, dilakukan dengan dua pendekatan yaitu, pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung melalui hasil wawancara dari pertanyaan secara terstruktur kepada responden.
b. Data Sekunder
Data yang tidak diperoleh langsung dari lapangan. Data ini dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua terkait dengan masalah-masalah
yang diteliti, seperti perpustakaan, pusat pengolahan data, pusat penelitian, internet dan lain-lain.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk mendeskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :
P = F x 100% N Keterangan : P : Presentasi Responden F : Frekuensi Responden N : Jumlah Responden
Dengan menggunakan rumor tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan.