• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF PEMIRSA MENONTON REALITY SHOW BELAJAR INDONESIA (Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Acara Reality Show “Belajar Indonesia” di Trans TV).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF PEMIRSA MENONTON REALITY SHOW BELAJAR INDONESIA (Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Acara Reality Show “Belajar Indonesia” di Trans TV)."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

“BELAJAR INDONESIA” DI TRANS TV

(Studi Deskriptif Motif pemirsa Surabaya Menonton

Reality show “Belajar Indonesia” di Trans TV)

SKRIPSI

Oleh:

LINNA ROHIMAH NPM : 0643010375

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN“ JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

(2)

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayahNya lah sehingga penulis mampu menyelesaikan Proposal ini dengan judul

Motif Pemirsa Menonton Reality Show Belajar Indonesia” (Studi Deskriptif Motif pemirsa Surabaya menonton Reality show Belajar Indonesia di Trans TV).

Adapun yang menjadi latar belakang dari penulisan Proposal ini adalah sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian Skripsi, di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Allah SWT, karena berkat petunjuk dan kemurahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal ini

2. Ibu Herlina Suksmawati, Msi sebagai dosen pembimbing penulis yang selalu

dengan sabar memberikan petunjuk kepada penulis.

3. Bapak Juwito, S.sos, Msi selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UPN “Veteran”

Jawa Timur.

4. Mama dan Ayah, yang selalu memberikan segala dukungannya baik material,

spiritual, motivasi, dan do’a kepada penulis.

5. Special person My Juist, buat Semangat dan dukungannya

6. Temen –temen The Nyorngat, Ana, vicha, Merly, Qiqy, Mbak Rima, Maz Adit,

Maz Galih, Maz Ndog, Maz Samid, Maz Halim, Maz Zippo, Maz Woho, dan temen – temen yang lain yang gak bisa penulis sebutkan satu persatu

(3)

v

dan bantuannya

8. Temen- temen Kinne Komunikasi UPN, buat dukungannya

9. Seluruh dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah mendidik, memberikan

pengajaran dan pelajaran kepada penulis.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu penulis dalam pembuatan Proposal ini..

Semoga Allah SWT, senantiasa menyertai dan yang akan membalas kebaikan saudara-saudara yang telah turut serta dalam membantu penulis demi

terselesaikannya Skripsi ini. Namun sebagai manusia biasa penulis menyadari betul bahwa pembuatan Proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran

dan kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, Juli 2010

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ……… UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN... xii

ABSTRAKSI... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ……….. 11

1.3. Tujuan Penelitian……… 11

1.4. Manfaat Penelitian………..……… 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA……... 13

2.1. Landasan Teori... 13

2.1.1 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa... 13

2.1.2 Pemirsa Sebagai Khalayak media... 14

(5)

2.1.3 Acara Belajar Indonesia... 15

2.1.4 Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa……… 16

2.1.5 Deskriptif Motif... 18

2.1.6 Teori Uses And Gratification... 21

2.2. Kerangka berfikir……….. ………....… 25

BAB III METODE PENELITIAN ……… 27

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……….. 27

3.1.1. Definisi Operasional ……… 27

3.1.2. Pengukuran Variabel ……….. 27

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel …….. 33

3.2.1. Populasi ………...….. 33

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel …..…..……. 33

3.3. Teknik Pengumpulan Data ……..………..………... 39

3.4. Teknik Analisis Data... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Data... 41

4.1.1. Gambaran Umum Trans TV... 41

4.1.2. Program Reality Show “Belajar Indonesia” ... 42

4.1.3. Gambaran Umum Surabaya ... 43

4.2. Penyajian Data dan Analisis dan Analisis Data ... 46

4.2.1. Identitas Responden... 46

4.2.2. Penggunaan Media... 50

(6)

4.2.3. Motif Responden menonton ... 45

Belajar Indonesia di Trans TV 4.2.3.1 Motif Informasi 53 4.2.3.2 Motif Identitas Personal 60 4.2.3.3 Motif Integrasi dan Interaksi sosial 64 4.2.3.4 Motif Diversi 69

4.2.4. Kategorisasi Motif secara umum... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 81

5.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN... 85

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Uses and Gratifications Model... 23

Bagan kerangka berpikir penelitian

Gambar 2.2 Tentang Motif pemirsa di Surabaya dalam

Tayangan “Belajar Indonesia“ di Trans TV………. 26

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Jumlah Usia 17 th ke atas dari beberapa kelurahan 38

Tabel 1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 47 Tabel 2 Responden Berdasarkan Usia... 48 Tabel 3 Responden Berdasarkan Pekerjaan……….. 49 Tabel 4 Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton

Belajar Indonesia Dalam 1 Bulan... 43 Tabel 5 Responden Berdasarkan Durasi Menonton Belajar

Indonesia Dalam 1 Penayangan...48 Tabel 6 Motif Informasi Responden

Menambah Wawasan Atau Pengetahuan seni tari... 53 Tabel 7 Motif Informasi Responden

Mendapatkan Pengetahuan Tentang music tradisional…… 55

Tabel 8 Motif Informasi Responden

Ingin mengetahui Adat-istiadat masyarakat

Indonesia……….……….. 56

Tabel 9 Motif Informasi Responden

Ingin mengetahui Makanan Khas Indonesia………. 57

Tabel 10 Motif Informasi Responden

Ingin mengetahui keindahan alam Indonesia………. 58

Tabel 11 Motif Informasi Responden

Ingin mengetahui pengalaman turis……… 60

Tabel 12 Motif Identitas Personal Responden

Ingin mendapatkan rasa percaya diri yang lebih terhadap

kebudayaan Indonesia... 61 Tabel 13 Motif Identitas Personal Responden

Menemukan nilai seni dan budaya... 62

(9)

Tabel 14 Motif Identitas Personal Responden

Sebagai dorongan untuk lebih peduli terhadap kebudayaan

Indonesia……… 63

Tabel 15 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

Ingin mengetahui suka duka seniman Indonesia…………. 65 Tabel 16 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

Mendapatkan arti persahabatan……….…….…… 66 Tabel 17 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

Menjadikan Segala Informasi Untuk Bahan Bicara ….. 67 Tabel 18 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

Hanya ikut-ikutan………. 68 Tabel 19 Motif Diversi Responden Sebagai Hiburan……… 70 Tabel 20 Motif Diversi Responden Untuk Mengisi Waktu luang…. 71 Tabel 21 Motif diversi responden Untuk melepaskan diri dari

Permaslahan yang sedang dihadapi sehari-hari... 72 Tabel 22 Motif Diversi Responden Dalam Bersantai... 73 Tabel 23 Motif Informasi Responden Dalam Menonton

Reality Show Belajar Indonesia di Trans TV... 75 Tabel 24 Motif Identitas Personal dalam Menonton

Reality Show Belajar Indonesia di Trans TV... 76 Tabel 25 Motif Diversi dalam menonton acara reality show

Belajar Indonesia di Trans TV... 78 Tabel 26 Kesimpulan keempat motif……….80

(10)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuisioner 85

Lampiran 2 Data Pertanyaan 91

Lampiran 3 Data Jumlah hasil keseluruhan Perhitungan Skor Motif 93

Lampiran 4 Tayangan Belajar Indonesia 102

Lampiran 5 Rating Belajar Indonesia 103

Lampiran 6 Bakesbang dan Linmas 104

(11)

ABSTRAKSI

LINNA ROHIMAH. MOTIF PEMIRSA MENONTON REALITY SHOW

BELAJAR INDONESIA (Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Acara Reality Show “Belajar Indonesia” di Trans TV).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif pemirsa menonton program acara reality show “Belajar Indonesia” di Trans TV. Reality Show Belajar Indonesia adalah sebuah Program TV yang mengangkat cerita tentang seseorang warga negara asing yang ingin belajar kesenian dan atau kebudayaan Indonesia seperti seni tari, music tradisional, adat istiadat dan mencicipi makanan khas daerah yang ada di Indonesia. Pelajaran itu ia peroleh dari seorang seniman yang berdomisili di suatu daerah yang menguasai beragam seni daerah tersebut. Di dalam kisah tersebut terangkum aneka cerita tentang suka, duka, kelucuan serta petualangan si warga negara asing dalam menjalani proses belajarnya, tantangan dalam belajar serta uniknya seni budaya yang ia pelajari tersebut.

Landasan Teori yang digunakan yaitu Teori Uses and Gratification adalah teori dari penelitian ini dimana anggapan dasar dari teori ini menyatakan bahwa teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media tetapi tertarik pada apa yang dilakukan orang kepada media. Jadi anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media massa untuk memenuhi kebutuhannya. Penelitian ini menganalisis fenomena tersebut mengacu pada motif-motif Informasi (kebutuhan akan informasi), motif Identitas Personal ( menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri), motif Integrasi dan Interaksi sosial ( kebutuhan yang berkenaan dengan empati sosial dan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar ), motif Diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan), dengan masing-masing indikatornya.

Populasi subyek penelitian adalah masyarakat Surabaya yang berumur 17 tahun keatas khususnya penonton acara reality show “Belajar Indonesia” di Trans TV dan bertempat tinggal di Surabaya. Penarikan sample dengan menggunakan teknik

Multistage Cluster Random Sampling. Teknik pengumpulan data pada tiap motif

menggunakan kuisioner dengan skala likert. Analisis data menggunakan analisis deskriptif.

Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa Motif responden dalam menonton acara reality show “Belajar Indonesia ” di Trans TV didasari oleh motif informasi, motif integrasi dan interaksi sosial, motif identitas personal dan motif diversi. Yang ingin didapatkan dari motif informasi misalnya, mendapatkan informasi atau wawasan tentang kebudayaan Indonesia, motif identitas personal yang menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri misalnya menemukan nilai-nilai seni budaya, motif integrasi dan interaksi sosial seperti menambah dorongan untuk lebih peduli terhadap kebudayaan Indonesia dan dapat menciptakan rasa empati kita

(12)

xiv

terhadap orang lain, motif diversi keinginan untuk mendapatkan hiburan dan bersantai menghilangkan kejenuhan setelah melakukan aktuvitas sehari-hari,

(13)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada masa perkembangan teknologi saat ini, komunikasi juga mengalami peningkatan yang sangat pesat dengan ditunjang rasa keingintahuan masyarakat yang

sangat besar terhadap sebuah informasi baru, sekarang ini komunikasi dianggap sangat penting bagi masyarakat. Dengan mengetahui apa yang terjadi disekitarnya, secara tidak langsung memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk

menjadikannya sebagai bahan pembicaraan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk

kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, yakni antara lain melalui komunikasi yang bersifat menghibur, dan

memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerjasama dengan anggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. ( Mulyana, 2001 : 05 )

Dalam memasuki era globalisasi, mendapatkan informasi menjadi salah satu kebutuhan yang cukup penting. Manusia pada dasarnya selalu haus akan informasi

yang dianggap sebagai suatu hal yang perlu diketahui. Dengan informasi kita dapat mengetahui dan mengikuti suatu peristiwa yang terjadi disekitarnya maupun ditempat lain secara jelas dan akurat. Informasi juga dapat menambah pengetahuan

(14)

dan wawasan yang dapat menumbuhkan kemampuan intelektualitas dalam

diri seseorang. Untuk itu, agar manusia dapat selalu mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, maka mereka membutuhkan kehadiran media sebagai sarana komunikasi.

Kegiatan komunikasi tidak hanya dapat dilakukan secara langsung melalui tatap muka, namun ada juga kegiatan komunikasi yang membutuhkan alat bantu

media untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Media yang menyediakan jasa untuk menyampaikan pesan kepada khalayak disebut media massa, dimana televisi merupakan salah satu bagian dari media massa elektronik

( Effendy, 2002 : 50 )

Menonton televisi merupakan minat semua manusia. Melalui kegiatan

menonton televisi, manusia dapat menilai informasi sebagai pesan mendidik, menghibur serta mempengaruhi pemirsanya melalui berbagai acara yang disajikan (Replubika, 2004:4)

Televisi sebagai media audio visual merupakan media yang paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Hal

ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Kultur yang dibawa oleh televisi dengan sendirinya mulai tumbuh di masyarakat. (Wibowo, 2007:17)

Pemirsa (television watcher – television viewer) adalah sasaran komunikasi melalui televisi siaran yang heterogen. Pada dasarnya setiap individu memiliki

(15)

belakang sosial dan kebudayaan, sehingga pada gilirannya berbeda pula dalam

pekerjaan, pendidikan, cita-cita, keinginan, kesenangan, dan lain sebagainya ( Effendi, 2000:61)

Kegiatan manusia (pemirsa televisi) dalam menonton televisi merupakan

kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka baik berupa informasi, pendidikan maupun hiburan. Kebutuhan pemirsa yang demikian besar pun dapat

dimengerti oleh satasiun televisi sehingga semua stasiun televisi berlomba-lomba dalam memberikan acara yang menarik dan menambah acara hiburannya. Sesuai dengan perkembangan jaman yang selalu maju, banyak stasiun televisi swasta

memberikan suguhan hiburan yang menarik untuk ditonton. Hiburan-hiburan televisi bisa berupa acara musik, Film asing maupun lokal, acara komedi, sinetron, talkshow,

reality show maupun kuis. Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang dengan pesat, terbukti dengan hadirnya 12 stasiun televisi swasta yang mengudara secara nasional dan juga beberapa TV local.

Menurut Effendy (2000 : 19-20) dengan banyaknya televisi swasta, khalayak pemirsa banyak diuntungkan karena dapat memilih materi siaran yang diinginkan

sesuai dengan kebutuhannya. Televisi dapat memenuhi dari sejumlah kebutuhan yang dimiliki khalayak melalui acara-acara yang disiarkan. Menitikberatkan isi media pada apa yang diinginkan khalayak, berarti mengasumsikan khalayak

menggunakan media (memilih isi) bukan merupakan kegiatan yang kebetulan atau dipengaruhi faktor eksternal, melainkan suatu perilaku yang didorong motif tertentu.

(16)

menyatakan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki kebutuhan yang harus

dipenuhi.

Kebutuhan-kebutuhan inilah yang memunculkan motif menggunakan media massa khusunya dalam hal ini adalah televisi yang menyebabkan timbulnya motif

yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh

sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak , alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan,2000:140).

Televisi memang tidak pernah kehabisan ide untuk menarik perhatian pemirsa, setelah televisi berhasil memikat pemirsa dengan tayangan infotaiment dan

sinetron, kini para kreator progam menyita para pengikutnya dengan acara baru, yaitu Reality show dan bersaing untuk mendapatkan rating yang tinggi, walaupun saat ini menurut Nina Muthmainnah, wakil ketua KPI, tayangan reality show

dikategorikan sebagai acara non faktual yang harus melewati badan sensor terlebih dulu sebelum tayang di televisi ( www.tempointeraktif.com).

Reality show merupakan suatu acara yang menampilkan realitas kehidupan seseorang dan disiarkan melalui media televisi sehingga bisa dilihat oleh masyarakat. pertunjukannya asli, tidak direkayasa dan tidak dibuat-buat. Kejadiannya diambil

dari keseharian, kehidupan masyarakat apa adanya, yaitu realita di masyarakat. Tayangan reality show ini pada awalnya mirip dengan dokumentasi news, hanya saja

(17)

lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari

partisipan, dan melalui penyuntingan serta teknik-teknik pascaproduksi lainnya. (Motulz Media center, Mei 2005).

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan budaya,

Hampir setiap pulau ditinggali oleh suku dan ras dan tiap-tiap suku dan ras mempunyai kebudayaannya sendiri. Keanekaragaman budaya inilah yang membuat

Indonesia menjadi salah satu Negara yang cukup diperhitungkan dimata dunia, banyaknya keunikan kebudayaan Indonesia menarik minat masyarakat dunia untuk mengenalnya bahkan mempelajarinya lebih dalam lagi. Budaya di Indonesia sangat

beragam dan menarik, hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya para turis yang ingin datang langsung ke Indonesia guna melihat langsung keindahan alam dan

kebudayaanya. Misalnya Bali, banyak sekali para turis yang datang kesana untuk melihat langsung budaya Indonesia seperti kesenian, pameran kesenian dan juga kerajinan asli provinsi Bali ( www.kompas.com ).

Namun seiring berkembangnya zaman, kebudayaan di Indonesia mulai luntur. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya teknologi yang mempunyai

dampak negatif terhadap kebudayaan Indonesia. Dengan banyaknya media elektronik kebudayaan barat mulai mengubah pola pikir masyarakat Indonesia. Karena pola pikir masyarakat Indonesia yang masih rendah, mereka dengan mudah mengikuti

budaya barat tanpa adanya filtrasi sehingga mereka cenderung melupakan kebudayaanya sendiri. Padahal, tidak semua kebudayaan barat cocok dilakukan pada

(18)

memiliki etika sopan santun yang seharusnya tetap dipertahankan.

( http://skyrider27.blogspot.com/).

Dan kini, kebudayaan Indonesia sudah mulai dilupakan oleh warga Indonesia, hal ini dibuktikan melalui apresiasi masyarakat terhadap kegiatan pertunjukan dan

kesenian Indonesia yang masih rendah, (www.bappenas.go.id) padahal kebudayaan Indonesia amatlah menarik di mata asing, terbukti banyak wisatawan-wisatawan

asing yang datang ke Indonesia untuk melihat secara langsung keindahan alam Indonesia sekaligus belajar kebudayaan asli Indonesia ( www.bps.go.id ).

Program reality show Belajar Indonesia merupakan program Baru di Trans

TV, program ini menceritakan tentang warga asing yang belajar tentang seni dan budaya yang ada di Indonesia. Pelajaran yang mereka dapat langsung dari para

seniman itu sendiri. kemasan dan juga penampilan yang disuguhkan benar-benar baru. Menambah wawasan para wisatawan asing untuk mau dan terus berkunjung ke indonesia. Acara ini semakin menarik karena proses pembelajaran dan interaksi

langsung antara turis asing dengan guru. Didalam kisah tersebut terangkum suka duka, kelucuan, serta petualangan warga negara asing dalam menjalani proses

belajar dan tantangan yang dihadapinya. Selain mengangkat proses belajar serta akulturasi budaya, program ini juga mengangkat kisah perjuangan sang seniman dalam mempertahankan seni dan budaya indonesia. Penyajian keindahan panorama

dan keunikan alam serta kemasan menarik menjadi daya tarik tersendiri. Misalnya pada Episode Belajar Indonesia hari Sabtu, 1 Mei 2010 Jono amstrong seorang warga

(19)

bambu gamelan yang dinamakan Jegong, kemudian Jono mulai mencoba untuk

belajar memainkan alat musik tersebut kepada bapak Made yang merupakan seorang seniman di desa itu.

Keesokan harinya pak Made membawa Jono ke trek balap untuk melihat

latihan balap kerbau, dan kemudian pak Made memilihkan kerbau warna putih yang disebutnya Bule dan memutuskan itu adalah pilihan cocok untuk Jono. Setelah itu

Jono masuk ke ‘Cikar’ (kereta dengan roda belakang kerbau) dan dalam waktu 2 detik pak Made memukul pantat kerbau dan berteriak “pergi … pergi … pergi ‘ dan kereta mulai melaju kencang. “Dari gerobak berharap bahwa saya tidak akan mati!

Tanah itu terbang di mana-mana ke wajahku dan seluruh pakaian saya, Ini adalah pengalaman yang benar-benar gila dan berbahaya!” kata Jono.

Sore hari mereka kembali ke rumah Pak Made dan Jono belajar bagaimana untuk memberi makan dan memandikan kerbau. Mereka membawa kerbau ke padang rumput untuk makan rumput dan hujan mulai turun! Semua anak-anak desa

berteriak dan mengundang Jono untuk bergabung dengan mereka untuk mandi dalam hujan, “Aku membuka celana saya dan kemeja dan kami bermain bersama dan

kemudian kami mandiin kerbau dengan sampo mobil dan aku menginjak taik kerbau, Aghhhh……sial..” hahaaha…” seru Jono dengan wajah geram yang bercampur dengan hati riang karena ditemani bermain dengan anak – anak di desa tersebut.

Itulah sepenggal episode Belajar Indonesia bersama pak Made dan Jono Amstrong. Acara yang ditayangkan di TransTV setiap sabtu dan minggu pukul 13.30

(20)

kebudayaan kita ini adalah budaya yang menarik dan menyenangkan

(www.kapanlagi.com).

Salah satu dasar Mengapa Reality show Belajar Indonesia menjadi pilihan peneliti yaitu progam ini merupakan program terbaru Trans Tv dan belum ada di

stasiun televisi lain. Progam ini berbeda dengan program reality show lainnya, karena selain ada unsur berpetualang dari kota satu ke kota lain di wilayah Indonesia,

turis yang mengikuti acara tersebut juga mempelajari kebudayaan asli Indonesia, seperti seni tari, musik tradisional, adat istiadat, makanan khas daerah, hingga kebiasaan unik yang ada di wilayah tersebut. Selain itu di akhir acaranya juga

disisipkan pernyataan turis tentang keindahan Indonesia dan budayanya sehingga dapat membangkitkan rasa cinta terhadap Indonesia kepada pemirsanya.

acara yang berunsur petualangan ini mampu bersaing dengan program reality show yang lain, meski tergolong program baru namun acara ini mampu meraih rating tinggi dalam deretan tayangan reality show lainnya.(www.indorating.com)

Penelitian ini berkaitan erat dengan motif pemirsa dalam menonton acara reality show Belajar Indonesia di Trans TV. Menurut McQuail (2002 : 72 ) motif

meliputi motif informasi, motif identitas personal, motif integrasi dan interaksi sosial, motif diversi. dan dari satu persatu motif terdapat unsur permasalahan, antara lain :

1. Motif Informasi ( Surveillance ) yang cenderung mengarah kepada keinginan

khalayak untuk mencari informasi, permasalahan yang dihadapi pemirsa

(21)

seperti seni tari, musik tradisional, adat istiadat serta keindahan alam seperti

gunung, laut maupun satwa yang ada di Indonesia.

2. Motif identitas personal ( Personal Identity ) yaitu para pemirsa diharapkan bisa mengeksplorasi semua potensi, kemampuan, bakat, citra diri,

kepercayaan diri, dan nilai-nilai positif yang dimiliki pemirsa dengan melihat kejadian-kejadian yang ditayangkan dalam acara tersebut. Permasalahan yang

dihadapi pemirsa terkait dengan motif identitas pribadi yaitu adanya perasaan malu dan takut diremehkan orang lain jika tidak menonton tayangan ini, karena dirinya tidak mengetahui budaya asli Indonesia.

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial ( Personal Relationships ) yaitu dengan

melihat reality show “Belajar Indonesia” pemirsa dapat berinteraksi dengan

orang lain. Permasalahan yang dihadapi pemirsa terkait dengan motif integrasi dan interaksi sosial yaitu setiap individu membutuhkan teman untuk bisa saling berkomunikasi dan berinteraksi, oleh karena itu dengan menonton

acara ini diharapkan pemirsa bisa menjadikan bahan diskusi dengan keluarga, tetangga, teman dan orang lain.

4. Motif diversi (hiburan) karena banyaknya kebutuhan pemirsa akan informasi

dan hiburan yang belum terpenuhi. Permasalahan yang dihadapi pemirsa terkait dengan motif hiburan adalah kejenuhan pemirsa akan tayangan variety

show dan infotainment yang identik monoton, sedangkan acara reality show Belajar Indonesia dapat membuat pemirsa terhibur karena menampilkan

(22)

Sesuai pendekatan Uses and Gratification bahwa model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif dalam

menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sinilah timbul Uses and

Gratification, pengenaan dan pemenuhan kebutuhan. ( Rachmat, 1998 : 65 )

Pada penelitian ini yang akan di gunakan sebagai sampel adalah pemirsa yang sudah berumur 17 tahun ke atas, karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemempuan berfikir yang lebih sempurna, ditunjang oleh sikap pandangan yang

lebih realistis terhadap lingkungannya (Mappiare, 1982 : 39). Asumsi bahwa khalayak pada dasarnya aktif dalam menggunakan media massa, maksudnya bahwa

khalayak menggunakan media massa maupun sumber-sumber lain ( non media ), karena memiliki tujuan tertentu yaitu untuk memenuhi kebutuhan. Disini khalayak juga terlihat selektif, maksudnya khalayak memiliki kebebasan memilih terhadap

jumlah dan jenis isi media yang dirasa berguna bagi dirinya.

Berkaitan dari uraian diatas membuat peneliti terdorong untuk meneliti motif

pemirsa menonton tayangan reality show Belajar Indonesia. Untuk itu diadakan satu penelitian yang melibatkan masyarakat Surabaya. Kota Surabaya dipilih peneliti karena Surabaya adalah salah satu kota besar di Indonesia yang kaya akan budaya,

beberapa kebudayaan asli Surabaya yang cukup terkenal yaitu Ludruk dan Tari Ngremo, ada juga makanan khas lontong balap dan semanggi yang menggugah

(23)

Selain itu pemilihan Surabaya sebagai objek penelitian disebabkan karena

karakteristik masyarakat yang heterogen dan dinamis. Dengan demikian pemilihan Surabaya sebagai kota penelitian karena Surabaya cukup representative untuk dijadikan objek penelitian.

Dalam hubungannya dengan penggunaan media massa termasuk televisi di dalamnya, tentu tidak lepas dari adanya kebutuhan serta dorongan yang timbul dan

berkembang dalam diri individu sehingga seseorang menggunakan televisi sebagai sumber informasinya. Dorongan inilah yang sering disebut dengan motif, tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan eksistensinya. (Effendy, 2000:45)

Pada dasarnya motif timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif identik dengan kebutuhan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : Bagaimana motif pemirsa di Surabaya terhadap tayangan reality show “Belajar Indonesia” di Trans TV?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif pemirsa Surabaya

(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis

Untuk mengaplikasikan Teori Uses and Gratification terhadap motif pemirsa

di Surabaya dalam menonton televisi untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Kegunaan Praktis

(25)

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Pengertian dari komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan

media massa modern : surat kabar dengan sirkulasi yang luas, radio, televisi dengan siarannya yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung bioskop. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada

komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media (Effendi, 1993 :79-80)

Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran Televisi yang merupakan salah satu media elektronik dengan cirri-ciri yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan

keserempakkan, dan komunikannya heterogen (Effendi,1993:17), dengan salah satu keunggulan dibandingkan dengan media lainya yaitu bersifat audio visual.

Kehadiran media massa pada masyarakat negara berkembang mempunyai arti yang sangat penting, ada beberapa unsur penting dalam media massa, yaitu adanya sumber informasi, isi pesan, (informasi, saluran informasi (media), khalayak

sasaran (masyarakat), umpan balik khalayak sasaran (feedback). (Kuswandi, 1996 : 98)

(26)

Adapun posisi dan peran televisi di masyarakat menurut Robert K Avery

memiliki 3 fungsi, yaitu :

1. The Surveillance of the environment yang berarti bahwa media televisi berperan

sebagai pengamat lingkungan

2. The correlation of part society inresponding to the environment yaitu media

televisi mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan

kebutuhan khalyak sasaran karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi

3. The transmission of the social heritage from one generation to the next yaitu

media televisi berperan untuk menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi lainnya (Kuswandi,1996:53)

Menurut Effendy (1993 :24), fungsi televisi sebagai media massa adalah : 1. Fungsi penerangan (the information function) yaitu yang memberikan informasi

acara televisi seperti acara kuis, pilihan sinetron, di setiap stasiun televisi.

2. Fungsi pendidikan (the educational function) yaitu memberi informasi

pendidikan yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. 3. Fungsi hiburan (the entertaiment function) yaitu acara-acara yang ditayangkan di

televisi seperti acara sinetron di setiap stasiun televisi memberikan hiburan terhadap khalayak luas.

2.1.2Pemirsa sebagai Khalayak media massa

(27)

jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar, anonim, serta mempunyai

kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat.(Mc Quail,1994:201)

Sifat khalayak yang demikian meyulitkan pihak komunikator dalam

menyebarkan pesannya dalam media massa, setiap individu dari khalayak ialah mengelompokkan mereka menurut jenis tertentu, misalnya: jenis kelamin, usia,

agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan lain sebagainya. (Effendy, 1993: 25). Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka sejumlah acara diperuntukkan bagi kelompok tertentu sebagai sasaran

(target audience). Contoh acara untuk khalayak sasaran adalah warta berita,

sandiwara, film seri, musik, film kartun, dan lain-lain. Sedangkan untuk kelompok

sasaran adalah acara untuk anak-anak, remaja, dewasa, petani, ABRI, pemeluk agama, dan lain-lain. (Effendy, 1993: 25-26). Masyarakat Surabaya di sini merupakan khalayak sasaran (target audience).

2.1.3Acara Belajar Indonesia

Tayangan reality show Belajar Indonesia merupakan salah satu program baru Trans TV yang tayang perdana pada 13 Maret 2010, dengan durasi 30 menit yang ditayangkan setiap hari sabtu dan Minggu pukul 13.30 WIB.

Reality show Belajar Indonesia merupakan sebuah program yang mengangkat cerita tentang seorang warga negara asing yang ingin belajar kesenian dan

(28)

oleh seniman asli daerah tersebut, turis memulai belajar salah satu kebudayaan

Indonesia di daerah tersebut, seperti seni tari, musik tradisional, adat istiadat, permainan tradisional, dan juga mencicipi makanan khas daerah tersebut.

Keunikan dari tayangan ini adalah progam ini mempunyai konsep yang

berbeda dari tayangan reality show kebanyakan, dimana lebih mengangkat unsur kebudayaan Indonesia, selain ada unsur petualangan, tayangan ini juga menampilkan

usaha-usaha turis dalam mempelajari budaya Indonesia dengan tekun sampai bisa menguasainya. Turis tersebut juga bersosialisasi dan mengakrabkan diri dengan warga sekitar, bermain-main dengan permainan tradisional bersama anak-anak, serta

menjelajahi tempat yang bersejarah dan terkenal di daerah tersebut.

Yang menjadi kekuatan dalam program acara ini yaitu kita dapat mengenal

lebih dalam lagi ragam kebudayaan yang ada di Indonesia. Selain itu juga menampilkan suka-duka dari para seniman-seniman Indonesia dalam mempertahankan kebudayaan tersebut pada era sekarang ini. Dan di akhir acara

disisipkan pernyataan turis tentang keindahan Indonesia dan budayaanya yang bisa mendorong kita untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan Indonesia.

2.1.4Teori Kebutuhan terhadap media Massa

Kebutuhan terhadap media massa dipenuhi melaui surat kabar, majalah,

radio, televisi, dan film. Baik isi maupun melalui daya terpaannya (exposure) secara konteks sosial tempat dimana terpaan berlangsung.

(29)

1. Kebutuhan Kognitif

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang lingkungan kita. Kebutuhan ini didasarkan pada keinginan untuk mengerti dan

menguasai lingkungan. Kebutuhan kognitif juga dapat dipenuhi oleh adanya dorongan-dorongan seperti keingintahuan dan penjelajahan.

2. Kebutuhan Afektif

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat pengalaman-pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan,

dan emosional. Mencari kesenangan dan hiburan merupakan motivasi yang pada umumnya dapat dipenuhi oleh media.

3. Kebutuhan Integratif Personal

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan, dan status pribadi. Kebutuhan ini

dapat diperoleh dari adanya keinginan setiap individu untuk menigkatkan harga diri.

4. Kebutuhan Integratif Sosial

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memeperkuat kontak dengan keluarga, teman-teman, dan dengan alam

sekelilingnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didasarkan oleh adanya keinginan setiap individu untuk berafiliasi.

5. Kebutuhan Akan Pelarian

(30)

2.1.5Deskriptif Motif

Berdasarkan arti pada kamus Bahasa Indonesia, motif berarti pola corak; alasan seseorang berbuat sesuatu. Motif berasal dari kata motive yang berarti secara objektif merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk menentukan pilihannya

dari berbagai perilaku tertentu, sesuai dengan tujuan. Pada dasarrnya motif muncul karena adanya kebutuhan-kebutuhan dari individu yang harus dipenuhi. Khalayak

mempunyai berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media massa dan pengkonsumsian media hanya untuk memuaskan kebutuhan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. (Mc Quail, 1994 : 134)

Namun menurut Gerungan (2000 : 140), motif adalah suatu pengertian konsep yang meliputi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari

dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu. Istilah berbuat sesuatu tersebut disebabkan adanya tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian tujuan ini merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar. Maslow mengungkapkan 5 kebutuhan (basic need) secara hirarki dan menempatkan

kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai tingkatan tertinggi. Individu berharap dengan menggunakan media dapat memenuhi sebagian dari kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar terdiri atas:

1. Physiological needs (kebutuhan fisiologis), Kebutuhan dasar yang bersifat

primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme

(31)

2. Safety needs (kebutuhan keamanan), Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk

terlindung dari bahaya, perlakuan tidak adil, terjamin keamanan dirinya.

3. Love needs (kebutuhan cinta), Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan

mencintai dan dicintai.

4. Esteem needs (kebutuhan penghargaan), Kebutuhan dihargai akan prestasi,

kemampuan, kedudukan dan status.

5. Self-actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri), Kebutuhan mempertinggi

potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri. (Effendy,2000 : 290 ).

Kebutuhan – kebutuhan inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang

mendorong aktivitas individu menggunakan media tertentu, artinya yaitu individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dan pengunaan media karena di dorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya.

Fungsi dari motif antara lain :

1. Motif sebagai pendorong manusia untuk bertindak atau berbuat. Motif itu

berfungsi sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

2. Motif menentukan arah perubahan yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau

cita-cita.

3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan

mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

(32)

Menurut McQuail (Kriyantono, 2006 ) Motif secara umum meliputi : 1. Motif Informasi ( Surveillance )

a. Mencari informasi mengenai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia

b. Mendapatkan pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi didalam lingkungan tersebut

c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum d. Belajar, pendidikan diri sendiri

e. Memperoleh rasa aman melalui penambahan pengetahuan

2. Motif Identitas Personal ( Personal Identity ) a. Menemukan penunjang nilai – nilai pribadi

b. Menemukan model perilaku

c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai – nilai lain (dalam media) d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial ( Personal Relationships ) a. Memperoleh pengetahuan berkenaan dengan empati sosial

b. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan lingkungan

sekitar

c. Keinginan untuk digargai oleh orang lain d. Keinginan untuk dekat dengan orang lain

3. Motif Diversi

a. Melepaskan diri dari permasalahan b. Bersantai

(33)

d. Penyaluran emosi

e. Mengisi waktu

2.1.6Teori Uses And Gratification

Media massa dalam berbagai bentuknya merupakan saluran (channel) arus pesan dari sumber ke sasaran. Dengan kekuatan yang ada pada media massa, pada

awal perkembangannya dianggap mampu mempengaruhi bahkan mengubah masyarakat. Namun pada perkembangannya, para ahli mulai sadar bahwa audience tidak mudah dipengaruhi dan audience tidak pasif, namun aktif terlibat dalam suatu

proses komunikasi. Pendekatan Uses and gratifications muncul sebagai akibat ketidakpuasan para peneliti terhadap penelitian – penelitian sebelumnya, yang gagal

membuktikan bahwa khalayak langsung dapat dipengaruhi oleh media massa (Mc Quail, 1993: 133 ). Menurut Katz, Blummer dan Gurevith (Rahmat, 1999 : 205).

Uses and Gratifications dirumuskan dalam asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media

massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan

kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan

kebutuhanya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi

(34)

4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan

anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum

diteliti terlebih dahulu.

Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi

permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak, jadi bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media

untuk mencapai tujuan khusus. (Effendy, 2000 : 289-290)

Berkaitan dengan jenis medium dan isi yang dipilih, konsep khalayak aktif

memiliki kaitan dengan motif dan juga berarti bahwa khalayak mempunyai kecenderungan untuk mengolah makna atas informasi yang diperoleh. Pendekatan

Uses and Gratifications tidak tertarik pada apa yang dilakukan individu terhadap

media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sinilah timbul istilah Uses and

Gratifications, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini tersirat

pengertian bahwa komunikasi manuisa berguna (utility); bahwa komsumsi media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity); dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu

(stubborn). (Rahmat, 1998 : 65)

Penggunaan Uses and Gratification menitikberatkan pada penggunaan isi

(35)

Untuk lebih jelasnya, model Uses and Gratifications dalam Rakhmat (1997

:66) dilukiskan seperti gambar berikut :

Gambar 2.1 : Uses and Gratifications Model

Rakhmat menjelaskan struktur model tersebut sebagai berikut ( Rakhmat, 2005 ) : 1. Variabel Antiseden terbagi atas dua dimensi yakni :

a. Individual, dimensi ini menyajikan informasi perihal data denografis seperti usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor psikologis komunikan. b. Lingkungan, dimensi ini dapat terdiri atas data mengenai organisasi,

sistem sosial dan struktur sosial.

2. Variabel Motif terdiri atas empat dimensi yaitu :

a. Kognitif, dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan

akan informasi, dan surveillance, atau eksplorasi realitas.

b. Identitas Personal, dimensi ini menyajikan perihal data tentang

bagaimana penggunaan isi media untuk memperkuat atau

(36)

c. Personal Relationships, dimensi ini menyajikan persahabatan,

kegunaan sosial.

d. Diversi, dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan akan pelepasan dari tekanan, dan kebutuhan akan hiburan.

3. Variabel Penggunaan media terbagi atas tiga dimensi yaitu :

a. Jumlah waktu, dimensi ini menyajikan jumlah waktu yang digunakan

dalam menggunakan media.

b. Jenis isi media, dimensi ini menyajikan jenis media yang dipergunakan.

c. Hubungan, dimensi ini menyajikan perihal hubungan antar individu,

konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan

media secara keseluruhan.

4. Variabel Efek terbagi menjadi tiga dimensi, antara lain :

a. Kepuasan, dimensi ini menyajikan informasi perihal evaluasi

kemampuan media memberikan kepuasan.

b. Dependasi media, dimensi ini menyajikan perihal ketergantungan

responden pada media dan isi media untuk kebutuhannya.

c. Pengetahuan, dimensi ini menyajikan perihal tentang persoalan

tertentu.

Jadi jelaslah individu menggunakan media massa karena di dorong oleh

(37)

media massa dapat memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan.

Kita kesepian, media massa dapat berfungsi sebagai sahabat (Rakhmat, 1997 :107)

2.2 Kerangka Berpikir

Kegiatan pemirsa dalam memenuhi kebutuhannya didasari oleh adanya motif kognitif yaitu dorongan kebutuhan untuk menambah pengetahuan atau memperoleh

informasi, motif diversi yaitu kebutuhan untuk mencari hiburan, motif identitas personal yaitu menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri. (Rakhmat, 1999:66)

Disini media elektronik khususnya televisi memiliki kelebihan dibandingkan media cetak maupun radio sekalipun yaitu bahwa suatu acara dapat dinikmati

langsung secara audio visual.

Dunia pertelevisian di Indonesia semakin berkembang sejak tahun 1990. Diantaranya dengan semakin banyaknya stasiun televisi swasta yang menyajikan

berbagai progam acara yang menarik perhatian penonton. Banyaknya progam acara yang disajikan, salah satunya adalah acara yang menampilkan subjek realitas, yakni

progam acara yang diangkat berdasarkan kisah nyata sehari-hari.

Acara ’’Belajar Indonesia“ merupakan sebuah Program TV yang mengangkat cerita tentang seseorang warga negara asing yang ingin belajar kesenian

dan kebudayaan Indonesia pada seorang seniman asli Indonesia. Melalui tayangan Belajar Indonesia kita bisa memperoleh informasi tentang berbagai macam

(38)

motif pemirsa di Surabaya dalam menonton acara ’’ Belajar Indonesia” di Trans TV

untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan berikut :

Kebutuhan

(39)

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi operasional dan Pengukuran variabel

3.1 Definisi Operasional

Pada penelitian ini, peneliti tidak membicarakan hubungan antara variabel sehingga tidak ada pengukuran variabel X dan Y. penelitian ini difokuskan pada motif pemirsa Surabaya dalam menonton tayangan Belajar Indonesia di Trans TV,

sehingga penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan tipe analisis deskriptif untuk menggunakan dan menjelaskan motif pemirsa tersebut.

Dalam hal ini motif dapat dioperasionalisasikan sebagai semua penggerak, alasan - alasan atau dorongan - dorongan dari dalam diri individu yang menyebabkan individu berbuat sesuatu. Motif timbul karena adanya kebutuhan, Dengan kata lain

motif merupakan ciri dari kebutuhan.

3.2 Pengukuran Variabel

Untuk memudahkan pengukuran variabel, maka dalam penelitian ini di gunakan kategori motif dikemukakan oleh McQuail yaitu motif informasi, motif identitas personal, motif integrasi dan interaksi sosial dan motif diversi. Adapun

indikator dari keempat motif pemirsa Surabaya dalam menonton tayangan reality show Belajar Indonesia tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

(40)

1. Motif Informasi (kebutuhan untuk menambah wawasan dan pengetahuan)

Individu dalam menonton suatu tayangan acara di televisi bertujuan untuk menonton tayangan Belajar Indonesia mempunyai tujuan yaitu :

a. Menambah wawasan atau pengetahuan seputar Kesenian tari asli

Indonesia

b. Menambah wawasan atau pengetahuan seputar Kesenian musik

tradisional di Indonesia

c. Mengetahui adat istiadat dan kebiasaan masyarakat di daerah-daerah yang ada di Indonesia

d. Dapat mengetahui Keindahan alam di daerah-daerah yang ada di

Indonesia seperti pegunungan, pantai, sawah dan dataran rendahnya. e. Mengetahui makanan khas daerah-daerah Indonesia

f. Ingin mengetahui pengalaman turis asing setelah mengikuti acara tersebut

2. Motif Identitas Personal (kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan

Lingkungan). Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan untuk mengikuti keadaan sekitarnya, antara lain :

a. Mendapatkan penunjang nilai-nilai pribadi seperti rasa percaya diri

(41)

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial ( Kebutuhan untuk bisa berinteraksi

dengan orang lain ). Dalam hal ini yang berkaitan dengan kebutuhan tersebut antara lain :

a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain ( empati sosial ) b. Mendapatkan arti dari persahabatan dalam tayangan reality show

Belajar Indonesia

c. Dapat menjadikan segala informasi yang diperoleh dari tayangan

Belajar Indonesia sebagai bahan pembicaraan atau masukan dengan orang lain

d. Ikut-ikutan keluarga, tetangga atau teman yang menonton acara

“Belajar Indonesia” di Trans TV

4. Motif Diversi (kebutuhan mencari hiburan)

Kebutuhan disini berkaitan dengan keinginan untuk melepaskan diri dari

kejenuhan, antara lain :

a. Menononton acara Belajar Indonesia karena ingin mendapatkan

hiburan karena melihat kelucuan-kelucuan dan keunikan bule dalam mempelajari budaya Indonesia

b. Menonton Belajar Indonesia untuk Mengisi waktu luang

c. Menonton Belajar Indonesia karena ingin melepaskan diri dari

permasalahan yang sedang di hadapi

d. Menonton Belajar Indonesia karena ingin bersantai setelah menjalani

(42)

Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan menggunakan

model skala likert (skala sikap). Metode ini merupakan metode pengskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan distrbusi respon sebagai dasar penentuan skalanya. Untuk malakukan pengskalaan responden diberi daftar pertanyaan

mengenai motif dan setiap pertanyaan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya.

(Singarimbun, 1987 :111). Pilihan jawaban masing-masing pertanyaan digolongkan dalam empat macam kategori, yaitu: “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak Setuju” (TS), “Sangat Tidak Setuju“ (STS).

Dalam penelitian ini tidak di gunakan alternatif jawaban ragu – ragu

(undecided), alasannya menurut hadi (1981 : 20) adalah sebagai berikut ;

1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu – ragu. Kategori jawaban yang

memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak di harapkan konsumen

2. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan

menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu – ragu akan kecenderungan jawabannya

3. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data

penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat di

(43)

Indikator untuk motif pemirsa di Surabaya dapat ditunjukkan melalui total

skor dari seluruh jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner, sehingga untuk mempermudah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Sangat Setuju (SS) :skor 4

2. Setuju (S) :skor 3

3. Tidak Setuju (TS) :skor 2

4. Sangat Tidak Setuju (STS) :skor 1

Skor pada kategori tersebut diatas ditentukan untuk mengukur pernyataan

positif. Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap item pertanyaan dari tiap-tiap kuisioner, sehingga diperoleh skor total dari tiap-tiap

pernyataan tersebut untuk masing-masing responden. Kemudian tiap-tiap indikator untuk motif diukur melalui pernyataan-pernyataan yang terdapat pada kuisiner, jawaban yang telah dipilih diberi skor total. Total skor dari tiap kategori dimasukkan

dalam 3 interval, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan interval dilakukan menggunakan range dari masing-masing kategori sebagai berikut:

R (range) = Skor tertinggi – Skor terendah

Jenjang yang diinginkan

Keterangan:

Range : Batasan dari tiap tingkat

Skor Tertinggi : Perkalian nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah pertanyaan

(44)

Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh tingkat interval untuk mengetahui

motif pemirsa Surabaya dalam menonton acara Belajar Indonesia, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pada motif informasi terdapat enam item pertanyaan untuk responden yang

menonton reality show Belajar Indonesia, sebagai berikut :

Motif Kognitif = (4x6) – (1x6) = (24 – 6) = (18) = 6 3 3 3

Rendah = 6 - 12 Sedang = 13 - 18

Tinggi = 19 – 24

2. Pada motif identitas personal terdapat tiga item pertanyaan untuk responden yang

menonton reality show Belajar Indonesia, sebagai berikut: Motif Identitas personal= (4x3) – (1x3) = (12 – 3) = (9) = 3 3 3 3 Rendah = 3 – 6

Sedang = 7 – 9

Tinggi = 10 - 12

3. Pada motif integrasi dan interaksi sosial terdapat empat item pertanyaan untuk

responden yang menonton reality show Belajar Indonesia, sebagai berikut : Motif Integrasi dan Interaksi sosial = (4x4) – (1x4) = (16 – 4) = (12) = 4 3 3 3 Rendah = 4 – 8

(45)

4. Pada motif hiburan (Diversi) terdapat empat item pertanyaan untuk responden

yang menonton reality show Belajar Indonesia, sebagai berikut: Motif Diversi = (4x4) – (1x4) = (16 – 4 ) = (12) = 4

3 3 3 Rendah = 4 – 8

Sedang = 9 – 12 Tinggi = 13 – 16

4.2. Populasi, Sampel dan Teknik penarikan Sampel

4.2.1. Populasi

Secara keseluruhan jumlah penduduk Surabaya tercatat sebesar 2.902.507 jiwa (BPS, Surabaya Dalam Angka 2009).

Sedangkan Populasi yang diteliti adalah masyarakat Surabaya usia 17 tahun keatas,

karena dengan asumsi mereka kritis terhadap realitas sosial yang terjadi di masyarakat dan mampu memberikan alasan yang bisa dijadikan data peneliti dan tercatat sebesar 1.350.339 Jiwa.

( sumber : Badan Pusat Statistik Surabaya )

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Dari jumlah populasi mayarakat Surabaya usia 17 tahun keatas, maka jumlah sampel yang diambil dengan menggunakan rumus Yamane ( Rakhmat, 1995 : 82 ),

yakni :

(46)

n = N Nd2 + 1

n = 1.350.339 (1.350.339)(0,1)2 + 1 n = 1.350.339 13504,39

n = 99,9 = dibulatkan menjadi 100 responden

Keterangan

n : Jumlah sampel yang diperlukan N : Jumlah populasi yang diduga

d : Tingkat presisi yang diinginkan (derajat ketelitian)

dengan menentukan presisi (d) + 10% dengan tingkat kepercayaan 90% (Rakhmat, 2002:160)

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat Surabaya yang menonton tayangan Belajar Indonesia di Trans TV. Dari teknik cluster random

sampling melalui multistage random sampling di kota Surabaya, kemudian terpilih

wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan. Teknik ini digunakan, jika populasi

letaknya tersebar secara geografis, sehingga peneliti sangat sulit didalam menentukan kerangka sampling dari semua unsur-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut. Mengingat di kota Surabaya terdapat 31 kecamatan dengan 163 kelurahan (BPS,

(47)

Kc.Wonocolo KcTegal sari Kec. Genteng

Pada penelitian ini menggunakan cluster random sampling dengan melakukan

sebanyak tiga tahap :

1. Tahap pertama, adalah pemilihan pada wilayah penentuan kota Surabaya. Wilayah kota Surabaya terdapat lima distrik (BPS, 2008:26). Maka setelah

diadakan pengundian secara random (acak) terpilihlah Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan.

2. Tahap kedua, pemilihan wilayah pada kecamatan yang mana wilayah Surabaya

Pusat terdapat 4 (empat) kecamatan dan Surabaya Selatan terdapat 8 (delapan) kecamatan. (BPS, 2009:26). Surabaya Pusat setelah dilakukan pengundian

secara random (acak) maka terpilihlah kecamatan Genteng dan kecamatan Tegal sari sedangkan Surabaya Selatan adalah kecamatan Jambangan dan

kecamatan Wonocolo.

3. Tahap ketiga, pemilihan tingkat kelurahan yang setelah dilakukan pengundian

(48)

kali asin, kelurahan Kedung doro, kelurahan Wonorejo, kelurahan karah,

kelurahan jambangan, kelurahan Sidosermo dan kelurahan Bendul Merisi.

Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 100 orang

dengan ketentuan masyarakat Surabaya yang berusia diatas 17 tahun dan menonton tayangan Reality show Belajar Indonesia. Dan jumlah populasi responden

masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun ke atas pada masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut :

a. Kelurahan Sidosermo : 12.220 jiwa

b. Kelurahan Bendul Merisi : 15.947 jiwa

c. Kelurahan Karah : 14.753 jiwa

d. Kelurahan Jambangan : 7.560 jiwa

e. Kelurahan Genteng : 17.412 jiwa

f. Kelurahan Embong Kali asin : 15.689 jiwa

g. Kelurahan Kedung Doro : 13.950 jiwa

h. Kelurahan Wonorejo : 9.610 jiwa

_______________+

107.141 jiwa

(49)

Jumlah populasi di 8 (delapan) kelurahan ialah 107.141 Jiwa, sehingga untuk

lebih rincinya, jumlah sampel yang akan diteliti tiap-tiap wilayah kelurahan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n = N1 x n1

N = Jumlah masyarakat Surabaya usia 17 tahun ke atas dari beberapa kelurahan n1 = Jumlah sampel minimal yang ditetapkan

Dari jumlah populasi tersebut dapat diperoleh sample untuk masing-masing Kelurahan sebagai berikut :

1. Kelurahan Sidosermo :

12.220 x 100 = 11,4 = dibulatkan 11 107.141

2. Kelurahan Bendul Merisi :

15.947 x 100 = 14,8 = dibulatkan 15 107.141

3. Kelurahan Karah :

14.753 x 100 = 13,7 = dibulatkan 14 107.141

4. Kelurahan Jambangan :

(50)

5. Kelurahan Genteng :

17.412 x 100 = 16,2 = dibulatkan 16 107.141

6. Kelurahan Embong Kali asin :

8. Kelurahan Wonorejo :

9.610 x 100 = 8,9 = dibulatkan 9 107.141

Tabel 3.1

Prosentase responden dari beberapa kelurahan

No. Kelurahan Populasi Prosentase

(51)

4.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari :

a. Data primer yaitu dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada responden

yaitu masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun ke atas yang menonton tayangan Belajar Indonesia di Trans TV

b. Data sekunder yaitu melalui studi kepustakaan, referensi dan literatur yang

berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

3.2.4. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan ke

dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif, dengan terperinci untuk menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

mengetahui motif pemirsa terhadap tayangan Belajar Indonesia di Trans TV Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap :

a. Editing atau Seleksi Angket, yaitu data yang digunakan untuk mencapai hasil

analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan sehingga data yang diperoleh adalah data valid. 

b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban. 

c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada dapat

(52)

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

F

P = × 100 %

N         

Keterangan :

P = presentase responden

F = frekuensi responden N = jumlah responden

Dengan rumus tersebut, maka akan diperoleh prosentase yang diinginkan

(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Dan Penyajian Data.

4.1.1 Gambaran Umum Trans TV

PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV ) berkedudukan di Jalan

Kapten Tendean kav 12-14A Jakarta Selatan. Merupakan stasiun TV swasta ke-8 di Indonesia yang didirikan dengan akta pendirian perusahaan NO 3 tanggal 23 Desember 1998 dan surat pengesaan Menteri Hukum dan Perundang-undangan

Republik Indonesia tanggal 27 April 2000. Stasiun TV ini didirikan oleh PT Para Inti Investindo dengan direktur Chairul Tanjung yang juga pemilik dari Grup Mega.

Pada awal pendiriannya Trans TV memperoleh ijin penggunaan dari Menpen saluran kanal 29 UHF untuk wilayah Jabotabek, dimana penetapan saluran hanya bersifat sementara. Dalam perkembangannya, Trans TV melakukan pembangunan

sarana dan prasarana studio penyiaran dan stasiun pemancar di beberapa daerah lain seperti Medan, Bandung, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya. Pada bulan Januari

2003 dibangun pemancar stasiun relay di 13 kota di Indonesia.

Dalam posisi di pasar persaingan antar TV swasta, Stasiun TV yang memiliki logo “ Milik kita bersama “ ini selalu mencoba menghadirkan program tayangan

yang berbeda dari stasiun TV lainnya, selain itu sasaran penonton yang coba dibidik tidak

(54)

difokuskan pada segmen usia tertentu, hal ini bisa dilihat dari berbagai acara

yang ditayangkan lebih banyak porsi hiburan untuk seluruh anggota keluarga.

Beberapa program unggulan Trans TV antara lain Reportase pagi, sore, dan malam untuk kategori program berita, Sedangkan untuk berita ringan biasanya berisi info

tentang kuliner dan pariwisata. Sejak pagi hari yang dimulai dari kuliner pilihan, gula-gula, ceriwis pagi manis, bingkai berita, dan jelang siang kemudian di akhir

pekan ada Wisata Kuliner bersama Bondan Winarno yang bisa dikatakan program acara yang cukup sukses dengan pembawaanya yang unik, Ala Chef, Griya Unik, Warna-warni Jelang Siang, Koper dan Ransel, Ngulik, Peppy The Explorer, Belajar

Indonesia.

Selain program berita ringan diatas, masih ada juga program unggulan lainnya

Gong show, John Pantau, Jika Aku Menjadi, Tremehek-mehek, Bioskop Trans TV, Bioskop Indonesia dan Indonesia Mencari bakat yang saat ini mendapat perhatian terbanyak dari pemirsa.

4.1.2 Progam Reality Show Belajar Indonesia

Reality Show Belajar Indonesia adalah sebuah Program TV yang mengangkat cerita tentang seseorang warga negara asing yang ingin belajar kesenian dan atau

kebudayaan Indonesia seperti seni tari, music tradisional, adat istiadat dan mencicipi makanan khas daerah yang ada di Indonesia. Pelajaran itu ia peroleh dari seorang

(55)

 

tersebut. Di dalam kisah tersebut terangkum aneka cerita tentang suka, duka,

kelucuan serta petualangan si warga negara asing dalam menjalani proses belajarnya, tantangan dalam belajar serta uniknya seni budaya yang ia pelajari tersebut.

Selain mengangkat proses belajar serta akulturasi budaya yang terjadi pada diri si warga negara asing dan sang seniman, program ini juga akan akan mengangkat

kisah perjuangan sang seniman mempertahankan seni dan budaya indonesia. Selain itu dalam program ini juga akan dibumbui kisah suka maupun duka sang seniman dan keluarganya. Di akhir cerita akan dikisahkan tentang pesan moral yang diperoleh dari

hubungan antara murid dan guru serta hubungan kedekatan mereka yang dilambangkan dengan saling bertukar cendera mata.

Selain menyajikan indahnya kesenian dan kebudayaan program ini juga akan menyajikan keindahan dan keunikan alam dan panorama dari masing masing daerah yang dibalut dengan kemasan menarik.

4.1.3 Gambaran Umum Surabaya

Penelitian ini dilakukan di Surabaya yang merupakan ibi kota Jawa Timur dengan tipe penduduk yang majemuk dan heterogen. Selain itu masyarakat Surabaya yang memiliki cirri cosmopolitan, antara lain masyarakatnya bersifat individual, suka

pada keterbukaan dan dekat dengan media massa, dan Surabaya juga merupakan kota metropolis dan kota terbesar kedua setelah Jakarta dilihat dari padatnya penduduk dan

berbagai permasalahan sosial yang terjadi.

(56)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badab Pusat Statistik (BPS), secara

geografis kota Surabaya terletak antara 07o 12o - 07o 12o LS (Lintang Selatan) dan 112o 36o dan 112o 54o BT (Bujur Timur) . wilayahnya merupakan daratan rendah dengan ketinggian 3-6 meter diatas permukaan air laut, kecuali disebelah selatan

dengan ketinggian 25-50 meter diatas permukaan laut. Dengan luas wilayah + 32.636 km2 yang terbagi dalam 31 kecamatan dan 163 desa atau kelurahan, Surabaya

berbatasan dengan selat Madura di sebelah utara dan disebelah timur, disebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sidoarjo dan berbatasan dengan kabupaten Gresik di sebelah barat.

Untuk mengetahui iklim di Surabaya terdapat 3 (tiga) tempat yang menjadi pusat pemantauan, yaitu Stasiun Meteorologi dan Geofisika Perak I yang terletak

dijalan Tanjung Sadari, semula mempunyai kepentingan dipindahkan ke Juanda. Meskipun demikian, stasiun ini masih tetap difungsikan untuk mengetahui pengaruh cuaca daratan Surabaya Utara.

Stasiun meteorologi dan geofisika Perak II yang terletak di jalan Kalimas Baru, mempunyai kepentingan terutama bagi dunia pelayaran. Stasiun ini banyak

dipengaruhi oleh cuaca laut, Stasiun Meteorologi dan Geofisika Juanda sebenarnya terletak di kabupaten Sidoarjo. Sesuai dengan fungsinya, stasiun ini diperlukan bagi dunia penerbangan, baik pesawat sipil maupun pesawat TNI (khususnya TNI AL).

letaknya yang berbatasan dengan wilayah Surabaya timur dapat memberikan informasi keadaan cuaca daratan Surabaya tenggara.

(57)

 

Surabaya terbagi dalam 5 (lima) wilayah, yaitu Surabaya Barat, Surabaya

Timur, Surabaya Utara, Surabaya Selatan dan Surabaya Pusat. Menurut data yang diperoleh dari BPS dalam “Surabaya dalam Angka 2009”, Luas wilayah Surabaya dapat dispesifikasikan, sebagai berikut :

a. Surabaya Barat, dengan luas wilayah 118.01 km2 , yang terdiri dari 5 (lima)

kecamatan dan 2 (dua) kecamatan pecahan yang masih tergabung dengan

nduknya.

b. Surabaya Timur, dengan luas wilayah 91.78 km2, yang terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan.

c. Surabaya Utara, dengan luas wilayah 38.32 km2, yang terdiri dari 4 (empat)

kecamatan dan 1 (satu) kecamatan pecahan yang masih tergabung dengan

induknya.

d. Surabaya Selatan, dengan luas wilayah 64.07 km2, yang terdiri dari 8 (delapan) kecamatan.

e. Surabaya Pusat, dengan luas wilayah 14.78 km2, yang terdiri dari 4 (empat)

kecamatan.

Sehingga luas wilayah Surabaya secara keseluruhan ± 326.27 km2, yang terbagi dalam 31 kecamatan dan 163 kelurahan. (BPS kota Surabaya, 2009). Sedangkan jumlah penduduk Surabaya seluruhnya adalah 2.902.507 orang dengan

jumlah penduduk setiap wilayah,sebagai berikut :

a. Surabaya Barat, dengan jumlah penduduk 383.318 orang. b. Surabaya Timur, dengan jumlah penduduk 745.807 orang.

(58)

c. Surabaya Utara, dengan jumlah penduduk 676.876 orang. d. Surabaya Selatan, dengan jumlah penduduk 320.233 orang.

e. Surabaya Pusat, dengan jumlah penduduk 320.233 orang. (BPS kota Surabaya,2009).

Jumlah penduduk Surabaya secara keseluruhan adalah 2.599.796 orang yang terdiri dari 1.439.471 orang laki-laki dan 1.463.034 orang perempuan.

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data

Pada bagian ini, akan disajikan data-data yang didapatkan dari kuisioner yang

telah dijawab oleh responden. Data-data yang ditampilkan adalah penjabaran secara rinci dari setiap item pertanyaan yang ada di kuesioner yang telah digolongkan

berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan oleh peneliti. Berikut ini adalah rincian data yang ada:

4.21. Identitas Responden

Data yang ada pada bagian ini adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi usia dan pendidikan. Data diperlukan untuk

dapat menjelaskan secara umum responden yang ada selengkapnya tertera pada tabel-tabel berikut ini :

(59)

 

1.1 Jenis Kelamin

Pemirsa yang menonton acara relality show Belajar Indonesia terbagi menjadi dua jenis kelamin yaitu perempuan dan laki-laki. Dari tabel dibawah ini dapat diketahui jumlah laki-laki dan perempuan yang menonton acara tersebut:

Tabel 1 Jenis Kelamin

No Jenis kelamin F %

1 Laki-laki 41 41

2 Perempuan 59 59

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no 2

Dari tabel diatas terlihat penonton Belajar Indonesia lebih banyak berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 59 responden atau sebesar 59 % dibandingkan

dengan laki-laki yang berjumlah 41 responden atau sebesar 41 %, dapat dilihat lebih banyak jumlah responden perempuan daripada laki-laki hal ini dikarenakan pada umumnya perempuan lebih menyukai informasi tentang wisata budaya, wisata baharí,

wisata kuliner, entertainment dan informasi tentang bintang tamu atau publik figur. Selain itu perempuan lebih dapat meluangkan waktunya untuk menonton televisi.

(60)

1.2 Usia Responden

Dari hasil kuesioner yang ada dapat diketahui bahwasanya dari 100 orang responden yang menonton Belajar Indonesia mempunyai jenjang usia antara 17 sampai 60 tahun, maka untuk mempermudah penelitian dibuat batasan usia seperti

dibawah ini :

Tabel 2

Responden Berdasarkan Usia

No Usia F %

1 17-22 15 15

2 23-28 25 25

3 29-34 38 38

4 35-40 13 13

5 > 41 9 9

jumlah 100 100

 Sumber : Kuisioner No. 3

Pada tabel 2 menjelaskan bahwa usia responden acara Belajar Indonesia mulai dari umur 17 hingga diatas 41 tahun, untuk pemilihan responden ini dipilih yang

berusia 17 tahun karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan berfikir yang lebih sempurna, ditunjang oleh sikap pandangan yang lebih realistis terhadap

lingkungannya. Dari urutan pertama posisi yang paling banyak menjawab adalah usia

Gambar

Gambar 2.1 : Uses and Gratifications Model
Gambar 2.2  Kerangka Berpikir Penelitian tentang Motif pemirsa di
Prosentase responden dari beberapa kelurahanTabel 3.1
Tabel 1 Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

(Students might indicate that all Americans have civil rights—the rights and privileges of a citizen.) Tell them that one of the most important civil rights is suffrage, which

L, NIM: 60700112048 mahasiswa Jurusan Ilmu Peternakan pada Fakultas Sains dan Teknologi, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan

Kecakapan bersifat manusiawi disini merupakan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai dalam bekerja dengan team work atau kelompok kerja, yakni dalam bekerja sama

(Studi Kasus Pada Pt Telkomsel Cabang Pangkalpinang) menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Gaji, Insentif, Dan Jaminan

Selain itu, data dari youtube.com ada 2.319.238 jumlah penonton di youtube, maka dapat diasumsikan bahwa audiens yang menikmati tayangan ini cukup banyak dan jumlah

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk melihat budaya organisasi pada salah satu perusahaan Network marketing yaitu Amway dengan sistem Network 21

Laporan ini berisi tentang pendeteksian dan pelacakan keberadaan manusia sebagai client menggunakan global positioning system (GPS) berbasis android melalui sms mobile yang dapat

Pengalatnan pertama seorang anak yang diperoleh pada awal kehidurannya melllPunyai pengaruh yang sangat pcnting bagi pcrkembangan anak selanjutnya karena apa yang