ABSTRAKSI
RR.Handining Melati Har umsar i , Motif Ibu Rumah Tangga Surabaya Dalam Menonton Pr ogr am Acar a Talk Show “Islam Itu Indah” di Trans TV (Studi deskr iptif tentang motif ibu r umah tangga Sur abaya dalam menonton pr ogram acar a talk show “Islam Itu Indah” di Tr ans TV)
Semakin kompleksnya kebutuhan individu membuat mereka aktif dalam memilih media mana yang akan digunakan. Mereka akan memilih media yang dapat memenuhi kebutuhannya. Program acara talk show “Islam Itu Indah” di Trans TV merupakan talk show rohani bagi umat Islam. Susunan acara dalam talk show yang tayang setiap selepas subuh ini adalah pemberian tausiyah dari nara sumber utama, menghadirkan nara sumber tamu untuk berbagi pengalaman hidup, sesi interaktif baik dengan pemirsa distudio maupun dirumah, kesimpulan dan ditutup dengan doa’.
Dalam penelitian ini teorii yang digunakan adalah teori uses & gratifications karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar dan hal itu membuat mereka secara aktif memilih media massa untuk memenuhi kebutuhannya. Termasuk ketika pemirsa memilih program acara talk show “Islam Itu Indah” di Trans TV untuk memenuhi kebutuhan rohaniahnya. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan kebutuhan untuk melepaskan diri dari ketegangan (hiburan).
Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling, yang dapat dilakukan melalui 3 tahap. Tahap pertama, dilakukan pengundian secara acak (random) terhadap wilayah penelitian di kota Surabaya. Kedua, dilakukan pengundian secara acak pada wilayah kecamatan dan terakhir dilakukan pengundian secara acak pada tingkat kelurahan. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan Pemirsa/Ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di kota Surabaya dan memiliki pekerjaan diluar rumah atau karir
Setelah dilakukan pengolahan data, maka dapat disimpulkan bahwa motif yang mendorong ibu rumah tangga dalam menonton talk show “Islam Itu Indah” di Trans TV adalah motif identitas personal, informasi, dan integrasi dan interaksi sosial. Namun motif tertinggi adalah motif identitas personal. Sedangkan pada motif hiburan tergolong rendah, karena untuk kebutuhan hiburan ibu rumah tangga memilih menonton acara komedi, sinetron dan infotainment.
ABSTRAC
RR.Handining Melati Har umsar i , Motive Housewife Sur abaya in watching Talk Show Pr ogr am “Islam is Beautiful” on Tr ans TV (Descr iptive Study of Motive Housewife Sur abaya in Watching Talk Show Pr ogr am “Islam is Beautiful” on Trans TV)
The more complex needs of the individual making them active in selecting which media will be used. They will choose the media that can meet their needs. Talk show Program “Islam itu Indah” on Trans TV is a spiritual talk show for Muslims. The arrangement of the event in a talk show broadcast every after dawn this is the awarding of the Islamic Center, main resource a resource person to present the guests to share life experiences, interactive sessions well with viewers at home, as well as the conclusions distudio and concludes with a prayer.
In this research teorii used is the theory uses & gratifications because basically every human being has a basic need and it makes them actively choose the mass media to meet his needs. Including when viewers chose the talk show program “Islam Itu Indah” on Trans TV to meet the needs of spiritual. Those needs are information needs, personal identity, integration and social interaction, and the need to escape the tension (entertainment).
Withdrawal of samples that are used in this research is the cluster random sampling, which can be done through the 3 stages. The first phase, conducted the draw randomly (random) towards research areas in the city of Surabaya. Second, do the draw randomly in the subdistrict and last made the draw randomly at the level of the village. The sample in this study is part of the overall Viewership/housewife who resides in the city of Surabaya and have jobs outside the home or career.
After processing the data, then it can be inferred that the motives that drove housewives in watching talk show “Islam Is Beautiful” on Trans TV is personal identity motives, and integration of information and social interaction. However the highest motive is identity personal motives. While the motive entertainment is low, due to the entertainment needs of housewives prefer to watch the show comedy, sitcoms and infotainment.
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan
ridhonya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “MOTIF
IBU RUMAH TANGGA SURABAYA DALAM MENONTON ACARA
TALK SHOW “Islam Itu Indah” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Motif Ibu
Rumah Tangga Surabaya Dalam Menonton Acara Talk Show “Islam Itu Indah” di
Trans TV). Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi di
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, baik dalam penyajian material
maupun dalam pengungkapan bahasanya.
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari segala
bimbingan, bantuan, dan dorongan dari Ibu Dra. Herlina Suksmawati, M.Si yang
telah banyak memberikan pengarahan dan dorongan yang sangat bermanfaat
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, maka pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati ingin menyatakan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Teman-teman angkatan 2007, terima kasih atas bantuannya
6. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang secara
langsung telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surabaya, Juni 2012
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAKSI ... xiv
Bab I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan masalah ... 11
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Kegunaan Penelitian ... 11
Bab II KAJ IAN PUSTAKA ... 13
2.1 Landasan Teori ... 13
2.1.1 Media komunikasi Massa ... 13
2.1.2 Televisi ... 15
2.1.3 Pengaruh Televisi Terhadap Sistem Komunikasi 16 2.1.4 Teori Kebutuhan ... 17
2.1.5 Definisi dan Deskripsi Motif ... 18
2.1.6 Masyarakat Sebagai Khalayak ... 20
Bab III METODE PENELITIAN ... 30
3.1 Definisi Operasional ... 30
3.1.1. Motif ……… 31
3.1.2. Masyarakat Sebagai Khalayak……… 36
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik penarikan Sampel ... 37
3.2.1. Populasi ... 37
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ……… 37
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.4 Teknik Analisis Data ... 44
Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45
4.1.1. Gambaran Umum Ibu Rumah Tangga Surabaya 45
4.1.2. Gambaran Umum Program Talk Show “Islam Itu Indah” di Trans TV ……… 46
4.2 Penyajian Data dan Analisa ... 48
4.2.1 Identitas Responden ... 48
4.2.2 Menonton Program Acara Talk Show ‘Islam Itu Indah” di Trans TV ……… 50
4.2.4 Kategorisasi Motif Secara Umum ………... 80
4.3 Perbandingan Motif Secara keseluruhan ... 86
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
5.1 Kesimpulan ... 89
5.2 Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
1
1.1. Latar Belak ang Masala h
Dalam menjalani kehidupannya sehari-hari manusia tentunya tidak bisa lepas
dari kegiatanya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan untuk bersosialisasi
itulah manusia memerlukan komunikasi sehingga akhirnya timbul interaksi dalam
kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soekanto bahwa suatu
interaksi tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu adanya
kontak sosial dan komunikasi (Soekanto, 1990 : 71), maka ketika seseorang
melakukan suatu proses komunikasi dengan orang lain dibutuhkan suatu kesamaan
makna sehingga diharapkan agar proses komunikasi yang sedang terjadi dapat
berlangsung efektif dan akan terjadi suatu kepuasan diantara keduanya dan
dikemudian hari tidak akan ragu-ragu lagi dalam mengulangi proses komunikasi.
Masyarakat dalam kehidupannya membutuhkan informasi untuk memenuhi
segala kebutuhan yang semakin beragam. Informasi selalu berkembang seiring
dengan perubahan jaman. Dapat dikatakan masyarakat tidak hanya butuh melainkan
masyarakat sangat dituntut untuk mengetahui informasi – informasi yang selalu
berkembang. Dalam penyampaian informasi tidak lepas dari proses komunikasi
dimana dalam proses komunikasi selalu membutuhkan sarana atau media dalam
menyampaikan informasinya, baik melalui media massa atau melalui media
komunikasi interpersonal. Agar informasi dapat diterima dengan baik oleh
Komunikasi dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara
tidak langsung, yaitu dengan menggunakan media massa. Media massa tersebut
adalah pers, radio, televisi, film, dan lain – lain. Dalam perkembangannya pers
mempunyai dua pengertian yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam
pengertian sempit. Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan bahkan
termasuk media massa elektronik, radio, siaran, dan televisi siaran. Sedangkan pers
dalam pengertian sempit hanya terbatas pada media massa cetak yakni, surat kabar,
majalah, tabloid, dan buletin kantor berita. (Effendy, 1993 : 145)
Seiring dengan perkembangannya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam
memperoleh informasi tidak hanya komunikasi secara langsung (tatap muka), tetapi
juga dapat melalui media massa untuk membantu komunikator berhubungan dengan
khalayaknya. Media massa dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan
komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan pelapisan sosial
dalam suatu masyarakat. Media massa mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan respon dan kepercayaan masyarakat. Dalam penyampaian informasi
sebagai tugas pokok media massa membawa pula pesan – pesan yang berisi sugesti
yang dapat mengarahkan respon seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal yang dapat memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal tersebut.
Kehadiran media massa merupakan gejala awal yang menandai kehidupan
masyarakat modern sekarang ini. Hal ini dapat dilihat melalui meningkatnya tingkat
baru yang menawarkan banyak pilihan pada khalayaknya, yang pada akhirnya akan
menimbulkan ketergantungan masyarakat pada media elektronik tersebut.
Media televisi sudah menjadi kebutuhan masyarakat untuk mengetahui
perubahan serta peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain mulai dari film, berita,
hingga kemajuan teknologi yang tengah berlangsung. Dibandingkan dengan media
massa yang lain televisilah yang paling efektif dalam menyampaikan informasi
kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan selain mengeluarkan suara, televisi juga
menampilkan gambar, sehingga informasi yang disampaikan akan lebih mudah
dimengerti. Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh
terhadap aspek – aspek kehidupan pada umumnya. Televisi disini menimbulkan
pengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang sudah terlanjur mengetahui dan
merasakannya, baik pengaruh yang positif ataupun pengaruh yang negatif. (Effendy,
1996:122)
Selain itu televisi juga memiliki kelebihan dan kekuatan tersendiri.
Kelebihan dari media televisi adalah paket acaranya yang mampu membuka
wawasan berpikir pemirsa untuk menerima dan mengetahui kejadian yang berada di
lingkungan masyarakat. (Kuswandi, 1996 : 94) Sedangkan kekuatan dari media
televisi adalah menguasai jarak dan ruang, dapat menjangkau massa dalam jumlah
besar, nilai aktualitas yang cepat, daya rangsang pemirsanya yang cukup tinggi, serta
menyampaikan informasi dengan lebih singkat, jelas, dan sistematis. Mengingat
kemampuan televisi dalam menguasai jarak secara geografis dan sosiografis.
(Kuswandi, 1996), maka televisi dapat memberikan pengaruh yang lebih besar pada
Setiap individu memilih media yang sesuai dengan kebutuhan mereka, hal ini
sekaligus menentang gagasan audience pasif dan bergantung pada sejumlah asumsi.
Satu diantaranya adalah bahwa anggota audience secara individual, dalam ukuran
tertentu,. Memilih secara sadar dan termotivasi diantara berbagai pokok isi. Ada
berbagai versi pendekatan yang berbeda dan berbagai rumusan teori yang
mendasarinya. (McQuail dan Gurevitch, 1991 : 216)
Seiring dengan berkembangnya teknologi saat ini media menempatkan diri
sebagai sarana yang dapat memenuhi kebetuhan khalayak, tak terkecuali media
televisi. Hal ini tidak lepas dari semakin kompleksnya kebutuhan manusia yang
menginginkan pemenuhan secara instan. Kondisi tersebut di manfaatkan banyak
industry televise di negeri ini untuk saling bersaing menyuguhkan tayangan yang
dapat memenuhi hasrat khalayak sebagai pemirsa televise.
Semakin meningkatnya jumlah stasiun televise swasta yang mengudara saat
ini merupakan salah satu bukti dari ketergantungan khalayak akan keberadaan media.
Misalnya stasiun televise swasta TransTv yang berusaha untuk dapat memenuhi
kebutuhan khalayak dengan program acara yang variatif. Dari beberapa program
acara yang ditawarkan oleh TransTv pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan
stasiun televise swasta lainnya. Misalnya program siaran berita, program siraman
rohani bagi umat beragama, infotainment, kuis, sinetron, acara music, reality show
dan Talk show.
PT. Televisi Transformasi Indonesia (TransTv) merupakan perusahaan milik
Trans Corporation yang juga pemilik Trans7. Dibandingkan dengan televisi swasta
siaran sudah mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia. Selain kualitas
gambar dan jaringan luas, TransTv juga menyuguhkan program acara yang lebih
menarik dibandingkan stasiun televisi lain. Dan sepertinya sudah menjadi tren
hampir setiap program acara yang disajikan oleh TransTv kemudian di ikuti oleh
stasiun televisi lain. Misalnya program acara mistis yang sempat menjadi acara
favorit masyarakat Dunia Lain membuat stasiun televisi lain juga menyajikan
program acara sama namun dengan nama berbeda.
Tayangan talk show Islam itu indah adalah salah satu program acara
kerohanian bagi umat muslim. Acara ini ditayangkan setiap hari selepas subuh
dengan topic yang berbeda – beda mengenai berbagai hal dalam agama islam. Selain
itu dalam acara ini selalu di hadiri oleh organisasi dari ibu PKK dari berbagai
penjuru sebagai audiencenya. Di sela – sela acara juga di adakan sesi interaktif
dimana pemirsa yang hadir di studio dapat berinteraksi secara langsung dengan nara
sumber. Bukan itu saja pemirsa di rumah pun dapat menghubungi nomor telepon
yang sudah di sediakan untuk dapat berkomunikasi langsung dengan nara sumber,
yang dikenal dengan istilah “Jama’ah Oh Jama’ah,Alhamdulillah”.
Nara sumber pada acara talk show tersebut adalah Ustadz Maulana yang
dikenal energik dan selalu bersemangat dalam berdakwah. Sosok ini mempunyai ciri
khas yang mungkin sangat mudah tersimpan di benak orang yang baru mengenal
atau pernah melihatnya. Suara lantang dan tegas menjadi salah satu ciri khas ustadz
yang postur tubuhnya kecil ini. Gaya kocak serta cara berbicara atau Cara
menyampaikan materi yang diselingi dengan joke – joke konyolnya seringkali
menjadi rahasia lagi jika sebagian besar para pendakwah saat ini menganggap
dakwah bahwa metode penyampaian bak pelawak, dengan kata lain disertai dengan
candaan lebih efektif dari pada harus selalu serius. Materi di sampaikan dengan
santai sambil di selingi dengan candaan akan lebih mendapatkan perhatian audience.
Dalam kondisi itulah materi dapat di terima dengan mudah oleh audience yang hadir
di studio maupun mereka yang menyaksikan lewat layar kaca, yaitu televisi.
Dalam setiap episodenya talk show yang berlangsung selama 1 jam ini
membahas topik yang berbeda terkait pandangan Islam dalam mengatur sebuah
kehidupan. Supaya lebih menarik maka program acara ini menghadirkan bintang
tamu dari kalangan selebritis. Bintang tamu tersebut berbagi kisah tentang
pengalaman hidupnya sebagai seorang muslim dengan menceritakan berbagai hal
yang terjadi pada dirinya. Nara sumber menjadi barometer untuk dapat menilai,
dengan mengupas pengalaman bintang tamu dari sudut pandang Islam. Hal di
harapkan dapat memberikan referensi kepada para audience dalam menjalani
kehidupan secara islami.
Ustadz Lebay, demikian julukan yang disematkan pada Ustadz M. Nur
Maulana. Gayanya memang lebay dengan intonasi dan gerakan khas, Ustadz M Nur
Maulana (37) menyapa jemaahnya di acara Islam Itu Indah (Trans TV) dengan
"Jamaah oh jamaah". Panggilan yang tengah populer dan identik dengan ustadz asal
Makassar ini. Anak-anak hingga remaja gemar meniru ucapannya. Cara ceramah Nur
Maulana dianggap lebay, kurang berwibawa dan maaf, kemayu, sempat jadi kritik.
Tapi terbukti, justru gayanya itu yang membuatnya jadi populer. Di tengah
menarik perhatian penonton. Gaya lebay adalah cara yang dipilih Ustadz Nur
Maulana. Menurut polling dari tabloid bintang per bulan November 2011 untuk
semua program acara di stasiun televisi baik sinetron, reality show dan program
religi, saat ini program acara yang di bawakan ustadz maulana tersebut berada pada
ranking 20 acara yang sering di tonton pemirsa. Dan berada pada rating tertinggi dari
setiap program acara tausiyah Islam yang saat ini di tayangkan di televisi. Hal ini
membuktikan bahwa program acara talk show tersebut mendapatkan respon positif
dari pemirsa, yaitu masyarakat Indonesia.
Talk show Islam itu indah sebagian besar pemirsanya adalah kaum
perempuan yang umumnya ibu rumah tangga. Hal ini mengacu pada survei pra
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkait pemirsa program acara tersebut. Acara
ini sangat dibutuhkan oleh setiap muslimah (perempuan Islam) untuk menambah
pengetahuan mereka mengenai agama yang selama ini mereka anut. Terlebih bagi
perempuan modern yang kegiatannya lebih banyak disibukkan untuk mengurusi hal
lain, sehingga hampir tidak mempunyai waktu untuk hadir dalam sebuah pengajian
atau tausiah secara langsung.
Sebenarnya di stasiun televise swasta lain juga terdapat program acara yang
sama bahkan di tayangankan pada jam yang sama pula. Misalnya Mamah dan Aa’ di
Indosiar, Ummi yang di MNC TV dan program acara rohaniah dibebrapa stasiun
televisi lainnya. Pemilihan jam tayang program acara juga sangat mempengaruhi di
sukai tidaknya sebuah program acara tersebut. Acara Islam itu indah ditayangkan
selepas subuh dimana setiap orang khususnya yang beragama muslim terbangun dari
lainnya. Tanpa harus meninggalkan rumah untuk mengikuti pengajian mereka akan
mendapatkan wawasan mengenai kehidupan islami dengan hanya menyalakan
televise di rumahnya masing – masing.
Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui motif ibu rumah
tangga di surabaya dalam menonton acara talk show Islam itu indah yang
ditayangkan oleh TransTv setiap pagi. Yakni motif yang mendasari Ibu rumah
tangga memilih untuk menonton acara talk show tersebut dalam memenuhi
kebutuhan rohaniah mereka dari pada program acara yang juga menawarkan hal
serupa di stasiun televisi lain. Tentunya motivasi tersebut muncul karena adanya
kebutuhan yang harus di penuhi, kebutuhan yang bersifat rohani.
Menurut Thorn Burg, motif merupakan sesuatu yang menggerakkan tingkah
laku, selain itu motif memberikan arah bagi tingkah laku, motif juga dapat
menimbulkan intensitas dalam bertindak, serta merupakan kunci pemuas kebutuhan.
Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Individu
merespon kebutuhan tersebut dengan bertingkah laku, bertindak untuk memenuhi
kebutuhan tersebut melalui penggunaan media. (Effendy, 1989 : 34)
Sebagian diantaranya lebih bersifat 'budaya' dan deskriptif, yang lain lebih
bersifat keperilakuan dan fungsionalis. Satu dari pernyataan yang banyak dikutip
tentang yang disebut kemudian mengemukakan bahwa semua studi seperti itu,
memusatkan perhatian pada (1) sumber kebutuhan (2) sosial dan psikologis, yang
menimbulkan (3) harapan terhadap (4) media massa dan sumber lainnya, yang
mengakibatkan (5) perbedaan pola pembedahan (exposure) media massa (atau
(7) konsekuensi lainnya. (Katz et al, 1974 : 20). Hal ini yang kemudian mendorong
masyarakat atau individu untuk memilih acara talk show Islam itu indah yang
ditayangkan di TransTv sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan rohaniah mereka.
1.2. Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
masalah yang diajukan adalah : " Bagaimana motif Ibu rumah tangga di Surabaya
dalam menonton acara talk show “Islam Itu Indah” di TransTV? ".
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motif ibu
rumah tangga di Surabaya dalam menonton acara talk show “Islam Itu Indah” di
TransTV.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaa n teor itis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perkembangan ilmu komunikasi tentang penelitian terhadap motif khalayak
dalam menggunakan sebuah program acara di media, khususnya televisi
sesuai dengan kebutuhan mereka. Karna mereka merupakan khalayak aktif
dalam menyeleksi setiap tayangan yang dapat memenuhi kebutuhannya.
2. Kegunaan Pr ak tis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
program acara talk show rohaniah, khususnya acara talk show Islam itu indah
yang di tayangkan di TransTV. Selalu kreatif dalam mengemas sebuah
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Media Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) disini ialah komunikasi
melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai
sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum
dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2003:79).
Komunikasi massa menyiarkan infomasi, gagasan dan sikap kepada
komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan
media. Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar daripada
komunikasi antar pribadi. Seorang komunikator yang menyampaikan pesan
kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa
menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara
pribadi. Suatu pendekatan yang bisa merenggangkan kelompok lainnya.
Seorang komunikator melalui media massa yang mahir adalah seseorang
yang berhasil menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya
guna membina empati dengan jumlah terbanyak diantara komunikannya.
Meskipun jumlah komunikan bisa mencapai jutaan, kontak yang fundamental
adalah antara dua orang, benak komunikator harus mengenai setiap
komunikan. Komunikasi massa yang berhasil ialah kontak pribadi dengan
Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk
melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik
komunikasi massa diantaranya (Effendy, 2003:81-83):
a. Komunikasi massa bersifat umum artinya pesan komunikasi yang
disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.
b. Komunikasi bersifat heterogen artinya perpaduan antara jumlah
komunikan yang besar dalam komunikasi masa dengan keterbukaan
dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi erat sekali hubungannya
dengan sifat heterogen komunikan.
c. Media massa menimbulkan keserampakkan artinya keserampakan kontak
dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari
komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya dalam keadaan
terpisah.
d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi, karena
komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya
dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non
pribadi ini timbul disebabkan karena teknologi dari penyebaran yang
massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan
2.1.2. Televisi
Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving picture).
Para penonton di rumah-rumah tidak mungkin menangkap siarat televisi,
kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tidak mungkin dapat melihat
gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tida ada unsur-unsur
film. (Effendy, 2003:174)
Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision)
yang berarti penglihatan. Segi “jauh”-nya diusahkan oleh prinsip radio dan
segi “penglihatan”-nya oleh gambar. Tanpa gambar tidak mungkin ada
apa-apa yang dapa-apat dilihat. Para penonton dapa-apat menikmati siarat televisi, kalau
pemancar televisi tadi memancarkan gambar. Dan gambar-gambar yang
dipancarkan itu adalah gambar-gambar yang bergerak. (Effendy, 2003:174)
Televisi dikatakan sebagai “saudara muda” dari radio, karena lahirnya
sesudah radio dan karenanya, sebagaimana dikatakan tadi dasarnya adalah
radio.
Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan
menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, inforamsi, maupun
pendiidikan dengan sangat memuaskan. Penonton televisi tidak perlu
susah-susah pergi ke gedung bisokop atau gedung sandiwara karena pesawat
televisi menyajikan ke rumah. (Effendy, 2004:60)
Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan
pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol
teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat
menjadi candu. (Morrisan, 2004:1).
2.1.3. Penga r uh Televisi Terhadap Sistem Komunikasi
Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak terlepas dari
pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi
menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, sudah
banyak yang mengetahui dan merasakannya. Tetapi sejauh mana pengaruh
yang positif dan sejauh mana pengaruh yang negatif, belum diketahui banyak.
Di Indonesia, meskipun tidak sebanyak di negara-negara yang sudah maju,
penelitian telah dilakukan, baik oleh Departemen Penerangan sebagai
lembaga yang paling berkompeten, maupun oleh perguruan-perguruan tinggi.
(Effendy, 2003:191)
Menurut Porf. Dr. R. Mar.at dan Unpad acara televisi pada umumnya
mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton, ini
adalah hal yang wajar. Jadi, jika ada hal-hal yang mengakibatkan penonton
terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah
satu pengaruh psikologi dari televisi ialah seakan-akan menghipnotis
penonton, sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana
pertunjukan televisi. (Effendy, 2003:192)
Adalah kelatahan atau barangkali lebih tepat dikatakan peniruan yang
seringkali dipermasalahkan yakni peniruan yang negatif, kenyataan televisi
tidak selalu menimbulkan pengaruh peniruan negatif, tidak jarang juga yang
menggalakkan peniruan yang positif dan mencegah peniruan yang negatif.
(Effendy, 2003:192)
2.1.4. Teor i Kebutuhan
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau
pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang
ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka
pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika
kebutuhannya terpenuhi maka pegawai tersebut akan memperlihatkan
perilaku yang gembira sebgaai manifestasi dari rasa puasnya.
Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2002):
a. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat
terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.
b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari
ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.
c. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh
kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta
dicintai.
d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan
dihargai oleh orang lain.
e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk
menggunkaan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk
berpendapat dengan mengemukakan ide-ide memberi penilaian dab
2.1.5. Definisi dan Deskr ipsi Motif
Motif adalah suatu pengertian yang meliputi semua penggerak
alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia
berbuat sesuatu. Istilah berbuat sesuatu tersebut disebabkan adanya tujuan
yang hendak dicapai. Pencapaian tujuan itu merupakan upaya untuk
memenuhi kebutuhan.
Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya
motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu,
artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuahn dari penggunaan
media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif
adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat
sesuatu (Gerungan,2000:140).
Blumer (Rakhmat, 1999 : 66) motif meliputi: motif kognitif yaitu
keinginan untuk menambah pengetahuan baru. Motif identitas personal yaitu
keinginan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.Dan motif Integratif
Personal yaitu keinginan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk
memperkuat kepercayaan, kesetiaan, dan status pribadi.Maka pada dasarnya
motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan
ciri dari kebutuhan atau identik dengan kebutuhan.
Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan
motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman bersifat
konstan meskipun ada kemungkinan berubah.
Motif merupakan pencerminan motif dan mengaktifkan perilaku. Pada
umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan
tampak bahwa motif orang pada umumnya banyak rupanya dan pada
mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar dirinya
(Gerungan, 2000 : 144).
Untuk memudahkan pengukuran tentang motif, maka didasarkan pada
pendapat McQuail (2002:72) sebagai berikut:
1. Motif Kognitif
Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu
yang diinginkan, yang terdiri dari:
a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia
b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat
dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan
c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum
d. Keinginan untuk belajar (pendidikan terhadap diri sendiri)
2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)
Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan
sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khlayak sendiri, yang
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi
b. Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh
c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media)
d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships)
Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari:
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial
b. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial
c. Memperoleh teman selain dari manusia (media)
d. Memungkinkan individu untuk dapat menghubungi sanak-keluarga,
teman, dan masyarakat
4. Motif Hiburan (Diversi)
Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan,
yang terdiri dari:
a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan
b. Bersantai
c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis
d. Mengisi waktu
2.1.6 Masyar akat Sebagai Khalayak
Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan
sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan
ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu
memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta
mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak
konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail,
1994:201).
Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi.
Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik
minatnya, mengerti, dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator.
Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu: pertama,
heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang
sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat.
Selain itu pemirsa televisi dapat dibedakan pula menurut jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan kebudayaan. Kedua, pribadi
yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi pesan yang
disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai dengan situasi
pemirsa saat itu. Ketiga, aktif yakni pemirsa sifatnya aktif. Mereka aktif,
seperti apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun
televisi mereka berpikir aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka
bertanya-tanya pada pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang
penyiar televisi, benar atau tidak. Keempat, selektif yakni pemirsa sifatnya
2.1.7 Pr ogr am Talk show
Istilah Talk show adalah aksen dari bahasa inggris di amerika. Di
inggris istiilah talk show biasa di sebut chat show. Pengertian talk show
adalah sebuah program televise atau radio dimana seseorang atau pun group
berkumpul bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topic dengan suasana
santai tapi serius, yang dipandu oleh seorang moderator.
Kadangkala, talk show menghadirkan tamu berkelompok yang ingin
mempelajari berbagai pengalaman hebat. Di lain hal juga, seorang tamu
dihadirkan oleh moderator untuk berbagi pengalaman. Acara talk show ini
biasa diikuti dengan menerima telepon dari penonton atau pendengar yang
berada di rumah, mobil atau pun ditempat lain. (Farlex, 2005:57)
2.1.8 Pr ogr am Acar a Talk show Islam itu Indah
Tayangan talk show Islam itu indah adalah salah satu program acara
kerohanian bagi umat muslim. Acara ini ditayangkan setiap hari selepas
subuh dengan topic yang berbeda – beda mengenai berbagai hal dalam agama
islam. Selain itu dalam acara ini selalu di hadiri oleh organisasi dari ibu PKK
dari berbagai penjuru sebagai audiencenya. Di sela – sela acara juga di
adakan sesi interaktif dimana pemirsa yang hadir di studio dapat berinteraksi
secara langsung dengan nara sumber. Bukan itu saja pemirsa di rumah pun
dapat menghubungi nomor telepon yang sudah di sediakan untuk dapat
berkomunikasi langsung dengan nara sumber, yang dikenal dengan istilah
Nara sumber pada acara talk show tersebut adalah Ustadz Maulana
yang dikenal energik dan selalu bersemangat dalam berdakwah. Sosok ini
mempunyai ciri khas yang mungkin sangat mudah tersimpan di benak orang
yang baru mengenal atau pernah melihatnya. Suara lantang dan tegas menjadi
salah satu ciri khas ustadz yang postur tubuhnya kecil ini. Gaya kocak serta
cara berbicara atau Cara menyampaikan materi yang diselingi dengan joke –
joke konyolnya seringkali mengundang tawa audince yang hadir di studio
maupun di rumah. Sepertinya bukan menjadi rahasia lagi jika sebagian besar
para pendakwah saat ini menganggap dakwah bahwa metode penyampaian
bak pelawak, dengan kata lain disertai dengan candaan lebih efektif dari pada
harus selalu serius. Materi di sampaikan dengan santai sambil di selingi
dengan candaan akan lebih mendapatkan perhatian audience. Dalam kondisi
itulah materi dapat di terima dengan mudah oleh audience yang hadir di
studio maupun mereka yang menyaksikan lewat layar kaca, yaitu televisi.
Dalam setiap episodenya talk show yang berlangsung selama 1 jam ini
membahas topik yang berbeda terkait pandangan Islam dalam mengatur
sebuah kehidupan. Supaya lebih menarik maka program acara ini
menghadirkan bintang tamu dari kalangan selebritis. Bintang tamu tersebut
berbagi kisah tentang pengalaman hidupnya sebagai seorang muslim dengan
menceritakan berbagai hal yang terjadi pada dirinya. Nara sumber menjadi
barometer untuk dapat menilai, dengan mengupas pengalaman bintang tamu
dari sudut pandang Islam. Hal di harapkan dapat memberikan referensi
` Menurut polling dari tabloid Bintang per bulan November 2011 untuk
semua program acara di stasiun televisi baik sinetron, reality show dan
program religi, saat ini program acara yang di bawakan Ustadz Maulana
tersebut berada pada ranking 20 acara yang sering di tonton pemirs. Hal ini
membuktikan bahwa program acara talk show tersebut mendapatkan respon
positif dari pemirsa, yaitu masyarakat Indonesia. TransTv berusaha untuk
dapat memenuhi kebutuhan rohaniah khalayak dalam menjalani kehidupan
sesuai dengan rambu – rambu yang telah ditetapkan dalam agama yang
mereka yakini, yakni agama Islam. Sesuai dengan nama program acara Islam
itu indah yang menggambarkan bahwa segalanya akan terasa indah bagi
seorang muslim apabila mereka betul – betul memahami dan menjalankan
kehidupan seperti apa yang sudah di atur dalam islam.
2.1.9 Teor i Uses dan Gratifications
Teori Uses dan Gratifications merupakan pergeseran fokus dari tujuan
komunikator ke tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikasi
massa dalam melayani khalayak. (Effendy, 2003:289)
Pendekatan Uses dan Gratifications menunjukkan bahwa yang
menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap
dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi
dan sosial khalayak. Jadi, bobot ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja
Mengenai kebutuhan biasannya orang merujuk kepada hirarki
kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham Maslow. Ia membedakan lima
perangkat kebutuhan dasar:
1. Psysiological needs (kebutuhan fisiologi) adalah kebutuhan primer yang
menyangkut fungsi biologis baitugi organisme manusia seperti kebutuhan
pangan, sandang, papan dan kesehatan fisik.
2. Safety needs (kebutuhan keamanan) adalah kebutuhan mengenai
perlindungan dari bahaya, perlakuan tidak adil, dan terjaminnya
keamanan diri.
3. Love needs (kebutuhan cinta) adalah kebutuhan akan dicintai,
diperhitungkan secara pribadi.
4. Esteem needs (kebutuhan penghargaan) adalah kebutuhan dihargai secara
prestasi, kemampuan, kedudukan atau status.
5. Self-actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri) adalah kebutuhan
mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara
maksimal, kreativitas dan ekspresi diri.
Model ini memulai dengan lingkungan social (social environment)
yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan social tersebut meliputi
cirri-ciri afiliasi kelompok dan cirri-ciri-cirri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual
(individual’s needs) dikategorisasikan sebagai cognitive needs, effective
needs, personal integrative, social integrative needs, dan escapist needs.
1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif) adalah kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai
2. Affective needs (kebutuhan Afekjtif) adalah kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan dan
emosional.
3. Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif) adalah
kebutuhan yang terkait dengan kreatifitas.
4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) adalah
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman dan dunia.
5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan) adalah berkaitan dengan upaya
menghindar dari tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman.
Untuk memperoleh kejelasan mengenai Model Uses and Gratification
maka Katz, Gurevitch dan Haas mengemukakan gambar model Uses and
Gratification dalam Effendy (2003 : 293) adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1
Uses dan Gratification Model
Social Environment 1. Demographic
characteristics 2. Group
affiliations 3. Personality
characteristics (psychological dispositions)
Individual’s Needs 1. Cognitive needs 2. Affecnitive needs 3. Personal integrative
needs
4. Social integrative needs
5. Tension-release or escape
Nonmedia Sources of Needs Satisfaction 1. family, friends 2. Interpersonal
communication 3. Hobbies 4. Sleep 5. Drugs etc
M ass M edia Use
1. M edia t ype-new spaper, radio, TV, movies 2. M edia cont ent s. 3. Exposure t o
m edia, per se 4. Social cont ext of
m edia exposure
M edia Grat if icat ions (Funct ions)
1. Surveillance 2. Diversi/entertainme
nt 3. Personal
Pada perilaku penggunaan media, teori Uses and Gratification
menyatakan bahwa pemilihan dan penggunaan media massa ditentukan oleh
khalayak berdasarkan kebutuhan yang ingin dipenuhi, sehingga terfokus pada
apa yang dilakukan khalayak pada media massa yang diteliti disini adalah
motif mengkonsumsi media untuk mencari kepuasan.
2.2 Ker angka Pikir
Menurut Effendy (2000 : 19-20) dengan banyaknya televisi swasta,
khalayak pemirsa banyak diuntungkan karena dapat memilih materi siaran
yang diinginkan sesuai dengan kebutuhannya. Televisi dapat memenuhi dari
sejumlah kebutuhan yang dimiliki khalayak melalui acara-acara yang
disiarkan. Menitik beratkan isi media pada apa yang diinginkan khalayak,
berarti mengasumsikan khalayak menggunakan media (memilih isi) bukan
merupakan kegiatan yang kebetulan atau dipengaruhi faktor eksternal,
melainkan suatu perilaku yang didorong motif tertentu. Pernyataan bahwa
televisi sebagai media massa yang mampu memenuhi sejumlah kebutuhan
khalayak berangkat dari asumsi teori Uses and Gratifications yang
menyatakan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki kebutuhan yang
harus dipenuhi. Yakni kebutuhan informasi, identitas personal, integrasi dan
interaksi sosial dan hiburan.
Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya
motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu,
artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan
adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat
sesuatu (Gerungan,2000:140). Termasuk ketika individu memilih sebuah
program acara di media televisi yang tentunya didorong oleh berbagai motif.
Seperti halnya pemirsa dalam menonton program acara talk show “
Islam Itu Indah’” yang ditayangkan TransTV selepas subuh. Acara tersebut
merupakan tayangan rohaniah bagi umat muslim karena mengupas berbagai
fenomena social dari perspektif islam baik aqidah maupun syariat. Tayang
setiap hari selama 1 jam dengan tema berbeda setiap episodenya. Format
acara yang sebagian besar ditonton ibu rumah tangga tersebut meliputi,
tausiyah dari nara sumber, sesi interaktif dengan bintang tamu, pemirsa yang
hadir di studio maupun pemirsa dirumah, ditutup dengan kesimpulan tema
dan doa’ bersama.
Setiap umat beragama tak terkecuali yang beragama islam
membutuhkan siraman rohani untuk lebih mendekatkan diri pada sang
penciptanya. Terlebih bagi masyarakat perkotaan seperti masyarakat
Surabaya yang mayoritas beragama Islam dan memiliki aktifitas padat dalam
kesehariannya. Mereka hampir tidak mempunyai waktu untuk menghadiri
pengajian di luar rumah guna menambah wawasan tentang agama yang
selama ini di yakini. Pada kondisi inilah peran media sangat dibutuhkan, yaitu
stasiun televisi swasta TransTV dengan menyajikan program talk show
“Islam itu Indah”. Program ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
rohaniah umat muslim.
Sebenarnya bukan hanya TransTV saja yang menyajikan program
menawarkan program acara yang sama. Dengan kemasan acara yang hampir
sama bahkan jam tayangnya pun juga sama, hanya berbeda nara sumber.
Seperti program acara Mamah dan Aa’ di Indosiar dan beberapa program
acara rohani dengan kemasan talk show di stasiun televisi lainnya. Dalam hal
ini khalayak bersifat aktif dalam memilih setiap program acara di televisi
yang dapat memenuhi kebutuhan mereka, khususnya kebutuhan rohaniah.
Dari uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui motif ibu rumah tangga di
Surabaya dalam menonton acara talk show “Islam itu Indah” di TransTv. Motif apa
yang mendorong ibu rumah tangga memilih acara talk show tersebut dalam
memenuhi kebutuhan rohaniah mereka. Kebutuhan informasi untuk menambah
wawasan tentang Islam (informasi), mengukur nilai – nilai pribadi sebagai seorang
muslim (identitas personal), berinteraksi dan bergaul dengan lingkungan sekitar
(integrasi dan interaksi sosial) dan melepaskan ketegangan dari aktifitas sehari – hari
(hiburan/diversi). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
Gambar 2.2.
Bagan Ker angka Ber pikir penelitian Motif Ibu r umah tangga di Sur abaya dalam menonton Pr ogr am acar a Talk show “Islam Itu Indah” di
Tr ansTV. Kebutuhan: 1.Kebutuhan Kognitif 2.Kebutuhan Afektif 3.Kebutuhan Integratif Personal 4.Kebutuhan Integratif Sosial 5.Kebutuhan Eskapis
Motif ibu rumah tangga dalam menonton acara islam itu indah
1.Motif Informasi
2.Motif Identitas Pribadi
3.Motif Integrasi dan Interaksi Sosial 4.Motif Hiburan Acara Islam Itu Indah Trans TV Analisis Deskriptif tentang motif ibu rumah tangga dalam menonton acara islam itu indah di Trans TV K E S I M P U L A N Motif ibu rumah tangga
dalam menonton acara islam itu indah
1.Motif Informasi
2.Motif Identitas Pribadi
3.Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
3.1 Definisi Operasional
Pada penelitian ini, peneliti tidak membicarakan hubungan antara
variable sehingga tidak ada pengukuran variable x dan y. Penelitian ini
difokuskan pada motif masyarakat khususnya ibu rumah tangga dalam
menonton program acara talk show “Islam Itu Indah’. Sehingga penelitian ini
menggunakan metode penelitian survey dengan tipe analisis deskriptif untuk
menggambarkan dan menjelaskan motif masyarakat dalam menonton acara
tersebut. Dalam hal ini motif dapat dioperasionalkan sebagai penggerak
alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang
menyebabkan berbuat sesuatu. Motif timbul karena adanya kebutuhan, dengan
kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan.
Acara talk show “Islam Itu Indah” yang ditayangkan di TransTV setiap
pagi selama seminggu (7 hari) mengupas berbagai fenomena social dari
perspektif islam. Sangat penting bagi masyarakat muslim untuk menambah
wawasan mengenai segala hal terkait dengan agama yang mereka anut selama
ini. Peran TransTV dalam hal ini sebagai sarana yang dapat memenuhi
kebutuhan umat muslim tersebut, yaitu dengan program acara talk show Islam
itu Indah. Khalayak merupakan pihak aktif dalam penggunaan media yang
mereka anggap dapat memenuhi kebutuhan mereka, khususnya kebutuhan
program talk show Islam itu indah adalah pengetahuan mengenai agama islam
itu sendiri baik yang bersifat aqidah atau syariat Islam. Kemudian kedua,
untuk kebutuhan identitas personal dapat di peroleh melalui tausiyah dari nara
sumber yang sering mengulas kisah tentang tokoh – tokoh Islam untuk di
jadikan tauladan. Dan yang ketiga, kebutuhan integrasi dan interaksi sosial
bisa di dapatkan pada sesi interaktif memberi kesempatan audience yang hadir
di studio maupun di rumah untuk mengajukan pertanyaan ke nara sumber.
Sedangkan untuk kebutuhan hiburan pemirsa seringkali nara sumber bertindak
kocak dalam menyampaikan materinya baik itu berupa percakapan atau
gerakan yang membuat pemirsa tertawa. Beberapa kebutuhan tersebut yang
mendorong pemirsa untuk menonton program acara talk show Islam itu indah
di TransTV.
3.1.1 Motif
Dalam hal ini motif dapat dioperasionalisasikan sebagai penggerak
alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu motif timbul karena adanya kebutuhan
dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan.
Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini digunakan
Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat
tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari:
a. Mencari atau menambah wawasan mengenai ketuhanan
b. Mencari atau menambah wawasan mengenai sejarah islam
c. Mencari atau menambah wawasan mengenai hukum islam yang
mengatur kehidupan rumah tangga
d. Keinginan untuk mempelajari cara beribadah yang benar sesuai
dengan aturan dalam islam
e. Mencari atau menambah wawasan mengenai hukum islam yang
mengatur kehidupan bermasyarakat
f. Mencari pengetahuan tentang kewajiban seorang muslim
g. Mencari pengetahuan tentang berbagai larangan bagi seorang
muslim
2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)
Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau
menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi
khalayak sendiri, yang terdiri dari:
a. Menemukan penunjang untuk lebih memperbaiki diri
b. Menemukan model perilaku atau figur untuk di jadikan tauladan
c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media)
yang dilarang dalam Islam
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships)
Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari:
a. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan
lingkungan sekitar
b. Menerapkan komunikasi yang baik dengan orang lain dilingkungan
sekitar
c. Menerapkan komunikasi yang baik dengan keluarga
d. Menerapkan cara bersikap yang baik dengan orang lain
dilingkungan sekitar
e. Menerapkan cara bersikap yang baik terhadap keluarga
4. Motif Hiburan (Diversi)
Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan,
yang terdiri dari:
a. Melepaskan sejenak dari masalah yang sedang di hadapi
(menghibur diri)
b. Mengisi waktu
c. Menghilangkan stres dari aktivitas sehari - hari
Indikator pada motif ibu rumah tangga di wilayah Surabaya dalam
menonton acara talk show “Islam itu Indah” di TransTV dapat ditunjukkan
melalui pemberian skor dari seluruh jawaban responden atas
pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam kuisioner, untuk mempermudah dapat diuraikan
TS (Tidak Setuju) diberi skor 2
S (Setuju) diberi skor 3
SS (Sangat Setuju) diberi skor 4
Dalam penelitian ini tidak digunakan alternative jawaban ragu-ragu
(undecided), alasannya menurut Hadi (1981:20) adalah sebagai berikut:
a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat
memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki
arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.
b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab
ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan
kecenderungan jawabannya.
c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian
sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh
responden.
Motif ibu rumah tangga di Surabaya dalam menonton program acara talk
show “Islam itu Indah” di TransTV digolongkan menjadi tiga jenjang yaitu
rendah, sedang, tinggi. Jenjang tersebut ditentukan berdasarkan total skor dari
jawaban masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk
lebar interval kategori rendah, sedang dan tinggi menggunakan rumus:
Skor Tertinggi : Pertanyaan antara nilai tertinggi dengan
Jumlah item pertanyaan
Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan
Jumlah item pertanyaan
Jenjang : 3
1. Motif Infor masi
Motif Informasi = (4 x 7) – (1 x 7) = (28 – 7) = 7
3 3
Rendah = 7 – 14
Sedang = 15 – 21
Tinggi = 22 – 28
2. Motif Identitas Per sonal
Motif Identitas Personal = (4 x 5) – (1 x 5) = (20 – 5) = 5
3 3
Rendah = 5 – 10
Sedang = 11 – 15
Tinggi = 16 – 20
3. Motif Integr asi dan Inter ak si Sosial
Motif Integrasi dan Interaksi Sosial = (4 x 5) – (1 x 5) = (20 – 5) =5
3 3
Tinggi = 16 – 20
4. Motif Hibur an
Motif Hiburan = (4 x 3) – (1 x 3) = (12 – 3) = 3
3 3
Rendah = 3 – 6
Sedang = 7 – 9
Tinggi = 10 – 12
3.1.2 Masyar ak at Sebagai Kha layak
Ibu rumah tangga di kota Surabaya disini merupakan khalayak sasaran
(target audience). Konsep Ibu rumah tangga dalam penelitian ini yang dimaksud
adalah wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah
tangga (Anonymous, 1989:319). Kata “IBU” sendiri diartikan sebagai wanita
yang telah menikah (Anonymous, 1989:319).
Dalam penelitian ini, Ibu rumah tangga yang menjadi target (responden)
adalah ibu rumah tangga domestic yang berusia 20 tahun ke atas. Selain itu
mereka (Ibu rumah tangga) yang memiliki pekerjaan atau karir dan menonton
program acara talk show “Islam itu Indah” di TransTV. Jadi mereka bukan hanya
di sibukkan dengan pekerjaan rumah tangga saja, melainkan kesibukan akan
3.2.1 Populasi
Dalam penelitian sosial, peneliti memiliki keterbatasan biaya, waktu dan
tenaga yang tidak memungkinkan untuk meneliti keseluruhan dari objek yang
dijadikan pengamatan. Peneliti hanya bisa mempelajari, memprediksi, dan
menjelaskan sifat-sifat suatu objek atau fenomena hanya dengan mempelajari dan
mengamati sebagian dari objek atau fenomena tersebut. Sebagian dari keseluruhan
objek atau fenomena yang akan diamati inilah yang disebut sampel. Sedangkan
keseluruhan objek atau subjek yang diteliti disebut populasi.
(Kriyantono,2006:149)
Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat yang berusia 20 tahun
keatas bertempat tinggal di Surabaya dan berjumlah 2.013.045 orang.
3.2.2 Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan Ibu rumah
tangga yang beragama islam, berusia 20 – 35 tahun (masa produktif dalam
berkarir), memiliki pekerjaan diluar rumah (karir) yang dapat menambah
penghasilan, bertempat tinggal di kota Surabaya dan menonton program acara talk
show “Islam Itu Indah” di TransTV. Teknik penarikan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah multistage cluster random sampling, maka secara
Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster Random Sampling
Dalam penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah multistage cluster random sampling dapat dilakukan
melalui 3 tahap yang digambarkan sebagai berikut :
a. Tahap pertama, dilakukan pengundian secara acak (random) terhadap
wilayah penelitian di kota Surabaya, dimana kota Surabaya terbagi dalam 5
bagian wilayah. Setelah dilakukan pengundian secara random atau acak
maka terpilih 2 (dua) wilyah penelitian, yaitu wilayah Surabaya Timur dan
Surabaya Selatan.
b. Tahap kedua, dilakukan pengundian secara acak pada wilayah kecamatan,
dimana wilayah Surabaya timur memiliki 7 (tujuh) kecamatan dan Surabaya
selatan memiliki 8 (delapan) kecamatan. Setelah dilakukan pengundian
secara random maka terpilihlah kecamatan rungkut dan gunung anyar untuk
N
N.1 N.2
N.1.a N.1.b
N.a N.b N.c N.d
N.2.a N.2.b
Sur abaya Sur abaya Selatan kecamatan Wonocolo Kecamatan Wonokr omo Kelurahan Ngagel K elurahan Darmo K elurahan Margor ej o
Kelur ahan Sidosermo Sur abaya Timur Kecamatan Gunung Anyar Kecamatan Rungkut K elurahan Medokan Ayu Kelurahan Wonorejo K elurahan Gunung Anyar Kelurahan Rungkut Menanggal wilayah Surabaya selatan.
c. Tahap ketiga, dilakukan pengundian secara acak pada tingkat kelurahan
yang mana setelah dilakukan pemilihan secara random terpilih kelurahan
Medokan Ayu dan Wonorejo (untuk kecamatan Rungkut), kelurahan
Gunung Anyar dan Rungkut Menanggal (untuk kecamatan Gunung Anyar),
kelurahan Ngagel dan Darmo (untuk kecamatan Wonokromo), kelurahan
Margorejo dan Sidosermo (untuk kecamatan Wonocolo).
Pola stratum pengambilan sampel dapat diketahui sebagai berikut :
Setelah dilakukan pengudian maka diperoleh masing-masing populasi setiap
kelurahan sebagai berikut:
Tabel 3.1
J umlah Populasi yang ber usia 20 tahun hingga 35 tahun
NO Kelur ahan J umlah
1 Medokan Ayu 6173
2 Wonor ejo 5115
3 Gunung Anyar 6325
4 Rungkut Menanggal 7771
5 Ngagel 5095
6 Dar mo 8324
7 Mar gor ejo 5883
8 Sidoser mo 6388
J umlah 51.027
Sumber : Data BPS, tiap kelur ahan 2008
Setelah itu jumlah populasi di tiap kelurahan yang terpilih secara acak
diakumulasikan untuk menentukan jumlah populasi.. Jumlah sampel yang akan
diambil dari populasi tersebut, dihitung dengan menggunakan rumus Yamane :
n : Jumlah sample
N : Jumlah populasi
d : Presisi 10% derajat ketelitian (0,01)
Jumlah populasi yang terdapat pada 8 (delapan) kelurahan yang diteliti
adalah sebanyak 51.027, jadi berdasarkan data tersebut untuk mengetahui jumlah
sampel maka akan dihitung sebagai berikut :
Maka sample pada penelitian ini sebanyak 100 responden, dengan
demikian responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang.
Setelah menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini kemudian
menentukan jumlah sampel yang proporsional pada masing-masing kelurahan
yang terpilih secara random. Jumlah sampel pada masing-masing kelurahan
disesuaikan dengan banyaknya jumlah populasi pada kelurahan tersebut dengan
Keterangan :
n1 = Jumlah penduduk di suatu kelurahan.
N1 = Ukuran strata ke-1
N = Jumlah seluruh penduduk
n = Jumlah sampel minimum yang telah ditetapkan (Nazir, 2003:361).
Jumlah sampel untuk masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut :
1. Kelurahan Medokan Ayu =
12,09 dibulatkan menjadi 12
2. Kelurahan Wonorejo =
10,02 dibulatkan menjadi 10
3. Kelurahan Gunung Anyar =
12,39 dibulatkan menjadi 12
4. Kelurahan Rungkut Menanggal =
9,98 dibulatkan menjadi 10
6. Kelurahan Darmo =
16,31 dibulatkan menjadi 16
7. Kelurahan Margorejo =
11,53 dibulatkan menjadi 12
8. Kelurahan Sidosermo =
12,51 dibulatkan menjadi 13
Sehingga dari jumlah populasi tersebut diperoleh sampel dari tiap kelurahan
sebagai berikut :
Tabel 3.1
J umlah Sampel
NO Kelur ahan J umlah
1 Medokan Ayu 12
2 Wonor ejo 10
3 Gunung Anyar 15
6 Dar mo 16
7 Mar gor ejo 12
8 Sidoser mo 13
J umlah 100
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung langsung dari
responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran
kuisioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari
lapangan. Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi
kedua, seperti perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian,
dan lain sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data
penunjang untuk melakukan analisis.
3.4 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk
selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang
digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara
berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.
Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :
% 100 × =
P F
N
Keterangan :
P : Persentase Responden
F : Frekuensi Responden
N : Jumlah Responden
Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan
peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan
1 Motif Kognitif A (A/ΣU)100%=F
2 Motif Identitas Pribadi B (B/ΣU)100%= F
3 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial C (C/ΣU)100%= F
4 Motif Hiburan D (D/ΣU)100%= F
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Gambar an Umum Ibu Rumah Tangga Sur abaya
Pada penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah ibu rumah tangga karena
hasil dari survei pra penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pemirsa yang
menonton program talk show “Islam Itu Indah” di TRAS TV adalah ibu rumah
tangga. Seorang ibu rumah tangga merupakan pelaksana kebijakan dalam sebuah
keluarga . Selain itu ibu rumah tangga lebih banyak berperan dalam memantau
perkembangan dan mengontrol perilaku anak mereka. Dari sini dapat di tarik
kesimpulan seorang ibu rumah tangga membutuhkan wawasan yang luas tentang
kehidupan, khususnya di bidang agama supaya dapat mendidik dan dapat
memberikan contoh baik bagi anak – anak mereka.
Melalui data diatas, maka obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Ibu
rumah tangga di kota Surabaya yang merupakan khalayak sasaran (target audience).
Konsep Ibu rumah tangga dalam penelitian ini yang dimaksud adalah wanita yang
mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga (Anonymous,
1989:319). Kata “IBU” sendiri diartikan sebagai wanita yang telah menikah
(Anonymous, 1989:319).
Dalam penelitian ini, Ibu rumah tangga yang menjadi target adalah ibu rumah
tangga domestic yang berusia 20 tahun ke atas, yaitu ibu rumah tangga yang
Indah” di TRANS TV. Selain itu untuk dapat mendukung tujuan dari penelitian ini,
yaitu bagaimana motif ibu rumah tangga dalam menonton program acara rohaniah
Islam di TRANS TV tersebut maka responden dalam penelitian ini juga harus yang
beragama Islam.
Sedangkan lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kota Surabaya,
karena Surabaya merupakan daerah penyebaran Islam pertama di daerah Jawa. Selain
itu masyarakat Surabaya juga dapat dikategorikan masyarakat modern yang memiliki
kecenderungan untuk memenuhi kebutuhannya secara instan. Tanpa harus
meninggalkan rumah mereka berharap dapat memenuhi kebutuhan mereka. Dengan
menonton talk show “Islam Itu Indah” di TRANS TV mereka sudah dapat memenuhi