• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA BLAKRA’AN DI JTV ( Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Program Acara Blakra’an di JTV ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA BLAKRA’AN DI JTV ( Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Program Acara Blakra’an di JTV )."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

( Studi Deskr iptif Motif Pemir sa di Surabaya Menonton Pr ogr am Acar a Blak ra’an di J TV )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana pada FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

Oleh : YULIA PUSPITA

0843110282

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

karunia-Nya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul “MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA BLAKRA’AN DI J TV” (Studi Deskr iptif Motif Pemir sa di Sur abaya Menonton Pr ogram Acar a Blakr a’an di J TV) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Dyva Claretta, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasihat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual, maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dra, Ec, Hj, Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Dyva Claretta Msi, selaku pembimbing utama bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian.

4. Ibu Dra. Herlina Suksmawati, MSi, selaku dosen UPN “Veteran” Jatim yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penelitian ini 5. Bapak H. Ir. Didiek Tranggono, MSi, selaku dosen penguji yang sudah

(3)

untuk meluangkan waktunya memberikan apa yang penulis inginkan.

7. Bagian T.U Bakesbang Pol Linmas atas dikeluarkannya surat perizinan penelitian.

8. Keluarga, ayah, ibu, dan kakak yang selalu memberikan dukungan dan do’anya dalam keadaan apapun

9. Untuk calon pendamping hidup “Wawan Setya Wicaksana” terima kasih atas kesabarannya dalam membantu memberikan semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal ini.

10.Semua orang / pihak yang telah membantu dan memberikan masukan atau kritik kepada penulis namun tidak tersebutkan, penulis ucapkan terima kasih

yang sebesar – besarnya.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 28 Mei 2012

(4)

ACARA BLAKRA’AN DI J TV (Studi Deskr iptif Motif Pemir sa di Sur abaya Menonton Pr ogr am Acar a Blakr a’an di J TV).

Menonton program acara blakra’an di JTV memang selalu menarik perhatian orang yang terlepas dari kejenuhan. Program acara blakra’an itu sendiri adalah sebuah program dokumenter yang berisikan berita ringan (soft news) yang memberikan informasi dan juga wawasan seputar berbagai unsur yang ada di Surabaya, seperti informasi mengenai sejarah, informasi mengenai kebudayaan, informasi mengenai cerita dari potret Surabaya tempo dulu, dan informasi mengenai bahasa Surabaya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motif pemirsa Surabaya dalam menonton program acara blakra’an di JTV.

Landasan teori yang digunakan yaitu Teori Uses and Gratifications dimana anggapan dasar dari teori ini menyatakan bahwa teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media, tetapi tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap orang. Jadi anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media massa untuk memenuhi kebutuhannya. Penelitian ini menganalisis fenomena tersebut mengacu pada tiga motif, yaitu motif kognitif, motif identitas personal, dan motif diversi dengan masing-masing indikatornya.

Segmentasi dari penelitian ini adalah para pemirsa yang berusia 18 – 40 tahun bertempat tinggal di Surabaya. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data pada tiap motif menggunakan kuesioener yang disebarkan ke 100 responden, dan analisis data menggunakan analisis deskriptif.

(5)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAKSI ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR LAMPIRAN...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalahan...12

1.3. Tujuan Penelitian...12

1.4. Kegunaan Penelitian...12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori...14

2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa...14

2.1.2. Awal Mula dan Perkembangan Televisi Lokal...16

(6)

2.2. Kerangka Berpikir...30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional...32

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel...38

3.2.1. Populasi...38

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel...38

3.3. Teknik Pengumpulan Data...43

3.4. Teknik Analisis Data...44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 45

4.1.1. Sejarah Perkembangan JTV ... 45

4.1.2. Gambaran Umum Acara Blakra’an ... 48

4.2 Penyajian dan Analisis Data ...51

4.2.1. Karakteristik Responden ...51

4.2.2. Motif Responden ... 57

4.3 Pembahasan ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 93

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Bagan Teori Uses and Gratifications ... 28

Tabel II.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 31

Tabel III.1 Diagram Teknik Penarikan Sampel ... 40

Tabel III.2 Tabel Jumlah Populasi Tiap Kecamatan ... 40

Tabel III.3 Tabel Jumlah Sampel Tiap Kelurahan ... 43

Tabel IV.1 Tabel Responden Berdasarkan Usia ... 51

Tabel IV.2 Tabel Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

Tabel IV.3 Tabel Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 53

Tabel IV.4 Tabel Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 54

Tabel IV.5 Durasi Menonton Acara Blakra’an di JTV ... 56

Tabel IV.6 Tabel Seberapa Sering Menonton Blakra’an ... 57

Tabel IV.7 Motif Ingin Mendapat Informasi Sejarah ... 58

Tabel IV.8 Motif Ingin Bernostalgia ... 59

Tabel IV.9 Motif Ingin Memperoleh Informasi Budaya ... 60

(8)

Tabel IV.13 Motif Ingin Menunjukkan Budaya Orang Surabaya ... 67

Tabel IV.14 Motif Ingin Memperkuat Cerita Dalam Foto ... 69

Tabel IV.15 Motif Ingin Menggunakan Bahasa Sebagai Identitas ... 70

Tabel IV.16 Tingkat Motif Identitas Personal ... 72

Tabel IV.17 Motif Ingin Mengunjungi Bangunan Cagar Budaya ... 73

Tabel IV.18 Motif Ingin Mengunjungi Tempat Wisata ... 75

Tabel IV.19 Motif Ingin Berbagi Ilmu Bahasa ... 76

Tabel IV.20 Motif Ingin Menikmati Kesenian Surabaya ... 78

Tabel IV.21 Tingkat Motif Diversi ... 79

(9)

Lampiran 1 Permohonan Pengisian Kuesioner

Lampiran 2 Lembar Kuesioner

Lampiran 3 Rekapitulasi Identitas Responden

Lampiran 4 Rekapitulasi Motif Kognitif

Lampiran 5 Rekapitulasi Motif Identitas Personal

Lampiran 6 Rekapitulasi Motif Diversi

Lampiran 7 Data Skor Jawaban Responden

(10)

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak terlepas dari ruang lingkup komunikasi. Dalam konteks manusia sebagai makhluk sosial, maka komunikasi tidak saja sebagai alat untuk melakukan kontak hubungan dengan antar individu, namun komunikasi juga merupakan alat bagi manusia untuk bertahan hidup.

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk menyampaikan informasi atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara langsung, lisan, maupun tidak langsung melalui media. (Effendy, 2004:5)

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesat secara langsung maupun tidak langsung akan berakibat terhadap perubahan peradaban manusia. Perubahan tersebut dapat membawa ke arah positif maupun negatif. Disadari atau tidak, dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi yang ada, dapat digunakan oleh seorang pemasar untuk menimbulkan image dalam benak calon konsumen bahwa produk yang mereka tawarkan akan memberikan sesuatu yang lebih bagi calon konsumen tersebut.

(11)

hiburan, atau informasi yang mengalir begitu saja dari berbagai media massa. Mulai dari media cetak, seperti surat kabar, majalah, buku, sampai media elektronik seperti televisi, radio, bahkan internet. Hampir setiap hari selalu ada informasi terbaru yang disajikan oleh media massa. Perkembangan teknologi yang sedemikian canggih dalam penggunaan teknologi dan sistem elektronik modern, membuat semakin terbukanya saluran komunikasi dalam masyarakat yang akhirnya menggiring masyarakat ke abad informasi atau Alvin Toffler dalam Muchtar (2000:86) menyebutnya sebagai “Gelombang Ketiga”, yaitu gelombang kemajuan teknologi informasi akan mengalami puncaknya diawal millenium ketiga yang tidak bisa dielakkan lagi. Hal ini merupakan era dimana masyarakat menjadi sangat membutuhkan media dan menimbulkan ketergantungan terhadap media.

Harold A Innis dalam Littlejohn (1996:266) mengatakan bahwa komunikasi media adalah perpajangan dari pikiran manusia. Media massa inilah yang dapat mewakili dalam mengetahui sesuatu. Fungsi-fungsi yang dapat dijalankan oleh media massa di jaman modern ini memugkinkan anggota masyarakat dapat memenuhi semua hal (informasi, hiburan, pendidikan, dll) tanpa harus memindahkan tubuhnya kesana kemari.

(12)

diantaranya bersifat auditif (merangsang indera pendengaran) sekaligus bersifat visual (merangsang indera penglihatan) dan media ini juga mampu menampilkan gambar-gambar bergerak dari realitas empiris.

Nyaris semua karakteristik yang dimiliki oleh media massa terdapat dalam televisi. Penggunaannya oleh masyarakat bisa bermacam-macam, mulai dari sebagai instrument untuk memperoleh hiburan, informasi, pendidikan, sosialisasi pembangunan sampai dengan sekedar menghabiskan waktu luang.

Televisi telah hadir dengan segala acaranya yang berisi pesan-pesan pilihan dari pihak produser atau pengelola stasiun televisi, sehingga khalayak dihadapkan dengan banyaknya pilihan program acara yang disajikan di televisi. Khalayak atau pemirsa akan lebih selektif dalam menonton suatu acara yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Melvin Defleur dan Mc Andrews dalam Depari (1998:5) bahwa individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media menaruh perhatian kepada pesan-pesan, terutama jika berkaitan dengan kepentingannya.

(13)

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi komunikasi dan informasi setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.

Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibanding media cetak dan radio ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologi. Televisi telah menjelma menjadi teleskop atau jendela dunia tempat kita bisa menyaksikan semua peristiwa, baik itu di bidag politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya dari luar maupun dalam negeri.

Daya tarik media televisi begitu besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia setelah adanya televisi berubah total. Media televisi telah menjadi panutan baru (new religius) bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi sama saja dengan makhluk buta yang hidup dalam keterasingan.

(14)

Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat, yaitu dengan munculnya 11 stasiun televisi swasta yang mengudara, antara lain: RCTI, SCTV, TPI, ANTV, METRO TV, TRANS TV, GLOBAL TV, TV 7 yang pada akhir 2006 telah berganti nama menjadi TRANS 7, dan LATIVI yang pada tahun 2008 telah berganti nama menjadi TV ONE, ditambah dengan kehadiran TV Lokal, seperti JTV, SBO TV, Arek TV, MNC TV yang merupakan stasiun lokal Jawa Timur.

Munculnya banyak stasiun televisi, membuat khalayak dihadapkan pada program acara yang disajikan oleh para pengelola stasiun tersebut. Khalayak atau pemirsa akan lebih selektif dalam menonton suatu acara yang sekiranya sesuai dengan kebutuhannya. Banyaknya pilihan program acara mengenai berbagai macam informasi-informasi yang aktual, baik lokal, nasional, maupun internasional yang meliputi berbagai bidang kehidupan yang ada di masyarakat, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan lain-lain.

(15)

dan Peraturan Menkominfo No 32/Per/M.Kominfo/12/2007 mengenai penerapan sistem jaringan lembaga jasa penyiaran televisi dimana lembaga penyiaran stasiun televisi nasional akan dihapuskan menjadi stasiun tv berjaringan atau stasiun tv lokal (Jawa Pos, 20 Februari 2009). Televisi berjaringan dimaksudkan agar terjadi desentralisasi penyiaran dan tidak lagi ada sentralisasi penyiaran yang hanya berada di Jakarta. Tujuannya, agar semua aspek budaya dan SDM maupun sumber daya ekonomi bisa dimasukkan dalam lembaga penyiaran yang bersifat lokal sehingga dengan adanya sistem berjaringan, diharapkan lembaga penyiaran TV nasional akan membuat stasiun TV lokal di daerah-daerah, mampu memberdayakan potensi SDM maupun ekonomi lokal.

Akan tetapi tv lokal Surabaya yang on-air saat ini harus mampu mencadangkan modal 2 hingga 5 kali lipat dari modal awal agar bisa survive dan dapat berkembang sehat. Untuk menjadi kuat, maka TV lokal harus efisien. TV lokal harus mampu menekan biaya produksi program lokal. Hal ini disebabkan masih terlalu rendahnya harga iklan yang diraih TV lokal. Tragisnya, sudah harga iklannya rendah, lahan itu juga diserbu dan diperebutkan TV nasional yang memiliki jangkauan lebih luas. ( http://surochiem.blogspot.com/2011/03/survivalitas-tv-tv-lokal-surabaya.html)

(16)

karakter profil pemirsanya memiliki karakter khas masyarakat Jawa Timur yaitu: bersifat dinamis memiliki fanatisme tinggi terhadap budayanya, solidaritas yang kuat, lugas dan ekspresif, memiliki keingintahuan yang tinggi, senang terlibat dengan acara televisi, dan agamis.

Jangkauan siaran JTV meliputi seluruh wilayah Jawa Timur, mulai dari wilayah siaran Surabaya dan sekitarnya, Malang dan sekitarnya, Kediri dan sekitarnya, Magetan dan sekitarnya, Tuban dan sekitarnya, Jember dan sekitarnya, Banyuwangi dan sekitarnya, Tulungagung dan sekitarnya, sebagaimana ditetapkan oleh keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM76 tahun 2003 tentang rencana induk (Master Plan) Frekuensi Radio penyelenggara Telekomunikasi Khusus untuk keperluan televisi siaran analog pada pita Ultra High Frequency (UHF).

Dipilihnya JTV menjadi objek penelitian karena JTV merupakan TV lokal pertama di Jawa Timur dan merupakan TV lokal terbesar dengan jangkauan terluas dibandingkan dengan beberapa TV lokal yang ada di Jawa Timur maupun TV lokal yang ada di Surabaya, seperti: SBO, Arek TV, Spacetoon, BC TV.

(17)

program ini pernah mendapatkan penghargaan adiwarta pada bulan November 2011.

Dokumenter sendiri adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan, namun disajikan dengan menarik. Misalnya program dokumenter yang menceritakan mengenai suatu tempat, kehidupan, ataupun sejarah seorang tokoh atau kehidupan atau sejarah suatu masyarakat atau kehidupan, dan sebagainya. Gaya atau penyajian dokumenter sangat beragam dalam hal teknik pengambilan gambar, tekhnik editing, dan teknik penceritaannya, mulai dari yang sederhana hingga yang tersulit.

(18)

sejarah kebudayaan atau bangunan-bangunan tua yang ada di Surabaya dengan menggunakan bahasa khas Surabaya agar lebih familiar di telinga pemirsa.

Konsep dari program acara Blakra’an didasari bahwa potensi kebudayaan, sejarah, dan bahasa Surabaya khususnya patut untuk dipelajari, dipahami, dan dilestarikan yang kemudian bisa untuk diberitahukan / diinformasikan kepada para pemirsa bahwa Surabaya adalah kota yang memiliki beberapa cerita dan keunikan baik itu berupa bangunan tua ataupun bahasanya yang patut untuk dijadikan edukasi untuk generasi muda selanjutnya, agar aset yang dimiliki Surabaya ini tidak luntur oleh perkembangan zaman yang semakin modern seperti sekarang ini.

Tujuan utama program acara Blakra’an di JTV adalah sebagai sarana edukasi yang bisa memberikan informasi kepada masyarakat Surabaya tentang sejarah kota Surabaya. Program acara Blakra’an disiarkan setiap selasa dan kamis setelah tayangan berita pojok kampung dengan durasi +/- 20 menit dari pukul 21.40 hingga 22.00 WIB. Segmentasi penonton acara Blakra’an adalah para pemirsa yang berusia 18 – 40 tahun yang bertempat tinggal di Surabaya.

(19)

ringan, tetapi padat akan pengetahuan tentang sejarah dan budaya Surabaya dan sekitarnya dengan menggunakan bahasa khas asli Surabaya.

Sementara dipilihnya kota Surabaya sebagai lokasi penelitian karena program acara blakra’an adalah satu-satunya program acara tv lokal yang menyuguhkan sejarah wilayah Surabaya dan sekitarnya dengan menggunakan bahasa khas Surabaya yang sesuai dengan budaya lokal setempat, selain itu Surabaya menempati posisi tertinggi untuk jumlah penonton tayangan ini, selain sidoarjo, tanggulangin, malang.

(20)

dikemas menghibur yang seolah menjadi alternatif pilihan bagi para pemirsa.

Penelitian motif pemirsa terhadap program acara Blakra’an ini akan difokuskan pada pendapat Blumer, J.G dalam (Rahmat 2007 : 66), yakni:

1. Motif Kognitif : Motif ini berkaitan dengan keinginan individu untuk memenuhi kebutuhan selain informasi, mengeksplorasi realitas atau surveilance.

2. Motif Identitas Personal : Motif yang berkaitan dengan keinginan individu menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan.

3. Motif Diversi : Motif ini berkenaan dengan keinginan individu akan kebutuhan pelepasan sari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.

Objek dalam penelitian ini adalah para pemirsa yang berusia di atas 18 – 40 tahun. Dipilihnya pemirsa yang berusia di atas 18 – 40 tahun sebagai responden karena segmentasi pemirsa blakra’an adalah usia 18 tahun ke atas, selain itu menurut Prof. Dr. M. Djawad Dahlan menyatakan bahwa secara psikologis pada masa tersebut merupakan permulaan awal masa dewasa, emosinya mulai stabil, pemikirannya mulai matang, dan bisa bersifat lebih bijak lagi untuk menanggapi suatu permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya.

(21)

model ini tertarik pada apa yang dilakukan orang pada media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sinilah timbul Uses and Gratification, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (Rahmat, 2007:65)

1.2 Per umusan Masalah

Dari berbagai uraian berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana motif pemirsa Surabaya dalam menonton program acara “Blakra’an” di JTV.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motif pemirsa Surabaya dalam menonton program acara “Blakra’an” di JTV.

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Memberikan sumbangsih kajian ilmu komunikasi mengenai penelitian Uses and Gratification khususnya tentang motif pemirsa menggunakan

(22)

2. Secara Praktis

a. Memberikan wawasan dan peningkatan pengetahuan remaja metropolis dan masyarakat Surabaya

(23)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran (Televisi Broadcast) yang merupakan media elektronik dan memiliki ciri-ciri yang berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen (Effendy, 1993:17).

Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan kenyataannya bahwa di saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari Jakarta atau kota-kota lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian televisi adalah salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai reproduksi dan kenyataan yang disiarkan melalui gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat penerima di rumah (Effendy, 1993:10).

(24)

Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpati kalangan masyarakat luas karena perkembangan teknologinya begitu cepat.. Hal ini disebabkan oleh audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunya jangkauan yang relatif tidak terbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesannya, karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku, dan sekaligus perubahan pola berfikir. Pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi kejiwaan.

Menurut Effendy (1993:24), fungsi televisi sebagai media massa adalah:

1. Fungsi Penerangan (The Information Function), yaitu memberikan informasi – informasi acara televisi seperti acara kuis, pilihan sinetron di setiap stasiun televisi.

(25)

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function), acara – acara yang ditayangkan di televisi seperti acara sinetron di setiap stasiun televisi memberikan hiburan terhadap khalayak luas.

Sedangkan Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya media televisi dalam keidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas melarikan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi sedemikian besar, sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah total sama sekali. Pengaruh dari televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis pemirsa.

2.1.2 Awal Mula dan Per kembangan Televisi Lokal

(26)

Diantaranya soal pembatasan siaran nasional, kecuali melakukan kerjasama dengan televisi-televisi lokal.

Dari segi legalitas formal (berdasarkan undang-undang), dan logika moral kebudayaan yang beragam, televisi lokal mempunyai dukungan yang sangat kuat. Televisi lokal adalah sebuah keniscayaan, karena dengan demikian tekad pemerintah dan rakyat untuk melakukan de-sentralisasi dan semangat untuk membangun otonomi daerah akan mendapatkan daya dukung.

Persepsi dan perspektif televisi lokal harus berbeda dengan televisi Jakarta yang berskala nasional. Strategi ini akan berguna untuk terus mencari peluang dan mengembangkan kiat-kiat untuk mengatasi kendala dan keterbatasannya. Bahwa ia berbeda dengan Jakarta, harus mencari kepentingan bagi masyarakatnya pula. Jika tidak, masyarakat juga merasa tidak perlu untuk memiliki televisi lokalnya .(Wirodono, 2005:127)

(27)

dibagi dalam dua sisi, maka satu sisi isinya baik-baik, bagus, tampan, cantik, kaya, mewah, penuh mimpi, dan nyaris sempurna ditampilkan secara positif sebagai masyarakat atas. Sedang sisi lain masyarakat bawah ditampilkan sebagai jahat, kasar, maling, acara kriminal, pelacuran, sisi gelap kehidupan manusia” (Sudibyo, 2004:100).

Hadirnya banyak televisi lokal saat ini harus diakui sangat berpengaruh terkait keinginan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan program dari daerahnya sendiri secara optimal, karena hanya dengan televisi lokal yang bisa mengakomodasikan hal itu.

Perjuangan televisi lokal mencapai puncaknya ketika undang-undang penyiaran yang baru diundang-undangkan, yaitu pada 28 November 2002. Undang-undang ini memberi pengakuan hukum atas eksistensi lembaga penyiaran lokal. Bahkan ada satu pasal (pasal 30) yang membatasi siaran televisi swasta nasional, denga mengharuskan untuk berjaringan denga televisi-televis lokal (Sudibyo, 2004:102).

2.1.3 Blak ra’an

(28)

Targer blakra’an adalah pemirsa Jawa Timur, khususnya Surabaya dan pernah mendapatkan penghargaan adiwarta pada bulan November 2011.

Dokumenter sendiri adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan, namun disajikan dengan menarik. Misalnya program dokumenter yang menceritakan mengenai suatu tempat, kehidupan, ataupun sejarah seorang tokoh atau kehidupan atau sejarah suatu masyarakat atau kehidupan, dan sebagainya. Gaya atau penyajian dokumenter sangat beragam dalam hal teknik pengambilan gambar, tekhnik editing, dan teknik penceritaannya, mulai dari yang sederhana hingga yang tersulit.

(29)

sejarah kebudayaan atau bangunan-bangunan tua yang ada di Surabaya dengan menggunakan bahasa khas Surabaya agar lebih familiar di telinga pemirsa.

Konsep dari program acara Blakra’an didasari bahwa potensi kebudayaan, sejarah, dan bahasa Surabaya khususnya patut untuk dipelajari, dipahami, dan dilestarikan yang kemudian bisa untuk diberitahukan / diinformasikan kepada para pemirsa bahwa Surabaya adalah kota yang memiliki beberapa cerita dan keunikan baik itu berupa bangunan tua ataupun bahasanya yang patut untuk dijadikan edukasi untuk generasi muda selanjutnya, agar aset yang dimiliki Surabaya ini tidak luntur oleh perkembangan zaman yang semakin modern seperti sekarang ini.

(30)

masyarakat di Surabaya khususnya yang kurang mengetahui informasi bahwa di Surabaya sendiri banyak sekali kebudayaan atau bangunan bersejarah yang perlu untuk dilestarikan ataupun dirawat agar bisa menjadi aset kota di masa kini dan juga masa yang akan datang.

2.1.4 Pemir sa Televisi Sebagai Khalayak Aktif

Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama, sehingga mereka dapat engatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas dan mempunyai sfat yang heterogen dan anonim. Dimana dalam hal ini masyarakat yang diteliti adalah pemirsa televisi sebagai khalayak aktif yang mempunyai motif untuk memenuhi kebutuhannya mengenai informasi. Sesuai prinsip Uses and Gratification adalah bahwa khalayak secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.

Frank Bioca (little john 1993:337) lebih jelas mengungkapkan empat karakteristik audiens yang aktif, yaitu:

1. Selectivity : khalayak yang aktif melakukan pertimbagan dan seleksi untuk menentukan media yang akan mereka gunakan.

2. Utilirianism : khalayak yang aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan untuk mencapai tujuannya. 3. Intentionality : mennjukkan bahwa salah satu kegunaan media

(31)

4. Involvement of effort : khalayak mengikuti dan berpikir dengan aktif dan menggunakan media. Dengan kata lain mereka tidak mudah dipengaruhi oleh media.

Pemirsa televisi sebagai khalayak yang aktif dalam hal ini berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, bebas memilih, menyeleks, dan menggunakan berbagai media massa untuk mencapai tjuan tertentu. Media massa yang digunakan dalam penelitian ini adalah televisi, karena televisi merupakan barang yang sudah umum dan dimiliki oleh sebagian masyarakat. Jadi khalayak aktif disini adalah khalayak yang memenuhi kebutuhan akan informasi dengan menggunakan media televisi.

2.1.5 Penger tian Motif

Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu tindakan ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal – hal yang melatarbelakanginya, apa saja yang mendorong melakukan tindakan perbuatan tersebut, apa motifnya, untuk itu peneliti menjelaskan mengenai motif.

(32)

Kebutuhan – kebutuhan inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktivitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari pengguna media karena didorong oleh sejumlah hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham Maslow (1995) dan Effendy (2003:290), beliau membedakan 5 perangkat kebutuhan dasar, antara lain:

1. Psychological need adalah kebutuhan primer yang menyangkut fungsi biologis bagi organisme manusia, seperti kebutuhan sandang, pangan, papan, dan kesehatan.

2. Safety need adalah kebutuhan mengenai perlindunga dari bahaya, perlakuan tidak adil, dan terjaminnya keamanan diri.

3. Love need adalah kebutuhan aka dicintai dan diperhitungkan secara pribadi

4. Esteen need adalah kebutuhan untuk dihargai secara prestasi, kemampuan, kedudukan, atau status.

5. Self actualization adalah kebutuha mempertinggi potensi –potensi yang dimiliki, pengembanga diri secara maksimal, kreativitas, dan ekspresi diri.

(33)

Purwanto menjelaskan bahwa fungsi dari motif adalah:

1. Motif sebagai pendorong manusia utuk bertindak atau berbuat. Motif itu berfungsi sebagai motor yang memberikan energi kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

2. Motif menentukan arah peruahan yakni ke arah perwujudan suatu tujuan / cita – cita.

3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan – perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermafaat bagi tujuan tersebut . (Purwanto, 1996:60)

Dengan demikian dari ketiga fungsi tersebut, maka pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan atau motif dapat diidentifikasikan dengan kebutuhan.

Menurut Blumer (Rahmat, 2007:66) motif meliputi: motif kognitif yaitu keinginan akan kebutuhan informasi, surveillance, atau eksplorasi realitas ; motif diversi yaitu keinginan akan kebutuhan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan ; motif identiras personal yaitu keinginan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjlkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau khalayak sendiri.

(34)

dan motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman yang bersifat konstan meskipun ada kemungkinan untuk berubah.

2.1.6 Teor i Uses and Gratification

Media massa dalam berbagai bentuk merupakan saluran arus pesan dari sumber ke sasaran. Dengan kekuatan yang ada pada media massa, pada awal perkembangan dianggap mampu mempengaruhi bahkan mengubah masyarakat. Namun pada perkembangannya para ahli mulai sadar bahwa audiens tidak pasif, namun aktif terlibat dalam proses komunikasi.

Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai suatu loncatan dramatis dari teori jarum hipodermik (Swanson, 1979) yang muncul sebagai akibat dari ketidakpuasan pada penelitian – penelitian sebelumnya yang gagal membuktikan bahwa khalayak langsung dapat dipengaruhi oleh media massa. Oleh karena itu, model ini dapat juga digambarkan sebagai A Dramatic Break With Effect Tradition of the Past (Swanson dalam

Rahmat, 2007:65)

(35)

Pendekatan Uses and Gratification menitik beratkan pada penggunaan isi media untuk memperoleh kepuasan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam hal ini adalah kebutuhan individu merupakan titik tolaknya (Mc Quail, 1993:133). Individu berharap bahwa penggunaan media tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya.

Menurut Elihu Katz, Jay G, Blumer, dan Michael Gurevitch dalam (Rahmat, 204:205) Uses and Gratification menjelaskan asal mula kebutuhan secara psikologis da sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori sebagai berikut:

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengkaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

(36)

4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayaknya.

Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumber yan lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahka seringkali akibat-akibat yang tidak dikehendaki (Rahmat, 2007:65)

Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh orang itu (user) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum, antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaran rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi, dan kontak sosial (Nuruddin, 2004:183)

(37)

Tabel II.1

Bagan Teor i Uses and Gr atification (Nur uddin, 2004:183)

Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai

(38)

lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman–pengalaman estetis, menyenangkan, dan emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal ini bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. Sedangkan kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan da hasrat akan keanekaragaman (Nuruddin, 2004:184)

Asumsi dari teori ini adalah khalayak yang aktif sengaja menggunakan media karena didorong oleh motif-motif tertentu untuk mencapai tujuan khusus. Artinya, individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhi. Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media utnuk memberikan kepuasan, sebagai dependensi media dan sebagai pengetahuan.

(39)

informasi), motif diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan), motif identitas personal (menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehisupan atau situasi khalayak sendiri). (Rahmat, 2004:207)

2.2 Ker angka Berpikir

Setiap individu memiliki kebutuhan dalam hidupnya, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika kebutuhan tersebut terpenuhi, maka muncullah kepuasan.

Kebutuhan individu tersebut beraneka ragam, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan akan informasi mengenai peristiwa atau fenomena yang terjadi di sekelilingnya. Kebutuhan akan informasi ini dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi media yang ada, baik cetak maupun elektronik.

Media elektronik memiliki kelebihan dibandingkan dengan media cetak. Televisi sebagai salah satu media massa elektronik telah memperoleh daya tarik pada masyarakat. Kebutuhan penggunaan media ini meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan afektif, kebutuhan integrative personal, dan kebutuhan untuk melepaskan ketegangan. Dari adanya

(40)

JTV yang merupakan singkatan dari Jawa Pos Media Televisi adalah salah satu stasiun televisi lokal yang berada di Surabaya menghadirkan berbagai macam program acara mulai dari informasi hingga hiburan. Acara blakra’an sendiri memenuhi kebutuhan informasi, sejarah, integrasi sosial, dan juga hiburan. Stasiun televisi ini merupakan salah satu bentuk dari media elektronik yang menjadi alat atau sarana untuk mencapai kebutuhan aka motif – motif yang muncul dari diri pemirsa.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian secara sistematis mengenai motif pemirsa dalam menonton program acara blakra’an di JTV.

3.1 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Yang dimaksud dengan variabel definisi operasional adalah suatu pembatasan atau perincian kegiatan – kegiatan operasional yang dilakukan guna mengukur variabel serta indikatornya. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan tipe penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan motif masyarakat dalam menonton program acara blakra’an JTV. Motif dioperasionalkan sebagai semua penggerak alasan atau dorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan. Adapun motif yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

(42)

Motif Kognitif indikatornya antara lain :

a. Motif ingin mendapat informasi baru tentang berbagai cerita sejarah yang ada di Surabaya

b. Motif ingin bernostalgia dari gambaran Surabaya tempo dulu c. Motif ingin memperoleh informasi mengenai kebudayaan Surabaya

yang tidak di dapat dari pendidikan formal

d. Motif ingin mempelajari bahasa Surabaya yang belum pernah diketahui sebelumnya

2. Motif Identitas Personal, yaitu adanya dorongan yang tumbuh dan berkembang dalam diri individu untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan.

Motif Identitas Personal indikatornya antara lain :

a. Motif ingin menunjukkan cerita sejarah Surabaya sebagai identitas diri saya

b. Motif ingin menunjukkan budaya saya sebagai orang Surabaya c. Motif ingin memperkuat potret Surabaya tempo dulu dengan yang

sekarang

d. Motif ingin menggunakan bahasa Surabaya sebagai identitas diri saya sebagai orang Surabaya

(43)

Motif Diversi indikatornya antara lain:

a. Motif ingin berkunjung ke berbagai bangunan cagar budaya yang ada di Surabaya

b. Motif ingin berkunjung ke tempat wisata yang ada di Surabaya sambil mengenang kota Surabaya

c. Motif ingin membagi ilmu tentang bahasa Suroboyoan yang menjadi ciri khas kota Surabaya

d. Motif ingin menikmati beberapa kesenian yang dimiliki warga Surabaya

Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan menggunakan modifikasi model skala likert (skala sikap). Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar pernyataan mengenai motif dan sikap pernyataan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan kesetujuan dan ketidak setujuannya. (Singarimbun, 1995:111)

(44)

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrumen.

b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.

Pada tahap selanjutnya empat kategori jawaban di atas akan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilainya sebagai berikut:

Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1

Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2

Setuju (S) : diberi skor 3

Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap items dari tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap

(45)

di total. Total skor dari tiap kategori dikategorikan ke dalam 3 interval, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Penentuan interval dilakukan dengan penggunaan range. Range masing-masing kategori ditentukan dengan:

( ) = Skor tertin ggi – Skor teren dah

Keterangan:

Range : Batasan dari tiap tingkatan

Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah nilai item pertanyaan

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai item pertanyaan

Jenjang : 1

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh tingkat interval untuk mengetahui motif pemirsa Surabaya dalam menonton program acara blakra’an di JTV, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Dalam motif kognitif terdapat empat (4) pernyataan tentang responden yang menonton acara Blakra’an di JTV untuk memenuhi kebutuhan selain informasi, mengeksplorasi realitas atau surveilance

(46)

Motif Kognitif= ( ) –( ) = ( ) = = 4 Rendah = 4 – 8

Sedang = 9 – 13 Tinggi = 14 – 18

2. Dalam Motif Identitas Personal terdapat empat (4) pernyataan tentang responden yang menonton acara Blakra’an di JTV karena ingin menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan / dirinya.

Maka :

Motif Identitas Personal = ( ) –( ) = ( ) = = 4 Rendah = 4 – 8

Sedang = 9 – 13 Tinggi = 14 – 18

3. Dalam Motif Diversi terdapat empat (4) pernyataan tentang responden yang menonton program acara Blakra’an di JTV karena ingin melepaskan diri dari kejenuhan rutinitas, mengisi waktu luang, bersantai, dan mencari informasi.

Maka :

Motif Diversi = ( ) –( ) = ( ) = = 4 Rendah = 4 – 8

(47)

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pemirsa yang bertempat tinggal di Surabaya dan berumur 18 – 40 tahun dengan alasan karena segmentasi pemirsa blakra’an adalah usia 18 tahun ke atas, selain itu menurut Prof. Dr. M. Djawad Dahlan menyatakan bahwa secara psikologis pada masa tersebut merupakan permulaan awal masa dewasa, emosinya mulai stabil, pemikirannya mulai matang, dan bisa bersifat lebih bijak lagi untuk menanggapi suatu permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya.

. Penduduk yang berumur 18 – 40 tahun di Surabaya berjumlah 766.305 jiwa. (sumber: dispenduk capil Surabaya)

3.2.2 Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pemirsa yang menonton program acara Blakra’an JTV yang bertempat tinggal di Surabaya. Teknik penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Multistage Cluster Random Sampling, yaitu penarikan sampel yang dilakukan lebih

dari beberapa tahap, mengingat responden dalam penelitian ini banyak dan tersebar luas dalam wilayah kota Surabaya. Jumlah populasi dari keseluruhan masyarakat yang berumur 18 – 40 di Surabaya berjumlah 766.305 jiwa, untuk itu sampel yang digunakan dengan menggunakan rumus Yamane (Bungin, 2005:105), yaitu:

= N

(48)

Keterangan :

n = jumlah sampel yang dicari

N = jumlah populasi

D = nilai presisi (0,1)

Maka :

= 766 .305 766 .305( 0,1 ) + 1

= 766 .305 766 4,05

= 99,98 (dibulatkan menjadi 100)

(49)

Tabel III.1

Diagr am Teknik Penar ikan Sampel

(50)

Tabel J umlah Populasi Tiap Kecamatan

Guna lebih proporsionalnya dalam menentukan sampel yang digunakan, maka dari jumlah yang dapat diperoleh sampel untuk masing – masing kecamatan adalah sebagai berikut :

1 = x n

Keterangan :

n1 : Jumlah penduduk di suatu kelurahan

N1 : Ukuran Stratum ke-1

N : Jumlah seluruh penduduk

n : Jumlah sampel minimum yang telah ditetapkan

Maka :

1. Kelurahan Ngagel

1 = x N

1 = .

. x 100

1 = 6,04 = 6

2. Kelurahan Ngagel Rejo 1 = x N

1 = .

(51)
(52)

8. Kelurahan Keputran 1 = x N

1 = .

. x 100

1 = 12,84 = 13

Sehingga dari jumlah populasi tersebut diperoleh sampel dari tiap kelurahan sebagai berikut :

J umlah Sampel Tiap Kelurahan

3.3 Tek nik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu :

1. Data Primer

(53)

pertanyaan tersebut telah disediakan jawaban berupa piliha ganda yang harus dipilih responden.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui bahan – bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Bahan – bahan pustaka yang digunakan dapat berupa buku – buku literatur atau informasi tertulis lainnya. Data ini digunakan sebagai penunjang untuk melakukan analisis.

3.4 Tek nik Analisis Data

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Sejar ah Per k embangan J TV

Sejalan dengan peraturan pemerintah tentang pelaksanaan otonomi daerah mulai tanggal 1 Januari 2001 memungkinkan suatu propinsi untuk menumbuh kembangkan potensi daerahnya dengan seoptimal mungkin. Perkembangan tersebut dapat dilakukan dari berbagai macam segi, baik dari segi bisnis maupun dari segi non bisnis dan peningkatan potensi daerah itu tidak terlepas dari peran serta penyedia jasa layanan informasi.

Propinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber daya yang beraneka ragam. Mulai dari industri besar, home industry, hingga kegiatan usaha yang banyak memberi masukan pendapatan bagi pemerintah daerah setempat. Masukan tersebut berupa dukungan dari berbagai jenis usaha, baik perdagagan, industri, maupun jasa yang semua memiliki kontribusi yang cukup tinggi di dalam memperbaiki kondisi perekonomian Jawa Timur.

(55)

yang bergerak di bidang jasa yang cukup bergengsi untuk dikelola saat ini adalah dunia penyiaran televisi.

Jaminan keberagaman informasi yang dapat diakses secara mudah melalui industri televisi mempunyai peranan cukup besar untuk membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan daerahnya, karena dengan tumbuhnya media yang diperuntukkan khusus bagi masyarakat daerah, tentunya semua industri ini akan ikut bergerak, karena terbantu dengan aktifnya media audio visual yang bisa membentuk karakter baru, dan fanatisme yang secara positif akan banyak membantu dunia usaha untuk terus meningkatkan diri yang pada akhirnya akan memberikan banyak keuntungan bagi semua pihak.

Industri televisi juga diyakini mampu menjaga dan membangun komunikasi yang berkualitas antara masyarakat dengan elit pemerintah dan stake holder penyelenggaraan kehidupan sehari – hari di Jawa Timur.

Proses demokrasi yang terus ditumbuh – kembangkan dengan sistem desentralisasi dan otonomi daerah sebagai spirit utama sesungguhnya membutuhkan medium raksasa yang disebut televisi sebagai pentas milik bersama untuk beraktivitas.

(56)

sebagai televisi lokal, Jawa Timur memfokuskan diri terhadap minat dan keinginan pemirsa di Jawa Timur dengan slogannya yaitu “Satus Persen Jatim”. Sudah menjadi tekad para pendirinya bahwa JTV sebagai lembaga penyiaran tetap setia pada prinsipnya dalam menyelenggarakan fungsinya bersikap independent, onyektif, jujur, dan mampu berpartisipasi dalam usaha pemberdayaan masyarakat di Jawa Timur. Pengembangan potensi daerah menjadi salah satu tujuan utama berdirinya PT. Jawa Pos Media Televisi untuk memberikan yang terbaik bagi daerah Jawa Timur secara luas.

Pengembangan tersebut mencakup berbagai segi, mulai dari peningkatan bidang usaha sektor riil, pendidikan, kesempatan lapangan kerja baru, kebudayaan, sejarah, dan perdagangan. Mengingat media televisi sebagai media yang bisa masuk pada semua bidang kehidupan sehingga perannya diharapkan bisa membantu mendominasi berbagai sektor untuk semakin maju dan berkembang pesat,

(57)

Seperti halnya surat kabar Jawa Pos yang memiliki banyak kantor cabang di hampir setiap karesidenan, biro JTV di Jawa Timur juga ada 7, yaitu Malang, Jember, Banyuwangi, Kediri, Madiun, Bojonegoro, dan Madura. Dahlan Iskan (CEO Grup Jawa Pos) mentargetkan JTV untuk melahirkan 20 televisi lokal setiap tahun nya. Jumlah yang realistik dan sesuai dengan visi dan misi Jawa Pos dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat.

JTV menjadi sangat penting dan ditunggu kehadirannya. Pertumbuhan penduduk Jawa Timur yang terus bertambah juga merupakan salah satu alasan yang melatar belakangi hadirnya JTV untuk memberikan informasi dalam bentuk audio visual yang merupakan program – program yang bersifat lokal. Seluruh penduduk Jawa Timur memerlukan mediumnya sendiri untuk mengapresiasi kearifan lokal yang dimilikinya melalui layar kaca televisi.

4.1.2 Gambar an Umum Acar a Blak ra’an

(58)

program acara ini pernah mendapatkan penghargaan adiwarta pada bulan November 2011.

Dokumenter sendiri adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan, namun disajikan dengan menarik. Misalnya program dokumenter yang menceritakan mengenai suatu tempat, kehidupan, ataupun sejarah seorang tokoh atau kehidupan atau sejarah suatu masyarakat atau kehidupan, dan sebagainya. Gaya atau penyajian dokumenter sangat beragam dalam hal teknik pengambilan gambar, tekhnik editing, dan teknik penceritaannya, mulai dari yang sederhana hingga yang tersulit.

(59)

sejarah kebudayaan atau bangunan-bangunan tua yang ada di Surabaya dengan menggunakan bahasa khas Surabaya agar lebih familiar di telinga pemirsa.

Konsep dari program acara Blakra’an didasari bahwa potensi kebudayaan, sejarah, dan bahasa Surabaya khususnya patut untuk dipelajari, dipahami, dan dilestarikan yang kemudian bisa untuk diberitahukan / diinformasikan kepada para pemirsa bahwa Surabaya adalah kota yang memiliki beberapa cerita dan keunikan baik itu berupa bangunan tua ataupun bahasanya yang patut untuk dijadikan edukasi untuk generasi muda selanjutnya, agar aset yang dimiliki Surabaya ini tidak luntur oleh perkembangan zaman yang semakin modern seperti sekarang ini.

(60)

4.2 Penyajian dan Analisis Data

4.2.1 Kar akter istik Responden

Responden penelitian ini adalah penonton program acara Blakra’an di JTV yang bertempat tinggal di Surabaya yang berumur 18 – 40 tahun dengan jumlah sampel sebayak 100 orang. Dari hasil penyebaran kuisioner dapat diperoleh gambaran karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan durasi responden dalam menonton program blakra’an di JTV. Selengkapnya tertera pada tabel berikut ini:

Tabel IV.1

Responden Berdasa rkan Usia

No. Usia Fr ekuensi Pr esentase (% )

1 18 - 23 50 50

2 24 - 29 19 19

3 30 - 35 11 11

4 36 - 40 20 20

J umlah 100 100

Sumber : Pertanyaan I no. 1

(61)

responden atau 20 %. Responden yang terbanyak ke-3 adalah responden yang berusia 24 – 29 tahun, yaitu sebanyak 19 responden atau 19 %. Sedangkan responden yang berusia 30 – 35 tahun hanya sebanyak 11 responden atau 11 %.

Banyaknya responden yang berusia 18 – 23 tahun ini menunjukkan bahwa responden pada usia tersebut minat yang diinginkan makin mantap, egonya mencari kesempatan untuk ingin bersatu dengan orang-orang lain dan mencari pengalaman-pengalaman baru, dan juga memiliki pola pikir yang lebih matang dalam penentuan hobi dan apa yang digemari sudah terlihat jelas. (Sarwono, 2007:25)

Tabel IV.2

Responden Ber dasar kan J enis Kelamin

No J enis Kelamin Fr ek uensi Pr esentase

1 Laki-laki 41 41

2 Perempuan 59 59

J umlah 100 100

Sumber : Pertanyaan I no. 2

(62)

Banyaknya jumlah responden perempuan dalam penelitian ini, karena perempuan termasuk khalayak yang paling mudah termakan second-hand impressions televisi, yaitu pesan yang diseleksi sedemikian rupa semata berdasarkan selera pribadi, sehingga kaum perempuan memperlakukan sajian televisi sebagai barang konsumsi indrawinya. (Kuswandi, 2008:63)

Tabel IV.3

Responden Berdasa rkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Fr ekuensi Pr esentase

1 SMA 42 42

2 Diploma 11 11

3 Perguruan Tinggi 47 47

J umlah 100 100

Sumber : Pertanyaan I no. 3

Dari tabel IV.3 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak dalam penelitian ini adalah para pemirsa masyarakat yang berpendidikan di Perguruan Tinggi, yaitu sebanyak 47 responden atau 47 %. Responden yang terbanyak ke-2 adalah responden yang berpendidikan di SMA, yaitu sebanyak 42 responden atau 42 %. Responden yang terbanyak ke-3 adalah responden yang berpendidikan di Diploma, yaitu sebanyak 11 responden atau 11 %.

(63)

mempunyai minat tinggi untuk menggali informasi yang berkaitan dengan program blakra’an, karena program ini banyak bermuatan informasi yang dikemas dengan lebih ringan, santai, dan kocak sehingga enak untuk disimak dan didengar, karena program blakra’an ini menggunakan bahasa Surabaya sebagai dialeg nya dalam menyampaikan informasi kepada pemirsa. Sedangkan responden yang mempunyai pendidikan di SMA ini dikarenakan mereka masih mempunyai minat untuk mencari informasi tentang kandungan isi pada program blakra’an ini.

Hal ini dapat menginformasikan kepada para pemirsa bahwa program acara blakra’an di JTV yang bertempat tinggal di Surabaya mayoritas mempunyai pendidikan di perguruan tinggi, karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi rasa ingin tahu yang tinggi tentang berbagai informasi.

Tabel IV.4

Responden Ber dasar kan J enis Peker jaan

No J enis Peker jaan Fr ek uensi Pr esentase

1 Wiraswasta 6 6

2 PNS / TNI / BUMN 10 10

3 Karyawan Swasta 33 33

4 Pelajar / Mahasiswa 35 35

5 Lainnya: Ibu Rumah Tangga 16 16

J umlah 100 100

(64)

Dari tabel IV.4 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak dalam penelitian ini adalah para pemirsa yang mempunyai pekerjaan sebagai pelajar / mahasiswa, yaitu sebanyak 35 responden atau 35 %. Responden yang terbanyak ke-2 adalah responden yang mempunyai pekerjaan sebagai karyawan swasta, yaitu sebanyak 33 responden atau 33 %. Responden yang terbanyak ke-3 adalah responden yang mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 16 responden atau 16 %. Responden yang terbanyak ke-4 adalah responden yang mempunyai pekerjaan sebagai PNS / TNI / BUMN, yaitu sebayak 10 responden atau 10 %. Dan yang terakhir adalah responden yang mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta, yaitu sebanyak 6 responden atau 6 %.

(65)

Tabel IV.5

Dur asi Menonton Acar a Blakr a’an di J TV

No Kategor i J awaban Fr ekuensi Pr esenta se

1 0 – 5 menit - -

2 0 – 10 menit 1 1

3 0 – 15 menit 5 5

4 0 – 20 menit 94 94

J umlah 100 100

Sumber : Pertanyaan II.6

(66)

Tabel IV.6

Seber a pa Ser ing Menonton Blakra’an

No Kategor i J awaban Fr ekuensi Pr esentase

1 1 - 2 kali 6 6

2 3 - 4 kali 10 10

3 5 - 6 kali 33 33

4 7 - 8 kali 35 35

Sumber : Pertanyaan II.7

Berdasarkan tabel yang tertera diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang sering menonton acara blakra’an adalah dalam kategori nomor 4, yaitu 7 - 8 kali dalam sebulan terakhir sebanyak 35 responden atau 35 %, hal ini dikarenakan bahwa banyak responden di kota Surabaya yang menyukai acara ini dan menanti-nanti setiap kali mau tayang, karena memang jarang berita Jawa Timur yang menyuguhkan berbagai cerita sejarah, bahasa, budaya, dan nostalgia seperti acara blakra’an ini. Sedangkan responden yang jarang menonton adalah dalam kategori 1, yaitu 1 – 2 kali dalam sebulan terakhir sebanyak 6 responden atau 6 %, karena berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan bahwasanya 6 responden ini masih sibuk dengan kegiatannya, jadi mereka hanya sesekali menonton tayangan ini.

4.2.2 Motif Responden

(67)

blakra’an di JTV, dapat diperoleh gambaran mengenai motif pemirsa Surabaya dalam menonton program acara blakra’an di JTV yang meliputi motif kognitif, identitas personal, dan motif diversi.

1. Motif Kognitif

Untuk mengetahui bagaimana motif kognitif dari penonton program acara blakra’an di JTV, maka peneliti melakukan penyebaran kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal yang mendorong individu untuk menonton acara blakra’an sebagai kebutuhan untuk menggali / menambah wawasan dan pengetahuan. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, maka dapat diperoleh jawaba responden yang dapat dijabarkan dalam tabel berikut :

Tabel IV.7

Motif Ingin Mendapat Infor masi Bar u Tentang

Ber bagai Cer ita Sejar ah di Sur abaya.

No Kategor i J awaban Fr ek uensi Pr esentase

1 Sangat Tidak Setuju - -

2 Tidak Setuju - -

3 Setuju 79 79

4 Sangat Setuju 21 21

J umlah 100 100

Sumber : Pertanyaan III.1 no. 8

(68)

sebanyak 79 responden atau 79 %, dan yang menyatakan sangat setuju sebanyak 21 responden atau 21 %. Sedangkan pada tabel yang tertera di atas, tidak ada satu pun responden yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa semua responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa motif mereka menonton acara blakra’an di JTV adalah ingin mendapatkan informasi baru tentang berbagai cerita sejarah yang ada di Surabaya, karena menurut Nanang (produser) tujuan utama program ini adalah sebagai sarana edukasi yang bisa memberikan informasi kepada masyarakat Surabaya tentang berbagai cerita sejarah di Surabaya, dan juga bangunan-bangunan bersejarah yang juga memiliki cerita dan pernah menjadi saksi bisu atas kemerdekaan arek suroboyo.

Tabel IV.8

Motif Ingin Ber nostalgia Dar i Gambar an Sur abaya Tempo Dulu.

No Kategor i J awaban Fr ek uensi Pr esentase

1 Sangat Tidak Setuju - -

2 Tidak Setuju - -

3 Setuju 79 79

4 Sangat Setuju 21 21

J umlah 100 100

Sumber : Pertanyaan III.1 no. 9

(69)

ingin bernostalgia dari potret Surabaya tempo dulu sebanyak 79 responden atau 79 %, dan yang menyatakan sangat setuju sebanyak 21 responden atau 21 %. Sedangkan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju bahwa motif mereka ingin bernostalgia dari gambaran Surabaya tempo dulu, hal ini dikarenakan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa motif mereka menonton acara blakra’an di JTV adalah ingin bernostalgia dari potret Surabaya tempo dulu, karena menurut Nanang (produser) tidak ada tv lokal lain yang ada di Surabaya yang memaparkan cerita-cerita Surabaya tempo dulu lewat foto dokumentasi seperti yang ada di sesi “potrek dino iki” pada tayangan blakra’an, sehingga sangat menarik apabila yang menonton tayangan ini adalah orang tua yang dari dulunya tinggal di Surabaya.

Tabel IV.9

Motif Ingin Memper oleh Infor masi Mengenai

Kebudayaan Sur abaya

No Kategor i J awaban Fr ek uensi Pr esentase

1 Sangat Tidak Setuju - -

2 Tidak Setuju 16 16

3 Setuju 59 59

4 Sangat Setuju 25 25

J umlah 100 100

(70)

Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa responden yang menyatakan setuju bahwa motif mereka menonton acara blakra’an di JTV adalah ingin memperoleh informasi tentang kebudayaan Surabaya yang tidak didapat dari pendidikan formal sebanyak 59 responden atau 59 %, dan yang menyatakan sangat setuju sebanyak 25 responden atau 25 %. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 16 responden atau 16 %, dan tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa motif mereka menonton acara blakra’an di JTV adalah ingin memperoleh informasi tentang kebudayaan Surabaya yang tidak didapat dari pendidikan formal, karena Surabaya dikenal memiliki kesenian yang khas seperti ludruk, tari remo, dan kidungan. Selain kesenian khas yang sudah disebutkan, budaya panggilan arek (sebutan khas Surabaya) diterjemahkan sebagai Cak untuk laki-laki dan Ning untuk wanita sebagai upaya untuk melestarikan budaya, setiap satu tahun sekali diadakan pemilihan Cak & Ning Surabaya. Cak & Ning Surabaya dan para finalis terpilih merupakan duta wisata dan ikon generasi muda kota Surabaya. Setiap setahun sekali diadakan Festival Cak Durasim (FCD), yakni sebuah festival seni untuk melestarikan budaya

(71)

bentuk kesenian misalnya teater, tari, musik, seminar sastra, pameran lukisan yang diadakan setiap satu tahun sekali di bulan juni bertempat di Balai Pemuda. Semua ini bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Surabaya agar tidak luntur atau tidak pernah dilupakan oleh warga Surabaya khususnya (ht t p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Kot a_Surabaya). Sedangkan sebagian kecil responden yang menyatakan tidak setuju karena mereka setuju dengan pernyataan Effendy (1993:24) bahwa fungsi televisi sebagai media massa salah satunya adalah berfungsi sebagai hiburan (The Entertainment Function), jadi mereka yang menyatakan tidak setuju ketika menonton acara blakra’an adalah sekedar ingin mencari hiburan televisi yang menarik.

Tabel IV.10

Motif Ingin Mempelajar i Bahasa Surabaya

Yang Belum Per nah Dik etahui Sebelumnya

No Kategor i J awaban Fr ek uensi Pr esentase

1 Sangat Tidak Setuju - -

2 Tidak Setuju - -

3 Setuju 67 67

4 Sangat Setuju 33 33

J umlah 100 100

Sumber : Pertanyaan III.1 no. 11

(72)

sebelumnya sebanyak 67 responden atau 67 %, dan yang menyatakan sangat setuju sebanyak 33 responden atau 33 %. Sedangkan pada tabel yang tertera di atas, tidak ada satu pun responden yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa semua responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa motif mereka menonton acara blakra’an di JTV adalah ingin mempelajari bahasa Surabaya yang belum pernah diketahui sebelumnya, karena Surabaya memiliki dialek khas Bahasa Jawa yang dikenal dengan Boso Suroboyoan. Dialek ini dituturkan di daerah Surabaya dan sekitarnya,

(73)

Tabel IV.11

Tingkat Motif Kognitif

Penonton Program Acara Blakra’an di JTV

No Total Skor

(74)

juga membutuhkan suatu tontonan hiburan yang menarik. Hasil ini menginformasikan bahwa tingkat motif kognitif dari penonton program acara blakra’an di JTV yang bertempat tinggal di Surabaya tergolong tinggi.

2. Motif Identitas Per sonal

Untuk mengetahui bagaimana motif identitas personal dari penonton program acara blakra’an di JTV, maka dilakukan penyebaran kuesioner berisikan pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal yang mendorong individu menonton program acara blakra’an untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang sangat penting bagi diri sendiri maupun orang lain. Berdasarka hasil penyebaran kuesioner, maka dapat diperoleh jawaban responden yang dapat dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel IV.12

Motif Ingin Menunjukkan Ber bagai Cer ita Sejar ah

Sebagai Identitas Dir i

No Kategor i J awaban Fr ek uensi Pr esentase

1 Sangat Tidak Setuju - -

2 Tidak Setuju 23 23

3 Setuju 56 56

4 Sangat Setuju 21 21

J umlah 100 100

(75)

Berdasarkan tabel yang tertera di atas dapat dijelaskan bahwa responden yang menyatakan setuju motif mereka menonton program acara blakra’an karena ingin menunjukkan berbagai cerita sejarah sebagai identitas diri sebanyak 56 responden atau 56 %, dan yang menyatakan sangat setuju sebanyak 21 responden atau 21 %. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 23 responden atau 23 %, dan tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa motif mereka menonton acara blakra’an di JTV adalah ingin menunjukkan berbagai cerita sejarah sebagai identitas diri, karena cerita sejarah yang ada pada bangunan cagar budaya merupakan warisan budaya yang bisa menjadi masterpiece karya kreatif manusia, memiliki keunikan universal

(outstanding universal value), dan memiliki keaslian (originality). Dari aspek sejarah, antropologi, arkeologi, etnologi, apresiasi keindahan dan artistik serta alasan keilmuan seperti geografi dan geologi, setiap bangunan-bangunan bersejarah beserta kawasannya di Surabaya, diharapkan bisa menjadi masterpiece kota sehingga perlu dilestarikan. (Prawiranegara, RM Yunani, Anggota Tim Cagar Budaya Kota Surabaya, FORUM Stasiun Semut Setelah Dibongkar, Koran KOMPAS Jumat 3-10-2008 ).

(76)

menunjukkan berbagai cerita sejarah sebagai identitas diri karena mereka setuju dengan pernyataan Effendy (1993:24) bahwa fungsi televisi sebagai media massa salah satunya adalah berfungsi sebagai hiburan (The Entertainment Function), jadi mereka yang menyatakan tidak setuju ketika menonton acara blakra’an adalah sekedar ingin mencari hiburan televisi yang menarik untuk berkumpul bersama keluarga tercinta.

Tabel IV.13

Motif Ingin Menunjukkan Budayanya Sebagai orang Sur abaya

No Kategor i J awaban Fr ek uensi Pr esentase

1 Sangat Tidak Setuju - -

2 Tidak Setuju 20 20

3 Setuju 59 59

4 Sangat Setuju 21 21

J umlah 100 100

Sumber : Pertanyaan III.2 no. 13

Gambar

Tabel II.1
Tabel II.2
Tabel III.1
Tabel III.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

(Studi Kasus Pada Pt Telkomsel Cabang Pangkalpinang) menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Gaji, Insentif, Dan Jaminan

Laporan Akhir ini berjudul “ Aplikasi sensor Passive Infrared Receiver (PIR) pada smart room system berbasis Mikrokontroler ATmega 8535 ”.. Tujuan utama dari Laporan

Ketika pemilik persil baru yang mendapatkan peralihan hak kepemilikan persil dari jual beli dengan cara pelelangan tersebut bermaksud untuk mengajukan

Selain itu, data dari youtube.com ada 2.319.238 jumlah penonton di youtube, maka dapat diasumsikan bahwa audiens yang menikmati tayangan ini cukup banyak dan jumlah

Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Cash Ratio, dan Working Capital Turnover secara parsial terhadap Return on Assets pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa

AIR LAUT MENJADI AIR MINUM Dengan Pretreatment Variasi Multimedia Filter Pada Proses Desalinasi Dengan Analisa (Konduktivitas, TDS, Salinitas dan pH) ”.. Pembuatan laporan

Buku in mernbahas tiga topik utama yang menjadi isu penting dalam ka.jian fikih nu'emalah (hubungan sosial) dan fikih slyrisah

Berdasarkan evaluasi pada siklus pertama, maka masih terdapat masalah yang dialami oleh huffadz dalam menguatkan akidah mereka. Masalah yang dialami oleh huffadz