PROGRAM TERMEHEK-MEHEK DI TRANS TV DAN
KEPUASAN PEMIRSA
(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Termehek-Mehek di Trans TV Terhadap Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa
FISIP USU Medan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Diajukan Oleh :
030904017
ADRIANUS G. SIHOMBING
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Adrianus G. Sihombing
NIM : 030904017
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judu l : Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa
(Studi Korelasional tentang Pengaruh Program Termehek-Mehek
di Trans TV terhadap Kepuasan Pemirsa di kalangan Mahasiswa
FISIP USU Medan)
Medan, September 2009
Dosen Pembimbing Kepala Departemen
Drs. Humaizi, MA Drs. Amir Purba, MSi NIP. 1959 080 919 860 11 002 NIP. 131 654 104
Dekan
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudu l Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas program Termehek-Mehek di Trans TV dan untuk mengetahui sejauhmana ketertarikan (antusiasme) pemirsa yang menonton program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan yang diperoleh pemirsa. Dengan demikian perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan”?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana pengaruh program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap tingkat kepuasan pemirsa. Untuk mengetahui hubungan tersebut digunakan rumus Koefisien Korelasi Spearman,
∑
rs , dengan hipotesa penelitian Ho = Tidak terdapat hubungan
antara program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa, dan Ha = Terdapat hubungan antara program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa FISIP USU strata I dari seluruh departemen mulai angkatan 2005 s/d 2007 dengan jumlah 1332
orang. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan rumus Taro Yamane, yakni menjadi 93 orang. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive
sampling dan accidental sampling, dan teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan yang berupa kuesioner dan wawancara.
Dari hasil penelitian diperoleh rs
Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa “Terdapat hubungan atau korelasi yang cukup berarti dan signifikan antara program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan”, dimana program Termehek-Mehek ini cukup efektif dan cukup banyak diminati oleh pemirsanya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudu l : “Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa (Studi
Korelasional Tentang Pengaruh Program Termehek-Mehek di Trans TV Terhadap
Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan)”.
Penyusunan skripsi ini dilaksanakan untuk memenuhi syarat-syarat dalam
memperoleh gelar kesarjanaan dari Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara Medan.
Kepada orang tua penulis yang selalu mendukung atas motivasi dan
doanya selama masa pengerjaan skripsi ini beserta seluruh keluarga yang turut
membantu atas penyelesaian skripsi ini, hanya beribu rasa terima kasih yang dapat
penulis haturkan.
Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus atas bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Rasa terima
kasih dan penghargaan ini penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, MSi selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Medan yang memberikan arahan kepada penulis diawal pengajuan judul
proposal penelitian.
4. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah
banyak menyediakan waktu dan pikiran serta membantu mengarahkan penulis
pada masa pengerjaan skripsi sehingga skripsi ini akhirnya dapat
terselesaikan.
5. Ibu Dra. Fatmawardy Lubis, MA selaku dosen yang juga memberikan
masukan kepada penulis saat konsultasi perbaikan pengajuan judul proposal
penelitian.
6. Orang tua yang aku cintai, yaitu untuk Bapak (Alm.) Maximus M.H.
Sihombing dan buat mama Nuraini Barus yang telah memberikan dukungan,
doa, serta kasih sayang selama ini pada penulis.
7. Kak Icut selaku pegawai/ staff bagian Departemen Ilmu Komunikasi yang
banyak membantu penulis mengurus berkas-berkas saat pengajuan judul
skripsi sampai saat seminar dan Kak Ros selaku pegawai bagian Pendidikan
FISIP USU untuk jurusan ilmu komunikasi yang juga banyak memberikan
bantuan kepada penulis saat mengerjakan skripsi.
8. Adik-adik perempuanku, Novenalia Sihombing dan Yosephine Sihombing,
beserta seluruh keluarga atas bantuan dan dorongan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman stambuk 2003, yaitu Saut, Rido, Doan, Adid, Reza, Ishak,
Rully, Raja, Miqdad, Dodi, Aldar, Rano, Renaldi atas saling dukung dan
bantuannya selama pengerjaan skripsi ini serta rasa kebersamaan yang terjalin
10.Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyusun skripsi ini, namun penulis tidak dapat menyebutkannya
satu-persatu.
Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
yang membacanya, meskipun penulis menyadari masih ada kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini.
Medan, 23 Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II. URAIAN TEORITIS II. 1. Pengertian Komunikasi ... 21
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42
III. 1. 1. Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara (USU) ... 42
III. 3. 1. Populasi... 50
III. 3. 2. Sampel ... 52
III. 4. Teknik Penarikan Sampel ... 55
III. 5. Teknik Pengumpulan Data ... 56
III. 6. Teknik Analisa Data ... 57
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 59
IV. 2. Teknik Pengolahan Data ... 60
IV. 3. Analisa Tabel Tunggal ... 61
IV. 3. 1. Karakteristik Responden. ... 61
IV. 3. 2. Program Termehek-Mehek di Trans TV ... 66
IV. 3. 3. Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa FISIP USU ... 76
IV. 4. Analisa Tabel Silang ... 82
IV. 5. Uji Hipotesis dan Tes Signifikasi ... 91
IV. 6. Pembahasan ... 92
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V. 1. Kesimpulan ... 94
V. 2. Saran ... 95
DAFTAR TABEL
Tabel 7. Frekuensi menonton program Termehek-Mehek ... 66
Tabel 8. Menonton keseluruhan program Termehek-Mehek dalam suatu episode ... 67
Tabel 9. Kemasan program Acara Termehek-Mehek di Trans TV ... 68
Tabel 10. Konsep acara dalam setiap episode program Termehek-Mehek ... 69
Tabel 11. Alur cerita yang ditayangkan dalam setiap episode program Termehek-Mehek ... 70
Tabel 12. Penyampaian isi program acara Termehek-Mehek ... 71
Tabel 13. Pengetahuan terhadap pembawa acara program Termehek-Mehek ... 72
Tabel 14. Mengetahui salah satu kasus yang ditayangkan dalam program Termehek-Mehek ... 73
Tabel 15. Kasus-kasus yang ditayangkan dalam program Termehek-Mehek ... 74
Tabel 16. Penyelesaian kasus dari setiap episode program Termehek-Mehek ... 75
Tabel 17. Pemahaman terhadap format/ alur cerita program Termehek-Mehek ... 76
Tabel 18. Mengerti tujuan dari setiap penayangan program Termehek-Mehek ... 77
Tabel 19. Pengaruh kasus yang ditayangkan dalam setiap program Termehek-Mehek terhadap rasa ingin tahu/ aspek kognitif... 78
Tabel 20. Pengaruh kasus yang ditayangkan dalam setiap program Termehek-Mehek terhadap aspek emosional... 79
Tabel 21. Kepuasan terhadap sajian program Termehek-Mehek secara keseluruhan ... 80
Tabel 22. Kepuasan terhadap penyelesaian setiap kasus yang ditayangkan dalam program Termehek-Mehek ... 81
Tabel 23. Hubungan antara kasus-kasus yang ditayangkan dalam program Termehek-Mehek terhadap penyelesaian setiap kasus yang ditayangkan dalam program Termehek-Mehek ... 83
Tabel 25. Hubungan antara frekuensi menonton program Termehek-Mehek terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif/ rasa ingin tahu ... 87 Tabel 26. Hubungan antara penyampaian isi program acara
Termehek-Mehek terhadap tujuan dari setiap penayangan
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudu l Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas program Termehek-Mehek di Trans TV dan untuk mengetahui sejauhmana ketertarikan (antusiasme) pemirsa yang menonton program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan yang diperoleh pemirsa. Dengan demikian perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan”?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana pengaruh program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap tingkat kepuasan pemirsa. Untuk mengetahui hubungan tersebut digunakan rumus Koefisien Korelasi Spearman,
∑
rs , dengan hipotesa penelitian Ho = Tidak terdapat hubungan
antara program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa, dan Ha = Terdapat hubungan antara program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa FISIP USU strata I dari seluruh departemen mulai angkatan 2005 s/d 2007 dengan jumlah 1332
orang. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan rumus Taro Yamane, yakni menjadi 93 orang. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive
sampling dan accidental sampling, dan teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan yang berupa kuesioner dan wawancara.
Dari hasil penelitian diperoleh rs
Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa “Terdapat hubungan atau korelasi yang cukup berarti dan signifikan antara program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan”, dimana program Termehek-Mehek ini cukup efektif dan cukup banyak diminati oleh pemirsanya.
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG MASALAH
Istilah “jurnalistik” berasal dari kata “journalistiek” dalam bahasa Belanda
atau “journalism” dalam bahasa Inggris. Keduanya bersumber dari bahasa Latin
“diurna” yang berarti harian atau setiap hari. Jurnalistik sendiri berarti kegiatan
mengumpulkan bahan berita, mengolahnya sampai menyebarluaskannya kepada
khalayak. Jurnalistik sendiri didefenisikan sebagai seni dan keterampilan mencari,
mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa
yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan
hati nurani khalayaknya (Kustadi Suhandang, 2004: 23).
Jurnalistik sendiri memiliki fungsi untuk memberitahukan sesuatu
kejadian atau menyampaikan informasi yang perlu diperhatikan semua atau
segolongan orang, opinionatif, tidak biasa, dan dapat juga mempengaruhi
pemerintah dan masyarakat, informasinya juga dapat berisi tentang hiburan
(Sudirman Tebba, 2005: 21-22).
Di Indonesia sendiri, istilah jurnalistik mulai dikenal pada abad ke-18,
tepatnya pada tahun 1774 ketika sebuah surat kabar bernama Bataviasche
Nouvelles terbit dengan pengusaha orang-orang Belanda.
Idealnya, pada saat sekarang ini dunia jurnalistik berpedoman kepada fakta
yang terjadi. Para jurnalis memiliki kewajiban untuk menginformasikan serta
Peristiwa yang berdasarkan realitas tadi kemudian dikemas dalam berbagai bentuk
tayangan sehingga lebih menarik dan beragam.
Jurnalistik ini sendiri dapat disajikan melalui berbagai macam media, baik
itu media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid ataupun media elektronik
seperti radio, televisi, ataupun internet.
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi
berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele)
dan tampak (vision). Jadi televisi berarti melihat dari jarak jauh. Penemuan
televisi disamakan dengan penemuan roda, karena mampu merubah peradaban
dunia.
Berita televisi sendiri merujuk pada praktek penyebaran informasi
mengenai peristiwa terbaru melalui media televisi. Acara berita bisa berlangsung
dari beberapa detik hingga beberapa jam dengan menyajikan perkembangan
terbaru peristiwa-peristiwa lokal/ regional maupu n internasional. Stasiun televisi
biasanya menyajikan program berita sebagai bagian dari acara berkalanya, dan
disiarkan setiap hari pada waktu-waktu tertentu. Kadang-kadang acara televisi
juga bisa diselipi dengan ‘berita sekilas’ untuk memberikan laporan mutakhir
mengenai suatu peristiwa yang sedang terjadi atau berita dadakan lain yang
penting (Sudirman Tebba, 2005: 66).
Program berita atau acara berita sendiri biasanya berisi liputan berbagai
peristiwa berita dan informasi lainnya, liputan olahraga, prakiraan cuaca, laporan
lalu lintas, ataupun berita-berita yang bersifat feature dan soft news.
Trans TV (PT Televisi Transformasi Indonesia) adalah sebuah stasiun
Indonesia. Memperoleh izin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan
lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antardepartemen pemerintah, maka
sejak tanggal 15 Desember 2001, Trans TV memulai siaran secara resmi.
Trans TV adalah stasiun televisi yang makin hari makin dewasa dan makin
komunikatif serta variatif. Trans TV membuat suatu gebrakan dengan membuat
acara film-film produksi luar negeri, acara talk show yang menarik, variety show
yang atraktif, serta liputan-liputan berita yang dikemas dalam bentuk feature yang
disajikan dengan santai dan menarik seperti good morning, jelang siang, dan
sebagainya. Trans TV jugalah yang berperan dalam mengenalkan program liputan
berita kuliner sekaligus pariwisata yang berhasil menarik minat penonton. Salah
satunya adalah program Termehek-Mehek.
Trans TV telah menyiarkan sebuah program reality show baru sejak
tanggal 3 Mei 2008 lalu. Program yang diberi tajuk Termehek-Mehek ( sebuah
istilah baru yang bahasa bakunya terisak-isak ) ini disiarkan setiap hari Sabtu
pukul 18.00 WIB, dan juga hari Minggu pada pukul 18.30 WIB. Dalam program
ini seorang client diceritakan sedang mencari seseorang yang telah hilang entah
kemana setelah suatu perjumpaan atau pertemanan yang cukup lama. Dalam
upaya pencariannya inilah si client
Kali ini Trans TV patut diacungi jempol karena acara reality show yang
berdurasi kurang lebih satu jam ini sudah menampilkan suatu acara yang bernilai meminta bantuan tim acara Termehek-Mehek
untuk mencarikan si orang hilang dimaksud. Sebuah perjalanan yang terkadang
dibikin sedramatis mungkin akhirnya berujung pada sebuah pertemuan dengan si
orang yang dicari. Dan terkadang pencarian berakhir pada sebuah cerita duka,
pendidikan, yaitu mendidik kita bahwa kasih sayang antar sesama manusia itu
ternyata sangat indah.
Peneliti memilih mahasiswa FISIP USU sebagai subjek penelitian karena
berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, acara ini cukup digemari oleh
mahasiswa yang notabene cukup menyentuh hati dan menimbulkan rasa
penasaran mengenai ending dari sebuah kasus.
I. 2. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah mempunyai konsekuensi terhadap relevansi maksud
dan tujuan, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, dan metode penelitian.
Pentingnya perumusan masalah dalam penelitian adalah karena hasilnya akan
menjadi penuntun dalam mengkonstruksikan suatu hipotesis. Dalam merumuskan
masalah, berarti peneliti merumuskan secara tegas masalah yang terkandung
dalam suatu fenomena.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka,
peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut : “Apakah terdapat
hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan
I. 3. PEMBATASAN MASALAH
Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, berikut ini
peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar
permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas, sehingga
dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka peneliti
menetapkan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Obyek penelitian terbatas pada mahasiswa FISIP USU yang pernah menonton
tayangan program Termehek-Mehek di Trans TV.
2. Penelitian ini hanya terbatas pada isi program Termehek-Mehek yang
menayangkan tentang pencarian teman ataupun anggota keluarga yang hilang
yang ditayangkan di Trans TV setiap Sabtu pukul 18.00 WIB, dan hari
Minggu pada pukul 18.30 WIB.
3. Penelitian dilakukan pada bulan April – Mei 2009.
I. 4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I. 4. 1. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui efektivitas program Termehek-Mehek di Trans TV.
2. Untuk mengetahui sejauhmana ketertarikan (antusiasme) pemirsa yang
menonton program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan yang
I. 4. 2. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan
tentang pendekatan Uses and Gratifications Theory, terutama dalam hal
konsumsi media.
2. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU,
khususnya departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka menambah dan
memperkaya bahan penelitian serta referensi bahan bacaan.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.
I. 5. KERANGKA TEORI
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001: 39). Teori menurut Kerlinger
adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan
pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel,
untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2001: 6).
Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan untuk digunakan adalah
I. 5. 1. Komunikasi
Pada abad ke-5 Sebelum Masehi di Yunani, berkembang suatu ilmu yang
mengkaji proses pernyataan antar manusia, namanya retorika, kemudian muncul
istilah-istilah baru seperti dialog atau meieutic, dan orasi. Pada perkembangan
awal ini batasan komunikasi yang dapat kita terapkan adalah percakapan atau
penyampaian gagasan antar manusia secara lisan dan bertatap muka baik berupa
pidato maupun diskusi. Penyampaian gagasan ini bukannya tanpa tujuan,
melainkan demi mendidik, membangkitkan kepercayaan, dan menggerakkan
perasaan orang lain atau masyarakat. Komunikasi terus berkembang tidak hanya
menyampaikan gagasan melalui lisan. Pada zaman kekaisaran Romawi, salah
seorang kaisarnya yang bernama Julius Caesar membuat papan pengumuman
yang disebut Acta Diurna.
Hal ini terus berkembang lagi setelah ditemukannya kertas, penemuan
mesin cetak oleh Johannes Guttenberg, dan terbitnya surat kabar pertama Avisa
Relation Older Zeitung di Jerman dan Weekly News di Inggris pada tahun 1622.
Setelah surat kabar, peradaban manusia juga lebih berkembang dan ditemukanlah
radio, film, televisi, dan sejumlah media lain seperti yang kita miliki saat ini.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris ”communication” berasal
dari kata Latin ”communicatio”, dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama, sama disini maksudnya adalah sama makna, maksudnya bila seseorang
mengadakan kegiatan komunikasi dengan suatu pihak, maka orang tersebut
cenderung berusaha untuk mengadakan persamaan arti dengan pihak lain yang
menjadi lawan komunikasinya. Joseph A. Devito (1978) dalam bukunya
komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih dari kegiatan
menyampaikan dan menerima pesan komunikasi yang terganggu keributan, dalam
suatu konteks, bersama dengan beberapa efek yang timbul dari kesempatan arus
balik. Sedangkan Howard Stephenson (1971) dalam bukunya “Handbook of
Public Relations” menjelaskan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan
komunikasi dan juga efek komunikasi dari seseorang atau kelompok, kepada
orang atau kelompok lainnya (Lubis, 2005: 10).
Berikut beberapa defenisi yang dapat dirinci :
1. Carl Hovland (1953) dalam karyanya “Social Communication” menjelaskan
bahwa komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan rangsangan
biasanya dengan lambang kata/ gambar, guna mengubah tingkah laku orang
lain.
2. Andersen (1959) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana
kita mengerti orang lain dan kemudian berusaha untuk dimengerti oleh
mereka. Hal ini dinamis, berubah secara konstan dan membagi respon untuk
situasi yang total.
3. Lewis (1963) menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses dimana
seseorang mengurangi ketidakpastian mengenai penyimpangan dengan
mendeteksi syarat yang diberikan padanya agar menjadi relevan terhadap
penyimpangan itu.
4. Berelson dan Steiner (1964) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah
penyampaian informasi, ide, emosi, kemampuan, dan lain-lain dengan
5. Miller (1966) menyebutkan komunikasi sebagai suatu hal yang mempunyai
pusat perhatian dalam situasi perilaku dimana sumber menyampaikan pesan
kepada penerima secara sadar untuk memengaruhi perilaku.
6. Gerbner (1966) menyebutkan komunikasi adalah interaksi sosial melalui
simbol dan sistem pesan.
7. Emery, Ault, dan Agee (1963) menyampaikan bahwa komunikasi diantara
manusia merupakan seni menyampaikan informasi, ide, dan tingkah laku dari
satu orang ke orang lain (Ardianto, 2004: 18-19).
I. 5. 2. Televisi
Hadirnya media televisi mau tidak mau harus dapat diterima karena sudah
merupakan suatu kebutuhan informasi bagi masyarakat agar kita tidak tertinggal
oleh kemajuan peradaban teknologi sekaligus mengetahui perubahan-perubahan
yang terjadi di belahan dunia lain. Dari semua media komunikasi yang ada,
televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia.
Fungsi televisi hampir sama dengan fungsi media massa lainnya (surat
kabar dan radio siaran), yakni sebagai alat informasi, mendidik, menghibur, dan
membujuk. Media televisi memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
media massa lainnya, yaitu :
1. Audiovisual
2. Berpikir dalam gambar
Ada tiga dampak yang ditimbulkan dalam acara televisi terhadap
pemirsanya, yaitu :
1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap
dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan
bagi pemirsa.
2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang
ditayangkan di televisi yang mempengaruhi pemirsa untuk menirunya.
3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah
ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa
sehari-hari.
Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi
kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara
berbeda-beda menurut visi pemirsa serta efek yang ditimbulkan juga beraneka macam. Hal
ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan
acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi
pemirsa saat menonton televisi (Kuswandi, 1996: 99).
Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara
yang ditampilkan atau disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut
bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai
pendidikan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai
pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indera yang dimiliki,
diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan
(Stimulated Experience) dari media audiovisual tadi (Darwanto, 2007: 119).
Darwanto juga mengemukakan, dalam kaitannya terhadap peningkatan
pengetahuan, suatu tayangan televisi hendaknya memperhatikan beberapa hal,
antara lain :
1. Frekuensi menonton. Melalui frekuensi menonton komunikan, dapat dilihat
pengaruh tayangan terhadap pengetahuan komunikan.
2. Waktu penayangan. Apakah waktu penayangan suatu acara sudah tepat atau
sesuai dengan sasaran komunikan yang dituju. Misalnya tayangan yang
dikhususkan bagi pelajar, hendaknya ditayangkan pada jam setelah kegiatan
belajar di sekolah usai.
3. Kemasan acara. Agar mampu menarik perhatian pemirsa yang menjadi
sasaran komunikannya, suatu tayangan harus dikemas atau ditampilkan secara
menarik.
4. Gaya penampilan pesan. Dalam menyampaikan pesan dari suatu tayangan,
apakah host atau pembawa acara sudah cukup komunikatif dan menarik,
sehingga dapat menghindari rasa jenuh pemirsanya dan juga memahami pesan
yang disampaikan.
5. Pemahaman pesan. Apakah komunikan dapat mengerti dan memahami setiap
I. 5. 3. Uses and Gratifications Theory
Elihu Katz-lah yang pertama sekali memperkenalkan pendekatan Uses &
Gratifications dengan menyebutkan bahwasannya khalayak menggunakan media
demi keuntungan mereka. Teori ini melihat bahwa khalayak adalah kelompok
aktif yang mampu dengan jeli melihat jenis media mana yang dapat dianggap
tepat dan isi media tersebut dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai kepuasan
pribadi.
Teori ini juga mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media,
yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini
meyakini bahwa individu sebagai makhluk supra-rasional dan sangat selektif.
Menurut para pendirinya, Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch
uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial,
yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain,
yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada
kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.
Perkembangan teori Uses and Gratifications Media dibedakan dalam tiga
fase yaitu :
• Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan
deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi
media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual
dalam meneliti orientasi audiens.
• Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi
perbedaan pola-pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya
perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.
• Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk
menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif
audiens mungkin berhubungan.
Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and
Gratifications Media mengatakan, bahwa kebutuhan sosial dan psikologis
menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain yang membimbing
pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam menghasilkan pemuasan
kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja.
Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Baran dan
Davis, 2003) menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and
Gratifications Media sebagai berikut :
1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.
2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media
spesifik terletak di tangan audiens.
3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan
kebutuhan audiens.
4. Orang-orang mempunyai kesadaran diri yang memadai berkenaan penggunaan
media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi peneliti tentang
gambaran keakuratan penggunaan itu.
5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi
I. 5. 4. Kepuasan
Para khalayak menjadi perhatian baik dari perilaku, kebutuhan, sistem
nilai, dan gaya hidupnya. London dan Della Bitta (1993) menjelaskan kepuasan
sebagai hasil proses kognitif yang berbentuk disonansi postif atau negatif
(Brotoharsojo, 2005: 167). Khalayak merasa puas bila nilai harapannya sama
dengan kenyataan yang didapatkan dari mengkonsumsi suatu produk media
massa. Harapan ini merupakan perpanjangan dari kebutuhan khalayak. Khalayak
selalu mencari media massa yang mampu memenuhi kebutuhannya. Namun tidak
semua media massa, khususnya televisi, mampu memenuhinya karena televisi
memiliki kelebihan tersendiri yang membuat khalayak betah untuk berlama-lama
di depan televisi. Untuk itu, khalayak akan menilai harapannya akan produk
media massa itu. Apabila sesuai (positif) maka kebutuhan dapat terpenuhi dan
khalayak dapat merasa puas, begitu juga sebaliknya. Maka dapat disimpulkan
kebutuhan merupakan faktor yang menentukan kepuasan seseorang.
Katz, Gurevitch, dan Haas membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil
dari literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa, kemudian
menggolongkan ke dalam 5 (lima) kategori yaitu :
• Kebutuhan kognitif • Kebutuhan afektif
• Kebutuhan integratif personal • Kebutuhan integratif sosial
I. 5. 5. Reality Show
Reality Show adalah jenis program acara televisi dimana
pendokumentasiannya berlangsung tanpa dilengkapi skenario dan menggunakan
pemain dari khalayak umum biasa. Reality Show berarti pertunjukan yang asli
(real), faktual, yang merujuk pada program siaran yang menyajikan fakta non
fiksi. Kejadiannya diambil dari keseharian, kehidupan masyarakat apa adanya,
yaitu realita dari masyarakat (Pedoman Perilaku Penyiaran Indonesia, 2004, Bab
II, pasal 8, ayat 1-2). Keunggulan dalam reality show adalah unsur kedekatannya
dengan kehidupan masyarakat, dan didukung oleh pesertanya yang berasal dari
khalayak biasa. Berbagai tema yang biasa diangkat dalam reality show
diantaranya permasalahan sosial, kompetisi, kemanusiaan, pencarian bakat,
mengekspose kehidupan sehari-hari, percintaan, bahkan menjahili orang
(www.wikipedia.com
Secara umum terdapat beberapa penggolongan dari reality show, yakni : ).
1. Program yang berisi rekaman kehidupan seseorang atau sekelompok orang
dengan sepengetahuan objek yang direkam. Seperti tayangan Minta Tolong,
Tantangan, Dunia Lain, Ekspedisi Alam Gaib, dan sebagainya.
2. Program yang berisi rekaman tersembunyi atas perilaku orang yang
mengejutkan, atau dalam kondisi yang direkayasa. Seperti tayangan Jail,
Paranoid, Harap-Harap Cemas, Playboy Kabel, Termehek-Mehek, Orang
Ketiga, dan sebagainya.
3. Program pencarian bakat melalui kompetisi tertentu. Seperti AFI, Indonesian
4. Program Amal (Charity), konsep yang disampaikan adalah menolong orang
lain. Seperti Rezeki Nomplok, Bedah Rumah, Nikah Gratis, Uang Kaget, dan
sebagainya (http://www.gumilarcenter.com/RealityShow).
I. 6. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis
dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi,
2001: 40). Kerangka konsep juga merupakan bahan yang akan menuntun dalam
merumuskan hipotesa penelitian.
Kerangka konsep dari satu gejala sosial yang memadai diperlukan untuk
menyajikan masalah penelitian dengan cara yang jelas dan dapat diuji, karena itu
variabel-variabel yang penting harus didefenisikan dengan jelas, setidaknya
beberapa variabel yang harus didefenisikan secara operasional untuk
memungkinkan dalil-dalil yang dapat diuji.
Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam
menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah
yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka
harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Adapun variabel-variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Variabel Bebas/ Independent Variabel (x)
Merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari
variabel lain (Rakhmat, 2001: 12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
2. Variabel Terikat/ Dependent Variabel (y)
Merupakan variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi
oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2001: 12). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kepuasan pemirsa/ khalayak yakni mahasiswa FISIP USU.
3. Variabel Anteseden/ Karakteristik Responden
Merupakan karakteristik yang dimiliki oleh individu yang
membedakannya dengan individu yang lain. Variabel anteseden dalam penelitian
ini adalah: usia, jenis kelamin, agama, program studi, dan domisili.
I. 7. MODEL TEORITIS
Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka akan dibentuk menjadi
suatu model teoritis sebagai berikut :
Variabel X Program
Termehek-Mehek di Trans TV
Karakteristik Responden
I. 8. DEFENISI OPERASIONAL
Dalam penelitian lapangan, konsep yang relevan dan berkedudukan sentral
dalam penelitian terlebih dahulu harus dibuat operasional. Pengarahan yang tepat
atas prosedur penelitian, menuntut ketegasan apakah gugus realita yang akan
diteliti, sebagaimana digambarkan menurut konsepnya memang benar-benar ada.
Defenisi operasional tidaklah mungkin ditetapkan jika konsep itu tidak merujuk
sama sekali pada suatu realitas tertentu. Sebuah konsep baru akan disebut konsep
yang operasional, jika konsep itu sudah menyatakan secara eksplisit konsekuensi
metode operasinya.
Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai konsep
yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah
unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu
variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah
yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama
(Singarimbun, 1995: 46).
Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Program Termehek-Mehek di Trans TV, terdiri atas :
a. Frekuensi menonton acara Termehek-Mehek.
b. Kemasan program acara Termehek-Mehek.
c. Kejelasan isi program Termehek-Mehek.
d. Proximity (kedekatan sumber berita) program Termehek-Mehek.
e. Kemenonjolan berita ataupun informasi dari program Termehek-Mehek.
2. Kepuasan pemirsa, terdiri atas :
b. Kebutuhan terhadap acara demi pemenuhan kualitas hidup.
c. Kepuasan terhadap kualitas program Termehek-Mehek di Trans TV.
3. Karakteristik responden, terdiri atas :
a. Usia, yakni berapa usia dari responden.
b. Jenis Kelamin yakni: Pria/ wanita.
c. Agama yakni jenis agama responden yaitu Islam, Kristen Protestan,
Kristen Katolik, Hindu, Budha, atau Konghucu.
d. Program Studi yakni program pendidikan responden di lokasi penelitian.
e. Domisili, yakni lokasi responden menetap yakni: tinggal bersama orang
tua, tinggal sendiri (kos), tinggal dengan kerabat lainnya, dan sebagainya.
I. 9. OPERASIONAL VARIABEL
Operasional variabel digunakan untuk lebih memudahkan kesamaan dan
kesesuaian penelitian berdasarkan kerangka konsep di atas, yakni:
I. 10. HIPOTESIS
Hipotesis adalah generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat
tentaif (sementara), yang hanya akan berlaku apabila setelah terbukti
kebenarannya (Nawawi, 2001: 161).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV
terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan.
Ha : Terdapat hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV
BAB II
URAIAN TEORITIS
II. 1. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan-permasalahan yang
timbul akibat komunikasi. Manusia tidak dapat hidup sendirian, ia secara tidak
kodrati harus hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya,
keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya manusia harus
bermasyarakat. Masyarakat bisa berbentuk kecil; sekecil rumah tangga yang
hanya terdiri dua orang suami istri, bisa berbentuk besar; sebesar kampung, desa,
kecamatan, kabupaten atau kota, propinsi dan negara. Hakikat komunikasi adalah
proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya
(Effendy, 2003: 28).
Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa lain
communication, istilah ini berasal dari kata communis yang berarti sama, sama
disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh si
pengirim pesan kepada si penerima pesan.
Salah satu persoalan di dalam memberi pengertian komunikasi, yakni
banyaknya defenisi yang telah dibuat oleh pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini
disebabkan karena banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap
perkembangan ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu
sebagainya. Sebuah defenisi singkat dibuat oleh Harold D. Laswell cara yang
tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
“Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada
siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2004: 18).
Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah
banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal
penyebaran inovasi membuat defenisi bahwa : Komunikasi adalah proses dimana
suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka. Rogers mencoba menspesifikasikan
hakikat suatu hubungan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta
kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut
serta dalam suatu proses komunikasi (Cangara, 2004: 19).
Para pakar psikologi melihat komunikasi dalam pengertian fenomena
stimuli-respons, sebagaimana dikemukakan oleh Dance (1970). Komunikasi
adalah pengungkapan respons malalui simbol-simbol verbal. Sedangkan Edwin
Neiman (1984) mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses ketika sejumlah
orang diubah menjadi kelompok yang berfungsi (Arifin, 2003: 26).
Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki beberapa
kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari
simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi apa yang dinamakan Wilbur
Schramm ”Frame of reference“ atau dalam bahasa Indonesianya kerangka acuan,
yaitu paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and
Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman
merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang
pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan,
komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya jikalau pengalaman komunikan
tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk
mengerti satu sama lain; dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif
(Effendi, 2003: 30-31).
II. 2. MEDIA MASSA
Perkembangan masyarakat dan perkembangan teknologi komunikasi
menyebabkan perubahan dalam bidang komunikasi. Teknologi komunikasi
dituntut untuk menjangkau masyarakat dalam lingkup yang lebih luas dan
serentak, karena kebutuhan informasi masyarakat semakin meningkat dan bersifat
penting. Media massa sebagai salah satu alat yang mampu mengantarkan
informasi kepada masyarakat, memberikan karakteristik yang sesuai dan selain
itu, mudah untuk digunakan oleh masyarakat dari berbagai jenis keragaman
masyarakat. Media massa yang kita kenal saat ini adalah media cetak, yang terdiri
dari surat kabar, tabloid, majalah, dan media elektronik, terdiri dari radio siaran
dan televisi siaran. Selain pembagian diatas, banyak pula ahli yang
mengungkapkan film sebagai bagian dari komunikasi massa dalam media massa,
bahkan di negara maju, buku dan kaset musik rekaman dianggap serupa.
Sulit dibayangkan masyarakat modern tanpa media massa : surat kabar,
majalah, buku, radio, TV, dan film. Media massa memiliki arti yang
politik dan ekonomi dimana media massa itu berfungsi, tingkat perkembangan
masyarakat, serta minat dan kebutuhan individu tertentu. Salah satu
pengelompokan sistem pers media massa yang terkenal di dunia disajikan dalam
buku Four Theories of the Press. Penulisnya membagi pers dalam 4 kategori:
otoriter, liberal, social control atau tanggungjawab sosial, dan totaliter.
Kesemuanya merupakan “Teori Normative” yang berasal dari pengamatan, bukan
dari hasil uji dan pembuatan hipotesis.
Teori Otoriter adalah pers atau media massa yang mendukung dan
menjadi kepanjangan tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan
melayani negara. Muncul diawal lahirnya mesin cetak dan di akhir masa
Renaisans, ketika negara-negara Eropa kebanyakan masih menganut sistem
pemerintahan monarki absolut. Berkembang di Inggris pada abad 16 dan 17,
media cetak harus memperoleh izin dan mendapat hak pemakaian khusus dari
kerajaan dan pemerintah agar bisa digunakan dalam penerbitan. Penguasa atau
pemerintah langsung berwenang mengawasi dan menentukan kebijakan pers dan
jurnalistik. Teori ini menganggap bahwa tidak ada kebenaran di lingkungan
rakyat kecil, namun kebenaran ada di dekat pusat kekuasaan. Melalui penerapan
hak khusus, lisensi, dan peraturan yang diterapkan sendiri dalam tubuh serikat
pemilik mesin cetak., individu dijauhkan dari kemungkinan mengkritik
pemerintah yang berkuasa. Dalam sistem otoritas pers bisa dimiliki secara publik
atau perorangan.
Teori Liberal muncul ketika pertumbuhan demokrasi politik dan paham
kebebasan berkembang pada abad 17, akibat dari revolusi industri dan
(Aufklarung) semakin menumbuhkan kebebasan pers sebagai salah satu aspek hak
asasi manusia. Untuk itu, artinya pers harus bebas dari pengawasan dan pengaruh
pemerintah. Inilah sebabnya di Amerika Serikat, pers menjadi semacam lembaga
keempat di dalam pemerintahan. Dari tulisan Milton, Locke, dan Mill dapat
dimunculkan pemahaman bahwa pers harus mendukung fungsi membantu
menemukan kebenaran dan mengawasi pemerintah sekaligus sebagai media yang
memberikan informasi, menghibur, dan mencari keuntungan. Dalam teori ini, pers
bersifat swasta.
Teori Tanggung Jawab Sosial diabad ke-20 di Amerika Serikat ada
gagasan yang berkembang bahwa media satu-satunya industri yang dilindungi
Piagam Hak Asasi Manusia, harus memenuhi tanggung jawab sosial. Teori
tanggung jawab sosial yang merupakan evolusi gagasan praktisi media,
undang-undang media, dan hasil kerja Komisi Kebebasan Pers, berpendapat bahwa selain
bertujuan untuk memberi informasi, menghibur, mencari untung, juga bertujuan
untuk membawa konflik kedalam arena diskusi. Dibawah teori ini, media
dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen, kode etik profesional,
dan dalam hal penyiaran dikontrol oleh badan pengatur mengingat keterbatasan
teknis pada jumlah saluran frekuensi yang tersedia.
Teori Totaliter-Soviet merupakan pers yang berpegang pada azas
kebenaran berdasarkan teori Marxist. Pers Soviet bekerja sepenuhnya sebagai alat
penguasa, dalam hal ini partai komunis. Partai komunis dalam pengertian komunis
adalah rakyat. Teori ini berpandangan bahwa tujuan utama media adalah
membantu keberhasilan dan kelangsungan sistem Soviet. Media dikontrol oleh
anggota partai yang loyal dan ortodoks saja yang bisa menggunakan media secara
reguler. Media dalam sistem Soviet dimiliki dan dikontrol oleh negara dan ada
hanya sebagai kepanjangan tangan negara.
Laswell, pakar komunikasi dan pakar hukum di Yale, mencatat ada tiga
fungsi media massa yakni : pengamatan lingkungan, korelasi bagian-bagian dalam
masyarakat untuk merespon lingkungan, dan penyampaian warisan dalam
masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Selain ketiga fungsi ini,
Wright menambahkan fungsi keempat yakni hiburan.
Fungsi pertama media massa sebagai pengawasan (surveillaince) memberi
informasi dan menyediakan berita. Dalam fungsi ini termasuk berita yang tersedia
di media yang penting seperti ekonomi, publik dan masyarakat, seperti laporan
bursa pasar, lalu lintas, cuaca, dan sebagainya. Bahkan media seringkali
memperingatkan kita akan bahaya yang mungkin terjadi seperti kondisi cuaca
ekstrem atau bahaya ancaman militer.
Fungsi kedua korelasi adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang
lingkungan. Fungsi ini bertujuan untuk menjalankan norma sosial, dan menjaga
konsensus dengan mengekspose penyimpangan, memberikan status dengan cara
menyoroti individu terpilih dan juga berfungsi untuk mengawasi pemerintah.
Fungsi ketiga pewarisan sosial merupakan fungsi dimana media massa
menyampaikan informasi, nilai, norma, dari satu generasi ke generasi berikutnya
atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang.
Fungsi terakhir hiburan dimaksudkan untuk memberikan waktu istirahat
budaya massa seperti seni dan musik kepada berjuta-juta orang dan sebagian
merasa senang karena bisa meningkatkan rasa dan pilihan publik dalam seni.
II. 3. TELEVISI
Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual merupakan medium
yang memiliki pengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian baru
masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan televisi
yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Unsur esensial yang
dari kebudayaan televisi berupa penggunaan bahasa verbal dan visual, sekaligus
dalam rangka menyampaikan sesuatu, seperti pesan, informasi, pengajaran, ilmu,
dan hiburan (Wibowo, 1997: 1).
Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi
antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu
televisi. Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasai jarak dan
ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas
terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Menurut Effendy, seperti
halnya media massa lain, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi pokok
yaitu sebagai berikut :
1. Fungsi penerangan (the imformation function)
Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena
dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat
a. Immediacy (Kesegaran)
Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh
stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu
berlangsung.
b. Realism (Kenyataan)
Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual
dengan perantara mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan.
2. Fungsi pendidikan (the educational function)
Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk
menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak
secara simultan dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan
penalaran masyarakat. Siaran televisi menyiarkan acara-acara tersebut secara
teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi, politik, dan sebagainya.
3. Fungsi hiburan (the entertainment function)
Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan
yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnnya.
Sebagian besar dari alikasi waktu siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan,
seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya. Fungsi hiburan ini amat
penting, karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusia untuk mengisi waktu
mereka dari aktivitas di luar rumah (Effendy, 2003: 27-30).
Televisi memiliki audiovisual yang menyebabkan realita yang diciptakan
dianggap sebagai realita yang sesungguhnya. Televisi dalam menyiarkan
pesannya bersifat audio dan visual, artinya dapat dilihat dan dapat didengar, juga
Berbagai macam kemajuan teknologi sehingga saat ini terus mewujudkan bentuk
televisi yang canggih. Penemuan tersebut semakin menyempurnakan sistem
audiovisual televisi.
Televisi mampu menarik perhatian pemirsa sedemikian rupa sehingga
khalayak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan pendalaman terhadap
apa yang diterimanya secara kritis. Karena semua berlangsung secara cepat dan
berulang-ulang secara intensif. Hal ini membuat realita di televisi masuk kedalam
benak pemirsa. Penyampaian pesan di televisi telah menonjolkan lambang
komunikasi dengan gambar hidup yang menunjukkan suatu realita. Dengan
teknologi yang tinggi, realita yang ditayangkan dapat melebihi kenyataan yang
sebenarnya sehingga apa yang tidak mungkin terjadi di dunia dapat terjadi di
televisi.
Setiap tayangan yang ada di televisi mengandung pesan-pesan yang
bersifat memberitahu, mendidik dan menghibur. Agar pesan yang disampaikan
dapat diterima oleh khalayak sasaran perlu diperhatikan faktor-faktor seperti
pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian.
1. Pemirsa
Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan
media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang
komunikannya. Namun untuk media elektronik faktor pemirsa perlu mendapat
perhatian lebih. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kebutuhan pemirsa, minat,
2. Waktu
Setelah komunikator mengetahui kebutuhan, minat dan kebiasaan pemirsa
langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangannya.
Pertimbangannya adalah agar setiap acara yang ditayangkan dapat secara
proporsional diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak dituju. Untuk acara
yang khalayaknya anak-anak tentu saja ditayangkan mulai dari sore hari sampai
kepada sekitar jam 8 malam. Hal ini tentu saja memperhatikan kegiatan dari pada
anak yang pada pagi hari sampai siang hari melakukan aktivitasnya di sekolah.
3. Durasi
Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap
penayangan dalam suatu acara. Ada yang berdurasi 30 menit biasanya untuk kuis
dan acara infotainment, yang berdurasi satu jam biasanya untuk acara talkshow
ataupun berita. Untuk acara film ataupun sinetron biasanya durasi waktu yang
dibutuhkan adalah satu jam sampai dengan dua jam. Hal ini juga berkaitan dengan
kebutuhan pemirsa terhadap suatu acara yang ingin ditontonnya.
4. Metode penyajian
Metode penyajian suatu acara berhubungan dengan daya tarik acara itu
sendiri agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi pemirsa. Misalkan untuk suatu
acara yang bersifat berita ataupun informasi agar menambah daya tariknya
dikemas dalam bentuk wawancara, dialog, talkshow, reportasi, reality show dan
sebagainya.
Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara
bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai
pendidikan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai
pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indera yang dimiliki,
tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 10% dari informasi yang
diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan
(Stimulated Experience) dari media audiovisual tadi (Darwanto 2007: 119).
Darwanto juga mengemukakan, dalam kaitannya terhadap peningkatan
pengetahuan, suatu tayangan televisi hendaknya memperhatikan beberapa hal,
antara lain :
a) Frekuensi menonton. Melalui frekuensi menonton komunikan, dapat
dilihat pengaruh tayangan terhadap pengetahuan komunikan.
b) Waktu penayangan. Apakah waktu penayangan suatu acara sudah tepat
atau sesuai dengan sasaran komunikan yang dituju. Misalnya tayangan
yang dikhususkan bagi pelajar, hendaknya ditayangkan pada jam setelah
kegiatan belajar di sekolah usai.
c) Kemasan acara. Agar mampu menarik perhatian pemirsa yang menjadi
sasaran komunikannya, suatu tayangan harus dikemas atau ditampilkan
secara menarik.
d) Gaya penampilan pesan. Dalam menyampaikan pesan dari suatu tayangan,
apakah host atau pembawa acara sudah cukup komunikatif dan menarik,
sehingga dapat menghindari rasa jenuh pemirsanya dan juga memahami
e) Pemahaman pesan. Apakah komunikan dapat mengerti dan memahami
setiap materi atau pesan yang disampaikan oleh suatu tayangan.
Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Siaran televisi saat ini dapat dilakukan di mana saja dan dapat pula
dipantau dari mana saja. Hal ini terbukti ketika Neil Amstrong pada tanggal 20
Juli 1969 menginjakkan kakinya di bulan, melalui televisi dapat disaksikan oleh
manusia di bumi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, hampir
semua pola dan rutinitas kehidupan manusia muncul melalui televisi. Masyarakat
cenderung merasa ada yang kurang ataupun terlewatkan bila tidak menyaksikan
siaran televisi sebagai salah satu rutinitas.
Media televisi juga dipandang sebagai alat atau sarana untuk mencapai
tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik, perdagangan, sosial sampai
melakukan perubahan ideologi serta penyebaran nilai-nilai budaya. Televisi juga
dapat digunakan untuk menambah pengaruh dan wewenang seorang penguasa.
Seperti halnya media massa lain (surat kabar dan radio siaran), televisi memiliki
fungsi memberikan informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Namun
menurut hasil penelitian-penelitian yang dilakukan mahasiswa Fakultas
Komunikasi UNPAD, yang menerangkan bahwa pada umumnya tujuan khalayak
menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, baru selanjutnya
memperoleh informasi.
Televisi di satu sisi memiliki kekurangan, karena bersifat “transitory”
maka isi pesannya tidak dapat disimpan oleh pemirsanya. Lain halnya dengan
melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung. Ini terjadi karena
faktor penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang heterogen,
juga karena kepentingan politik dan stabilitas keamanan negara. Walaupun ada
kelemahan, televisi juga memiliki banyak kelebihan. Kekuatan televisi ialah
menguasai jarak dan ruang, karena teknologi televisi menggunakan gelombang
elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan melalui satelit (transmisi).
Sasaran untuk menjangkau massa jelas lebih besar, nilai aktualitas berita yang di
tayangkan sangat cepat, daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup
tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak
(ekspresif). Dan yang paling berpengaruh sebagai daya tarik televisi adalah
informasi dan berita yang disampaikan lebih singkat dan jelas, dan sistematis.
II. 4. USES AND GRATIFICATIONS THEORY
Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu
menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini
bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para
pendirinya, Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (Rakhmat, 2001),
uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial,
yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain,
yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada
kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.
Perkembangan teori Uses and Gratifications Media dibedakan dalam tiga
1. Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan
deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi
media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan
konseptual dalam meneliti orientasi audiens.
2. Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi
variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi
pengaruh terhadap perbedaan pola-pola konsumsi media. Fase ini juga
menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.
3. Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk
menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif
audiens mungkin berhubungan.
Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and
Gratifications Media mengatakan, bahwa kebutuhan sosial dan psikologis
menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain yang membimbing
pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam menghasilkan pemuasan
kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja.
Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (Baran dan Davis,
2003) menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and
Gratifications Media sebagai berikut :
1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.
2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan
media spesifik terletak di tangan audiens.
3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan
4. Orang-orang mempunyai kesadaran diri yang memadai berkenaan
penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi
peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu.
5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau
isi harus dibentuk.
Pengujian-pengujian terhadap asumsi-asumsi Uses and Gratifications
Media menghasilkan enam (6) kategori identifikasi dan temuan-temuannya,
sebagai berikut :
1. Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media.
John W.C. Johnstone menganggap bahwa anggota audiens tidak anonimous
dan sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota kelompok sosial
yang terorganisir dan sebagai partisipan dalam sebuah kultur. Sesuai dengan
anggapan ini, media berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan
keperluan individu-individu, yang tumbuh didasarkan lokalitas dan relasi
sosial individu-individu tersebut. Faktor-faktor psikologis juga berperan
dalam memotivasi penggunaan media. Konsep-konsep psikologis seperti
kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi mempunyai pengaruh dalam pencarian
gratifikasi dan menjadi hubungan kausal dengan motivasi media.
2. Pendekatan nilai pengharapan.
Konsep pengharapan audiens yang perhatian (concern) pada karakteristik
media dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan asumsi pokok
Uses and Gratifications Media mengenai audiens aktif. Jika anggota audiens
memilih di antara berbagai alternatif media dan non media sesuai dengan
memungkinkan untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Kepercayaan terhadap
suatu media tertentu menjadi faktor signifikan dalam hal pengharapan
terhadap media itu.
3. Aktivitas audiens.
Levy dan Windahl menyusun tipologi aktivitas audiens yang dibentuk melalui
dua dimensi :
• Orientasi audiens; selektivitas; keterlibatan; kegunaan.
• Jadwal aktivitas: sebelum; selama; sesudah terpaan (”audiens”).
Katz, Gurevitch, dan Haas dalam penelitian tentang penggunaan media,
menemukan perbedaan anggota audiens berkenaan dengan basis gratifikasi
yang dirasakan. Dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: struktur media dan
teknologi; isi media; konsumsi media; aktivitas non media; dan persepsi
terhadap gratifikasi yang diperoleh. Garramore secara eksperimental menggali
pengaruh rangkaian motivasi pada proses komersialisasi politik melalui
televisi. Ia menemukan bahwa anggota audience secara aktif memproses/
mencerna isi media, dan pemrosesan ini dipengaruhi oleh motivasi.
4. Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh.
Pada awal sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media menekankan
perlunya pemisahan antara motif konsumsi media atau pencarian gratifikasi
(GS) dan pemerolehan gratifikasi (GO). Penelitian tentang hubungan antara
GS dan GO, menghasilkan temuan sebagai berikut; GS individual berkorelasi
cukup kuat dengan GO terkait. Di lain pihak GS dapat dipisahkan secara
empiris dengan GO, seperti pemisahan antara GS dengan GO secara
• GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan bagi yang
lain.
• Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam beberapa studi.
• Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari tingkatan rata-rata GO.
• GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan pengukuran
konsumsi media dan efek.
Penelitian GS dan GO menemukan bahwa GS dan GO berhubungan dalam
berbagai cara dengan variabel-variabel: terpaan; pemilihan program
dependensi media; kepercayaan; evaluasi terhadap ciri-ciri atau sifat-sifat
media.
5. Gratifikasi dan konsumsi media.
Penelitian mengenai hubungan antara gratifikasi (GS-GO) dengan konsumsi
media terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
• Studi tipologis mengenai gratifikasi media.
• Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di satu sisi dengan
pengukuran terpaan media atau pemilihan isi media di sisi lain.
Studi-studi menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan pemilihan
program. Becker dan Fruit memberi bukti bahwa anggota audiens
membandingkan GO dari media yang berbeda berhubungan dengan konsumsi
media. Studi konsumsi media menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai
sedang antara pengukuran gratifikasi dan indeks konsumsi.
6. Gratifikasi dan efek yang diperoleh.
Windahl penggagas model uses and effects, menunjukkan bahwa
yang meliputi pengetahuan, dependensi, sikap, persepsi mengenai realitas
sosial, agenda setting, diskusi, dan berbagai efek politik.
Blumler mengkr itisi studi uses and effects sebagai kekurangan perspektif.
Dalam usaha untuk menstimulasi suatu pendekatan yang lebih teoritis,
Blumler menawarkan tiga hipotesis sebagai berikut :
• Motivasi kognitif akan memfasilitasi penemuan informasi.
• Motivasi pelepasan dan pelarian akan menghadiahi penemuan audiens
terhadap persepsi mengenai situasi sosial.
• Motivasi identitas personal akan mendorong penguatan efek.
II. 5. KEPUASAN
Di dalam suatu proses keputusan, konsumen atau pengguna produk atau
jasa tidak akan berhenti hanya sampai proses konsumsi. Konsumen akan
melakukan proses evaluasi alternatif pasca pembelian atau proses konsumsi.
Proses ini juga disebut proses alternatif tahap kedua. Hasil dari pasca konsumsi
adalah konsumen merasa puas atau tidak puas. Para khalayak menjadi perhatian
baik dari perilaku, kebutuhan, sistem nilai, dan gaya hidupnya. London dan Della
Bitta (1993) menjelaskan kepuasan sebagai hasil proses kognitif yang berbentuk
disonansi positif atau negatif (Brotoharsojo, 2005: 167). Beberapa arti kepuasan
lainnya adalah dari Engel, Blackwell, dan Miniard (1995), mendefenisikan
kepuasan sebagai “satisfaction is defined here as a post-consumption evaluation
that a chosen alternative at least meets or exceeds satisfaction”. Secara harafiah
dapat diartikan sebagai evaluasi pasca-konsumsi dimana alternatif pilihannya
kedua adalah Mowen dan Minor (1998) yang menyebutkan “consumer
satisfaction is defined as the overall attitude consumers have toward, a good or
service after they have acquired and used it. It’s a post-choice evaluative
judgement resulting from a specific purchase selection and the experience of
using/ consuming”. Teori yang menjelaskan bagaimana kepuasan/ ketidakpuasan
konsumen terbentuk yakni the expectancy and disconfirmation model. Bahwa
kepuasan/ ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara
harapan konsumen sebelum penggunaan dengan yang sesungguhnya diperoleh
konsumen dari produk yang dikonsumsi tersebut (Sumarwan, 2003: 321).
Khalayak merasa puas bila nilai harapannya sama dengan kenyataan yang
didapatkan dari mengkonsumsi suatu produk media massa. Harapan ini
merupakan perpanjangan dari kebutuhan khalayak. Khalayak selalu mencari
media massa yang mampu memenuhi kebutuhannya. Namun tidak semua media
massa, khususnya televisi, mampu memenuhinya karena televisi memiliki
kelebihan tersendiri yang membuat khalayak betah untuk berlama-lama di depan
televisi. Untuk itu, khalayak akan menilai harapannya akan produk media massa
itu. Apabila sesuai (positif), maka kebutuhan dapat terpenuhi dan khalayak dapat
merasa puas., begitu juga sebaliknya. Maka dapat disimpulkan kebutuhan
merupakan faktor yang menentukan kepuasan seseorang.
Katz, Gurevitch, dan Haas membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil
dari literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa kemudian
menggolongkan kedalam lima kategori, yaitu :
• Kebutuhan kognitif