• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Termehek-Mehek di Trans TV Terhadap Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Termehek-Mehek di Trans TV Terhadap Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan)."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM TERMEHEK-MEHEK DI TRANS TV DAN

KEPUASAN PEMIRSA

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Termehek-Mehek di Trans TV Terhadap Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa

FISIP USU Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Diajukan Oleh :

030904017

ADRIANUS G. SIHOMBING

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Adrianus G. Sihombing

NIM : 030904017

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judu l : Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa

(Studi Korelasional tentang Pengaruh Program Termehek-Mehek

di Trans TV terhadap Kepuasan Pemirsa di kalangan Mahasiswa

FISIP USU Medan)

Medan, September 2009

Dosen Pembimbing Kepala Departemen

Drs. Humaizi, MA Drs. Amir Purba, MSi NIP. 1959 080 919 860 11 002 NIP. 131 654 104

Dekan

(3)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudu l Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas program Termehek-Mehek di Trans TV dan untuk mengetahui sejauhmana ketertarikan (antusiasme) pemirsa yang menonton program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan yang diperoleh pemirsa. Dengan demikian perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan”?

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana pengaruh program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap tingkat kepuasan pemirsa. Untuk mengetahui hubungan tersebut digunakan rumus Koefisien Korelasi Spearman,

rs , dengan hipotesa penelitian Ho = Tidak terdapat hubungan

antara program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa, dan Ha = Terdapat hubungan antara program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa FISIP USU strata I dari seluruh departemen mulai angkatan 2005 s/d 2007 dengan jumlah 1332

orang. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan rumus Taro Yamane, yakni menjadi 93 orang. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive

sampling dan accidental sampling, dan teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan yang berupa kuesioner dan wawancara.

Dari hasil penelitian diperoleh rs

Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa “Terdapat hubungan atau korelasi yang cukup berarti dan signifikan antara program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan”, dimana program Termehek-Mehek ini cukup efektif dan cukup banyak diminati oleh pemirsanya.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karunia-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudu l : “Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa (Studi

Korelasional Tentang Pengaruh Program Termehek-Mehek di Trans TV Terhadap

Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan)”.

Penyusunan skripsi ini dilaksanakan untuk memenuhi syarat-syarat dalam

memperoleh gelar kesarjanaan dari Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara Medan.

Kepada orang tua penulis yang selalu mendukung atas motivasi dan

doanya selama masa pengerjaan skripsi ini beserta seluruh keluarga yang turut

membantu atas penyelesaian skripsi ini, hanya beribu rasa terima kasih yang dapat

penulis haturkan.

Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis juga ingin

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus atas bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Rasa terima

kasih dan penghargaan ini penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, MSi selaku Sekretaris Departemen Ilmu

(5)

Medan yang memberikan arahan kepada penulis diawal pengajuan judul

proposal penelitian.

4. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah

banyak menyediakan waktu dan pikiran serta membantu mengarahkan penulis

pada masa pengerjaan skripsi sehingga skripsi ini akhirnya dapat

terselesaikan.

5. Ibu Dra. Fatmawardy Lubis, MA selaku dosen yang juga memberikan

masukan kepada penulis saat konsultasi perbaikan pengajuan judul proposal

penelitian.

6. Orang tua yang aku cintai, yaitu untuk Bapak (Alm.) Maximus M.H.

Sihombing dan buat mama Nuraini Barus yang telah memberikan dukungan,

doa, serta kasih sayang selama ini pada penulis.

7. Kak Icut selaku pegawai/ staff bagian Departemen Ilmu Komunikasi yang

banyak membantu penulis mengurus berkas-berkas saat pengajuan judul

skripsi sampai saat seminar dan Kak Ros selaku pegawai bagian Pendidikan

FISIP USU untuk jurusan ilmu komunikasi yang juga banyak memberikan

bantuan kepada penulis saat mengerjakan skripsi.

8. Adik-adik perempuanku, Novenalia Sihombing dan Yosephine Sihombing,

beserta seluruh keluarga atas bantuan dan dorongan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman stambuk 2003, yaitu Saut, Rido, Doan, Adid, Reza, Ishak,

Rully, Raja, Miqdad, Dodi, Aldar, Rano, Renaldi atas saling dukung dan

bantuannya selama pengerjaan skripsi ini serta rasa kebersamaan yang terjalin

(6)

10.Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam

menyusun skripsi ini, namun penulis tidak dapat menyebutkannya

satu-persatu.

Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

yang membacanya, meskipun penulis menyadari masih ada kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini.

Medan, 23 Agustus 2009

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

BAB II. URAIAN TEORITIS II. 1. Pengertian Komunikasi ... 21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42

III. 1. 1. Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara (USU) ... 42

(8)

III. 3. 1. Populasi... 50

III. 3. 2. Sampel ... 52

III. 4. Teknik Penarikan Sampel ... 55

III. 5. Teknik Pengumpulan Data ... 56

III. 6. Teknik Analisa Data ... 57

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 59

IV. 2. Teknik Pengolahan Data ... 60

IV. 3. Analisa Tabel Tunggal ... 61

IV. 3. 1. Karakteristik Responden. ... 61

IV. 3. 2. Program Termehek-Mehek di Trans TV ... 66

IV. 3. 3. Kepuasan Pemirsa di Kalangan Mahasiswa FISIP USU ... 76

IV. 4. Analisa Tabel Silang ... 82

IV. 5. Uji Hipotesis dan Tes Signifikasi ... 91

IV. 6. Pembahasan ... 92

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V. 1. Kesimpulan ... 94

V. 2. Saran ... 95

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 7. Frekuensi menonton program Termehek-Mehek ... 66

Tabel 8. Menonton keseluruhan program Termehek-Mehek dalam suatu episode ... 67

Tabel 9. Kemasan program Acara Termehek-Mehek di Trans TV ... 68

Tabel 10. Konsep acara dalam setiap episode program Termehek-Mehek ... 69

Tabel 11. Alur cerita yang ditayangkan dalam setiap episode program Termehek-Mehek ... 70

Tabel 12. Penyampaian isi program acara Termehek-Mehek ... 71

Tabel 13. Pengetahuan terhadap pembawa acara program Termehek-Mehek ... 72

Tabel 14. Mengetahui salah satu kasus yang ditayangkan dalam program Termehek-Mehek ... 73

Tabel 15. Kasus-kasus yang ditayangkan dalam program Termehek-Mehek ... 74

Tabel 16. Penyelesaian kasus dari setiap episode program Termehek-Mehek ... 75

Tabel 17. Pemahaman terhadap format/ alur cerita program Termehek-Mehek ... 76

Tabel 18. Mengerti tujuan dari setiap penayangan program Termehek-Mehek ... 77

Tabel 19. Pengaruh kasus yang ditayangkan dalam setiap program Termehek-Mehek terhadap rasa ingin tahu/ aspek kognitif... 78

Tabel 20. Pengaruh kasus yang ditayangkan dalam setiap program Termehek-Mehek terhadap aspek emosional... 79

Tabel 21. Kepuasan terhadap sajian program Termehek-Mehek secara keseluruhan ... 80

Tabel 22. Kepuasan terhadap penyelesaian setiap kasus yang ditayangkan dalam program Termehek-Mehek ... 81

Tabel 23. Hubungan antara kasus-kasus yang ditayangkan dalam program Termehek-Mehek terhadap penyelesaian setiap kasus yang ditayangkan dalam program Termehek-Mehek ... 83

(10)

Tabel 25. Hubungan antara frekuensi menonton program Termehek-Mehek terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif/ rasa ingin tahu ... 87 Tabel 26. Hubungan antara penyampaian isi program acara

Termehek-Mehek terhadap tujuan dari setiap penayangan

(11)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudu l Program Termehek-Mehek di Trans TV dan Kepuasan Pemirsa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas program Termehek-Mehek di Trans TV dan untuk mengetahui sejauhmana ketertarikan (antusiasme) pemirsa yang menonton program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan yang diperoleh pemirsa. Dengan demikian perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan”?

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana pengaruh program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap tingkat kepuasan pemirsa. Untuk mengetahui hubungan tersebut digunakan rumus Koefisien Korelasi Spearman,

rs , dengan hipotesa penelitian Ho = Tidak terdapat hubungan

antara program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa, dan Ha = Terdapat hubungan antara program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa FISIP USU strata I dari seluruh departemen mulai angkatan 2005 s/d 2007 dengan jumlah 1332

orang. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan rumus Taro Yamane, yakni menjadi 93 orang. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive

sampling dan accidental sampling, dan teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan yang berupa kuesioner dan wawancara.

Dari hasil penelitian diperoleh rs

Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa “Terdapat hubungan atau korelasi yang cukup berarti dan signifikan antara program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan”, dimana program Termehek-Mehek ini cukup efektif dan cukup banyak diminati oleh pemirsanya.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

Istilah “jurnalistik” berasal dari kata “journalistiek” dalam bahasa Belanda

atau “journalism” dalam bahasa Inggris. Keduanya bersumber dari bahasa Latin

“diurna” yang berarti harian atau setiap hari. Jurnalistik sendiri berarti kegiatan

mengumpulkan bahan berita, mengolahnya sampai menyebarluaskannya kepada

khalayak. Jurnalistik sendiri didefenisikan sebagai seni dan keterampilan mencari,

mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa

yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan

hati nurani khalayaknya (Kustadi Suhandang, 2004: 23).

Jurnalistik sendiri memiliki fungsi untuk memberitahukan sesuatu

kejadian atau menyampaikan informasi yang perlu diperhatikan semua atau

segolongan orang, opinionatif, tidak biasa, dan dapat juga mempengaruhi

pemerintah dan masyarakat, informasinya juga dapat berisi tentang hiburan

(Sudirman Tebba, 2005: 21-22).

Di Indonesia sendiri, istilah jurnalistik mulai dikenal pada abad ke-18,

tepatnya pada tahun 1774 ketika sebuah surat kabar bernama Bataviasche

Nouvelles terbit dengan pengusaha orang-orang Belanda.

Idealnya, pada saat sekarang ini dunia jurnalistik berpedoman kepada fakta

yang terjadi. Para jurnalis memiliki kewajiban untuk menginformasikan serta

(13)

Peristiwa yang berdasarkan realitas tadi kemudian dikemas dalam berbagai bentuk

tayangan sehingga lebih menarik dan beragam.

Jurnalistik ini sendiri dapat disajikan melalui berbagai macam media, baik

itu media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid ataupun media elektronik

seperti radio, televisi, ataupun internet.

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi

berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele)

dan tampak (vision). Jadi televisi berarti melihat dari jarak jauh. Penemuan

televisi disamakan dengan penemuan roda, karena mampu merubah peradaban

dunia.

Berita televisi sendiri merujuk pada praktek penyebaran informasi

mengenai peristiwa terbaru melalui media televisi. Acara berita bisa berlangsung

dari beberapa detik hingga beberapa jam dengan menyajikan perkembangan

terbaru peristiwa-peristiwa lokal/ regional maupu n internasional. Stasiun televisi

biasanya menyajikan program berita sebagai bagian dari acara berkalanya, dan

disiarkan setiap hari pada waktu-waktu tertentu. Kadang-kadang acara televisi

juga bisa diselipi dengan ‘berita sekilas’ untuk memberikan laporan mutakhir

mengenai suatu peristiwa yang sedang terjadi atau berita dadakan lain yang

penting (Sudirman Tebba, 2005: 66).

Program berita atau acara berita sendiri biasanya berisi liputan berbagai

peristiwa berita dan informasi lainnya, liputan olahraga, prakiraan cuaca, laporan

lalu lintas, ataupun berita-berita yang bersifat feature dan soft news.

Trans TV (PT Televisi Transformasi Indonesia) adalah sebuah stasiun

(14)

Indonesia. Memperoleh izin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan

lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antardepartemen pemerintah, maka

sejak tanggal 15 Desember 2001, Trans TV memulai siaran secara resmi.

Trans TV adalah stasiun televisi yang makin hari makin dewasa dan makin

komunikatif serta variatif. Trans TV membuat suatu gebrakan dengan membuat

acara film-film produksi luar negeri, acara talk show yang menarik, variety show

yang atraktif, serta liputan-liputan berita yang dikemas dalam bentuk feature yang

disajikan dengan santai dan menarik seperti good morning, jelang siang, dan

sebagainya. Trans TV jugalah yang berperan dalam mengenalkan program liputan

berita kuliner sekaligus pariwisata yang berhasil menarik minat penonton. Salah

satunya adalah program Termehek-Mehek.

Trans TV telah menyiarkan sebuah program reality show baru sejak

tanggal 3 Mei 2008 lalu. Program yang diberi tajuk Termehek-Mehek ( sebuah

istilah baru yang bahasa bakunya terisak-isak ) ini disiarkan setiap hari Sabtu

pukul 18.00 WIB, dan juga hari Minggu pada pukul 18.30 WIB. Dalam program

ini seorang client diceritakan sedang mencari seseorang yang telah hilang entah

kemana setelah suatu perjumpaan atau pertemanan yang cukup lama. Dalam

upaya pencariannya inilah si client

Kali ini Trans TV patut diacungi jempol karena acara reality show yang

berdurasi kurang lebih satu jam ini sudah menampilkan suatu acara yang bernilai meminta bantuan tim acara Termehek-Mehek

untuk mencarikan si orang hilang dimaksud. Sebuah perjalanan yang terkadang

dibikin sedramatis mungkin akhirnya berujung pada sebuah pertemuan dengan si

orang yang dicari. Dan terkadang pencarian berakhir pada sebuah cerita duka,

(15)

pendidikan, yaitu mendidik kita bahwa kasih sayang antar sesama manusia itu

ternyata sangat indah.

Peneliti memilih mahasiswa FISIP USU sebagai subjek penelitian karena

berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, acara ini cukup digemari oleh

mahasiswa yang notabene cukup menyentuh hati dan menimbulkan rasa

penasaran mengenai ending dari sebuah kasus.

I. 2. PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah mempunyai konsekuensi terhadap relevansi maksud

dan tujuan, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, dan metode penelitian.

Pentingnya perumusan masalah dalam penelitian adalah karena hasilnya akan

menjadi penuntun dalam mengkonstruksikan suatu hipotesis. Dalam merumuskan

masalah, berarti peneliti merumuskan secara tegas masalah yang terkandung

dalam suatu fenomena.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka,

peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut : “Apakah terdapat

hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan

(16)

I. 3. PEMBATASAN MASALAH

Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, berikut ini

peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar

permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas, sehingga

dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka peneliti

menetapkan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Obyek penelitian terbatas pada mahasiswa FISIP USU yang pernah menonton

tayangan program Termehek-Mehek di Trans TV.

2. Penelitian ini hanya terbatas pada isi program Termehek-Mehek yang

menayangkan tentang pencarian teman ataupun anggota keluarga yang hilang

yang ditayangkan di Trans TV setiap Sabtu pukul 18.00 WIB, dan hari

Minggu pada pukul 18.30 WIB.

3. Penelitian dilakukan pada bulan April – Mei 2009.

I. 4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I. 4. 1. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui efektivitas program Termehek-Mehek di Trans TV.

2. Untuk mengetahui sejauhmana ketertarikan (antusiasme) pemirsa yang

menonton program Termehek-Mehek di Trans TV terhadap kepuasan yang

(17)

I. 4. 2. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

tentang pendekatan Uses and Gratifications Theory, terutama dalam hal

konsumsi media.

2. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU,

khususnya departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka menambah dan

memperkaya bahan penelitian serta referensi bahan bacaan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi

pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I. 5. KERANGKA TEORI

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka

teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana

masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001: 39). Teori menurut Kerlinger

adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan

pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel,

untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2001: 6).

Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan untuk digunakan adalah

(18)

I. 5. 1. Komunikasi

Pada abad ke-5 Sebelum Masehi di Yunani, berkembang suatu ilmu yang

mengkaji proses pernyataan antar manusia, namanya retorika, kemudian muncul

istilah-istilah baru seperti dialog atau meieutic, dan orasi. Pada perkembangan

awal ini batasan komunikasi yang dapat kita terapkan adalah percakapan atau

penyampaian gagasan antar manusia secara lisan dan bertatap muka baik berupa

pidato maupun diskusi. Penyampaian gagasan ini bukannya tanpa tujuan,

melainkan demi mendidik, membangkitkan kepercayaan, dan menggerakkan

perasaan orang lain atau masyarakat. Komunikasi terus berkembang tidak hanya

menyampaikan gagasan melalui lisan. Pada zaman kekaisaran Romawi, salah

seorang kaisarnya yang bernama Julius Caesar membuat papan pengumuman

yang disebut Acta Diurna.

Hal ini terus berkembang lagi setelah ditemukannya kertas, penemuan

mesin cetak oleh Johannes Guttenberg, dan terbitnya surat kabar pertama Avisa

Relation Older Zeitung di Jerman dan Weekly News di Inggris pada tahun 1622.

Setelah surat kabar, peradaban manusia juga lebih berkembang dan ditemukanlah

radio, film, televisi, dan sejumlah media lain seperti yang kita miliki saat ini.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris ”communication” berasal

dari kata Latin ”communicatio”, dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama, sama disini maksudnya adalah sama makna, maksudnya bila seseorang

mengadakan kegiatan komunikasi dengan suatu pihak, maka orang tersebut

cenderung berusaha untuk mengadakan persamaan arti dengan pihak lain yang

menjadi lawan komunikasinya. Joseph A. Devito (1978) dalam bukunya

(19)

komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih dari kegiatan

menyampaikan dan menerima pesan komunikasi yang terganggu keributan, dalam

suatu konteks, bersama dengan beberapa efek yang timbul dari kesempatan arus

balik. Sedangkan Howard Stephenson (1971) dalam bukunya “Handbook of

Public Relations” menjelaskan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan

komunikasi dan juga efek komunikasi dari seseorang atau kelompok, kepada

orang atau kelompok lainnya (Lubis, 2005: 10).

Berikut beberapa defenisi yang dapat dirinci :

1. Carl Hovland (1953) dalam karyanya “Social Communication” menjelaskan

bahwa komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan rangsangan

biasanya dengan lambang kata/ gambar, guna mengubah tingkah laku orang

lain.

2. Andersen (1959) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana

kita mengerti orang lain dan kemudian berusaha untuk dimengerti oleh

mereka. Hal ini dinamis, berubah secara konstan dan membagi respon untuk

situasi yang total.

3. Lewis (1963) menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses dimana

seseorang mengurangi ketidakpastian mengenai penyimpangan dengan

mendeteksi syarat yang diberikan padanya agar menjadi relevan terhadap

penyimpangan itu.

4. Berelson dan Steiner (1964) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah

penyampaian informasi, ide, emosi, kemampuan, dan lain-lain dengan

(20)

5. Miller (1966) menyebutkan komunikasi sebagai suatu hal yang mempunyai

pusat perhatian dalam situasi perilaku dimana sumber menyampaikan pesan

kepada penerima secara sadar untuk memengaruhi perilaku.

6. Gerbner (1966) menyebutkan komunikasi adalah interaksi sosial melalui

simbol dan sistem pesan.

7. Emery, Ault, dan Agee (1963) menyampaikan bahwa komunikasi diantara

manusia merupakan seni menyampaikan informasi, ide, dan tingkah laku dari

satu orang ke orang lain (Ardianto, 2004: 18-19).

I. 5. 2. Televisi

Hadirnya media televisi mau tidak mau harus dapat diterima karena sudah

merupakan suatu kebutuhan informasi bagi masyarakat agar kita tidak tertinggal

oleh kemajuan peradaban teknologi sekaligus mengetahui perubahan-perubahan

yang terjadi di belahan dunia lain. Dari semua media komunikasi yang ada,

televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia.

Fungsi televisi hampir sama dengan fungsi media massa lainnya (surat

kabar dan radio siaran), yakni sebagai alat informasi, mendidik, menghibur, dan

membujuk. Media televisi memiliki karakteristik yang membedakannya dengan

media massa lainnya, yaitu :

1. Audiovisual

2. Berpikir dalam gambar

(21)

Ada tiga dampak yang ditimbulkan dalam acara televisi terhadap

pemirsanya, yaitu :

1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap

dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan

bagi pemirsa.

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang

ditayangkan di televisi yang mempengaruhi pemirsa untuk menirunya.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah

ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa

sehari-hari.

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi

kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara

berbeda-beda menurut visi pemirsa serta efek yang ditimbulkan juga beraneka macam. Hal

ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan

acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi

pemirsa saat menonton televisi (Kuswandi, 1996: 99).

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara

yang ditampilkan atau disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut

bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai

pendidikan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai

pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indera yang dimiliki,

(22)

diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan

(Stimulated Experience) dari media audiovisual tadi (Darwanto, 2007: 119).

Darwanto juga mengemukakan, dalam kaitannya terhadap peningkatan

pengetahuan, suatu tayangan televisi hendaknya memperhatikan beberapa hal,

antara lain :

1. Frekuensi menonton. Melalui frekuensi menonton komunikan, dapat dilihat

pengaruh tayangan terhadap pengetahuan komunikan.

2. Waktu penayangan. Apakah waktu penayangan suatu acara sudah tepat atau

sesuai dengan sasaran komunikan yang dituju. Misalnya tayangan yang

dikhususkan bagi pelajar, hendaknya ditayangkan pada jam setelah kegiatan

belajar di sekolah usai.

3. Kemasan acara. Agar mampu menarik perhatian pemirsa yang menjadi

sasaran komunikannya, suatu tayangan harus dikemas atau ditampilkan secara

menarik.

4. Gaya penampilan pesan. Dalam menyampaikan pesan dari suatu tayangan,

apakah host atau pembawa acara sudah cukup komunikatif dan menarik,

sehingga dapat menghindari rasa jenuh pemirsanya dan juga memahami pesan

yang disampaikan.

5. Pemahaman pesan. Apakah komunikan dapat mengerti dan memahami setiap

(23)

I. 5. 3. Uses and Gratifications Theory

Elihu Katz-lah yang pertama sekali memperkenalkan pendekatan Uses &

Gratifications dengan menyebutkan bahwasannya khalayak menggunakan media

demi keuntungan mereka. Teori ini melihat bahwa khalayak adalah kelompok

aktif yang mampu dengan jeli melihat jenis media mana yang dapat dianggap

tepat dan isi media tersebut dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai kepuasan

pribadi.

Teori ini juga mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media,

yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini

meyakini bahwa individu sebagai makhluk supra-rasional dan sangat selektif.

Menurut para pendirinya, Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch

uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial,

yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain,

yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada

kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.

Perkembangan teori Uses and Gratifications Media dibedakan dalam tiga

fase yaitu :

• Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan

deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi

media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual

dalam meneliti orientasi audiens.

• Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi

(24)

perbedaan pola-pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya

perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.

• Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk

menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif

audiens mungkin berhubungan.

Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and

Gratifications Media mengatakan, bahwa kebutuhan sosial dan psikologis

menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain yang membimbing

pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam menghasilkan pemuasan

kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja.

Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Baran dan

Davis, 2003) menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and

Gratifications Media sebagai berikut :

1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.

2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media

spesifik terletak di tangan audiens.

3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan

kebutuhan audiens.

4. Orang-orang mempunyai kesadaran diri yang memadai berkenaan penggunaan

media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi peneliti tentang

gambaran keakuratan penggunaan itu.

5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi

(25)

I. 5. 4. Kepuasan

Para khalayak menjadi perhatian baik dari perilaku, kebutuhan, sistem

nilai, dan gaya hidupnya. London dan Della Bitta (1993) menjelaskan kepuasan

sebagai hasil proses kognitif yang berbentuk disonansi postif atau negatif

(Brotoharsojo, 2005: 167). Khalayak merasa puas bila nilai harapannya sama

dengan kenyataan yang didapatkan dari mengkonsumsi suatu produk media

massa. Harapan ini merupakan perpanjangan dari kebutuhan khalayak. Khalayak

selalu mencari media massa yang mampu memenuhi kebutuhannya. Namun tidak

semua media massa, khususnya televisi, mampu memenuhinya karena televisi

memiliki kelebihan tersendiri yang membuat khalayak betah untuk berlama-lama

di depan televisi. Untuk itu, khalayak akan menilai harapannya akan produk

media massa itu. Apabila sesuai (positif) maka kebutuhan dapat terpenuhi dan

khalayak dapat merasa puas, begitu juga sebaliknya. Maka dapat disimpulkan

kebutuhan merupakan faktor yang menentukan kepuasan seseorang.

Katz, Gurevitch, dan Haas membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil

dari literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa, kemudian

menggolongkan ke dalam 5 (lima) kategori yaitu :

• Kebutuhan kognitif • Kebutuhan afektif

• Kebutuhan integratif personal • Kebutuhan integratif sosial

(26)

I. 5. 5. Reality Show

Reality Show adalah jenis program acara televisi dimana

pendokumentasiannya berlangsung tanpa dilengkapi skenario dan menggunakan

pemain dari khalayak umum biasa. Reality Show berarti pertunjukan yang asli

(real), faktual, yang merujuk pada program siaran yang menyajikan fakta non

fiksi. Kejadiannya diambil dari keseharian, kehidupan masyarakat apa adanya,

yaitu realita dari masyarakat (Pedoman Perilaku Penyiaran Indonesia, 2004, Bab

II, pasal 8, ayat 1-2). Keunggulan dalam reality show adalah unsur kedekatannya

dengan kehidupan masyarakat, dan didukung oleh pesertanya yang berasal dari

khalayak biasa. Berbagai tema yang biasa diangkat dalam reality show

diantaranya permasalahan sosial, kompetisi, kemanusiaan, pencarian bakat,

mengekspose kehidupan sehari-hari, percintaan, bahkan menjahili orang

(www.wikipedia.com

Secara umum terdapat beberapa penggolongan dari reality show, yakni : ).

1. Program yang berisi rekaman kehidupan seseorang atau sekelompok orang

dengan sepengetahuan objek yang direkam. Seperti tayangan Minta Tolong,

Tantangan, Dunia Lain, Ekspedisi Alam Gaib, dan sebagainya.

2. Program yang berisi rekaman tersembunyi atas perilaku orang yang

mengejutkan, atau dalam kondisi yang direkayasa. Seperti tayangan Jail,

Paranoid, Harap-Harap Cemas, Playboy Kabel, Termehek-Mehek, Orang

Ketiga, dan sebagainya.

3. Program pencarian bakat melalui kompetisi tertentu. Seperti AFI, Indonesian

(27)

4. Program Amal (Charity), konsep yang disampaikan adalah menolong orang

lain. Seperti Rezeki Nomplok, Bedah Rumah, Nikah Gratis, Uang Kaget, dan

sebagainya (http://www.gumilarcenter.com/RealityShow).

I. 6. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis

dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi,

2001: 40). Kerangka konsep juga merupakan bahan yang akan menuntun dalam

merumuskan hipotesa penelitian.

Kerangka konsep dari satu gejala sosial yang memadai diperlukan untuk

menyajikan masalah penelitian dengan cara yang jelas dan dapat diuji, karena itu

variabel-variabel yang penting harus didefenisikan dengan jelas, setidaknya

beberapa variabel yang harus didefenisikan secara operasional untuk

memungkinkan dalil-dalil yang dapat diuji.

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam

menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah

yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka

harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Adapun variabel-variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas/ Independent Variabel (x)

Merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari

variabel lain (Rakhmat, 2001: 12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

(28)

2. Variabel Terikat/ Dependent Variabel (y)

Merupakan variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi

oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2001: 12). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kepuasan pemirsa/ khalayak yakni mahasiswa FISIP USU.

3. Variabel Anteseden/ Karakteristik Responden

Merupakan karakteristik yang dimiliki oleh individu yang

membedakannya dengan individu yang lain. Variabel anteseden dalam penelitian

ini adalah: usia, jenis kelamin, agama, program studi, dan domisili.

I. 7. MODEL TEORITIS

Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka akan dibentuk menjadi

suatu model teoritis sebagai berikut :

Variabel X Program

Termehek-Mehek di Trans TV

Karakteristik Responden

(29)

I. 8. DEFENISI OPERASIONAL

Dalam penelitian lapangan, konsep yang relevan dan berkedudukan sentral

dalam penelitian terlebih dahulu harus dibuat operasional. Pengarahan yang tepat

atas prosedur penelitian, menuntut ketegasan apakah gugus realita yang akan

diteliti, sebagaimana digambarkan menurut konsepnya memang benar-benar ada.

Defenisi operasional tidaklah mungkin ditetapkan jika konsep itu tidak merujuk

sama sekali pada suatu realitas tertentu. Sebuah konsep baru akan disebut konsep

yang operasional, jika konsep itu sudah menyatakan secara eksplisit konsekuensi

metode operasinya.

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai konsep

yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah

unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu

variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah

yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama

(Singarimbun, 1995: 46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Program Termehek-Mehek di Trans TV, terdiri atas :

a. Frekuensi menonton acara Termehek-Mehek.

b. Kemasan program acara Termehek-Mehek.

c. Kejelasan isi program Termehek-Mehek.

d. Proximity (kedekatan sumber berita) program Termehek-Mehek.

e. Kemenonjolan berita ataupun informasi dari program Termehek-Mehek.

2. Kepuasan pemirsa, terdiri atas :

(30)

b. Kebutuhan terhadap acara demi pemenuhan kualitas hidup.

c. Kepuasan terhadap kualitas program Termehek-Mehek di Trans TV.

3. Karakteristik responden, terdiri atas :

a. Usia, yakni berapa usia dari responden.

b. Jenis Kelamin yakni: Pria/ wanita.

c. Agama yakni jenis agama responden yaitu Islam, Kristen Protestan,

Kristen Katolik, Hindu, Budha, atau Konghucu.

d. Program Studi yakni program pendidikan responden di lokasi penelitian.

e. Domisili, yakni lokasi responden menetap yakni: tinggal bersama orang

tua, tinggal sendiri (kos), tinggal dengan kerabat lainnya, dan sebagainya.

I. 9. OPERASIONAL VARIABEL

Operasional variabel digunakan untuk lebih memudahkan kesamaan dan

kesesuaian penelitian berdasarkan kerangka konsep di atas, yakni:

(31)

I. 10. HIPOTESIS

Hipotesis adalah generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat

tentaif (sementara), yang hanya akan berlaku apabila setelah terbukti

kebenarannya (Nawawi, 2001: 161).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV

terhadap kepuasan pemirsa di kalangan mahasiswa FISIP USU Medan.

Ha : Terdapat hubungan antara Program Termehek-Mehek di Trans TV

(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1. PENGERTIAN KOMUNIKASI

Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan-permasalahan yang

timbul akibat komunikasi. Manusia tidak dapat hidup sendirian, ia secara tidak

kodrati harus hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya,

keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya manusia harus

bermasyarakat. Masyarakat bisa berbentuk kecil; sekecil rumah tangga yang

hanya terdiri dua orang suami istri, bisa berbentuk besar; sebesar kampung, desa,

kecamatan, kabupaten atau kota, propinsi dan negara. Hakikat komunikasi adalah

proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya

(Effendy, 2003: 28).

Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa lain

communication, istilah ini berasal dari kata communis yang berarti sama, sama

disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila

terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh si

pengirim pesan kepada si penerima pesan.

Salah satu persoalan di dalam memberi pengertian komunikasi, yakni

banyaknya defenisi yang telah dibuat oleh pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini

disebabkan karena banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap

perkembangan ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu

(33)

sebagainya. Sebuah defenisi singkat dibuat oleh Harold D. Laswell cara yang

tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan

“Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada

siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2004: 18).

Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah

banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal

penyebaran inovasi membuat defenisi bahwa : Komunikasi adalah proses dimana

suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud

untuk mengubah tingkah laku mereka. Rogers mencoba menspesifikasikan

hakikat suatu hubungan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta

kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut

serta dalam suatu proses komunikasi (Cangara, 2004: 19).

Para pakar psikologi melihat komunikasi dalam pengertian fenomena

stimuli-respons, sebagaimana dikemukakan oleh Dance (1970). Komunikasi

adalah pengungkapan respons malalui simbol-simbol verbal. Sedangkan Edwin

Neiman (1984) mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses ketika sejumlah

orang diubah menjadi kelompok yang berfungsi (Arifin, 2003: 26).

Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki beberapa

kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari

simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi apa yang dinamakan Wilbur

Schramm ”Frame of reference“ atau dalam bahasa Indonesianya kerangka acuan,

yaitu paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and

(34)

Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman

merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang

pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan,

komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya jikalau pengalaman komunikan

tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk

mengerti satu sama lain; dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif

(Effendi, 2003: 30-31).

II. 2. MEDIA MASSA

Perkembangan masyarakat dan perkembangan teknologi komunikasi

menyebabkan perubahan dalam bidang komunikasi. Teknologi komunikasi

dituntut untuk menjangkau masyarakat dalam lingkup yang lebih luas dan

serentak, karena kebutuhan informasi masyarakat semakin meningkat dan bersifat

penting. Media massa sebagai salah satu alat yang mampu mengantarkan

informasi kepada masyarakat, memberikan karakteristik yang sesuai dan selain

itu, mudah untuk digunakan oleh masyarakat dari berbagai jenis keragaman

masyarakat. Media massa yang kita kenal saat ini adalah media cetak, yang terdiri

dari surat kabar, tabloid, majalah, dan media elektronik, terdiri dari radio siaran

dan televisi siaran. Selain pembagian diatas, banyak pula ahli yang

mengungkapkan film sebagai bagian dari komunikasi massa dalam media massa,

bahkan di negara maju, buku dan kaset musik rekaman dianggap serupa.

Sulit dibayangkan masyarakat modern tanpa media massa : surat kabar,

majalah, buku, radio, TV, dan film. Media massa memiliki arti yang

(35)

politik dan ekonomi dimana media massa itu berfungsi, tingkat perkembangan

masyarakat, serta minat dan kebutuhan individu tertentu. Salah satu

pengelompokan sistem pers media massa yang terkenal di dunia disajikan dalam

buku Four Theories of the Press. Penulisnya membagi pers dalam 4 kategori:

otoriter, liberal, social control atau tanggungjawab sosial, dan totaliter.

Kesemuanya merupakan “Teori Normative” yang berasal dari pengamatan, bukan

dari hasil uji dan pembuatan hipotesis.

Teori Otoriter adalah pers atau media massa yang mendukung dan

menjadi kepanjangan tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan

melayani negara. Muncul diawal lahirnya mesin cetak dan di akhir masa

Renaisans, ketika negara-negara Eropa kebanyakan masih menganut sistem

pemerintahan monarki absolut. Berkembang di Inggris pada abad 16 dan 17,

media cetak harus memperoleh izin dan mendapat hak pemakaian khusus dari

kerajaan dan pemerintah agar bisa digunakan dalam penerbitan. Penguasa atau

pemerintah langsung berwenang mengawasi dan menentukan kebijakan pers dan

jurnalistik. Teori ini menganggap bahwa tidak ada kebenaran di lingkungan

rakyat kecil, namun kebenaran ada di dekat pusat kekuasaan. Melalui penerapan

hak khusus, lisensi, dan peraturan yang diterapkan sendiri dalam tubuh serikat

pemilik mesin cetak., individu dijauhkan dari kemungkinan mengkritik

pemerintah yang berkuasa. Dalam sistem otoritas pers bisa dimiliki secara publik

atau perorangan.

Teori Liberal muncul ketika pertumbuhan demokrasi politik dan paham

kebebasan berkembang pada abad 17, akibat dari revolusi industri dan

(36)

(Aufklarung) semakin menumbuhkan kebebasan pers sebagai salah satu aspek hak

asasi manusia. Untuk itu, artinya pers harus bebas dari pengawasan dan pengaruh

pemerintah. Inilah sebabnya di Amerika Serikat, pers menjadi semacam lembaga

keempat di dalam pemerintahan. Dari tulisan Milton, Locke, dan Mill dapat

dimunculkan pemahaman bahwa pers harus mendukung fungsi membantu

menemukan kebenaran dan mengawasi pemerintah sekaligus sebagai media yang

memberikan informasi, menghibur, dan mencari keuntungan. Dalam teori ini, pers

bersifat swasta.

Teori Tanggung Jawab Sosial diabad ke-20 di Amerika Serikat ada

gagasan yang berkembang bahwa media satu-satunya industri yang dilindungi

Piagam Hak Asasi Manusia, harus memenuhi tanggung jawab sosial. Teori

tanggung jawab sosial yang merupakan evolusi gagasan praktisi media,

undang-undang media, dan hasil kerja Komisi Kebebasan Pers, berpendapat bahwa selain

bertujuan untuk memberi informasi, menghibur, mencari untung, juga bertujuan

untuk membawa konflik kedalam arena diskusi. Dibawah teori ini, media

dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen, kode etik profesional,

dan dalam hal penyiaran dikontrol oleh badan pengatur mengingat keterbatasan

teknis pada jumlah saluran frekuensi yang tersedia.

Teori Totaliter-Soviet merupakan pers yang berpegang pada azas

kebenaran berdasarkan teori Marxist. Pers Soviet bekerja sepenuhnya sebagai alat

penguasa, dalam hal ini partai komunis. Partai komunis dalam pengertian komunis

adalah rakyat. Teori ini berpandangan bahwa tujuan utama media adalah

membantu keberhasilan dan kelangsungan sistem Soviet. Media dikontrol oleh

(37)

anggota partai yang loyal dan ortodoks saja yang bisa menggunakan media secara

reguler. Media dalam sistem Soviet dimiliki dan dikontrol oleh negara dan ada

hanya sebagai kepanjangan tangan negara.

Laswell, pakar komunikasi dan pakar hukum di Yale, mencatat ada tiga

fungsi media massa yakni : pengamatan lingkungan, korelasi bagian-bagian dalam

masyarakat untuk merespon lingkungan, dan penyampaian warisan dalam

masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Selain ketiga fungsi ini,

Wright menambahkan fungsi keempat yakni hiburan.

Fungsi pertama media massa sebagai pengawasan (surveillaince) memberi

informasi dan menyediakan berita. Dalam fungsi ini termasuk berita yang tersedia

di media yang penting seperti ekonomi, publik dan masyarakat, seperti laporan

bursa pasar, lalu lintas, cuaca, dan sebagainya. Bahkan media seringkali

memperingatkan kita akan bahaya yang mungkin terjadi seperti kondisi cuaca

ekstrem atau bahaya ancaman militer.

Fungsi kedua korelasi adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang

lingkungan. Fungsi ini bertujuan untuk menjalankan norma sosial, dan menjaga

konsensus dengan mengekspose penyimpangan, memberikan status dengan cara

menyoroti individu terpilih dan juga berfungsi untuk mengawasi pemerintah.

Fungsi ketiga pewarisan sosial merupakan fungsi dimana media massa

menyampaikan informasi, nilai, norma, dari satu generasi ke generasi berikutnya

atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang.

Fungsi terakhir hiburan dimaksudkan untuk memberikan waktu istirahat

(38)

budaya massa seperti seni dan musik kepada berjuta-juta orang dan sebagian

merasa senang karena bisa meningkatkan rasa dan pilihan publik dalam seni.

II. 3. TELEVISI

Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual merupakan medium

yang memiliki pengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian baru

masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan televisi

yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Unsur esensial yang

dari kebudayaan televisi berupa penggunaan bahasa verbal dan visual, sekaligus

dalam rangka menyampaikan sesuatu, seperti pesan, informasi, pengajaran, ilmu,

dan hiburan (Wibowo, 1997: 1).

Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi

antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu

televisi. Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasai jarak dan

ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas

terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Menurut Effendy, seperti

halnya media massa lain, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi pokok

yaitu sebagai berikut :

1. Fungsi penerangan (the imformation function)

Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena

dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat

(39)

a. Immediacy (Kesegaran)

Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh

stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu

berlangsung.

b. Realism (Kenyataan)

Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual

dengan perantara mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan.

2. Fungsi pendidikan (the educational function)

Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk

menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak

secara simultan dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan

penalaran masyarakat. Siaran televisi menyiarkan acara-acara tersebut secara

teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi, politik, dan sebagainya.

3. Fungsi hiburan (the entertainment function)

Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan

yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnnya.

Sebagian besar dari alikasi waktu siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan,

seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya. Fungsi hiburan ini amat

penting, karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusia untuk mengisi waktu

mereka dari aktivitas di luar rumah (Effendy, 2003: 27-30).

Televisi memiliki audiovisual yang menyebabkan realita yang diciptakan

dianggap sebagai realita yang sesungguhnya. Televisi dalam menyiarkan

pesannya bersifat audio dan visual, artinya dapat dilihat dan dapat didengar, juga

(40)

Berbagai macam kemajuan teknologi sehingga saat ini terus mewujudkan bentuk

televisi yang canggih. Penemuan tersebut semakin menyempurnakan sistem

audiovisual televisi.

Televisi mampu menarik perhatian pemirsa sedemikian rupa sehingga

khalayak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan pendalaman terhadap

apa yang diterimanya secara kritis. Karena semua berlangsung secara cepat dan

berulang-ulang secara intensif. Hal ini membuat realita di televisi masuk kedalam

benak pemirsa. Penyampaian pesan di televisi telah menonjolkan lambang

komunikasi dengan gambar hidup yang menunjukkan suatu realita. Dengan

teknologi yang tinggi, realita yang ditayangkan dapat melebihi kenyataan yang

sebenarnya sehingga apa yang tidak mungkin terjadi di dunia dapat terjadi di

televisi.

Setiap tayangan yang ada di televisi mengandung pesan-pesan yang

bersifat memberitahu, mendidik dan menghibur. Agar pesan yang disampaikan

dapat diterima oleh khalayak sasaran perlu diperhatikan faktor-faktor seperti

pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian.

1. Pemirsa

Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan

media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang

komunikannya. Namun untuk media elektronik faktor pemirsa perlu mendapat

perhatian lebih. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kebutuhan pemirsa, minat,

(41)

2. Waktu

Setelah komunikator mengetahui kebutuhan, minat dan kebiasaan pemirsa

langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangannya.

Pertimbangannya adalah agar setiap acara yang ditayangkan dapat secara

proporsional diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak dituju. Untuk acara

yang khalayaknya anak-anak tentu saja ditayangkan mulai dari sore hari sampai

kepada sekitar jam 8 malam. Hal ini tentu saja memperhatikan kegiatan dari pada

anak yang pada pagi hari sampai siang hari melakukan aktivitasnya di sekolah.

3. Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap

penayangan dalam suatu acara. Ada yang berdurasi 30 menit biasanya untuk kuis

dan acara infotainment, yang berdurasi satu jam biasanya untuk acara talkshow

ataupun berita. Untuk acara film ataupun sinetron biasanya durasi waktu yang

dibutuhkan adalah satu jam sampai dengan dua jam. Hal ini juga berkaitan dengan

kebutuhan pemirsa terhadap suatu acara yang ingin ditontonnya.

4. Metode penyajian

Metode penyajian suatu acara berhubungan dengan daya tarik acara itu

sendiri agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi pemirsa. Misalkan untuk suatu

acara yang bersifat berita ataupun informasi agar menambah daya tariknya

dikemas dalam bentuk wawancara, dialog, talkshow, reportasi, reality show dan

sebagainya.

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara

(42)

bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai

pendidikan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai

pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indera yang dimiliki,

tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 10% dari informasi yang

diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan

(Stimulated Experience) dari media audiovisual tadi (Darwanto 2007: 119).

Darwanto juga mengemukakan, dalam kaitannya terhadap peningkatan

pengetahuan, suatu tayangan televisi hendaknya memperhatikan beberapa hal,

antara lain :

a) Frekuensi menonton. Melalui frekuensi menonton komunikan, dapat

dilihat pengaruh tayangan terhadap pengetahuan komunikan.

b) Waktu penayangan. Apakah waktu penayangan suatu acara sudah tepat

atau sesuai dengan sasaran komunikan yang dituju. Misalnya tayangan

yang dikhususkan bagi pelajar, hendaknya ditayangkan pada jam setelah

kegiatan belajar di sekolah usai.

c) Kemasan acara. Agar mampu menarik perhatian pemirsa yang menjadi

sasaran komunikannya, suatu tayangan harus dikemas atau ditampilkan

secara menarik.

d) Gaya penampilan pesan. Dalam menyampaikan pesan dari suatu tayangan,

apakah host atau pembawa acara sudah cukup komunikatif dan menarik,

sehingga dapat menghindari rasa jenuh pemirsanya dan juga memahami

(43)

e) Pemahaman pesan. Apakah komunikan dapat mengerti dan memahami

setiap materi atau pesan yang disampaikan oleh suatu tayangan.

Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Siaran televisi saat ini dapat dilakukan di mana saja dan dapat pula

dipantau dari mana saja. Hal ini terbukti ketika Neil Amstrong pada tanggal 20

Juli 1969 menginjakkan kakinya di bulan, melalui televisi dapat disaksikan oleh

manusia di bumi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, hampir

semua pola dan rutinitas kehidupan manusia muncul melalui televisi. Masyarakat

cenderung merasa ada yang kurang ataupun terlewatkan bila tidak menyaksikan

siaran televisi sebagai salah satu rutinitas.

Media televisi juga dipandang sebagai alat atau sarana untuk mencapai

tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik, perdagangan, sosial sampai

melakukan perubahan ideologi serta penyebaran nilai-nilai budaya. Televisi juga

dapat digunakan untuk menambah pengaruh dan wewenang seorang penguasa.

Seperti halnya media massa lain (surat kabar dan radio siaran), televisi memiliki

fungsi memberikan informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Namun

menurut hasil penelitian-penelitian yang dilakukan mahasiswa Fakultas

Komunikasi UNPAD, yang menerangkan bahwa pada umumnya tujuan khalayak

menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, baru selanjutnya

memperoleh informasi.

Televisi di satu sisi memiliki kekurangan, karena bersifat “transitory”

maka isi pesannya tidak dapat disimpan oleh pemirsanya. Lain halnya dengan

(44)

melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung. Ini terjadi karena

faktor penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang heterogen,

juga karena kepentingan politik dan stabilitas keamanan negara. Walaupun ada

kelemahan, televisi juga memiliki banyak kelebihan. Kekuatan televisi ialah

menguasai jarak dan ruang, karena teknologi televisi menggunakan gelombang

elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan melalui satelit (transmisi).

Sasaran untuk menjangkau massa jelas lebih besar, nilai aktualitas berita yang di

tayangkan sangat cepat, daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup

tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak

(ekspresif). Dan yang paling berpengaruh sebagai daya tarik televisi adalah

informasi dan berita yang disampaikan lebih singkat dan jelas, dan sistematis.

II. 4. USES AND GRATIFICATIONS THEORY

Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu

menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini

bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para

pendirinya, Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (Rakhmat, 2001),

uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial,

yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain,

yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada

kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.

Perkembangan teori Uses and Gratifications Media dibedakan dalam tiga

(45)

1. Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan

deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi

media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan

konseptual dalam meneliti orientasi audiens.

2. Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi

variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi

pengaruh terhadap perbedaan pola-pola konsumsi media. Fase ini juga

menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.

3. Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk

menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif

audiens mungkin berhubungan.

Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and

Gratifications Media mengatakan, bahwa kebutuhan sosial dan psikologis

menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain yang membimbing

pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam menghasilkan pemuasan

kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja.

Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (Baran dan Davis,

2003) menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and

Gratifications Media sebagai berikut :

1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.

2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan

media spesifik terletak di tangan audiens.

3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan

(46)

4. Orang-orang mempunyai kesadaran diri yang memadai berkenaan

penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi

peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu.

5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau

isi harus dibentuk.

Pengujian-pengujian terhadap asumsi-asumsi Uses and Gratifications

Media menghasilkan enam (6) kategori identifikasi dan temuan-temuannya,

sebagai berikut :

1. Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media.

John W.C. Johnstone menganggap bahwa anggota audiens tidak anonimous

dan sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota kelompok sosial

yang terorganisir dan sebagai partisipan dalam sebuah kultur. Sesuai dengan

anggapan ini, media berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan

keperluan individu-individu, yang tumbuh didasarkan lokalitas dan relasi

sosial individu-individu tersebut. Faktor-faktor psikologis juga berperan

dalam memotivasi penggunaan media. Konsep-konsep psikologis seperti

kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi mempunyai pengaruh dalam pencarian

gratifikasi dan menjadi hubungan kausal dengan motivasi media.

2. Pendekatan nilai pengharapan.

Konsep pengharapan audiens yang perhatian (concern) pada karakteristik

media dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan asumsi pokok

Uses and Gratifications Media mengenai audiens aktif. Jika anggota audiens

memilih di antara berbagai alternatif media dan non media sesuai dengan

(47)

memungkinkan untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Kepercayaan terhadap

suatu media tertentu menjadi faktor signifikan dalam hal pengharapan

terhadap media itu.

3. Aktivitas audiens.

Levy dan Windahl menyusun tipologi aktivitas audiens yang dibentuk melalui

dua dimensi :

• Orientasi audiens; selektivitas; keterlibatan; kegunaan.

• Jadwal aktivitas: sebelum; selama; sesudah terpaan (”audiens”).

Katz, Gurevitch, dan Haas dalam penelitian tentang penggunaan media,

menemukan perbedaan anggota audiens berkenaan dengan basis gratifikasi

yang dirasakan. Dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: struktur media dan

teknologi; isi media; konsumsi media; aktivitas non media; dan persepsi

terhadap gratifikasi yang diperoleh. Garramore secara eksperimental menggali

pengaruh rangkaian motivasi pada proses komersialisasi politik melalui

televisi. Ia menemukan bahwa anggota audience secara aktif memproses/

mencerna isi media, dan pemrosesan ini dipengaruhi oleh motivasi.

4. Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh.

Pada awal sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media menekankan

perlunya pemisahan antara motif konsumsi media atau pencarian gratifikasi

(GS) dan pemerolehan gratifikasi (GO). Penelitian tentang hubungan antara

GS dan GO, menghasilkan temuan sebagai berikut; GS individual berkorelasi

cukup kuat dengan GO terkait. Di lain pihak GS dapat dipisahkan secara

empiris dengan GO, seperti pemisahan antara GS dengan GO secara

(48)

• GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan bagi yang

lain.

• Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam beberapa studi.

• Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari tingkatan rata-rata GO.

• GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan pengukuran

konsumsi media dan efek.

Penelitian GS dan GO menemukan bahwa GS dan GO berhubungan dalam

berbagai cara dengan variabel-variabel: terpaan; pemilihan program

dependensi media; kepercayaan; evaluasi terhadap ciri-ciri atau sifat-sifat

media.

5. Gratifikasi dan konsumsi media.

Penelitian mengenai hubungan antara gratifikasi (GS-GO) dengan konsumsi

media terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:

• Studi tipologis mengenai gratifikasi media.

• Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di satu sisi dengan

pengukuran terpaan media atau pemilihan isi media di sisi lain.

Studi-studi menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan pemilihan

program. Becker dan Fruit memberi bukti bahwa anggota audiens

membandingkan GO dari media yang berbeda berhubungan dengan konsumsi

media. Studi konsumsi media menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai

sedang antara pengukuran gratifikasi dan indeks konsumsi.

6. Gratifikasi dan efek yang diperoleh.

Windahl penggagas model uses and effects, menunjukkan bahwa

(49)

yang meliputi pengetahuan, dependensi, sikap, persepsi mengenai realitas

sosial, agenda setting, diskusi, dan berbagai efek politik.

Blumler mengkr itisi studi uses and effects sebagai kekurangan perspektif.

Dalam usaha untuk menstimulasi suatu pendekatan yang lebih teoritis,

Blumler menawarkan tiga hipotesis sebagai berikut :

• Motivasi kognitif akan memfasilitasi penemuan informasi.

• Motivasi pelepasan dan pelarian akan menghadiahi penemuan audiens

terhadap persepsi mengenai situasi sosial.

• Motivasi identitas personal akan mendorong penguatan efek.

II. 5. KEPUASAN

Di dalam suatu proses keputusan, konsumen atau pengguna produk atau

jasa tidak akan berhenti hanya sampai proses konsumsi. Konsumen akan

melakukan proses evaluasi alternatif pasca pembelian atau proses konsumsi.

Proses ini juga disebut proses alternatif tahap kedua. Hasil dari pasca konsumsi

adalah konsumen merasa puas atau tidak puas. Para khalayak menjadi perhatian

baik dari perilaku, kebutuhan, sistem nilai, dan gaya hidupnya. London dan Della

Bitta (1993) menjelaskan kepuasan sebagai hasil proses kognitif yang berbentuk

disonansi positif atau negatif (Brotoharsojo, 2005: 167). Beberapa arti kepuasan

lainnya adalah dari Engel, Blackwell, dan Miniard (1995), mendefenisikan

kepuasan sebagai “satisfaction is defined here as a post-consumption evaluation

that a chosen alternative at least meets or exceeds satisfaction”. Secara harafiah

dapat diartikan sebagai evaluasi pasca-konsumsi dimana alternatif pilihannya

(50)

kedua adalah Mowen dan Minor (1998) yang menyebutkan “consumer

satisfaction is defined as the overall attitude consumers have toward, a good or

service after they have acquired and used it. It’s a post-choice evaluative

judgement resulting from a specific purchase selection and the experience of

using/ consuming”. Teori yang menjelaskan bagaimana kepuasan/ ketidakpuasan

konsumen terbentuk yakni the expectancy and disconfirmation model. Bahwa

kepuasan/ ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara

harapan konsumen sebelum penggunaan dengan yang sesungguhnya diperoleh

konsumen dari produk yang dikonsumsi tersebut (Sumarwan, 2003: 321).

Khalayak merasa puas bila nilai harapannya sama dengan kenyataan yang

didapatkan dari mengkonsumsi suatu produk media massa. Harapan ini

merupakan perpanjangan dari kebutuhan khalayak. Khalayak selalu mencari

media massa yang mampu memenuhi kebutuhannya. Namun tidak semua media

massa, khususnya televisi, mampu memenuhinya karena televisi memiliki

kelebihan tersendiri yang membuat khalayak betah untuk berlama-lama di depan

televisi. Untuk itu, khalayak akan menilai harapannya akan produk media massa

itu. Apabila sesuai (positif), maka kebutuhan dapat terpenuhi dan khalayak dapat

merasa puas., begitu juga sebaliknya. Maka dapat disimpulkan kebutuhan

merupakan faktor yang menentukan kepuasan seseorang.

Katz, Gurevitch, dan Haas membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil

dari literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa kemudian

menggolongkan kedalam lima kategori, yaitu :

• Kebutuhan kognitif

Gambar

Tabel 1a.  Populasi Penelitian
Tabel 1b. Sampel Penelitian
Tabel 2.  Usia Responden
Tabel 3.  Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Narator: [*menampilkan gambar peristiwa sinar laser dari udara ke air* Dari kenyataan yang terjadi pada fenomena sinar laser di atas tampak bahwa sinar datang dari

Penulisan ini menjelaskan langkah-langkah secara visualisasi bagaimana setting up pada DNS Server, WEB Server, dan MAIL Server dilakukan dengan menggunakan Sistem

GHz dengan parameter-parameter yaitu Gain sebesar 4,415dB, lebar pita. (bandwidth) yaitu 26 MHz, VSWR terukur adalah 1.3, dan

Dalam memproses layout, pengaturan dan penempatan berbagai unsur komposisi seperti misalnya huruf/teks, garis – garis, bidang, gambar/image dan sebagainya, untuk

Dengan demikian bahasa manusia merupakan sebuah sistem konvensi (kesepakatan) antara penggunanya untuk menentukan makna dari penanda yang digunakan pada

Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana budaya organisasi pada Sofyan Inn Grand Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya.. Penelitian ini bertujuan

Mata kuliah ini berisi dasar-dasar praktek penggunaan mesin las MIG dan TIG berikut dengan alat-alat pendukungnya, praktek dasar las MIG pada bahan mild steel yang berupa spot

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Sumber pembiayaan pendidikan berasal dari APBN, APBK, keluarga, dan masyarakat; (2) Aspek positif yang nampak dalam perencanaan