• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BUDAYA ORGANISASI PADA SOFYAN INN GRAND KALIMAS HOTEL SYARIAH SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BUDAYA ORGANISASI PADA SOFYAN INN GRAND KALIMAS HOTEL SYARIAH SURABAYA."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BUDAYA ORGANISASI PADA SOFYAN INN GRAND

KALIMAS HOTEL SYARI’AH SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

HIDAYATUL ISTIQOMAH B34213032

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Hidayatul Istiqomah, 2017. Analisis Budaya Organisasi pada Sofyan Inn Grand Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya.

Kata Kunci: BudayaOrganisasi

Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana budaya organisasi pada Sofyan Inn Grand Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana budaya organisasi di Sofyan Inn Grand Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya. Perolehan data kualitatif diperoleh dari wawancara, dokumentasi, dan observasi. Analisis data dilakukan setelah pengumpulan data. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif grounded theory, analisa data dilakukan dengan transkrip hasil wawancara, coding, kategorisasi, dan analisa data.

(7)

DAFTAR ISI

COVER ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PERSETUJUAN DOSENPENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat ... 7

E. Definisi Konsep ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 12

B. Kerangka Teori ... 14

1. Definisi Budaya ... 14

2. Definisi Organisasi ... 18

3. Definisi Budaya Organisasi ... 21

4. Karakteristik Budaya Organisasi ... 26

(8)

6. Fungsi Budaya Organisasi ... 32

7. Transformasi Budaya ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 42

B. Lokasi Penelitian ... 42

C. Jenis Dan Sumber Data ... 43

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

F. Teknik Validitas Data ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sofyan Inn Grand Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya ... 53

B. Penyajian Data ... 55

C. Pembahasan Hasil Penelitian (analisis) ... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 107

B. Saran dan Rekomendasi ... 108

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bisnis yang bergerak dalam bidang jasa penginapan terutama hotel

marak adanya dikota besar khusunya Surabaya. Jasa adalah sesuatu yang

sifatnya intangible atau tidak dapat dihitung dan tidak dapat diraba dengan

harapan konsumen senang, bahagia, nyaman dalam pelayanan yang

ditawarkan. Pemenuhan rasa puas dapat melalui jasa transportasi, tempat

rekreasi, penginapan, hingga pelayanan yang mengiringi sebuah produk

yang ditawarkan.

Menurut Albrecht yang dikutip oleh Dessler dalam bukunya Ernie

Trisnawati bahwasanya manajemen jasa adalah keseluruhan pendekatan

perusahaan untuk mewujudkan tercapainya kualitas pelayanan atas jasa

yang di inginkan konsumen dan merupakan faktor pendukung utama dalam

operasi bisnis. Alasan mendasar manajemen jasa adalah sebagai keunggulan

kompetitif, menentukan jumlah konsumen dan juga menentukan jumlah

profit bagi perusahaan.1

Melihat abstraksi pengertian manajemen jasa, produk penginapan hotel

secara komersial menjadi salah satu produk yang ditawarkan demi

terciptanya pemuasan kebutuhan dan terciptanya kualitas pelayanan atas

jasa yang ditawarkan. Hotel di Surabaya memang banyak adanya namun

dari sekian banyak hotel tidak menerapkan konsep syari’ah dalam

1

(10)

2

pengaturannya. Konsep syari’ah hotel diharapkan memberi pembaharuan

sekaligus pemenuhan kebutuhan konsumen akan pelayanan yang nyaman,

sopan santun, serta fasilitas yang distandarkan dengan penambahan fasilitas

untuk ibadah.

Jasa penginapan dibutuhkan konsumen untuk memenuhi kebutuhan

sekundernya ketika berada di luar kota di luar tempat mereka tinggal. Hotel

adalah sebuah bangunan yang disediakan secara komersial dan bersifat

public untuk tempat istirahat dengan pelayanan yang nyaman dan aman.

Secara garis besar keberadaan hotel yang ada sejak abad ke 17 tersebut

sangat membantu masyarakat untuk menggunakan jasa penginapan dengan

jaminan terdapat fasilitas yang nyaman dan aman. Sebagai bisnis yang

bergerak dalam bidang jasa hotel harus selalu update dalam peningkatan

pelayanan yang memberikan kepuasan kepada tamu, sehingga tamu merasa

dilayani dengan pelayanan yang bagus dan mensejahterakan mereka yang

datang.2

Persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan sendiri bagi pebisnis

hotel untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas hotel. Sofyan Grand

Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya hadir sebagai pembaharu hotel berkonsep syari’ah dalam pengelolaannya. Pemenuhan kebutuhan akan pelayanan yang diberikan Grand Kalimas Syari’ah dikemas dalam pengaturan berbasis

syari’ah. Konsep syari’ah hotel menjadi identitas sekaligus pembeda dengan

hotel yang lain. Alasan peneliti memilih obyek penelitian di Sofyan Inn

2

Wahyuni astutik, 2016, Penelitian :Manajemen Mutu Hotel Syari’ah (Study Kasus

(11)

3

Grand Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya dikarenakan mempunyai keunikan

sekaligus perbedaan dengan hotel lain dalam pengelolaanya. Hal mendasar

hotel syari’ah terletak pada budaya organisasi hotel dalam pengelolaanya.

Budaya organisasi merupakan perekat sosial yang ada dalam organisasi,

mengandung nilai, kebiasaan, kepercayaan yang mencirikan karakteristik

organisasi dan seluruh anggota organisasi. Budaya organisasi menurut Deby

Aprilia Dwi Astuti yang dikutip oleh Megawati dan M. Fauzan Nashr

merujuk pada suatu sistem pengertian bersama yang dipegang oleh

anggota-anggota suatu organisai, yang membedakan organisasi tersebut dari

organisasi lain.3

Merujuk dari pengertian tersebut budaya organisasi hotel yang

berkonsep syari’ah menjadi pembeda dari hotel konvensional. Hal mendasar dalam internal perusahaan terangkum secara umum diterapkan hotel

syari’ah adalah kebijakan terkait status tamu hotel. Status tamu hotel yang

bukan muhrimnya tidak boleh satu kamar menjadi kebijakan secara umum

terangkum dalam hotel berbasis syari’ah. Konsep syari’ah menjadi identitas

hotel secara garis besar mempunyai nilai serta aturan pembeda dengan hotel

lainnya. Karena budaya organisasi yang beragam, maka perlu adanya

pengelolaan budaya untuk menyatukan sumber daya manusia yang ada di

dalamnya.

3

Megawati dan M.Fauzan Nashr, 2015, “Evaluasi Budaya Organisasi dalam Penerapan Teknologi Informasi Menggunakan Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) Pada PT.Perkebunan Nusantara Pekanbaru” Jurnal Rekayasa dan Manajemen

(12)

4

Sedangkan menurut Haviland yang dikutip Andreis Kango menjelaskan

bahwa kebudayaan terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, dan presepsi yang

abstrak tentang keluasan daya yang berada di balik perilaku manusia, dan

tercermin dalam perilakunya. Semuanya milik bersama anggota masyarakat

dan mereka berbuat sesuai dengan apa yang telah disepakati, relevansinya

terhadap perilaku yang nanti bisa diterima oleh masyarakat.4

Sistem pengertian bersama ini, dalam pengamatan yang lebih seksama,

merupakan serangkaian karakter penting yang menjadi nilai bagi suatu

organisasi. Budaya organisasi dapat sangat beragam karena bervariasinya

sumber daya manusia, baik dilihat dari segi gender, umur, ras, suku, tingkat

pendidikan, pengalaman, maupun latar belakang budayannya. Untuk

mengatasi masalah tersebut diperlukan pengelolaan keberagaman budaya.

Letak geografis Sofyan Inn Grand Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya

beralamatkan di Jl. KH Mas Mansyur No.151, Nyamplungan, Pabean

Cantikan, Surabaya berada dalam lingkup makam sunan Ampel Surabaya.

Letak geografis merupakan lingkungan kegiatan operasional hotel Grand

Kalimas yang biasa disebut lingkungan eksternal perusahaan. Kegiatan

operasional dalam skala makro merupakan pembuktian sejauh mana

organisasi bertahan dalam lingkupnya. Sedangan lingkungan yang terkait

langsung dengan kegiatan operasional biasa disebut mikro organisasi.

lingkungan internal perusahaan mencakup beberapa komponen pelaku

organisasi diantaranya: Pemilik organisasi (owner), tim Manajemen, para

4

Andreis Kango, “Media dan Perubahan Sosial Budaya”, Jurnal farabi, Vol. 12, No.1,

(13)

5

anggota atau pekerja, serta lingkungan fisik organisasi. Lingkungan

eksternal perusahaan meliputi pelanggan (customer), pesaing (competitor),

pemasok (supplier), partner strategis (strategic partner), pemerintah

(government), masyarakat umum (society).5

Amar ma’ruf nahi munkar hotel syari’ah yang berbasis syari’ah menjadi

identitas organisasi, selain itu sebagai landasan pelaku organisasi dalam

menjalankan perputaran organisasi serta perekat sosial para pelaku

organisasi. Allah menjelaskan dalam surat Al-Qur’an al-A’raf ayat 199:

نلهاجْلا نع ْض ْعَأو فْ عْلِ ْ مْأو وْفعْلا خ

Artinya “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf (tradisi yang baik), serta berpalinglah daripada orang- orang

yang bodoh”. (QS. al-A’raf : 199).

Dalam ayat Al-Qur’an di atas sudah jelas adanya untuk mengerjakan

sesuatu yang ma’ruf. Hotel Grand Kalimas adalah hotel yang berkonsep

syari’ah, maka dalam pengelolaanya dijalankan sesuai dengan syari’at

agama Islam. Visi hotel yang menjadi pelopor pertama berkonsep syari’ah, maka menjalankan amar ma’ruf dalam pengelolaanya. Literature karya tulis ilmiah (skripsi, tesis, disertasi) dan jurnal penelitian banyak membahas

pentingnya budaya organisasi dalam lingkup organisasi. Budaya organisasi

menjadi landasan individu berperilaku dalam membangun sebuah komitmen

Individu. Hasil riset membuktikan budaya organisasi mempunyai pengaruh

terhadap kepemimpinan dan motivasi individu dalam lingkungan

5

(14)

6

organisasi.6 Budaya organisasi mempunyai peranan penting dalam setiap

pelaksanaanya, mempunyai fungsi serta tujuan organisasi.

Persaingan harga para competitor seakan menjadi acuan Grand

Kalimas untuk terus meningkatkan penjualannya sekaligus penawaran

pelayanan hotel. Grand Kalimas Hotel Syari’ah berkonsisten menawarkan

pelayanan dan fasilitas berkonsep syari’ah. Hal tersebut dibuktikan adanya

pemasaran di biro-biro travel perjalanan. Pemasaran hotel Grand Kalimas

tidak jauh beda dengan hotel pada umunya, namun perbedaannya terletak

pada penambahan fasilitas untuk ibadah dalam kamar.

Peneliti menemukan fenomena yang mendasar pra research di lapangan

peneliti menemukan interaksi karyawan dengan tamu disambut dengan

menerapkan 3s(salam, senyum, sapa). Serta peraturan perusahaan yang

mengharuskan karyawan perempuannya mengenakan pakaian syari’I

sebagai identitas perusahaan sekaligus nilai keyakinan karyawan dalam

aktivitasnya. Identitas konsep syari’ah juga tergambar dikala memasuki ruangan hotel yang bernuansa syari’I dilengkapi lukisan kaligrafi di setiap

lobby hotel, serta masalah kebersihan yang menjadi sorotan public selalu

diutamakan pihak manajemen hotel.

Sofyan In Grand Kalimas Hotel Syari’ah merupakan alternatif produk

jasa penginapan berbasis syari’ah di seluruh Indonesia khusunya luar kota dan wilayah Surabaya. Customer hotel tidak jarang berasal dari luar kota

6

Latib, dkk, “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap

Komitmen dan Kinerja Karyawan”, Jurnal Of Management, Vol. 2, No. 2 Maret 2016, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Pandanaran,

(15)

7

sampai ke luar negeri, dengan misi hotel mengutamakan pelayanan dan

menjalin hubungan yang baik dengan tamu salah satunya. Berusaha

memberikan pelayanan hotel yang berbasis syari’ah kepada customer,

sekaligus menjadi pelopor pertama hotel syari’ah di Surabaya. Kepuasan

pelanggan dihadirkan pihak hotel dengan pelayanan yang memuaskan

sekaligus menjadi tujuan hotel.

Dengan beberapa alasan diatas, bahwa suatu lingkungan internal

maupun eksternal perusahaan menjadi landasan kegiatan operasional hotel

syari’ah dengan melihat visi dan misi perusahaan. Ulasan di atas peneliti

tertarik untuk melakukan analisa tentang budaya organisasi pada Sofyan Inn

Grand Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana budaya organisasi di Sofyan Inn Grand Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui bagaimana budaya organisasi di Sofyan Inn Grand Kalimas

Hotel Syari’ah Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

(16)

8

topik budaya organisasi di Sofyan Inn Grand Kalimas Hotel

Syari’ah.

b. Mampu menarik minat pembaca untuk ikut serta dalam

pengembangan manajemen hotel syari’ah.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi bahan pertimbangan bagi hotel syari’ah dalam

meningkatkan kualitas fasilitas terkait konsep syari’ah hotel dan kinerja karyawan di Sofyan Inn Grand Kalimas Hotel Syari’ah

Surabaya.

b. Menjadi bahan pertimbangan bagi hotel syari’ah terkait

penerapan konsep syari’ah dalam setiap aktivitas dan kegiatan,

terlebih untuk internal perusahaan.

c. Menambah bahan bacaan tentang budaya organisasi hotel

syari’ah dalam lingkup akademisi maupun lingkup masyarakat

umum.

d. Sebagai bahan informasi penelitian selanjutnya.

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul

“ANALISIS BUDAYA ORGANISASI DI SOFYAAN INN GRAND

KALIMAS HOTEL”, maka perlunya mengetahui istilah-istilah yang ada

dalam judul tersebut adalah sebagai berikut:

(17)

9

Budaya merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar utama sumber daya

manusia dalam melaksanakan tanggung jawab dan berperilaku dalam

organisasi.7

2. Organisasi

Organisasi adalah sistematis dari bagian-bagian yang saling berkaitan

yang membentuk kesatuan melalui kewenangan, koordinasi dan

kewenangan dalam usaha mencapai tujuan.8

3. Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah “Saat individu berhubungan dengan organisasi, mereka berhubungan dengan norma berpakaian, cerita

orang-orang mengenai apa yang terjadi, aturan dan prosedur formal

organisasi, kode perilaku formal, ritual, tugas, system gaji, bahasa,

lelucon yang hanya di mengerti oleh orang dalam, dan sebagainya

elemen tersebut merupakan beberapa manifestasi budaya

organisasi”.9

Definisi konsep yang dimaksud peneliti pada penelitian ini

adalah bagaimana budaya organisasi yang diterapkan perusahaan

sebagai perwujudan dalam membentuk perilaku individu dalam

kegiatan sehari-harinya. Perilaku individu yang dimaksud peneliti

adalah bagaimana sikap seseorang dalam bertindak dan bekerja

sehingaa bisa mencapai tujuan perusahaan.

7

Ismail Nawawi, 2010, Manajemen Publik, Dwiputra Pustaka Jaya: Jakarta, hlm 182.

8

Adam Ibrahim, 2010, Teori Perilaku, dan Budaya Organisasi, PT.Refika Aditama, Bandung, hlm, 9.

9

(18)

10

F. Sistematika Pembahasan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini disajikan dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui

secara jelas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan

dalam penelitian ini.

Bab II : Kerangka Teoritik

Bab ini berisi tentang kajian teoritik yang meliputi tinjauan

tentang definisi budaya, organisasi dan budaya organisasi.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini membahas secara detail mengenai metode yang

digunakan dalam penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis

penelitian, tahap-tahap penelitian, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik analisa data, serta teknik validitas atau

keabsahan data. Pembahasan ini sengaja disajikan guna

memberikan gambaran secara utuh mengenai metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini. Sehingga hasil penelitian ini

kedepannya dapat menjawab rumusan masalah yang telah di

formulasi pada sub-sub bab rumusan masalah.

Bab IV : Penyajian dan Analisis Data

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Sofyan Inn

Grand Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya yang meliputi, sejarah

(19)

11

terdiri dari Nilai spiritual yang diterapkan hotel dan tipe-tipe

budaya organisasi yang diterapkan Sofyan Inn Grand Kalimas

Hotel Syari’ah Surabaya. Pembahasan terakhir dalam bab ini

adalah analisa terkait budaya Sofyan Inn Grand Kalimas Hotel

Syari’ah Surabaya dan tipe-tipe budaya yang diterapkan.

Bab V : Penutup

(20)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Hasil Penelitian Terdahulu dan Referensi Terkait

Penelitian pertama yanﱡ relevan denﱡan penelitian ini adalah

Penﱡaruh “Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja

Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan KayuSkala

Menengah Di Jawa Timur”. Oleh H.Teman Koesmono Staﱠ Penjajar

Fakultas Ekonomi, Universitas Katholik Widya Mandala, Surabaya tahun

2005.10

Penelitian ini menemukan bahwa budaya orﱡanisasi berpenﱡaruh

terhadap motivasi dan kepuasan kerja. Kinerja karyawan berlaku pula baﱡi

perusahaan yanﱡ berskala besar. Penelitian ini menﱡﱡunakan metode

kuantitatiﱠ. Persamaan denﱡan penilitian ini adalah sama-sama meneliti

tentanﱡ budaya yanﱡ dierapkan dalam sebuah perusahaan. Penelitian

tersebut menemukan bahwasanya budaya orﱡanisasi mempunyai penﱡaruh

terhadap motivasi, kepuasan kerja serta kinerja.

Penelitian yanﱡ kedua berjudul “Pengukuran Budaya Organisasi

pada Industri Minuman di Jawa Tengah Untuk Meningkatkan Daya Saing

di Era Global”. Oleh Hanna Lestari, dkk, Universitas Islam Indonesia,

tahun 2013 dalam penelitian ini membahas tentanﱡ menﱡukur budaya

orﱡanisasi yanﱡ berkembanﱡ dalam suatu perusahaan denﱡan menﱡambil

(21)

13

studi kasus di industri minuman (beverage industry) besar yanﱡ berada di

reﱡional Jawa Tenﱡah. Organizational Culture Assessment Instrument

(OCAI) diﱡunakan untuk menﱡukur budaya orﱡanisasi yanﱡ dominan

dalam suatu perusahaan.11

Letak persamaan denﱡan penelitian ini adalah menﱡukur budaya

orﱡanisasi. Penelitian terdahulu menﱡﱡunakan menﱡﱡunakan OCAI dalam

penﱡukurannya, tetapi dalam penelitian ini berbeda yakni menﱡﱡunakan

tipe budaya orﱡanisasi sebaﱡai alat ukur orﱡanisasi.

Penelitian ketiﱡa yanﱡ relevan denﱡan penelitian ini adalah

Manajemen Mutu Hotel Syari’ah (Study Kasus Hotel Grand Kalimas

Syari’ah Surabaya”. Oleh Wahyuni Astutik Universitas Islam Neﱡeri

Sunan Ampel Surabaya tahun 2016.

Penelitian ini menjelaskan tentanﱡ peninﱡkatan mutu kepuasan

pelanﱡﱡan, respect pada setiap oranﱡ, manajemen berdasarkan ﱠakta, dan

perbaikan kesinambunﱡan. Denﱡan strateﱡi yanﱡ di ﱡunakan Sofyan Inn

Grand Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya tentanﱡ pelayanan yanﱡ terbaik

dan maksimal, yanﱡ kedua loyalitas dan kepuasan pelanﱡﱡan menjadi

prioritas utama. Ketiﱡa denﱡan cara memotivasi karyawan dalam

meninﱡkatkan produktivitas kinerjanya. Keempat kerja tim untuk

meninﱡkatkan kinerja karyawan dalam memaksimalkan pelayanan dan

memberikan kepuasan kepada pelanﱡﱡan. Terakhir atau kelima

 Hanna Lestari, dkk, 2013 “Pengukuran Budaya Organisasi pada Industri Munuman di Jawa tengah untuk Meningkatkan Daya saing di Era global, Jurnal Penﱡukuran budaya

(22)

14

penanﱡanan keluhan pelanﱡﱡan secara eﱠektiﱠ dan cepat dalam

meninﱡkatkan manajemen mutu Soﱠyan Inn Grand kalimas Hotel Syari’ah

Surabaya12.

Persamaan dari penelitian ini adalah obyek penelitian yanﱡ sama

yaitu di Soﱠyan Inn Grand Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya, denﱡan judul

yanﱡ berbeda yakni budaya orﱡanisasi yanﱡ diterapakan Soﱠyan Inn Grand

Kalimas Hotel Syari’ah Surabaya. Sedanﱡkan penelitian sebelumnya

berjudul Manajemen Mutu Hotel Syari’ah (Study Kasus Hotel Grand

Kalimas Syari’ah Surabaya).

B. Kerangka Teori

Budaya orﱡanisasi banyak menﱡatur tentanﱡ aktivitas seseoranﱡ dalam

orﱡanisasi. Aktivitas tersebut menjadi suatu kebiasaan dalam

kesehariannya. Budaya orﱡanisasi terlebih meneranﱡkan tentanﱡ sistem

nilai, tradisi, perilaku, peraturan yanﱡ diciptakan dari linﱡkunﱡan

orﱡanisasi. Oﱡanisasi merupakan sebuah tempat individu berinteraksi dan

berperilaku. Budaya tercipta karena adanya interaksi individu dalam

orﱡanisasi tersebut. Banyak para ahli berpendapat tentanﱡ budaya dan

orﱡanisasi, untuk lebih jelasnya adalah sebaﱡai berikut:

1. Deﱠinisi Budaya

Dalam sebuah perusahaan atau orﱡanisasi istilah budaya serinﱡ

muncul di benak individu yanﱡ ada di dalamnya, baik yanﱡ terlihat oleh

12 Wahyuni Astutik, 2016, Abstrak Penelitian Manajemen Mutu Hotel Syari’ah (Study

Kasus Hotel Grand Kalimas Syari’ah Surabaya, Sripsi, Jurusan Manajemen dakwah,

(23)

15

kasat mata maupun tidak. Banyak para ahli yanﱡ beranﱡﱡapan bahwa

budaya adalah suatu kebiasaan yanﱡ mencakup nilai-nilai, norma, dan

keyakinan atau kepercayaan seseoranﱡ. Budaya berasal dari bahasa

sankerta buddhaya, bentuk jamak dari budhi yanﱡ berarti budi atau akal.

Budaya dan kebudayaan dua hal yanﱡ berbeda yakni budaya adalah “daya

dari budi” berupa cipta, rasa dan karsa, sedanﱡkan kebudayaan adalah hasil

cipta rasa karsa tersebut.

Haviland yanﱡ dikutip oleh Andreis Kanﱡo menjelaskan bahwa

kebudayaan terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, dan presepsi yanﱡ abstrak

tentanﱡ keluasan daya yanﱡ berada di balik perilaku manusia, dan

tercermin dalam perilakunya. Semuanya milik bersama anﱡﱡota

masyarakat dan mereka berbuat sesuai denﱡan apa yanﱡ telah disepakati,

relevansinya terhadap perilaku yanﱡ nanti bisa diterima oleh masyarakat.13

Kebudayaan dipelajari melalui berbaﱡai sarana bahasa, bukan diwariskan

secara bioloﱡis dan unsur-unsur kebudayaan berﱠunﱡsi sebaﱡai satu

keseluruhan yanﱡ terpadu.

Budaya dalam suatu orﱡanisasi pada dasarnya menﱡarah kepada

perilaku yanﱡ dianﱡﱡap tepat, bersiﱠat menﱡikat dan memotivasi setiap

individu di dalamnya. Sehinﱡﱡa menﱡarah kepada upaya mencari

penyelesaian dalam situasi yanﱡ belum jelas menurut Turner yanﱡ dikutip

13 Andreis Kanﱡo, 2015 ,“Media dan Perubahan Sosial Budaya”, Jurnal Farabi, Vol. 12,

(24)

16

oleh Nur Chasanah dalam tesisnya.14 Penﱡertian tersebut jika ditarik

kesimpulan bahwa setiap individu yanﱡ berada dalam linﱡkup orﱡanisasi

sehinﱡﱡa tercipta suasana yanﱡ mendukunﱡ dalam pencapaian tujuan.

Budaya yanﱡ dimiliki oleh setiap suku banﱡsa mempunyai norma dan

nilai yanﱡ menﱡatur masinﱡ-masinﱡ anﱡﱡotanya, dipenﱡaruhi dari internal

perusahaan maupun luar perusahaan. Penﱡertian tersebut bisa dikatakan

bahwasanya suatu orﱡanisasi memiliki budaya yanﱡ menﱡatur baﱡaimana

anﱡﱡotanya untuk bertindak. Budaya juﱡa menjadi identitas untuk

anﱡﱡotanya sehinﱡﱡa bisa membanﱡkitkan komitmen akan keyakinan dan

nilai dari dirinya sendiri.15 Karena setiap individu yanﱡ berﱡabunﱡ dalam

sebuah orﱡanisasi memiliki budaya yanﱡ berbeda, dikarenakan mereka dari

latar belakanﱡ yanﱡ berbeda yanﱡ biasa disebut presepsi. Presepsi telah

menjadi baﱡian dari budaya yanﱡ bisa datanﱡ manapun orﱡanisasi itu

berada. Namun suatu budaya dalam orﱡanisasi berﱠunﱡsi untuk

menﱡhubunﱡkan antar anﱡﱡota sehinﱡﱡa menﱡerti baﱡaimana berinteraksi

dalam orﱡanisasi tersebut.

Funﱡsi budaya lainnya diteranﱡkan oleh Robbins dalam jurnalnya I

Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri meneﱡaskan bahwa budaya menjalankan

beberapa ﱠunﱡsi dalam perusahaan. Pertama, budaya memberikan rasa

   Nur Chasanah, 2008, “Analisis Pengaruh Empowerment, Self, Efficacy dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan Studi Empiris pada Karyawan PT.Mayora Tbk Regional Jawa Tengah dan DIY”, Thesis,

Proﱡram Studi Maﱡister Manajemen, Universitas Diponeﱡoro, Semaranﱡ, hlm, 39.

15 Riska Pratiwi, 2012 , “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Makassar”, Skripsi, Jurusan

(25)

17

identitas keanﱡﱡotaan orﱡanisasi. Kedua, budaya menciptakan perbedaan

antar orﱡanisasi lain. Ketiﱡa, budaya menciptakan komitmen pada sesuatu

yanﱡ lebih luas dari kepentinﱡan pribadi. Keempat, budaya

mempersatukan orﱡanisasi denﱡan memberikan standar-standar yanﱡ tepat

terkait apa yanﱡ harus dilakukan oleh karyawan.16

Keanekaraﱡaman budaya individu dalam suatu orﱡanisasi disatukan

menjadi satu dalam sebuah budaya orﱡanisasi. Penyatuan perbedaan

budaya tersebut akan membanﱡun sebuah kelompok yanﱡ salinﱡ

bekerjasama untuk mencapai misi orﱡanisasi. Namun tidak jaranﱡ individu

dalam proses tersebut bisa menerima penyatuan orﱡanisasi dikarenakan

bertentanﱡan denﱡan budaya yanﱡ dimilikinya.

Penciptaan budaya awal mula dibentuk bisa melihat dari perusahaan

tersebut berdiri, sehinﱡﱡa budaya bisa berpenﱡaruh terhadap perilaku

pelaku yanﱡ ada dalam linﱡkup orﱡanisasi tersebut. Banyak para ahli

meneranﱡkan tentanﱡ budaya yanﱡ menjadi dasar atau acuan seseoranﱡ

ketika dia berorﱡanisasi sehinﱡﱡa bisa diterima oleh linﱡkunﱡan sekitarnya.

Gambaran umum tentanﱡ budaya menurut para ahli sudah dijelaskan di

atas, sehinﱡﱡa bisa ditarik kesimpulan pada intinya budaya adalah suatu

norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, kepercayaan, semuanya dibanﱡun

dalam interaksi sosial pelaku orﱡanisasi.

16 I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri, 2012, “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap

Kinerja Dalam Prespektif Balanced Scorecard”, Jurnal Akuntansi Multipradiﱡma

(26)

18

2. Deﱠinisi Orﱡanisasi

Apabila berbicara tentanﱡ konsep orﱡanisasi, maka banyak presepsi

yanﱡ muncul. Orﱡanisasi merupakan sebuah wadah untuk melaksanakan

berbaﱡai macam keﱡiatan sekelompok manusia yanﱡ salinﱡ bekerjasama,

sebuah kesatuan yanﱡ berupaya untuk menﱡorﱡanisasi berbaﱡai macam

kepentinﱡan. Orﱡanisasi yanﱡ dibentuk untuk mencapai tujuan dan sasaran

yanﱡ bersiﱠat sederhana dan kompleks.

Melihat kebutuhan dan tuntutan individu dalam orﱡanisasi, maka

banyak orﱡanisasi yanﱡ memperkenankan dan mendoronﱡ oranﱡ untuk

berkreasi dalam orﱡanisasi. Memberikan kebebasan untuk

menﱡembanﱡkan kemampuan yanﱡ dimiliki. Alasan mendasar individu

berada di orﱡanisasi adalah untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Apabila

kebutuhan tidak diberikan atau merasa tidak puas akan terjadi

ketimpanﱡan di dalamnya.17

Pertama, individu akan keluar dari orﱡanisasi karena merasa

kebutuhannya tidak di penuhi. Kesepakatan awal terkait hak individu

sebelumnya diberikan perusahaan, namun ketika individu sudah berﱡabunﱡ

realitanya tidak ada hak yanﱡ diperoleh sesuai denﱡan kesepakatan. Setiap

individu menyimpan kebutuhannya sebelum dia masuk dan berﱡabunﱡ

dalam orﱡanisasi tersebut. Kemunﱡkinan individu akan keluar dari

orﱡanisasi, karena pemenuhan kebutuhannya tidak di penuhi perusahaan.

  Manahan Tampubolon, 2008, Perilaku Keorganisasian, Boﱡor: Ghalia Indonesia, hlm

(27)

19

Kedua, jika individu belum melihat kesempatan yanﱡ lebih baik di

luar orﱡanisasi, maka kemunﱡkinan ia masih tetap tinﱡﱡal namun denﱡan

kinerja yanﱡ tidak produktiﱠ. Individu akan bekerja dalam batas yanﱡ

orﱡanisasi tetapkan, tanpa ada keyakinan untuk menciptakan produktiﱠitas

dan karya yanﱡ lebih. Untuk menanﱡﱡulanﱡi ketimpanﱡan terkait

pemenuhan kebutuhan individu dalam suatu orﱡanisasi, maka orﱡanisasi

lebih memperhatikan tuntutan anﱡﱡotanya.

Pembahasan di atas membahas tentanﱡ penﱡertian orﱡanisasi secara

umum, maka selanjutnya penjelasan tentanﱡ penﱡertian orﱡanisasi bisnis.

Penﱡertian orﱡanisasi bisnis secara umum tidak akan lepas dari tujuan

orﱡanisasi untuk memperoleh proﱠit sesuai denﱡan tarﱡet yanﱡ ditentukan.

Walaupun tidak semua orﱡanisasi terpacu untuk memperoleh proﱠit, tidak

bisa dipunﱡkiri bahwasanya orﱡanisasi bisnis tujuan utamanya adalah

memperoleh proﱠit. Penﱡertian lain tentanﱡ oﱡanisasi bisnis yaitu

sekumpulan oranﱡ atau kelompok yanﱡ salinﱡ bekerjasma mencapai tujuan

orﱡanisasi bisnis untuk memperoleh proﱠit dalam keﱡiatan bisnisnya.

Perlu diﱡaris bawahi orﱡanisasi bisnis bukanlah hanya sekedar tempat

dimana oranﱡ memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuan orﱡanisasi,

tetapi juﱡa menﱡatur tentanﱡ perilaku individu dalam linﱡkunﱡannya.

Orﱡanisasi mempunyai batas atas hak karyawan, karena tidak semua

pemenuhan kebutuhan karyawan dipenuhi perusahaan. Kemunﱡkinan ada

suatu hal yanﱡ dapat menyehatkan masinﱡ-masinﱡ individu untuk

(28)

20

Apabila seseoranﱡ inﱡin mempelajari orﱡanisasi dan menﱡetahui apa

yanﱡ harus dilakukannya dalam orﱡanisasi, maka perlunya mempelajari

struktur, proses, dan perilaku orﱡanisasi didalamnya. Berikut ini adalah

tabel yanﱡ disajikan oleh Geoﱠﱠrey Hutton dalam bukunya Ismail Nawawi

memberikan penjelasan tentanﱡ aspek-aspek, struktur, proses, dan perilaku

individu sehubunﱡan denﱡan orﱡanisasi.18

Apa Itu Organisasi Apa Yang Mereka

Miliki Apa Yang Mereka Lakukan

Wadah yanﱡ

terorﱡanisasi Struktur Tumbuh Berkembanﱡ Berubah

Mereka yanﱡ terdiri dari Perilaku Manusia Memotivasi Memimpin

Kerangka Kerja (Framework) studi tentang organisasi-organisasi

Orﱡanisasi merupakan tatanan dinamik dalam susunanya mencakup

aneka macam proses-proses, tetapi individu tetap menjadi komponen inti

dari orﱡanisasi. Sejak dulu manusia melalui orﱡanisasi yanﱡ dibentuk,

berupaya untuk meninﱡkatkan produktiﱠitas secara eﱠisien maupun eﱠektiﱠ.

18 J. Nawawi, 2004, Manajemen Perilaku Organisasi, Kencana Prenada Media Group:

(29)

21

Semua yanﱡ dilakukan individu berupaya untuk menekan biaya produksi

dan dibantu denﱡan perkembanﱡan teknoloﱡi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa orﱡanisasi dibentuk manusia

untuk memenuhi berbaﱡai macam kebutuhan, misalnya kebutuhan

emosional, kebutuhan spiritual, kebutuhan intelektualnya, kebutuhan

ekonominya, dan yanﱡ terakhir kebutuhan politiknya. Karena merasa

setiap individu mempunyai keterbatasan dalam melaksanakan pencapaian

sasaran, maka individu bekerjasama denﱡan individu lain ﱡuna

melaksanakan pencapaian sasaran yanﱡ secara individual munﱡkin tidak

tercapai.

3. Deﱠinisi Budaya Orﱡanisasi

Budaya orﱡanisasi merupakan suatu kesatuan sistem yanﱡ dianut oleh

anﱡﱡota-anﱡﱡota yanﱡ menjadi pembeda budaya orﱡanisasi lain. Menurut para

ahli deﱠinisi budaya orﱡanisasi banyak memunculkan pendapat. Berikut ini

adalah penjelasan tentanﱡ konsep budaya orﱡanisasi, karakteristik, tipe

budaya orﱡanisasi dan ﱠunﱡsi orﱡanisasi:

a. Konsep budaya orﱡanisasi

Budaya orﱡanisasi merupakan nilai-nilai yanﱡ menjadi pandanﱡan

sumber daya manusia dalam menjalankan kewajiban dan perilakunya

dalam linﱡkup orﱡanisasi. Nilai-nilai yanﱡ nantinya memberikan

jawaban atas suatu permasalahan yanﱡ serinﱡ kali muncul, sehinﱡﱡa

berﱠunﱡsi sebaﱡai aturan yanﱡ nantinya akan menjadi peﱡanﱡan serta

(30)

22

Budaya dalam orﱡanisasi bersiﱠat dinamis atau menyesuaikan denﱡan

tuntutan linﱡkunﱡan perusahaan. Melihat kebutuhan yanﱡ terkadanﱡ

berubah-ubah atau dipertahankan sesuai denﱡan penyesuaian budaya lain.

Kirana dalam bukunya Ismail Nawawi berjudul manajemen publik

menyatakan bahwa budaya orﱡanisasi menyanﱡkut berbaﱡai topik bahasan,

diantaranya adalah nilai, kebiasaan kepercayaan atau rutinitas dalam

orﱡanisasi yanﱡ di hidupkan.19 Sedanﱡkan menurut Joanne Martin yanﱡ

dikutip oleh Fred Luthans dalam bukunya perilaku orﱡanisasi menyatakan

sebaﱡai berikut:

Budaya orﱡanisasi adalah “Saat individu berhubunﱡan denﱡan orﱡanisasi, mereka berhubunﱡan denﱡan norma berpakaian, cerita oranﱡ-oranﱡ menﱡenai apa yanﱡ terjadi, aturan dan prosedur ﱠormal orﱡanisasi, kode perilaku ﱠormal, ritual, tuﱡas, system ﱡaji, bahasa, lelucon yanﱡ hanya di menﱡerti oleh oranﱡ dalam, dan sebaﱡainya elemen tersebut merupakan beberapa maniﱠestasi budaya orﱡanisasi”.20

Budaya orﱡanisasi terbentuk berdasarkan latar belakanﱡ pendiri

pemilik (owner), penﱡelola, karyawan, ditentukan dari budaya internal

perusahaan yanﱡ dipenﱡaruhi oleh budaya eksternal perusahaan. Adapun

ﱠaktor internal diantaranya adalah sikap, nilai-nilai, kebiasaan linﱡkunﱡan

perusahaan, dan jarinﱡan kultur. Sedanﱡkan elemen eksternal meliputi:

sistem yanﱡ diterapkan manajemen perusahaan, misalnya terkait RO

(Requisite Organization) dan kebijakan Neﱡara terkait denﱡan Hubunﱡan

Industrial (Industrial Relation).

(31)

23

Perusahaan juﱡa perlu memahami perbedaan budaya disetiap devisi

linﱡkunﱡan kerja yanﱡ ada di perusahaan. Manajer perusahaan akan

menﱡetahui apa yanﱡ dibutuhkan dan baﱡaimana mereka berinteraksi

dalam bidanﱡ pekerjaannya maupun antar anﱡﱡota lain.21 Peran manaﱡer

dibutuhkan untuk memahami penﱡaturan budaya dan linﱡkunﱡan dimana

perusahaan tersebut berinteraksi. Interaksi linﱡkunﱡan yanﱡ terkadanﱡ

berubah-ubah tidak jaranﱡ manager menﱡﱡandenﱡ perusahaan lain, ajakan

bisa saja berupa corporate merger atau relasi kerja. Kemampuan adaptasi

perusahaan denﱡan menﱡﱡandenﱡ perusahaaan lain (corporate merger)

diharapkan bisa merubah atau menetapkan budaya orﱡanisasi

Budaya juﱡa membahas tentanﱡ seﱡala macam bahasan atau topik, di

antaranya nilai yanﱡ dianut, simbol-simbol, kebiasaan rutin atau ritus

dalam perusahaan, teladan atau model, penyesuaian diri dan cerita-cerita

yanﱡ dihidupkan.22 Budaya berﱠunﱡsi sebaﱡai mekanisme pembuat makna

dan kendali yanﱡ memandu dan membentuk sikap nilai dalam orﱡanisasi,

dan mekanisme kontrol atas perilaku karyawan. Budaya korporat yanﱡ

kohesiﱠ atau eﱠektiﱠ tercermin pada kepercayaan, keterbukaan komunikasi,

kepemimpinan yanﱡ mendapat masukan (considerate), serta didukunﱡ

pemecahan masalah oleh kelompok, kemandirian kerja, dan pertukaran

inﱠormasi.

  Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saeﱠullah, 2009, Pengantar Manajemen, Kencana

Prenada Media Group: Jakarta, hlm, 70. 

22 Ismail Nawawi, 2020, Perilaku Organisasi, CV.Dwiputra Pustaka Jaya: Jakarta, hlm,

(32)

24

Tabel 2.2

Proses Pembentukan Budaya Organisasi

Sumber: John. P. Kotter dan James L. Hasket, Corporate Culture and Perﱠormance p.8 dalam Nawawi yanﱡ dikutip oleh Nur Chasanah.23

Danandjaya dalam bukunya Ismail nawawi yanﱡ berjudul manajemen

publik menyatakan ﱠaktor internal budaya orﱡanisai yanﱡ lainnya adalah

sistem nilai, nilai sebaﱡai penﱡukuran seseoranﱡ menﱡenai suatu hal

dimana yanﱡ lebih pentinﱡ atau kuranﱡ, apa yanﱡ lebih baik atau kuranﱡ

baik, dan yanﱡ lebih benar atau kuranﱡ benar.24 Nilai menjadi konsep

  Nur Chasanah, 2008, “Analisis Pengaruh Empowerment, Self, Efficacy, dan Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan Studi Empiris pada Karyawan PT.Mayora Tbk Regional Jawa Tengah dan DIY, Tesis,

Proﱡram Studi Maﱡister Manajemen, Universitas Diponeﱡoro, Semaranﱡ, hlm, 40.

  Ismail Nawawi, 2010, Manajemen Publik, Dwiputra Pustaka Jaya: Jakarta, hlm, 190.   Pimpinan Puncak

Pimpinan Puncak pada orﱡanisasi yanﱡ baru menﱡembanﱡkan dan menetapkan visi/ﱠilsaﱠat/dan strateﱡi orﱡanisasi

Perilaku Organisasi

Penerapan oleh karyawan denﱡan berperilaku menurut cara yanﱡ sesuai denﱡan ﱠilosoﱠi dan strateﱡi.

Hasil

Orﱡanisasi berhasil dalam janﱡka waktu lama.

Budaya Organisasi

Budaya orﱡanisasi lahir,mereﱠleksi visi dan strateﱡi dan penﱡalaman pimpinan dan karyawan yanﱡ telah

(33)

25

dasar serta kepercayaan diri suatu orﱡaniasi, hal itu bisa menjadi standar

pencapaian prestasi dalam orﱡanisasi. Nilai-nilai tersebut bisa mendoronﱡ

karyawan untuk bekerja lebih baik laﱡi, maka keyakinan tersebut lebih

baik di sampaikan secara terbuka oleh para manaﱡer kepada seluruh

karyawan. Manaﱡer tidak memberikan toleransi terhadap

penyimpanﱡan-penyimpanﱡan dari standar yanﱡ di tetapkan orﱡanisasi.

Ada beberapa model budaya orﱡanisasi, salah satunya diajukan oleh

Schein dalam bukunya “Organizational Culture and Leadership” yanﱡ dikutip

oleh Hanna Lestari. Model ini dikenal sebaﱡai Schein’s Model dan terdiri atas

tiﱡa level yaitu :25

a. Artefacts

Meliputi struktur dan proses nyata dari orﱡanisasi. Termasuk tulisan,

bahasa percakapan di dalam orﱡanisasi, ruanﱡan ﱠisik dan tata letak serta

perilaku dari individu – individu. Schein membaﱡinya dalam tiﱡa level yaitu:

1) Level pertama berhubunﱡan denﱡan physical artefacts seperti loﱡo –

loﱡo perusahaan.

2) Level kedua berhubunﱡan denﱡan perilaku termasuk kebiasaan/ritual

di dalam orﱡanisasi.

3) Level ketiﱡa berhubunﱡan denﱡan anekdot di dalam orﱡanisasi, cerita

dan donﱡenﱡ dalam suatu orﱡanisasi.

b. Values

Merupakan prinsip–prinsip sosial, tujuan dan standar yanﱡ berlaku dalam

perusahaan serta dianﱡﱡap pentinﱡ. Mendeﱠinisikan apa yanﱡ diperhatikan

Hanna Lestari, dkk. 2013, “Pengukuran Budaya Organisasi Industri Makanan dan Minuman di Jawa Tengah untuk Meningkatkan Daya Saing di Era Global”, Skripsi,

(34)

26

oleh setiap anﱡﱡota dari orﱡanisasi. Peraturan yanﱡ tidak tertulis namun

mencerminkan apa yanﱡ diharapkan oleh setiap anﱡﱡota dan nilai yanﱡ dianut

oleh setiap pekerja. Denﱡan menﱡﱡunakan nilai-nilai ini karyawan mampu

untuk membuat keputusan dan menanﱡani masalah, isu dan menemukan

solusi.

c. Basic Assumptions

Model ini biasa disebut model tak sata mata, karena model ini mencakup

keyakinan, persepsi, pikiran dan perasaan pelaku orﱡanisasi.

b. Karakteristik budaya orﱡanisasi

Terdapat kesepakatan menﱡenai budaya orﱡanisasi yanﱡ merujuk kepada

suatu sistem penﱡertian bersama yanﱡ dipeﱡanﱡ oleh anﱡﱡota orﱡanisasi yanﱡ

membedakan orﱡanisasi yanﱡ satu denﱡan yanﱡ lainnya. Sistem penﱡertian

bersama ini merupakan seranﱡkaian karakter pentinﱡ yanﱡ menjadi nilai baﱡi

suatu orﱡanisasi. Karakteristik tersebut diantaranya adalah sebaﱡai berikut:

Budaya orﱡanisasi mempunyai tujuh karakteristik prima yaitu:26

1) Inovasi dan keberanian menﱡambil risiko (Innovation and risk taking),

karyawan di doronﱡ untuk berinovasi dan menﱡambil risiko.

2) Perhatian terhadap detail (attention to detail) sejauh mana karyawan

memperhatikan kecermatan, menﱡanalisa serta merinci setiap keﱡiatan

yanﱡ bersanﱡkutan denﱡan pekerjaan.

3) Berorientasi pada hasil (outcome orientation) sejauh mana manajemen

lebih memﱠokuskan kepada hasil, bukan kepada teknisi maupun

proses dalam mencapai hasil tersebut.

 Stephen P Robbins, 2002, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, Erlanﱡﱡa: Jakarta, hlm,

(35)

27

4) Berorientasi kepada manusia (people orientation) sejauh mana

keputusan manajemen memperhitunﱡkan hasil pada oranﱡ-oranﱡ

dalam orﱡanisasi tersebut.

(a) Berorientasi tim (team orientation) bahwasanya semua keﱡiatan

yanﱡ dikerjakan di orﱡanisasikan kepada tim-tim bukan kepada

individu.

(b) Aﱡresiﱠ (aggresissveness) sejauh mana sumber daya manusia itu

lebih dalam pekerjaan.

(c) Stabil (Stability) sejauh mana keinﱡinan orﱡanisasi menekankan

diterapkannya status qua kontras dari pertumbuhan.

c. Tipe budaya orﱡanisasi

Dari ketujuh karakteristik tersebut setiap karakteristik berﱡerak pada

suatu kontinum dari rendah ke tinﱡﱡi. Penilaian budaya orﱡanisasi denﱡan

menﱡﱡunakan tujuh karakteristik tersebut akan diperoleh ﱡambaran

majemuk budaya orﱡanisasi.

Budaya orﱡanisasi dalam praktiknya mempunyai beberapa tipe

menurut Robert E Quinn dan Michael yanﱡ dikutip oleh Ismail nawawi

adalah sebaﱡai berikut:27

1) Budaya rasional

Dalam budaya ini proses inﱠormasi individual yaitu

menﱡklariﱠikasi sasaran pertimbanﱡan loﱡika dan peranﱡkat

penﱡarahan denﱡan dukunﱡan manajemen. Klariﱠikasi tentanﱡ sasaran

 Ismail nawawi, 2010, Perilaku Organisasi, CV. Dwiputra Pustaka Jaya: Jakarta,

(36)

28

serta peranﱡkat penﱡarahan akan diasumsikan sebaﱡai sarana tujuan

kinerja ditunjukan denﱡan eﱠiseiensi, produktivitas, serta keuntunﱡan

dan dampak.

Proses inﱠormasi dibutuhkan denﱡan dukunﱡan manajemen sejauh

mana para pimpinan orﱡanisasi dapat memberikan komunikasi atau

arahan, bantuan serta dukunﱡan yanﱡ jelas terhadap peﱡawai. Dukunﱡan

tersebut dapat berupa adanya upaya penﱡembanﱡan kemampuan para

peﱡawai seperti menﱡadakan pelatihan.28

2) Budaya ideoloﱡi

Dalam budaya ini proses inﱠormasi yanﱡ di jalankan secara

intuitiﱠ (kemampuan denﱡan ﱡerak hati tanpa dipikirkan) dari

penﱡetahuan yanﱡ dalam, pendapat serta inovasi. Diasumsikan sebaﱡai

sarana tujuan revitalisasi (proses) yanﱡ diperoleh dari dukunﱡan

eksternal dan dukunﱡan sumber daya serta pertumbuhan.

3) Budaya konsesnsus

Budaya ini proses inﱠormasinya berdasarkan ﱡabunﱡan (kolektiﱠ)

dari diskusi, partisipasi, dan konsensus. Proses inﱠormasi tersebut

menjadi landasan sarana tujuan yanﱡ melekat satu sama lain di

inteﱡrasikan dari iklim, moral, dan kerjasama kelompok.

  Riska Pratiwi, 2012, “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Makassar”, Skripsi, Jurusan

(37)

29

Partisipasi individu yaitu sejauh mana orﱡanisasi memberikan

kebebasan kepada setiap peﱡawai dalam menﱡemukakan pendapat atau

ide-ide yanﱡ di dalam pelaksanaan tuﱡas dan ﱠunﱡsinya.29

4) Budaya hirarkis

Proses inﱠormasi ﱠormal budaya ini berupa dokumen, hipotesis,

serta evaluasi. Menjadi dasar atau landasan sebaﱡai sarana baﱡi tujuan

yanﱡ berkesinambunﱡan menﱡenai stabulasi (penyajian), kontrol serta

koordinasi sumber yanﱡ ada dalam orﱡanisasi. Inﱠormasi ﱠormal

menjadi kontrol penﱡawasan dari para pimpinan terhadap para peﱡawai

denﱡan menﱡﱡunakan peraturan-peraturan yanﱡ telah ditetapkan demi

kelancaran orﱡanisasi.

Sedanﱡkan menurut Cameron dan Quinn dalam skripsi Riska

Pratiwi menﱡembanﱡkan keranﱡka persainﱡan nilai dilihat dari dua

dimensi. kedua dimensi tersebut membentuk 4 kuadran budaya,

masinﱡ-masinﱡ menﱡambarkan tipe budaya tertentu denﱡan perbedaan

indikator eﱠektivitas masinﱡ-masinﱡ. Pada model ini terdapat 4 macam

model kebudayaan dalam orﱡanisasi, enam dimensi pentinﱡ dalam

budaya, empat dimensi dalam budaya, antara lain:30

29 Riska Pratiwi, 2012, “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Makassar”, Skripsi, Jurusan

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, Makassar, hlm, 22-23.

   Meﱡawati dan M.ﱠauzan Nashr, 2015, “Evaluasi Budaya Organisasi dalam Penerapan Teknologi Informasi Menggunakan Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) Pada PT.Perkebunan Nusantara Pekanbaru” Jurnal Rekayasa dan Manajemen

(38)

30

Tabel 2.3

Empat Kuadran Tipe Budaya Organisasi

(a) Hirarchy Culture

Model hirarchy lebih ﱠokus pada isu internal dibandinﱡ isu

eksternal dan nilai kestabilan dan kendali di atas ﱠleksibilitas dan

pertimbanﱡan. Model ini lebih cenderunﱡ menekankan struktur

yanﱡ baik dan rapi dalam orﱡanisasi, semua proses kerja diatur

secara baku dan sistematis.

Relevansinya denﱡan birokrasi perusahaan, pemimpin sebaﱡai

koordinator denﱡan monitorinﱡ yanﱡ ketat. Pedoman manajemen

yanﱡ diﱡunakan biasanya berpusat pada penﱡendalian dan kontrol

yanﱡ ketat.

(39)

31

Masih menﱡandalkan kestabilan, namun untuk model ini kita

lebih memﱠokuskan pada pasar eksternal dibandinﱡkan denﱡan isu

internal. Model ini mencari ancaman-ancaman yanﱡ ada di luar,

menﱡidentiﱠikasi peluanﱡ, seperti hal nya mencari keuntunﱡan.

Perlu diﱡaris bawahi laﱡi jenis budaya ini lebih

menﱡedepankan kompetensi yanﱡ tinﱡﱡi dan ketat. Model ini tidak

hanya ditunjukkan oleh competitor bisnis saja, melainkan di

kalanﱡan karyawan. Pedoman manajemen yanﱡ dipakai tidak lain

kecuali prinsip persainﱡan dalam mencapai produktivitas.

(c) Clan Culture

Fokus pada isu internal, nilai ﱠleksibel dan pertimbanﱡan

dibandinﱡkan pada mencari kestabilan dan kontrol. Tujuannya

adalah untuk menﱡatur linﱡkunﱡan perusahaan melalui kerjasama,

partisipasi, dan konsekuensi.

Model ini lebih menitikberatkan pada hubunﱡan dan sistem

kekeluarﱡaan (clan) yanﱡ bersiﱠat kebersamaan ini sanﱡat menonjol.

Gaya kepemimpinan lebih condonﱡ sebaﱡai ﱠasilitator konﱠlik atau

permaslahan yanﱡ ada dalam orﱡanisasi. Untuk pedoman manajemen

yanﱡ dipakai biasanya berprinsip pada pentinﱡnya partisipasi

karyawan. Pembentukan komitmen karyawan atau kelompok dicapai

melalui penﱡembanﱡan partisipasi karyawan dalam dinamika kerja,

proses manajemen, serta penﱡambilan keputusan.

(40)

32

Berﱠokus pada isu eksternal dan nilai ﱠleksibel dibandinﱡ

kestabilan dan kontrol. Kunci utamanya adalah kreativitas dan

penﱡambilan resiko. Pada orﱡanisasi macam ini biasanya tabel-tabel

orﱡanisasi, aturan, ruanﱡ ﱠisik semuanya sementara, bahkan tidak

ada.

Model ini cenderunﱡ mementinﱡkan penciptaan situasi dimana

karyawan bisa bebas menﱡﱡali serta menyalurkan ide-ide kreatiﱠ

baru, dan inovatiﱠ. Serta berpandanﱡan kedepan dan mandiri. Budaya

ini percaya bahwa proses inovasi mampu menciptakan sumber daya

baru dan sumber daya baru diperlukan baﱡi pertumbuhan.

Tipe budaya orﱡanisasi menurut para ahli di atas merupakan

landasan atau pedoman sebuah orﱡanisasi dalam menﱡﱡerakkan perusahaan.

Perbedaan cara pandanﱡ serta kebiasaan antar perusahaan menunjukkan

identitas, karakteristik individu serta nilai-nilai yanﱡ diterapkan dalam

linﱡkunﱡan perusahaan. Luasnya penﱡertian budaya orﱡanisasi tersebut para

ahli berpeluanﱡ untuk berpendapat denﱡan cara pandanﱡ yanﱡ berbeda-beda,

pendapat mereka beraﱡam denﱡan keputusan dan sudut pandanﱡ

masinﱡ-masinﱡ. Perusahaan juﱡa mempunyai cara pandanﱡ dan kebiasaan yanﱡ

menjadi identitas diri, sehinﱡﱡa identitas tersebut bisa diterima di

linﱡkunﱡan budaya mereka berkembanﱡ.

d. Funﱡsi budaya orﱡanisasi

Dari keseluruhan penﱡertian budaya orﱡanisasi menurut para ahli,

(41)

33

manusia. Peﱡanﱡan nilai yanﱡ diﱡunakan pelaku orﱡanisasi untuk

menjalankan kewajiban dan juﱡa perilakunya dalam orﱡanisasi. Pendapat di

atas menekankan bahwa budaya orﱡanisasi mempenﱡaruhi perilaku

anﱡﱡotanya, hal senada di perjelas oleh Wiﱡjaseptina dikutip oleh Nurwati

menyatakan kekuatan budaya perusahaan adalah intensitas dari dampak

manajerial perusahaan pada perilaku karyawan.31 Budaya orﱡanisasi yanﱡ

diterapkan perusahaan mempunyai ﱠunﱡsi dan tujuan.

Banyak para ahli yanﱡ menjelaskan tentanﱡ ﱠunﱡsi budaya orﱡanisasi

semua merujuk pada sebuah kesimpulan tentanﱡ ﱠunﱡsi budaya tersebut yaitu

ada enam. Pertama menunjukkan identitas perusahaan atau orﱡanisasi, kedua

yaitu peran batas-batas penentu, ketiga mempermudah penerusan komitmen

sehinﱡﱡa mencapai batasan yanﱡ luas, keempat membanﱡun stabilitas sistem

sosial, kelima yaitu membanﱡun pikiran sehat dan masuk akal, yanﱡ keenam

yaitu bertuﱡas membentuk rasa dan mekanisme penﱡendalian yanﱡ

memberikan panduan dan bentuk perilaku serta sikap karyawan.32

Melihat dari seﱡi sosial budaya berﱠunﱡsi sebaﱡai perekat sosial yanﱡ

membantu menyatukan orﱡanisasi, denﱡan memberikan standar-standar yanﱡ

tepat untuk apa yanﱡ harus dilakukan karyawan dan apa yanﱡ harus

dikerjakan karyawan. Budaya orﱡanisasi selain itu berﱠunﱡsi sebaﱡai

31 Nurwati, 2012, Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Perilaku Kerja dan Kinerja

Karyawan (Studi pada Koperasi Unit Desa di Provinsi Sulawesi Tenggara)”, Jurnal

Sains Manajemen, Vol 1, No. 1, Proﱡram Maﱡister Sains Manajemen UNPAR, Fakultas Ekonomi, Universitas Halualeo, hlm, 21.

(42)

34

mekanisme pembuat makna dan kendali yanﱡ memandu dan membentuk

sikap serta perilaku karyawan.33

Funﱡsi budaya orﱡanisasi baﱡi manajer merupakan pedoman untuk

menentukan suatu kebijakan yanﱡ berkenaan denﱡan linﱡkup internal

perusahaan. Linﱡkup internal perusahaan seperti, tata tertib administrasi,

hubunﱡan antar baﱡian, penﱡharﱡaan prestasi sumber daya manusia, penilaian

kinerja, dan lain-lain. Budaya dalam linﱡkup eksternal perusahaan dimaknai

manajer sebaﱡai penanda untuk menunjukkan kepada pihak eksternal

menﱡenai keberadaan orﱡanisasi denﱡan ciri khas yanﱡ dimiliki, dimana

perusahaan atau orﱡanisasi berkembanﱡ di linﱡkunﱡan masyarakat sekitar.34

Dimensi lain menjelaskan tentanﱡ orﱡanisasi yanﱡ bersiﱠat kuat dan

lemah. Orﱡanisasi kuat berarti mempunyai budaya yanﱡ kuat dan akan

berpenﱡaruh kepada perilaku anﱡﱡota-anﱡﱡota orﱡanisasi. Budaya yanﱡ kuat

ini mempunyai dampak positiﱠ maupun neﱡatiﱠ terhadap pelakunya. Penﱡaruh

positiﱠ akan memperlihatkan kesepakatan tinﱡﱡi dikalanﱡan anﱡﱡota terkait

apa yanﱡ harus dipertahankan sehinﱡﱡa membina komitmen terhadap

orﱡanisasi. Peran pemimpin sanﱡat dibutuhkan dalam suatu perusahaan

denﱡan memperhatikan dan mempertahankan suatu budaya orﱡansasi yanﱡ

cocok denﱡan pelaku dan linﱡkunﱡan orﱡanisasi, sehinﱡﱡa terbentuk budaya

yanﱡ kuat dalam mendukunﱡ kemajuan dan tujuan perusahaan.

Denﱡan demikian ﱠunﱡsi budaya kerja adalah sebaﱡai perekat sosial

yanﱡ di dalamnya terkandunﱡ nili-nilai dan ketentuan-ketentuan. Nilai-nilai

33 Edy Sutrisno, 2010, Budaya Organisasi, Kencana: Jakarta, hlm 11.

  Ismail nawawi, 2010, Perilaku Organisasi, CV.Dwiputra Pustaka Jaya: Jakarta, hlm,

(43)

35

yanﱡ harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan dan penﱡaturan yanﱡ

di cetuskan oleh perusahaan untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini dapat

berﱠunﱡsi sebaﱡai kontrol atas perilaku karyawan dalam aktivitasnya

berorﱡanisasi.

e. Transﱠormasi budaya orﱡanisasi

Menurut Tjahjono yanﱡ dikutip oleh Anﱡﱡun Tri Febriana menjelaskan

bahwa budaya orﱡanisasi pada dasarnya harus dijalankan, dipelajari dan

dikembanﱡkan, disosialisasikan, diinternalisasi sehinﱡﱡa dijadikan pedoman

melalui nilai-nilai yanﱡ ada.35 Semua keﱡiatan tersebut diﱡunakan untuk

menﱡhindari budaya orﱡanisasi yanﱡ bersiﱠat mutlak dan bersiﱠat warisan, jika

benar terjadi akan menﱡakibatkan proses transﱠormasi tidak akan terwujud.

Proses transﱠormasi budaya akan membawa perubahan yanﱡ nantinya akan

berpenﱡaruh terhadap sikap (Attitude), norma-norma perilaku (behavior

norms), ﱡaya manajemen (management style) dan sistem (system).

Transﱠormasi budaya juﱡa bisa diciptakan oleh pemimpinnya yanﱡ

dituanﱡkan melalui keﱡiatan dan proﱡram kerja. Fenomena tersebut sama

halnya denﱡan ﱠase pertumbuhan orﱡanisasi, dimana orﱡanisasi tumbuh atas

dasar petunjuk dari seseoranﱡ pemimpin yanﱡ telah disepakati. Namun jika

ﱠenomena yanﱡ terjadi berbalik arah, maka seoranﱡ lahir sebaﱡai penerus

budaya orﱡanisasi tersebut. Budaya yanﱡ diterapkan orﱡanisasi sudah

menﱡakar dan menjadi baﱡian hidup orﱡanisasi. Lahirnya seoranﱡ pemimpin

35 Anﱡﱡun Tri Febriana dan Ahya Yuniawan, 2013, “Analisis Pemetaan Budaya

Organisasi Menggunakan Organizational Culture Assessment Instrument pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah”, Jurnal Studi Manajemen & Orﱡanisasi,

(44)

36

baru sebaﱡai penerus untuk melanjutkan dan melestarikan asumsi dasar

budaya orﱡanisasi.

Salah satu contoh, jika kita memasuki ruanﱡan perkantoran orﱡanisasi akan

berbeda denﱡan ruanﱡ kantor pemimpinan. Fenomena yanﱡ kita dapatkan

dinamakan ﱠenomena budaya orﱡanisasi, seperti kesejukan, team work, dll.

Fenomena tersebut menﱡﱡambarkan kepemimpinan dan para pemimpin

orﱡanisasi tersebut. Menurut Schein yanﱡ dikutip oleh Amanu Thoyyib

kepemimpinan dan budaya orﱡanisasi baﱡaikan dua sisi mata uanﱡ yanﱡ

sama.36

Karena transﱠormasi budaya yanﱡ bersiﱠat dinamis, maka untuk melakukan

transﱠormasi tidak boleh sembaranﱡan atau ceroboh. Hati-hati dalam

pelaksanaanya karena menyanﱡkut hal yanﱡ sanﱡat peka dari sudut pandanﱡ

perilaku manusia. Nilai budaya adalah inti dari perilaku manusia yanﱡ

menentukan perilakunya.

4. Budaya orﱡanisasi dalam prespektiﱠ Islam

Budaya orﱡanisasi mempunyai berbaﱡai penﱡertian oleh para ahli, asumsi

dasar terkait budaya dikembanﱡkan dan dijalankan pelaku orﱡanisasi dalam

keﱡiatannya. Asumsi dasar berupa suatu presepsi juﱡa dianut oleh

anﱡﱡota-anﱡﱡota lain. Selain itu menurut Gibson dalaam jurnalnya Latip dkk, suatu

keyakinan, asumsi, nilai-nilai dan norma-norma pelaku orﱡanisasi. Budaya

orﱡanisasi merupakan ﱠaktor utama untuk menentukan perilaku individu dan

   Amanu Thoyib, 2005, “Hubungan kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja: Pendekatan Sikap” Staﱠ Penﱡajar ﱠakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malanﱡ,

(45)

37

perilaku kelompok dalam suatu orﱡanisasi.37 Berikut ini penjelasan hadits

yanﱡ di jelaskan dari para sahabat yanﱡ menjelaskan tentanﱡ budaya

orﱡanisasi:

Abdullah bin Mas’ud berkata: “Tradisi yang dianggap baik oleh umat Islam, adalah baik pula menurut Allah. Tradisi yang dianggap jelek oleh umat Islam, maka jelek pula menurut Allah.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la dan al-Hakim).”

Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud berkata bahwasanya suatu tradisi atau

budaya yanﱡ menurut umat Islam baik, maka baik juﱡa menurut Allah. Beﱡitu

pula sebaliknya jika budaya atau tradisi yanﱡ dianﱡﱡap jelek oleh umat Islam,

maka akan jelek pula menurut Allah. Dari penjelasan hadits di atas bahwa

tradisi yanﱡ menﱡandunﱡ kebiasaan baik dalam orﱡanisasinya, maka baik

pula menurut Allah. Namun apabila budaya orﱡanisasi yanﱡ diciptakan

berdampak buruk baﱡi orﱡanisasinya, maka akan buruk pula menurut Allah.

Budaya orﱡanisasi juﱡa di bahas dalam surat Al-Qur’an Al-A’raﱠ ayat 199

berikut ini bunyi ayatnya:

ِﺧ

ِ

ِ

ﺽِ

ِِ ﺠ

ِ

Artinya :“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf (tradisi yang baik), serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”. (QS. al-A’raf : 199).

37 Latib, dkk, “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap

Komitmen dan Kinerja Kryawan”, Jurnal Of Management, Vol. 2, No. 2 Maret 2016,

(46)

38

Budaya orﱡanisasi atau tradisi dalam suatu orﱡanisasi di atur dalam ayat

Al-Qur’an Al-A’raﱠ ayat 199 yanﱡ menjelaskan tentanﱡ tinﱡkah laku yanﱡ

ma’ruﱠ diterapkan dalam perilakunya dalam berorﱡanisasi, serta untuk

berpalinﱡ kepada oranﱡ-oranﱡ yanﱡ bodoh. Budaya orﱡanisasi juﱡa menjadi

acuan seseorannﱡ berperilaku denﱡan adaptasi sesuai linﱡkunﱡan sekitar.

Budaya orﱡanisasi juﱡa mencakup beberapa nila-nilai yanﱡ menjadi

landasan seseoranﱡ untuk berperilaku, berikut ini ayat Al-Qur;an yanﱡ

menjelaskan tentanﱡ perilaku seseoranﱡ ketika berada dalam orﱡanisasi:

ْ ْ ﺃ ْ

ﺃ ﺨ ﺳﺮ ﺨ ﻻ ﺁ ﻳﺬ ﻳﺃ ﻳ

ْﻌ

Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. (QS : Al-Anfal :27)

Dari penﱡertian ayat Al-qur’an di atas menjelaskan untuk tidak

berkhianat terhadap amanat-amanat yanﱡ dipercayakan untuk seseoranﱡ

aﱡar dilaksanakan sesuai denﱡan tanﱡﱡunﱡ jawab dan tuﱡasnya. Karena

seseoranﱡ yanﱡ mempunyai perilaku baik dalam sebuah orﱡanisasi, maka

kepercayaan yanﱡ diberikan akan seﱡera dilaksanakan dan dikerjakan sesuai

denﱡan apa yanﱡ diperintahkan. Ayat lain yanﱡ menjelaskan hal serupa

yakni:

ِﻃ

(47)

39

Artinya : “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Anfal: 46)

Ayat Al-Qur’an di atas menjelaskan tentanﱡ menjalankan apa yanﱡ

diperintahkan Allah dan Rasul-Nya dan janﱡan membantah yanﱡ

menyebabkan ﱡentar dan hilanﱡ kekuatannya dan bersabar dalam

melaksanakannya. Dalam ayat Al-Qur’an di atas juﱡa tercermin dalam

perilaku seseoranﱡ ketika berorﱡanisasi, tidak membantah untuk

berkomitmen dalam menjalankan tanﱡﱡunﱡ jawab dan tuﱡasnya. Ketika

seseoranﱡ membantah akan tuﱡas dan tanﱡﱡunﱡ jawabnya, maka ia akan

ﱡentar dan kehilanﱡan kekuatannya dalam menjalankan tanﱡﱡunﱡ jawabnya

dan perintah untuk bersabar dalam pelaksanaanya. Berikut ini ayat

Al-Qur’an yanﱡ membahas tentanﱡ berlaku adil dan berbuat kebajikan

ِء

ِﺇ

ِ

ِﻹ

ِ

ِ

ِﺇ

ِء ﺸ

ِ

ِ

ِ

ﻈِ

ِ

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi kepada kamu kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS: An-Nahl: 90)

Allah berﱠirman dalam surat An-Nahl ayat 90 yanﱡ menjelaskan

tentanﱡ berlaku adil, berbuat kebaikan, dan melaranﱡ untuk berbuat keji

untuk kemunﱡkaran dan permusuhan. Allah memberikan penﱡajaran untuk

(48)

40

adanya kalau seseoranﱡ dianjurkan untuk berbuat adil dan menjauhkan dari

kemunﱡkaran yanﱡ menyebabkan permusuhan. Seﱡala sesuatu yanﱡ

dikerjakan manusia itu adalah ladanﱡ penﱡajaran dari Allah untuk dijadikan

pelajaran dalam hidupnya. Surat An-Nahl ayat 90 jika dikaitkan denﱡan

kepemimpinan, seoranﱡ pemimpin berlaku adil terhadap bawahanya, maka

permusuhan tidak akan terjadi. Namun jika kemunﱡkaran di cerminkan

dalam kepemimpinannya, maka permusuhan akan terjadi.

ِ

ۖ

ٍ ِ

ٌ

ِ

ٌ ِﺧ

ِﺇ

ۚ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS: Al-Hasyr: 18)

Dalam potonﱡan ayat Al-Qur’an di atas menjelaskan untuk selalu

bertakwa kepada Allah untuk lebih memperhatikan apa yanﱡ dilakukan di

dunia untuk hari esok (akhirat). Karena sesunﱡﱡuhnya Allah maha

menﱡetahui apa yanﱡ dikerjakan umatnya di dunia. Relevansi denﱡan

budaya orﱡanisasi adalah dalam setiap ativitasnya karyawan selalu

diperintahkan untuk menjalankan tuﱡasnya dan mendapatkan balasan atas

apa yanﱡ dia kerjakan selama ini. Pemimpin sebaﱡai monitorinﱡ karyawan

dalam setiap aktivitasnya. Untuk itu perlu memahami peran dan posisi

dalam linﱡkunﱡan orﱡanisasi untuk menyesuikan linﱡkunﱡan orﱡanisasi,

selain itu peran pemimpin juﱡa mewarnai setiap aktivitas pelaku orﱡanisasi

(49)

41

Budaya orﱡanisasi pada umumnya membahas tentanﱡ nilai-nilai,

kepercayaan, komitmen, disiplin, Mempunyai rasa tanﱡﱡuﱡ jawab atas tuﱡas

yanﱡ diberikan oleh pemimpin, dan perilaku individu dalam linﱡkup

orﱡanisasi. nilai yanﱡ menjadi identitas orﱡanisasi yanﱡ menjadi perbedaan

denﱡan orﱡanisasi lain. Budaya orﱡanisasi yanﱡ bersiﱠat sosial demi

terciptanya linﱡkunﱡan orﱡanisasi yanﱡ baik dan sehat, dibuktikan denﱡan

pencapaian produktivitas kinerja pelaku orﱡanisasi didalamnya. Nilai-nilai

yanﱡ menjadi pedoman individu dalam menﱡhadapi permasalahan eksternal

dan penyesuaian inteﱡrasi dalam perusahaan, sehinﱡﱡa ia bisa menerapkan

Gambar

  Tabel  2.1
Tabel 2.2  Proses Pembentukan Budaya Organisasi
Tabel 2.3 Empat Kuadran Tipe Budaya Organisasi
Gambar 4.1   struktur organisasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam senyawa organologam dengan ikatan nonklasik ini terdapat jenis ikatan antara logam dengan karbon yang tidak dapat dijelaskan secara ikatan ionik atau pasangan elektron..

Synthesis and Characterization of Organotin(IV) Complexes Derived of 2-amino-5-nitrobenzoic Acid: In vitro Antibacterial Screening Activity. Product Development and

Peranan Gereja dan misionaris juga turut mewarnai kondisi pertanian dan lahan pekarangan di NTT (Aritonang & Steenbrink 2008; Kapita, 1976). Berbagai program

Beberapa kelemahan dapat dilihat dari beberapa faktor seperti waktu pelayanan relatif lama dikarenakan masih menggunakan sistem antrian dan tidak memungkinkan warga mendapatkan

Berdasarkan hasil yang di peroleh di STMIK Prabumulih sistem yang digunakan masih terdapat kekurangan, belum ada aplikasi atau website yang dipakai untuk

Oleh karena itu, semakin banyak organisasi nonprofit dapat ditemukan di Indonesia yang bergerak dalam berbagai bidang seperti kemanusiaan, lingkungan, pendidikan, kesehatan

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk tanaman bawang merah menggunakan metode matching aritmatik yang berdasarkan pada kelas kesesuaian lahan yang

Motivasi yang didapatkan partisipan ini membantu partisipan lebih mudah dalam melakukan perubahan diri seperti pendapat dari Nsanze (2007) yang menjelaskan bahwa