• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Nilai Kekerasan Enamel Gigi Pada Perendaman Dengan Susu Sapi Dan Saliva Buatan Setelah Demineralisasi Gigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Nilai Kekerasan Enamel Gigi Pada Perendaman Dengan Susu Sapi Dan Saliva Buatan Setelah Demineralisasi Gigi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enamel

Enamel merupakan lapisan pelindung terluar dari mahkota gigi.15,16 Pembentukan enamel dimulai dari tahap presecretory, secretory, transition,

maturation, dan postmaturation. Pada tahap presecretory terdapat tanda awal

diferensiasi ameloblas pada tip cusp atau tepi insisal, resopsi basal lamina, interaksi

epitel, dan pembentukan organel intraselular. Tahap secretory ditandai dengan sekresi

matriks enamel dan mineralisasi awal, ameloblas membentuk prosesur Tomes pada

stuktur prismatik. Komposisi enamel pada tahap ini terdiri dari 30% matriks organik,

20-30% mineral dalam bentuk kristal hidroksiapatit, dan 40-50% air.17 (Gambar 1)

(2)

Tahap transition, ameloblas memendek dan sebagian besar mengalami

apoptosis, serta terjadi penghentian sekresi matriks.17 Tahap maturation, ameloblas secara aktif menghasilkan ion kalsium dan fosfat ke dalam matriks dan mengambil

material organik pada waktu yang bersamaan. 17,18 Komposisi enamel pada tahap ini terdiri dari 96% mineral, 3% air, dan 1% matriks organik. Tahap postmaturation, gigi

sudah erupsi, mineralisasi permukaan meningkat, hilangnya organ enamel dan

terbentuknya integumen enamel. 17

Enamel memiliki ketebalan yang berbeda pada setiap daerah. Ketebalan

enamel pada gigi anterior (insisal edge) adalah 2 mm, pada gigi premolar (cusp)

sebesar 2,3-2,5 mm, dan pada gigi molar (cusp) sebesar 2,5-3 mm.19 Enamel lebih tebal pada bagian cusp gigi dan ketebalannya menurun dari cusp sampai batas

sementoenamel di servikal gigi.19,20 (Gambar 2)

Gambar 2. Ketebalan enamel menurun dari cusp sampai servikal.20

2.1.1 Komposisi Enamel

Enamel merupakan maktriks ekstraseluler yang paling tinggi kandungan

mineralnya, terdiri dari 96% mineral (material anorganik) dan 4% material organik

(3)

fluor. Kandungan mineral yang tinggi mengakibatkan enamel menjadi sangat keras

sehingga enamel mampu menahan gaya mekanis selama gigi berfungsi.15

2.1.2 Struktur Enamel

Enamel dibentuk dari pita seperti kristal karbonatoapatit yang memiliki lebar

60-70 nm dan ketebalan 25-30 nm. Satu unit kalsium fosfat memiliki bentuk

heksagonal yang simetris dan berkumpul membentuk outline heksagonal pada kristal

tersebut. Tetapi Kristal enamel yang telah matang sepenuhnya tidak lagi berbentuk

heksagonal yang sempurna melainkan bentuk tidak teratus karena Kristal-kristal

tersebut saling menekan selama masa pertumbuhan. Gabungan kristal-kristal ini

disebut sebagai prisma enamel.15 a. Prisma enamel

Prisma cenderung berkumpul dalam satu kelompok dan tersusun mengelilingi

dan mengikuti arah aksis gigi. Prisma mengarah secara tegak lurus ke permukaan

dentin, dengan adanya sedikit inklinasi ke arah cusp. Pada bagian di dekat puncak

cusp, prisma tersusun lebih vertikal dan pada bagian servikal tersusun horizontal.15

(Gambar 3)

b. Garis retzius

Gambar 3. A dan B tampilan Scanning

Electron Microscope kristal

(4)

Garis retzius adalah garis yang terbentuk dari hasil deposisi yang berulang

pada enamel. Seperti mineralisasi matriks enamel, garis retzius mengikuti bentuk

deposisi matriks dan mempercepat pertumbuhan garis enamel.15 (Gambar 4)

c. Garis Hunter-Schreger

Garis Hunter-Schreger merupakan fenomena optis yang dihasilkan dari

perubahan arah antarkelompok prisma. Garis ini terlihat jelas pada potongan

longitudinal yang dilihat dari cahaya yang direfleksikan dan ditemukan di dalam dua

pertiga enamel. Garis-garis ini memiliki tampilan gelap dan terang yang dapat

dibalikkan dengan mengubah arah pencahayaan.15

d. Lamela enamel

Lamela adalah celah yang terdapat di antara prisma pada permukaan enamel

yang dapat dilihat oleh mata telanjang. Lamela berada di sepanjang permukaan

enamel hingga ke batas dentinoenamel. Ruang antara kelompok batang adalah contoh

lain dari lamela yang mungkin disebabkan oleh tekanan yang terjadi karena adanya

benturan atau perubahan temperatur. Lamela merupakan struktur yang rentan karies.15 (Gambar 5)

(5)

e. Lempeng Enamel

Lempeng enamel merupakan kerusakan pada enamel yang diisi dengan

bahan-bahan organik. Lempengan ini terletak pada batas dentinoenamel yang dapat

memanjang dari seperlima hingga sepersepuluh dari jarak batas dentinoenamel ke

permukaan terluar gigi. Lempengan ini terbentuk di antara kelompok prisma enamel

di batas dentinoenamel. Ruang-ruang tersebut berkembang di antara kelompok

prisma yang terisi dengan material organik yang disebut dengan enamelin.

Lempengan tersebut sering berada pada puncak antar permukaan dentin dan enamel

yang berbentuk lekukan.15 f. Benang Enamel

Benang-benang enamel merupakan perpanjangan dari tubulus dentin yang

melewati batas dentinoenamel hingga ke enamel. Tubulus dapat ditemukan tunggal

atau dalam suatu kelompok dan ukurannya lebih pendek daripada lempengan enamel,

dimana panjang tubulus hanya beberapa milimeter.15

2.2 Premolar Satu Maksila

Gigi premolar satu maksila mulai erupsi sejak usia 10 dan 11 tahun yang

menggantikan gigi molar satu maksila desidui. Mahkota premolar satu maksila

memiliki dua cusp, cusp bukal biasanya lebih tinggi 1 mm daripada cusp palatalnya.

Pada umumnya, premolar satu maksila memiliki dua akar yang bercabang pada

sepertiga apikal, dengan satu akar bukal dan satu akar palatal.18 Gambar 5. Penampakan Garis Retzius

(6)

Tampilan bukal memperlihatkan bahwa mahkota premolar satu maksila

adalah yang paling lebar mesiodistalnya dari semua premolar. Cusp bukalnya tinggi,

tajam dan sedikit ke distal dari panjang aksis gigi karena kedua lereng cusp tidak

sama panjang dimana lereng mesial lebih panjang daripada lereng distal, hal ini

membantu membedakan premolar satu maksila kiri dan kanan.Tampilan palatal

memperlihatkan permukaan membulat namun lebih kecil dari permukaan bukal.

Kedua lereng cusp tidak sama panjang dimana lereng distal lebih panjang daripada

lereng mesial.Tampilan proksimal memperlihatkan permukaan mesial mahkota

memiliki mesial developmental depression yang berada dari area kontak melewati

batas sementoenamel hingga sepanjang akar. Permukaan distal hampir sama dengan

mesial namun tidak memiliki depression.Tampilan oklusal memperlihatkan bentuk

seperti heksagonal atau persegi enam dengan permukaan bukopalatal lebih luas

daripada permukaan mesiodistal. Ridge cusp bukal menonjol pada margin bukal, dan

margin palatal seperti bentuk setengah lingkaran. Margin mesial dan distal lurus

seperti bertemu ke arah palatal. Bagian palatal gigi lebih sempit daripada bagian

bukal.18

2.3 Demineralisasi dan Remineralisasi

Pada lapisan enamel gigi selalu terjadi perubahan siklus yang dinamis antara

demineralisasi dan remineralisasi. Perbandingan antara demineralisasi dan

remineralisasi memengaruhi kekerasan dan kekuatan struktur gigi.21

Demineralisasi adalah proses hilangnya ion-ion mineral anorganik dari

enamel gigi atau secara sederhana dapat disebut sebagai melarutnya enamel. Enamel

gigi adalah suatu kisi-kisi kristal yang terbuat dari berbagai mineral, terutama mineral

kalsium fosfat yang disebut hidroksiapatit. Sejumlah ion-ion mineral penting dapat

(7)

Berdasarkan gambar 6 (panah ke kanan), kristal hidroksiapatit memiliki pH

kritis 5,5 dan kristal fluorapatit memiliki pH kritis 4,5. Apabila konsentrasi asam

pada lingkungan rongga mulut mempunyai pH di bawah 5,5 maka kristal

hidroksiapatit akan mengalami demineralisasi dan jika terus berlanjut dapat

mengakibatkan kerusakan gigi yaitu karies dan erosi. Hal ini tergantung pada asam

yang menyebabkan demineralisasi tersebut.1 Karies gigi berasal dari asam hasil fermentasi karbohidrat oleh bakteri sementara erosi diakibatkan oleh proses kimia

yang tidak berhubungan dengan bakteri.1,23 Jika erosi terjadi maka kristal enamel akan larut sehingga terjadi kehilangan volume yang permanen dan lapisan yang

melunak pada jaringan enamel yang tersisa.23

Berdasarkan gambar 6 (panah ke kiri), demineralisasi akan berhenti jika pH

rongga mulut kembali normal yaitu pada pH 6,0 dan terdapat konsentrasi ion kalsium

dan ion fosfat yang tinggi dalam saliva sehingga dapat terjadi proses remineralisasi.21 Enamel yang lunak akibat asam dapat mengeras kembali setelah diberikan saliva atau

(8)

remineralisasi. Kalsium dan fosfat yang diketahui sebagai alkalin yang memiliki

lingkungan netral adalah prasyarat untuk terjadinya remineralisasi.23 Proses demineralisasi dapat dituliskan dengan reaksi berikut:24

Ca10(PO4)6(OH)2 + 8H+ 10Ca2+ + 6HPO42- + 2H2O

Berdasarkan reaksi di atas, saat pH rongga mulut menjadi asam, ion fosfat

akan bergabung dengan ion hidrogen menjadi HPO42-, apabila kontak dengan asam

lebih lama maka akan berubah menjadi H2PO4-,25,26 dalam kondisi tersebut akan

terjadi pelarutan hidroksiapatit. Jika pH kembali normal maka kalsium dan fosfat

dapat mengkristal kembali ke dalam hidroksiapatit sebagaimana terjadi pada proses

remineralisasi berikut ini:27

10Ca2+ + 6PO42- + 2HO- Ca10(PO4)6(OH)2

Remineralisasi adalah proses perbaikan alami yang mengembalikan ion-ion

mineral ke struktur gigi. Ion-ion mineral yang hilang harus digantikan dengan ion-ion

dengan bentuk, ukuran dan muatan listrik yang sama. Remineralisasi melibatkan

karbon dioksida dari nafas dan air dari saliva untuk menciptakan asam karbonat

ringan tidak stabil yang merupakan inti dari proses remineralisasi alami.7,21 Asam karbonat dapat melarutkan mineral dalam saliva, saat hal ini terjadi, ion-ion mineral

yang terlarut keluar menjadi ion mineral padat kembali, namun tidak seperti molekul

mineral asli. Jika ion mineral dekat dengan kristal hidroksiapait yang

terdemineralisasi menerima ion tersebut maka ion tersebut akan menyatu dengan

enamel.21 Apabila proses remineralisasi alami tidak lagi adekuat untuk mempertahankan kekuatan enamel, terutama dengan adanya makanan olahan dan diet

yang banyak mengandung gula, proses remineralisasi perlu ditingkatkan.7

Perkembangan ilmu dan teknologi semakin banyak ditemukan metode dan

agen-agen remineralisasi yang dapat digunakan. Adapun persyaratan bahan

remineralisasi yang ideal adalah sebagai berikut:21,28

• Menyebarkan atau melepaskan kalsium dan fosfat ke permukaan enamel

• Tidak melepaskan kalsium secara berlebihan

• Tidak menyebabkan pembentukan kalkulus

(9)

• Mendorong fungsi remineralisasi saliva

• Dapat bekerja pada penderita xerostomia

Terdapat beberapa agen remineralisasi yang telah digunakan oleh dokter gigi,

diantaranya:

a. Fluorida

Ion fluorida meningkatkan pembentukan kristal fluorapatit yang lebih resisten

terhadap pelarutan asam daripada kristal hidroksiapatit, dengan cara demikian

menghasilkan permukaan yang lebih baik.21,29 Kristal apatit yang lebih luas pada enamel yang telah mengalami remineralisasi lebih resisten terhadap kerusakan akibat

serangan asam organik.21

b. Casein Phospho Peptide – Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP)

CPP-ACP adalah produk turunan susu yang menguatkan dan meremineralisasi

gigi dan membantu mencegah karies. CPP mampu mengikat dan menstabilkan ion

kalsium dan ion fosfat dalam larutan, serta mengikatnya dalam enamel gigi. Ion

kalsium dan ion fosfat bebas berbentuk struktur kristal pada pH netral. Namun, CPP

menjaga ion kalsium dan ion fosfat dalam keadaan amorf (tidak berbentuk). Dalam

keadaan amorf, ion kalsium dan ion fosfat dapat memasuki enamel gigi dengan cara

berdifusi. Ion kalsium dan ion fosfat dari ACP tersebut kemudian akan berdifusi ke

dalam enamel dan lingkungan sekitarnya sehingga proses remineralisasi akan

terjadi.21 CPP-ACP tersedia dalam bentuk larutan, permen karet, tablet dan pasta. Pasta CPP-ACP mampu melawan demineralisasi dengan bantuan aliran saliva,

mendorong penyerapan fluor dan memberi dampak antihipersensitif serta dapat

mengembalikan mineral yang memperkuat enamel gigi, mengurangi sensitivitas

akibat prosedur pasca memutihkan gigi, menurunkan kondisi asam rongga mulut

akibat minuman ringan, dan sebagai buffer plak dan asam bakteri.21,30 c. Tricalcium Phosphate (TCP)

TCP adalah formula bioaktif dari trikalsium fosfat dan kandungan organik

sederhana yang bekerja secara sinergis dengan fluor untuk menghasilkan

remineralisasi enamel. Selama menyikat gigi, TCP berkontak dengan saliva,

(10)

perlindungan terhadap lesi awal dan lesi yang berlanjut, mencegah hilangnya mineral,

menurunkan sensitivitas dan menyokong tersedianya fluorida.21

2.4 Kekerasan Gigi

2.4.1 Kekerasan Enamel gigi

Kekerasan (hardness) suatu material memberikan pernyataan tentang daya

tahan material terhadap penetrasi atau penyusupan. Kekerasan sering digunakan

untuk menyatakan kemampuan suatu material untuk menahan goresan.13 Sebuah material diangggap keras apabila dapat menahan kekuatan indentasi dari bahan yang

keras seperti berlian. Kekerasan enamel dan bahan keramik merupakan bahan yang

paling keras.31

Gigi manusia mendapatkan tekanan yang berbeda-beda pada setiap bagian

saat mastikasi sehingga analisis kekerasan gigi sangat penting untuk memahami

bagaimana tegangan mastikasi didistribusikan di seluruh permukaan gigi. Selain itu,

nilai kekerasan juga berhubungan dengan sifat mekanis enamel lainnya seperti

modulus Young dan yield stess.14

Penelitian yang dilakukan oleh Gutiérrez-Salazara dan Reyes-Gasga (2003)

mengukur kekerasan enamel gigi premolar diperoleh hasil bahwa kekerasan enamel

gigi adalah 270 sampai 360 VHN. Nilai kekerasan, kandungan mineral dan

kepadatan enamel secara berangsur-angsur menurun dari permukaan luar sampai ke

batas dentinoenamel.14

2.4.2 Micro Vicker Hardness Tester

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan

diantaranya metode Vickers, Knoop, Brinell, dan Rockwell. Metode Vickers adalah

metode yang menggunakan indentor dari berlian yang berbentuk piramida. Untuk

melihat hasil indentasi digunakan mikroskop karena lekukan yang dihasilkan sangat

kecil sehingga sulit dilihat dengan kasat mata.13,14

Nilai kekerasan berhubungan dengan besar deformasi permanen material yang

(11)

digunakan pada permukaan yang datar. Adanya lekukan pada permukaan akan

berpengaruh pada bentuk dan ukuran indentasi, sehingga sulit membaca hasil

indentasi yang dilakukan.32 Pengukuran kekerasan tidak menimbulkan efek destruktif, namun dapat menyebabkan perubahan bentuk permanen pada permukaan

yang diukur. Oleh sebab itu, area permukaan yang akan diukur sebaiknya berbeda

pada setiap pengukuran. Direkomendasikan agar pengukuran dilakukan pada regio

dimana perbedaan kekerasannya paling sedikit pada seluruh permukaan yaitu area

pertengahan pada permukaan bukal.33

2.5 Susu Sapi

Susu adalah makanan pokok dalam awal mula kehidupan kita. Susu sapi

merupakan susu yang paling umum dikonsumsi saat ini dan merupakan minuman

yang bernutrisi tinggi. Beberapa waktu terakhir banyak penelitian yang berkenaan

dengan susu dan kesehatan gigi yang pertama kali diangkat oleh Sprawson tahun

1932 yang menyimpulkan bahwa susu dapat meningkatkan kesehatan rongga mulut.34 Pada tahun 2010, total produksi susu sapi mencapai 83% dari total produksi

susu secara global. Susu sapi mengandung lebih banyak protein dan mineral,

khususnya kalsium dan fosfor, dibandingkan dengan ASI (air susu ibu). Protein pada

susu sapi merupakan protein berkualitas baik karena mengandung asam amino

esensial.35

2.5.1 Komposisi Susu Sapi

Unsur pokok yang terdapat dalam susu sapi terdiri dari karbohidrat, lemak,

protein, kalsium dan fosfor.34 Protein susu sapi mengandung hampir 80% kasein. Protein diserap ke dalam permukaan enamel: kasein dan globulin adalah protein

terbesar yang diserap sementara albumin adalah protein yang paling sedikit diserap ke

dalam enamel.35 Karbohidrat yang terdapat pada susu sapi terdiri dari 80% laktosa. Laktosa adalah jenis gula yang paling rendah sifat kariogeniknya. Kandungan

kalsium dan fosfor yang tinggi pada susu membantu mencegah melarutnya enamel

(12)

kandungan mineralnya yang tinggi tersebut. Namun, susu dapat juga memicu

terjadinya karies karena terdapat kandungan laktosa.34

Memisahkan kasein, lemak atau laktosa dari susu terbukti tidak memengaruhi

kapasitas perlindungannya terhadap demineralisasi, sedangkan susu bebas kalsium

dan fosfat memiliki beberapa efek dan walaupun semua komponen tersebut

dipisahkan, susu masih mengandung faktor pelindung yang kuat terhadap

demineralisasi yang diidentifikasi sebagaiproteose-pepton.35,36

Kandungan Zat Gizi Jumlah rata-rata Range

Energi (kka l) 62 59-66

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) dan WHO

(World Health Organization) pada tahun 2009 mengelompokkan beberapa proses

pemanasan susu yaitu termisasi, pasteurisasi, UHT dan sterilisasi komersial.34 UHT (Ultra-High Temperature) pada susu dan produk cairan susu lainnya merupakan

aplikasi panas yang menggunakan temperatur tinggi dalam beberapa waktu yang

menghasilkan suatu produk yang steril pada pemrosesan. Saat proses UHT

dikombinasikan dengan pengemasan aseptik menghasilkan produk steril yang siap

dipasarkan.Biasanya waktu pemanasan proses UHT adalah 2-10 detik pada suhu

135-150oC. Hal yang terpenting dalam proses UHT adalah validasi aliran susu dan waktu yang dibutuhkan untuk pemrosesan tersebut.35

(13)

2.5.2 Efek Susu Sapi Terhadap Gigi

Kerusakan gigi meningkat di negara berkembang seiring dengan perubahan

diet yang lebih manis dan makanan olahan. Sejak akhir 1950-an, susu dipercaya

memiliki efek perlindungan terhadap enamel gigi. Susu diketahui memberi efek

perlawanan terhadap gula saat dikonsumsi bersamaan antara susu dan makanan yang

mengandung gula. Penelitian terhadap hewan menunjukkan penurunan karies ketika

kalsium dan fosfat ditambahkan pada makanannya. Penelitian epidemiologi

menunjukkan bahwa anak-anak dan dewasa yang pada plak dentalnya mengandung

kalsium dan fosfat dalam konsentrasi tinggi memiliki insiden karies yang rendah.

Saat kaseinfosfopeptida dari susu bereaksi dengan kalsium dan fosfat pada

permukaan gigi maka akan menghasilkan koloidal amorphous kasium fosfat

kompleks yang memicu proses remineralisasi enamel.34 Secara khusus susu memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mencegah penurunan pH biofilm

Susu mengandung 4-5% laktosa yang dapat difermentasi oleh bakteri biofilm

di rongga mulut. Laktosa membuat pH biofilm sekitar 6,0 sedangkan sukrosa

membuat pH biofilm di bawah 5,0. Seperti yang diketahui bahwa pH kurang dari 5,5

berbahaya bagi enamel gigi. Dengan meminum susu atau mengunyah keju dapat

menetralkan pengasaman yang disebabkan oleh sukrosa dalam biofilm gigi. Secara

teori, susu dapat menurunkan periode asidifikasi (pengasaman) dan demineralisasi

sehingga susu mampu menjaga kelestarian gigi.36

b. Mencegah perlekatan bakteri Streptococcus mutans ke permukaan gigi

Pembentukan biofilm pada gigi melibatkan empat fase yang berbeda.Pertama,

adhesi mikroorganisme ke permukaan gigi. Kedua, mikroorganisme tersebut

membentuk koloni. Ketiga, sekresi EPS (extracellular polymeric substance) dan

pematangan struktur. Keempat, penyebaran sel-sel biofilm.37 Hal ini tergantung pada kondisi lingkungan rongga mulut seperti pH dan ketersediaan nutrisi bagi bakteri.36,37 Seperti yang terlihat pada gambar 7, susu mencegah perlekatan Streptococcus mutans

ke hidroksiapatit yang dilapisi saliva, kemungkinan karena adanya ikatan antara α-, β,

(14)

statherin

APRP

Peptides relesed from casein or saliva proteins

Β-casein

kasein yang luas mengelilingi hidroksiapatit. Peptida yang berasal dari β- dan κ-

kasein, seperti casein glykomacropeptide (CGMP) dan caseinphosphopeptide (CPP),

masing-masing tergabung ke dalam pelikel saliva dengan menggantikan albumin,

memberi kemampuan untuk menghambat adhesi bakteri. Susu dan κ- kasein secara signifikan mengurangi penyerapan glucosyltransferase (GTF) yaitu penghasil enzim

polisakarida, misalnya Streptococcus mutans.37

c. Susu dapat memicu terjadinya remineralisasi

Proses terjadinya remineralisasi enamel gigi dapat dibantu oleh adanya

mineral kalsium dan fosfat sebagaimana yang ada dalam kandungan susu sapi. Pada

awalnya mineral kalsium dan fosfat yang terdapat pada susu akan terdeposit pada

lapisan permukaan mikroporositas kemudian akan berdifusi ke dalam mikroporositas

enamel tersebut. Mineral dapat berdifusi ke segala arah di antara kristal-kristal

enamel kemudian diserap oleh hypomineralized enamel, yaitu enamel yang

sebelumnya telah mengalami demineralisasi, dengan demikian maka akan terjadi

rebuilding atau pembangunan kembali enamel yang telah larut.9 Mineralisasi yang Gambar 7. α-, β-, κ- Kasein mencegah

(15)

terjadi memengaruhi nilai kekerasan enamel dimana persentasi mineral yang tinggi

menyebabkan nilai kekerasan yang juga tinggi.14

2.6 Saliva

Saliva manusia adalah cairan oral kompleks yang disekresi oleh kelenjar

saliva mayor dan kelenjar saliva minor.23,38,39 Saliva disekresi sekitar 1,5 liter per hari dan memiliki pH 7,4.38 Saliva mengandung komponen organik (glikoprotein, lipase, amilase, laktoferrin, lisozim, peroksidase dan IgA) dan komponen anorganik (ion

kalsium, fosfat, kalium, natrium, magnesium, klor, dan bikarbonat).9,23,38

Keberadaan saliva merupakan faktor penting dalam proses remineralisasi

alami. Beberapa sifat biologis saliva yang berperan dalam proses remineralisasi

adalah salivary clearance yang mengeliminasi asam melalui proses penelanan, saliva

memiliki kapasitas buffer yang menetralkan pH rongga mulut akibat makanan asam,

aliran saliva yang dapat mencairkan asam, saliva mengandung mineral yang

dibutuhkan dalam proses remineralisasi.23 (Gambar 8)

Saliva yang digunakan untuk penelitian adalah saliva buatan dengan

kandungan komponen yang menyerupai saliva asli. Saliva buatan umumnya Gambar 8. Faktor biologis saliva yang membantu

(16)

mengandung natrium klorida (NaCl), kalsium klorida (CaCl2), kalium klorida (KCl),

natrium bikarbonat (NaHCO3), dan kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), dengan

adanya mineral tersebut dalam saliva buatan diharapkan mampu menyerupai fungsi

yang dimiliki oleh saliva asli.38,39

2.7 Landasan Teori

Enamel merupakan jaringan keras gigi yang menyelimuti seluruh permukaan

mahkota gigi dan tersusun dari 96% mineral (material anorganik) dan 4% material

organik dan air.15,16 Mineralisasi enamel tetap berlanjut setelah gigi erupsi ke rongga mulut. Hal ini disebut maturasi pasca erupsi (posteruptive maturation) dimana terjadi

deposisi mineral seperti kalsium, fosfor dan fluor dari saliva ke area hypomineralized

enamel.17,18

Kandungan mineral yang tinggi dalam enamel mengakibatkan enamel

menjadi sangat keras sehingga enamel mampu menahan gaya mekanis selama gigi

berfungsi. Mineral yang ada pada enamel tersebut dapat larut oleh karena terpapar

asam. Asam ini dapat berasal dari hasil fermentasi bakteri ataupun berasal dari asam

makanan dan hal lain yang menyebabkan pH rongga mulut menjadi asam. Proses

terlarutnya mineral ini disebut demineralisasi.7

Demineralisasi dapat dihentikan dengan meningkatkan pH rongga mulut dan

menyediakan mineral-mineral yang dibutuhkan seperti kalsium, fosfat dan fluor

untuk menggantikan mineral yang telah larut pada enamel tersebut. Proses

pengembalian mineral ini disebut sebagai remineralisasi. Secara alami proses

remineralisasi dapat terjadi karena adanya fungsi buffer saliva untuk menetralkan

kembali pH saliva yang rendah. Meningkatnya pH saliva akan diikuti dengan proses

remineralisasi.9 Proses demineralisasi dan remineralisasi yang berhubungan dengan muatan mineral yang ada dalam enamel yang secara tidak langsung memengaruhi

kekerasan gigi itu sendiri.21 Kalsium dan fosfat banyak terdapat pada susu sapi dan produk olahannya seperti yogurt dan keju, serta terdapat pada susu kedelai, ikan

salmon dan brokoli. Sementara fluor banyak terkandung dalam air, seafood, yogurt

(17)

Susu telah terbukti mampu mempercepat proses remineralisasi dengan adanya

kandungan kalsium dan fosfat dalam jumlah yang cukup dimana persentasi mineral

yang tinggi dalam enamel menyebabkan nilai kekerasan yang juga tinggi. Analisis

kekerasan gigi sangat penting untuk memahami bagaimana tegangan mastikasi

didistribusikan di seluruh permukaan gigi. Nilai kekerasan, kandungan mineral dan

kepadatan enamel secara berangsur-angsur menurun dari permukaan luar sampai ke

(18)

2.8 Kerangka Teori Material anorganik terbanyak: Ca, P dan F

Kekerasan Permukaan Enamel

fraktur, Yield strength,

(19)

2.9 Kerangka Konsep

Micro Vickers Harness tester

Micro Vickers Harness tester

Micro Vickers Harness tester

Micro Vickers Harness tester Premolar 1 Maksila

Direndam dalam Larutan Asam

Ca10(PO4)6(OH)2 10 Ca2+ + 6 (PO4)3- + 2 (OH)

-Padat Larut

Direndam dalam Larutan Remineralisasi 10Ca2+ + 6PO42- + 2HO-  Ca10(PO4)6(OH)2

Kelompok Susu Sapi Kelompok Saliva Buatan (Kontrol)

Hari 1: Rendam dalam susu sapi 2 kali sehari

Pengukuran kekerasan enamel

Pengukuran kekerasan enamel

Perlakukan seperti hari 1 diulangi setiap hari sampai hari 3

Pengukuran kekerasan enamel

Data

Pengukuran kekerasan enamel

Gambar

Gambar 3. A dan B tampilan  Scanning Electron Microscope   kristal pada enamel rod dan interrod15
Gambar 4. Hubungan antara Garis Retzius dan permukaan perikimata15
Gambar 6. Siklus Demineralisasi dan Remineralisasi 22
Tabel 1. Kandungan gizi susu sapi per 100 gram.34
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penulis berasumsi, dukungan keluarga dan kerabat sangat dibutuhkan pasien yang mengalami kanker payudara yang menjalani kemoterapi, hal ini dikarenakan dukungan keluarga dan

Pembuatan hibrid hidrogel dari campuran N-suksinil kitosan (NSK) dan pati dialdehid (PDA), dimana terjadi ikatan Basa Schiff yang dapat dilihat pada uji FT-IR yang menunjukkan

200, Pengolahan Ikan Secara Tradisional : Prospek dan Peluang Pengembangan, Jurnal Litbang Pertanian Volume 21 Nomor 3, IPB, Bogor.. Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011,

Dominasi gempa mikro yang terjadi pasca Letusan 2003, Gunung Lokon bukan dise- babkan oleh tekanan luida, tetapi karena adanya proses gerakan tanah (amblesan) pada dinding

Materi yang dilombakan pada bidang I T Network Systems Administration tahun 2015 meliputi kemampuan installasi serta konfigurasi Server dan Router menggunakan

Lampiran Perhitungan Derajat Oksidasi (DO) Pati Dialdehid.. Pembuatan larutan baku : Asam

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model yang paling sesuai dan cocok untuk data runtun waktu throughput container adalah model ARIMA-Box

Manajeman Sumber Daya Manusia : Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta :