• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Terhadap Hak dan Kewajiban Para Pihak pada Perjanjian Baku dalam Penjualan Perumahan di PT. Pangripta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Terhadap Hak dan Kewajiban Para Pihak pada Perjanjian Baku dalam Penjualan Perumahan di PT. Pangripta"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Manusia rata-rata memerlukan waktu tidur tujuh sampai delapan jam, dua

sampai empat jam untuk kegiatan lain seperti makan, berpakaian, beristirahat, dan

kegiatan lain yang dilakukan di dalam rumah. Rumah merupakan sarana yang

penting dalam kehidupan.1

Pasal 28H ayat (1) Undang- Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut

UUD 1945) menegaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

serta berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap

orang, disamping kebutuhan akan pangan (makanan) dan sandang (pakaian).

Kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal atau hunian merupakan tanggung

jawab masyarakat itu sendiri. Namun demikian, pemerintah daerah maupun

swasta yang bergerak dalam bidang pembangunan perumahan didorong untuk

dapat membantu masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan rumah sebagai

tempat tinggal atau hunian.

2

Rumah sebagai tempat tinggal mempunyai peran dalam pembentukan

watak dan kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga terpenuhinya Mempunyai tempat tinggal

merupakan hak bagi setiap manusia untuk memperoleh kesejahteraan hidup.

1

Surowiyono, Tutu TW, Dasar Perencanaan Rumah Tinggal (Pustaka Sinar Harapan,Jakarta,1981), hal.9.

2

(2)

tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yang akan terus

ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan manusia.3

Perumahan merupakan bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat

tinggal atau hunian yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat

dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

Rumah tidak hanya semata-mata menjadi sarana pemenuhan kebutuhan dasar

manusia saja, tetapi lebih dari itu dapat menjadi tempat dalam pembentukan

watak dan kepribadian bagi manusia karena rumah merupakan lingkungan

pertama bagi manusia, terutama bagi suatu keluarga.

4

Komarudin menyatakan bahwa perumahan merupakan salah satu

kebutuhan dasar manusia dan faktor penting dalam peningkatan harkat dan

martabat manusia. Dalam rangka pemenuhannya, perlu diperhatikan

kebijaksanaan umum pembangunan perumahan, kelembagaan, masalah

pertanahan, pembiayaan, dan unsur-unsur penunjang perumahan.

Rumah bukan hanya

bermanfaat sebagai tempat berlindung dan bernaung bagi penghuninya, tetapi

rumah juga dapat sebagai aset (kekayaan) bagi pemiliknya dan mempunyai nilai

ekonomis.

5

3

Urip Santoso, Hukum Perumahan (Prenadamedia Group, Surabaya, 2014), hal. 2 4

Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

5

Komarudin, Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman, (Yayasan Rei-Rakasindo, Jakarta,1997), hal. 46.

Tanah dan

jumlah penduduk merupakan faktor yang menjadi masalah dalam pembangunan

perumahan karena pada dasarnya perumahan didirikan di atas tanah dan

peningkatan jumlah penduduk berakibat pada permintaan akan kebutuhan

(3)

Masalah perumahan sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan

jumlah yang tersedia jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk yang

membutuhkannya. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang cukup pesat

ditambah lagi dengan jumlah penduduk yang cukup besar di Indonesia dimana

pada saat ini saja berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah

penduduk Indonesia tercatat 237,6 juta jiwa. Jumlah ini bertambah sekitar 32,5

juta jiwa dari jumlah penduduk sebelumnya yang tercatat di tahun 2000.6

Karena

itu, untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan yang meningkat bersamaan

dengan pertambahan penduduk diperlukan penanganan disertai dengan

keikutsertaan dana dan daya yang ada pada masyarakat.

Salah satu tujuan dibentuknya negara Republik Indonesia yang ditetapkan

dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum.

Sejahtera dalam hal ini bahwa negara mampu memastikan keseimbangan

pembangunan kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah setiap warga

negaranya. Negara bertanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa

Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum melalui penyelenggaraan

pembangunan perumahan agar masyarakat mampu bertempat tinggal dan

menghuni rumah yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman,

harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sebagai

salah satu kebutuhan manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap keluarga,

terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah maupun masyarakat yang

tinggal di perkotaan yang padat penduduk.

(4)

Pembangunan perumahan diperlukan peraturan perundang-undangan yang

menjadi dasar hukum, kebijakan, arahan, dan pedoman dalam pelaksanaan

pembangunan perumahan dan menjadi dasar hukum dalam penyelesaian masalah,

kasus, dan sengketa di bidang perumahan.7

Setiap orang di dalam kehidupannya pasti akan menjadi konsumen.

Konsumen adalah setiap orang/badan hukum yang memperoleh dan/atau memakai

barang/jasa yang berasal dari pelaku usaha dan tidak untuk diperdagangkan. Pada saat ini ketentuan mengenai

perumahan diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan

dan Kawasan Permukiman. Penyelenggaraan perumahan diatur dalam Pasal 19

sampai dengan Pasal 55 Undang-Undang No. 1 Tahun 2015. Penyelenggaraan

rumah dan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah

satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan

sosial. Penyelenggaraan perumahan merupakan sumber kehidupan pelaku usaha

dibidang properti. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya keinginan dari konsumen

yang ingin memiliki rumah di tengah kota maupun tempat tinggal yang nyaman,

tenang, bersih serta memiliki fasilitas lengkap yang diberikan oleh pelaku usaha.

8

7

Komarudin, Op.cit., hal .3. 8

Ahmadi Miru, Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011), hal.7.

Sedangkan pelaku usaha adalah penyedia barang atau penyelenggara jasa. Pasal 1

angka 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(selanjutnya disebut UUPK) menyebutkan pelaku usaha adalah setiap orang

perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan

badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam

(5)

melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang

ekonomi.9

Suatu kontrak berawal dari suatu perbedaan atau ketidaksamaan

kepentingan di antara para pihak. Perumusan hubungan kontraktual tersebut pada

umumnya senantiasa diawali dengan proses negosiasi di antara para pihak.

Melalui negosiasi para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan

untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui Masalah lain yang sering muncul dalam pemenuhan kebutuhan terhadap

perumahan adalah mengenai konsumen, di mana konsumen berada pada posisi

yang lemah. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, perlindungan

terhadap konsumen tidak menjadi prioritas utama dalam dunia bisnis, melainkan

keuntungan yang diperoleh oleh pelaku usaha dengan mengabaikan hak-hak

konsumen, tidak terkecuali dalam bidang perumahan. Pada beberapa kasus yang

terjadi, umumnya pihak konsumen tidak berdaya mempertahankan hak-haknya,

karena tingkat kesadaran konsumen terhadap hak-haknya masih rendah. Hal

tersebut disebabkan kurangnya tingkat pengetahuan konsumen itu sendiri, baik

terhadap aspek hukumnya yang berlaku saat ini, belum mampu secara optimal

mengatasi permasalahan dalam perlindungan konsumen. Pada kenyataannya,

posisi konsumen perumahan lemah dibandingkan pihak pelaku usaha, baik dari

segi sosial ekonomi, pengetahuan teknis maupun dalam mengambil upaya hukum

melalui institusi pengadilan, sehingga konsumen sering tidak menyadari haknya

telah dilanggar oleh pelaku usaha perumahan.

9

(6)

proses tawar menawar.10 Dengan kata lain, kontrak bisnis berawal dari perbedaan

kepentingan yang dicoba dipertemukan melalui kontrak. Kebebasan berkontrak

yang merupakan ruh dan nafas sebuah kontrak atau perjanjian11 diharapkan dapat

menciptakan kontrak yang adil dan seimbang bagi para pihak yang membuatnya.

Namun dalam praktiknya, hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen dalam

dunia bisnis cenderung berorientasi pada bentuk atau model hubungan yang

praktis. Melihat dari peningkatan terhadap permintaaan kebutuhan akan

perumahan maka pelaku usaha dalam jual-beli menggunakan perjanjian baku atau

biasa disebut kontrak standar yang dianggap berat sebelah, tidak seimbang, dan

tidak adil. Perjanjian baku merupakan perjanjian tertulis yang hanya dibuat oleh

salah satu pihak yakni pelaku usaha yang kedudukannya sebagai pihak yang kuat

ekonominya dalam bentuk formulir. Konsumen dalam hal ini tidak memiliki

kesempatan untuk menentukan isi kontrak. Konsumen hanya mengisikan

data-data saja pada formulir dan menandata-datanganinya. Pihak yang kepadanya

disodorkan kontrak baku tidak mempunyai kesempatan untuk bernegosiasi dan

berada hanya pada posisi take it or leave it.12

Adanya unsur pilihan ini oleh sementara pihak dikatakan perjanjian

standar tidaklah melanggar asas kebebasan berkontrak Pasal 1320 jo. 1338 KUH

Perdata. Artinya bagaimanapun pihak konsumen masih diberi hak untuk

menyetujui (take it) atau menolak perjanjian yang diajukan kepadanya (leave it).

10

Dennis A. Hawver, How To Improve Your Negotiation Skills, Alexander Cohen, You Can Negotiatie Anything, alih bahasa Zainal Bahri tafal, Cet. III, (Pantja Simpati, Jakarta, 1992), hal. 14.

11

AgusYudha Hernoko, Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, (LaksBang Mediatama, Surabaya, 2008), hal. 2.

12

(7)

Itulah sebabnya, perjanjian standar ini kemudian dikenal dengan nama take it or

leave it contract.13

Perjanjian baku merupakan perjanjian yang tidak seimbang yang hanya

menguntungkan pihak yang kuat. Pihak pelaku usaha menetapkan syarat-syarat

baku dalam perjanjian tersebut, yang tentunya bertujuan melindungi kepentingan

sendiri dengan mengadakan pembatasan atau pengecualian tanggung jawab atau

klausul eksonerasi dan mengabaikan hak-hak konsumen. Perjanjian baku yang di

dalamnya turut memuat klausul eksonerasi berpotensi merugikan para konsumen.

Klausul eksonerasi adalah klausul yang mengandung kondisi membatasi atau

bahkan menghapus sama sekali tanggung jawab yang semestinya dibebankan

kepada pihak produsen/penyalur produk (penjual).

Ketentuan mengenai pernyataan dan persetujuan untuk

menerima segala persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan secara

sepihak dan ketentuan-ketentuan penandatanganan atas dokumen-dokumen yang

telah dipersiapkan lebih awal oleh pengembang, tercantum dalam surat

pemesanan yang sering disebut perjanjian baku. Karena perjanjian baku ini dibuat

oleh salah satu pihak maka hak dan kewajibannya akan menguntungkan pelaku

usaha dan merugikan konsumen yang dimana dalam halam hal ini sebagai pihak

yang lemah.

14

13

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Grasindo, Jakarta, 2000), hal. 111.

14

Ibid., hal. 120.

Klausula eksonerasi yang

biasanya dimuat dalam perjanjian sebagai klausula tambahan atas unsur esensial

yang dicantumkan dari suatu perjanjian, pada umumnya terdapat pada perjanjian

baku. Klausula ini merupakan klausula yang sangat merugikan konsumen yang

(8)

beban yang seharusnya dipikul oleh produsen, dengan adanya klausula ini

menjadi beban konsumen.15

Namun, meskipun banyak kelemahannya, kehadiran kontrak baku sangat

diperlukan. Terutama dalam bisnis yang melibatkan kontrak dalam jumlah yang

banyak (mass production of contract) yang memerlukan suatu standarisasi

terhadap kontrak tersebut.

Kerugian pada konsumen dikarenakan konsumen

tidak diberikan adanya suatu alternatif pilihan selain hanya untuk menerima

segala ketentuan dan prasyarat yang diberikan oleh pelaku usaha.

16

Perjanjian baku ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Seperti telah

disebutkan bahwa diantara kelebihan dari perjanjian baku adalah bahwa

perjanjian baku tersebut lebih efisien, dapat membuat praktek bisnis menjadi lebih

simpel, serta dapat ditandatangani seketika oleh para pihak.

Perjanjian baku sangat banyak dipraktekkan dalam

dunia bisnis khususnya oleh pengusaha perumahan. Tujuan digunakannya

perjanjian baku ini adalah untuk memberikan kemudahan (kepraktisan) bagi para

pihak yang bersangkutan, biaya yang murah, efektif dan efisien karena dapat

ditandatangani seketika oleh para pihak.

17

15

Ahmadi Miru, Sutarman Yodo,Op.cit., hal. 114. 16

Munir Fuady, Op.cit., hal. 76 17

Ibid., hal. 77.

Hal ini sangat

menguntungkan terutama bagi kontrak yang dibuat dalam jumlah yang banyak

(mass production of contract). Sedangkan kelemahan-kelemahan dari suatu

perjanjian baku adalah bahwa karena kurangnya kesempatan bagi pihak lawan

untuk menegosiasi atau mengubah klausula-klausula dalam kontrak yang

(9)

klausula yang berat sebelah.18 Sebenarnya, perjanjian baku itu sendiri tidak begitu

menjadi persoalan secara hukum, mengingat perjanjian baku sudah merupakan

kebutuhan dan kebiasaan sehari-hari. Bukankah kebiasaan juga merupakan suatu

sumber hukum. Yang menjadi persoalan adalah manakala perjanjian baku tersebut

mengandung unsur-unsur yang tidak adil (berat sebelah) bagi salah satu pihak,

sehingga apabila hal yang demikian dibenarkan oleh hukum, akan sangat

menyentuh rasa keadilan dalam masyarakat19

Kebutuhan akan perjanjian baku, selama ini belum didukung oleh suatu

peraturan perundang-undangan. Perjanjian dimaksud selama ini diatur dalam

Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH

Perdata) suatu ketentuan yang diharuskan dipenuhinya syarat formil dan syarat

materil, serta memenuhi asas kebebasan dari para pihak dalam setiap perjanjian.

Oleh karena perjanjian baku tersebut tidak berada dalam kerangka perjanjian

sebagaimana dimaksud dalam KUH Perdata, maka untuk melindungi kepentingan

konsumen yang pada dasarnya adalah pihak yang tidak memiliki kemampuan

untuk menolak perjanjian atau klausul baku dimaksud di dalam rancangan

undang-undang diadadakan pengaturan tersendiri. Pengaturan ini dimaksudkan

untuk melindungi dan memberikan keseimbangan antara pelaku usaha dan

konsumen. Oleh karena itu perjanjian atau klausula baku dapat diterapkan di

dalam hubungan antara pelaku usaha dan konsumen.

Erman Rajagukguk, Nurmardjito, Sri Redjeki Hartono, Saefullah, Tini Hadad, Toto Tohir, Romli atmasasmita, Hukum Perlindungan Konsumen, (CV Mandar Maju, Bandung, 2000) hal.27.

(10)

Dalam hubungan dengan pihak konsumen, maka perjanjian baku yang

berat sebelah atau tidak seimbang atau yang dibuat dengan cara-cara yang tidak

layak bertentangan dengan prinsip-prinsip perlindungan konsumen sebagaimana

diatur oleh Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. Para Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/ jasa yang

ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan perjanjian

baku pada setiap dokumen atau perjanjian, yang mana perjanjian baku yang

dilarang tersebut telah diatur dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a sampai dengan h

UUPK. Selanjutnya dalam Pasal 18 ayat (2) dijelaskan bahwa pelaku usaha

dilarang mencantumkan perjanjian baku yang letaknya atau bentuknya sulit

terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau pengungkapannya sulit

dimengerti.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk menelitinya

dalam bentuk skripsi dengan judul Analisis Hukum Terhadap Hak dan Kewajiban

Para Pihak Pada Perjanjian Baku dalam Penjualan Perumahan (Studi Pada PT.

Pangripta).

B. Permasalahan

Permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah perjanjian penjualan perumahan dengan menggunakan kontrak baku

dianggap sah menurut Kitab Undang Hukum Perdata dan

Undang-undang Perlindungan Konsumen?

(11)

3. Bagaimanakah analisis terhadap hak dan kewajiban para pihak pada perjanjian

baku dalam penjualan perumahan di PT. Pangripta?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah perjanjian penjualan perumahan yang

menggunakan kontrak baku sah menurut Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata dan Undang-undang Perlindungan Konsumen.

2. Untuk mengetahui prosedur penjualan perumahan di PT. Pangripta.

3. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak pada perjanjian baku dalam

penjualan perumahan di PT. Pangripta.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diharapkan melalui penulisan skripsi ini

adalah sebagai berikut :

1. Segi teoretis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

hukum mengenai kontrak yang mengandung perjanjian baku dalam perjanjian

jual-beli perumahan dan perlindungan konsumen.

2. Segi praktis

a. Sebagai upaya pengenalan terhadap hak-hak dan kewajiban konsumen

maupun pelaku usaha sehingga dapat menciptakan lingkungan usaha yang

jujur, adil, dan bermanfaat.

b. Diharapkan agar masyarakat dapat mengerti dan memahami haknya

(12)

E. Metode Penelitian

Adapun metodologi penelitian yang digunakan di dalam penulisan skripsi

ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Metodologi penelitian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui suatu

masalah yang akan diteliti. Dari segi penelitian hukum, dapat dibedakan menjadi

dua kelompok, yaitu penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang mencakup

penelitian terhadap asas hukum, sistematika hukum, penelitian, taraf sinkronisasi

hukum, sejarah hukum, dan perbandingan hukum. Penelitian hukum empiris,

yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terutama meneliti data primer yang

diperoleh di lapangan, selain itu juga meneliti data sekunder dari perpustakaan.21

Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian yang

bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan,

menelaah, menjelaskan, dan menganalisis peraturan hukum.

Kajian penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian

hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Penelitian hukum yang

difokuskan untuk mengkaji kaidah-kaidah dan norma-norma yang ada di dalam

hukum positif, serta didukung dengan melakukan penelitian lapangan di PT.

Pangripta.

22

21

Tampil Ashari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum, (PT. Pusaka Bangsa Press, Medan, 2007), hal. 23.

22

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009), hal. 1.

Dengan

(13)

dapat dengan tepat digambarkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian

ini.

2. Sumber data

Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum

normatif dan penelitian hukum empiris. Penelitian hukum normatif

pengerjaannya menggunakan data-data sekunder sebagai data utama. Data

sekunder adalah data yang tidak didapat secara langsung dari objek penelitian.

Data sekunder yang dipergunakan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang isinya mengikat

karena dikeluarkan oleh pemerintah, antara lain:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Selain itu, hasil wawancara yang didapatkan melalui studi

lapangan PT. Pangripta menjadi bahan hukum primer yang

membantu dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini.23

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang isinya

membahas bahan hukum primer, antara lain:

1) Buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi;

23

(14)

2) Artikel-artikel yang berkaitan dengan judul skripsi, baik melalui

media cetak maupun melalui media elektronik (internet);

3) Laporan-laporan penelitian yang berkaitan dengan judul skripsi;

4) Berbagai karya tulis ilmiah lainnya yang berkaitan dengan judul

skripsi.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat

menunjang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara

lain:

1) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI);

2) Kamus hukum;

3) Catatan perkuliahan;

4) Ensiklopedi hukum.

Penelitian hukum empiris yaitu melalui wawancara pada PT. Pangripta.

3. Pengumpulan data

Penulisan skripsi ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi

dokumen (documents study) atau penelitian kepustakaan (library research)24

24

Ibid.

,

yaitu penelitian dengan mengumpulkan data dan menelitinya melalui sumber

bacaan yang berkaitan dengan judul skripsi ini yang bersifat teoretis ilmiah yang

dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian dan menganalisis

permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Penelitian yang dilakukan dengan membaca dan

(15)

seperti karya ilmiah para sarjana, majalah, surat kabar, internet, maupun sumber

teoretis lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi.

Selain studi dokumen atau studi kepustakaan, penulis juga menggunakan

studi lapangan (field research) melalui wawancara sebagai alat pengumpul data

guna mendapat data primer sehingga mampu untuk mendukung dan menguatkan

bahan hukum primer yang telah dipedomani sebelumnya.

4. Analisis data

Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan maupun penelitian

lapangan selanjutnya dikumpulkan, disortir, diurutkan, dan diorganisir ke dalam

suatu pola kategori dan uraian-uraian yang mendasar. Dalam menganalisis data,

penulis menggunakan teknik analisis kualitatif komparatif, yaitu penguraian

dengan membandingkan hasil penelitian pustaka (data sekunder) dengan hasil

penelitian lapangan (data primer).

Penulisan skripsi ini memfokuskan pada analisis hukum dan menelaah

bahan-bahan hukum, baik yang berasal dari peraturan perundang-undangan

maupun buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi ini serta

membandingkannya dengan hasil penelitian lapangan. Penelitian dilakukan

dengan mengikhtisarkan hasil pengumpulan data yang selengkap-lengkapnya dan

memilahnya menjadi suatu konsep, kategori, atau tema tertentu sehingga dapat

(16)

F. Keaslian Penulisan

Keaslian penulis merupakan suatu tanda bagi penulis bahwa apa yang

dibuat dan dijelaskannya pada tugas akhir ini merupakan suatu hasil karya dan

buah pikirannya sendiri. Di mana penulis tidak melihat ataupun mencontoh

skripsi orang lain untuk menjadi sebuah karya yang diakui sebagai hasil karya

penulis.

Berdasarkan hasil penelusuran dan pemeriksaan yang telah dilakukan di

Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, tidak ditemukan judul

yang sama dengan skripsi-skripsi yang ada di dalam arsip tersebut. Skripsi yang

ditulis oleh penulis ini adalah merupakan hasil dari buah pemikiran penulis yang

ditambah dengan beberapa literatur, baik itu berupa buku-buku milik penulis

sendiri, buku-buku yang ada di perpustakaan, maupun peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Adapun judul yang ada di perpustaakan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara antara lain:

Melva Theresia Simamora (2013), Aspek Hukum Pelaksanaan Perjanjian

Baku oleh Developer Properties (Studi pada PT. Multi Cipta Property),

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perlindungan konsumen terhadap pelaksanaan perjanjian baku

oleh developer properties?

2. Bagaimana keabsahan perjanjian baku?

3. Bagaimana prosedur pembuatan perjanjian baku oleh developer properties?

(17)

M. Syahfitra (2016) tinjauan yuridis wanprestasi pada perjanjian kredit

pemilikan rumah dan penyelesaiannya pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero)

Tbk Cabang Medan, adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kredit

pemilikan rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Cabang Medan?

2. Apa Penyebab terjadinya wanprestasi pada perjanjian kredit pemilikan rumah

(KPR) di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan?

3. Apa upaya penyelesaian wanprestasi atas perjanjian kredit pemilikan rumah

(KPR) di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan?

Saddam Yafizham Lubis (2014) Penyelesaian Kredit Macet dalam

Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Tabungan Negara Cabang

Medan. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit pemilikan rumah pada Bank

Tabungan Negara Cabang Medan?

2. Apa sebab-sebab timbulnya kredit macet pada bank Tabungan Negara Cabang

Medan ?

3. Apa upaya penyelesaian kredit macet dalam perjanjian kredit pemilikan rumah

pada Bank Tabungan Negara Cabang Medan?

Penulisan skripsi ini sepenuhnya murni dikerjakan oleh penulis sendiri

dengan topik atau pembahasan yang penulis kaji dan belum pernah dikaji oleh

orang lain dengan judul “Analisa Hukum Terhadap Hak dan Kewajiban Para

(18)

judul yang sama sebelum skripsi ini dibuat, maka penulis bertanggungung jawab

sepenuhnya akan hal itu.

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan dan penyajian suatu penelitian ilmiah harus teratur agar

tercipta karya ilmiah yang baik. Skripsi ini terbagi dalam beberapa bab yang

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya karena isi dari skripsi ini

berhubungan antara satu bab dengan bab lainnya. Untuk mempermudah

menguraikan pembahasan permasalahan dalam skripsi ini, maka penyusunannya

dilakukan secara sistematis.

Skripsi ini dibagi terbagi dalam 5 (lima) bab yang disusun secara

sistematis untuk menguraikan permasalahan-permasalahan yang akan dibahas

dengan urutan dan gambarannya adalah sebagsai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama ini berisikan pendahuluan yang merupakan suatu

pengantar dari pembahasan selanjutnya terdiri dari 7 (tujuh) sub

bab yaitu latar belakang penulisan, permasalahan, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, PERJANJIAN

BAKU DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Bab kedua ini mengkaji tentang pengertian perjanjian yang

(19)

syarat sahnya dan asas-asas perjanjian, jenis-jenis perjanjian;

tinjauan umum tentang perjanjian baku yang terdiri dari pengertian

klausul baku, dan perkembangan perjanjian baku di Indonesia;

tinjauan umum tentang perlindungan konsumen yang didalamnya

terdapat pengertian konsumen dan pelaku usaha, hak konsumen

dan pelaku usaha serta kewajibannya, perlindungan konsumen

terhadap perjanjian baku yang memuat klausul eksonerasi.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERUMAHAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Bab ketiga ini mengkaji tentang tinjauan umum perumahan yang

terdiri dari pengertian perumahan, cara pembayaran rumah dari

pelaku usaha perumahan dalam jual-beli perumahan serta

pembatalan sepihak dalam perjanjian jual-beli rumah.

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP TERHADAP HAK DAN

KEWAJIBAN PARA PIHAK PADA PERJANJIAN BAKU

DALAM PENJUALAN PERUMAHAN DI PT. PANGRIPTA

Bab keempat ini mengkaji tentang perjanjian jual-beli perumahan

dengan menggunakan kontrak baku ditinjau dari Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang-undang Perlindungan

Konsumen, prosedur penjualan perumahan di PT. Pangripta dan

analisis terhadap hak dan kewajiban para pihak pada perjanjian

(20)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini

memuat kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi

dan juga saran yang merupakan usulan dari penulis yang berkaitan

dengan permasalahan-permasalahan yang telah dikaji agar lebih

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Sistem Informasi Geografis Pemilihan Lahan Tembakau di Kabupaten Jember Berbasis Web Menggunakan Metode

Penelitian ini dibatasi dengan mencari formula atenuasi percepatan gerakan tanah maksimum yang sesuai untuk wilayah Lampung serta membuat peta percepatan tanah maksimum

Kepala Bidang Pembudayaan Olahraga, Kasi Pembinaan Sentra, PPLP dan PPLM PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017. DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN

Ada 15 jenis tumbuhan mangrove di HLAK dan kelompok monyet ekor panjang hanya memanfaatkan satu pohon Rhizophora apiculata untuk tidur, dengan ketinggian 16 m

Hal ini dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu diawali dengan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri yang menyebabkan kepayahan otot jantung dalam memompa, maupun

Meskipun terdapat banyak penelitian yang menunjukkan bahwa dislipidemia berhubungan erat dengan angka mortalitas pada penyakit jantung koroner, ternyata hal ini tidak

Metro sebagai ruang terbuka publik Metode deskriptif 7 Desti Rahmiati , Bambang Setioko, Gagoek Hardiman, 2013, Universitas Bandar Lampung Pengaruh Perubahan Fungsi

Kesepakatan bersama yang dibuat antara PT Pelindo II Cabang Cirebon dengan perusahaan Bongkar Muat batu Bara atau pelaku usaha lainnya akan penulis dalami dari