• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh mutu pelaynan kia terhadap kepuasan ibu bersalin secara normal di rumah sakit umum daerah kabupaten aceh tamiang tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh mutu pelaynan kia terhadap kepuasan ibu bersalin secara normal di rumah sakit umum daerah kabupaten aceh tamiang tahun 2016"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

2.1Preeklamsia

Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema. Dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Bila tekanan darah meningkat, tubuh menahan air, dan protein bisa ditemukan dalam urin. Hal seperti ini juga disebut sebagai toxemia atau pregnancy induced hypertension (PIH).Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua (di atas 20 minggu). Setiap ibu hamil memiliki kemungkinan untuk mengalami preeklampsia,sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh wanita hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singgat preeklamsia berat bahkan dapat menjadi eklamsia yaitu dengan tambahan gejala kejang – kejang atau koma (Sarwono, 2010).

(2)

penyebab utama pula kematian dan kesakitan maternal maupun perinatal di Indonesia (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010).

Perkataan “ eklamsia “ berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “

Karena gejala eklamsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian preeklamsia dan eklamsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif dan prevenif. a. Etiologi Preeklamsia

Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus dapat menerangkan hal-halberikut :

1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilanganda, hidramnion dan mola hidatidosa.

2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan

3. Sebab terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus

4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya dan 5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma

(3)

ibu, diabetes , peredaran darahdalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari placenta atau decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi , tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Rupanya tidak hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia (Wiknyosastro,1994 ).

Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkata nangiotensin, renin, dan aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada pre-eklampsia daneklampsia, terjadi penurunan angiotensin, renin, dan aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dan proteinuria. Berdasarkan teori iskemia implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yangdapat meningkatkan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin, dan aldosteron,spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam dan air. Teori iskemia daerah implantasi plasenta, didukung kenyataan sebagai berikut:

1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida,hamil ganda, dan mola hidatidosa.

2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan 3. Gejala penyakitnya berkurang bila terjadi kamatian janin (Manuaba, 1998).

(4)

kandungan disebabkan olehmengurangnya pemberian karbohidrat, protein, dan faktor-faktor pertumbuhanlainnya yang seharusnya diterima oleh janin ( Sibai, 1981).

b. Manifestasi Klinis

Gejala yang biasanya muncul pada ibu yang mengalami preeklamsia meliputi : Kenaikan tekanan darah, proteinuria dan edema. Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Tanda /gejala preeklampsia ringan adalah:Tekanan darah sistol 140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam dan Tekanan darah diastol 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.Berat badan meningkat 1 kilo atau lebih dalam seminggu. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.

Sedangkan penyakit preeklampsia digolongkan berat apabila satu ataulebih tanda / gejala dibawah ini ditemukan: tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, 3+ atau 4+ pada pemeriksaan semikuantitatif.Terjadi gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium dan edema paru-paru atau sianosis.

(5)

pada kunjungan antenatal pertama yang dideteksi sebelum kehamilan minggu ke 20, diagnosis hipertensi esensial dapat ditegakkan (Prawirohardjo, 2006).

c. Faktor Predisposisi Preeklamsia

Beberapa faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi: 1) Paritas

Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan risiko meningkat lagi pada grandemultigravida. Selain itu primitua, lama perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko tinggi timbul preeklamsi (Rochjati, 2003)

Faktor yang mempengaruhi pre-eklampsia frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda (Rozikhan, 2007). Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9% , kehamilan kedua 1,7% dan kehamilan ketiga 1,8%.

(6)

2) Usia

Usia 20 – 35 tahun adalah periode paling aman untuk hamil / melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar dari anak-anak. Padahal daru suatu penelitian ditemukan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2 – 7 % dan tinggi badan 1 %. Dampak dari usia yang kurang, dari hasil penelitian di Nigeria, wanita usia 15 tahun mempunyai angka kematian ibu 7 kali lebih besar dari wanita berusia 20-24 tahun (Harrison, 1985).

Dari hasil penelitian Rozikhan (2007), ibu yang hamil pada usia < 20 tahun dan mempunyai resiko terjadinya preeklamsia berat 3,58 kali dibandingkan ibu hamil yang berusia 20-35 tahun. Sedangkan pada ibu hamil dengan usia > 35 tahun juga memiliki resiko 3,97 kali dibandingkan ibu hamil pada usia 20-35 tahun.Selain itu ibu hamil yang berusia ≥35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi preeklamsi (Rochjati, 2003).

(7)

sangat muda, mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami preeklampsia. Spellacy dkk. (1986) melaporkan bahwa pada wanita diatas usia 40 tahun, insiden hipertensi kerena kehamilan meningkat tiga kali lipat ( 2,7% ) dibandingkan dengan wanita kontrol yang berusia 20-30 tahun. Hansen (1986) meninjau beberapa penelitian danmelaporkan peningkatan insiden preeklampsia sebesar 2-3 kali lipat pada nullipara yang berusia di atas 40 tahun bila dibandingkan dengan yang berusia 25– 29 tahun (Cuningham, 1995).

3) Riwayat hipertensi

Salah satu faktor predisposing terjadinya pre-eklampsia atau eklampsia adalah adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara parawanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus (Supperimposed preeklampsia), bahkan dapat timbul eklampsia dan perdarahanotak ( Benzion, 1994)

(8)

berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai dengan proteinuria atau edema anasarka (Cunningham, 2006).

4) Sosial ekonomi

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara umum, preeklamsi/eklamsi dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih rendah dan pengetahuan yang kurang seperti di negara berkembang seperti Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi masih sering terjadi (Cunningham, 2006).

Penelitian Zamli (2007) menyatakan bahwa dari 94 responden ditemukan ada hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian preeklampsia. Hal ini dikaitkan dengan tingkat pendapatan yang rendah sehingga mereka tidak mampu membeli makanan dengan gizi yang baik

Berdasarkan survey pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tahun 2015 oleh Badan Pusat Statistik, berdasarkan UMR ( Upah Minimum Regional ) provinsi Sumatera Utara, maka UMK (Upah Minimum Kabupaten) untuk wilayah Labuhan Batu pada tahun 2016 sebesar Rp 1.870.000,-.

5) Hiperplasentosis /kelainan trofoblast

(9)

preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut misalnya: kehamilan multiple, diabetes melitus, bayi besar, 70% terjadi pada kasus molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008 ) 6) Genetik

Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yang diturunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre-eklampsia atau mempunyai riwayat prepre-eklampsia/pre-eklampsia dalam keluarga (Manuaba,1998)

Faktor ras dan genetik merupakan unsur yang penting karena mendukung insiden hipertensi kronis yang mendasari. Kami menganalisa kehamilan pada 5.622 nullipara yang melahirkan di Rumah Sakit Parkland dalam tahun 1986 dan 18% wanita kulit putih, 20% wanita Hispanik serta 22% wanita kulit hitam menderita hipertensi yang memperberat kehamilan (Cuningham ,1995). Insiden hipertensi dalam kehamilan untuk multipara adalah 6,2% pada kulit putih, 6,6% pada Hispanik, dan8,5% pada kulit hitam, yang menunjukkan bahwa wanita kulit hitam lebih sering terkena penyakit hipertensi yang mendasari. Separuh lebih dari multipara dengan hipertensi juga menderita proteinuria dan karena menderita superimposed preeclampsia.

(10)

gen-tunggal dengan frekuensi 0,25 paling baik untuk menerangkan hasil pengamatan ini; namun demikian, pewarisan multifaktorial juga dipandang mungkin (Cuningham,1995).

Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti pada ibu yang mengalami preeklamsi 26% anak perempuannya akan mengalami preeklamsi pula, sedangkan 8% anak menantunya mengalami preeklamsi. Karena biasanya kelainan genetik juga dapat mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat menyebabkan terjadinya vasospasme yang merupakan dasar patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro, 2008; Cunningham, 2008).

7) Obesitas

(11)

8) Kehamilan ganda

Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal dan sebagai faktor penyebabnya ialah distensia uterus. Dari penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan bahwa 8 (4,0%) kasus preeklampsia berat mempunyai jumlah janin lebih dari satu, sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai jumlah janin lebih dari satu (Rozikhan, 2007).

9) Riwayat preeklampsia

Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan bahwa terdapat 83 (50,9%) kasus preeklamsia mempunyai riwayat preeklapmsia, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 12 (7,3%) mempunyia riwayat preeklampsia berat.

10)Riwayat penderita diabetus militus

Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan sofoewan menyebutkan bahwa dalam pemeriksaan kadar gula darah sewaktu lebih dari 140 mg % terdapat 23 (14,1%) kasus preeklampsia, sedangkan pada kelompok kontrol (bukan preeklampsia) terdapat 9 (5,3%).

11). Status gizi

(12)

tubuh untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh.Cara penilaian status gizi wanita hamil meliputi, evaluasi terhadap faktor resiko, diet, pengukuran antropometrik dan biokimiawi. Antropometri sebagai indicator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter dari tubuh antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar dada, lingkar kepala, lingkar pinggul dan tebal lemak (Arisman, 2002).

Dalam penelitian Rozikhan (2007) ukuran status gizi responden pada saat dilakukan pendataan dengan melihat indek masa tubuh dengan penilaian : IMT <25 adalah normal, IMT >25 adalah overweight, atau dengan mengukur Lingkar lengan atas ( LILA ), ukuran normal lingkar lengan atas (LILA) 23,5 cm-25 cm dan Obesitas dengan ukuran LILA > 25 cm.

Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga dapat menyumbangkan terjadinya preeklampsia (Rozikhan, 2007 ).

12). Pemeriksaan Antenatal

(13)

memberikan gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri, maka diagnosa dini hanya dapat dibuat dengan antepartum care. Jika calon ibu melakukan kunjungan setiap minggu ke klinik prenatal selama 4-6 minggu terakhir kehamilannya, ada kesempatan untuk melekukan tes proteinuri, mengukur tekanan darah, dan memeriksa tanda-tanda udema. Setelah diketahui diagnosa dini perlu segera dilakukan penanganan untuk mencegah masuk kedalam eklampsia. Disamping faktor-faktor yang sudah diakui, jelek tidaknya kondisi ditentukan juga oleh baik tidaknya antenatal care. Dari 70% pasien primigrafida yang menderita preeklampsia, 90% nya mereka tidak melaksanakan atenatal care.

13) Pekerjaan

(14)

d. Pencegahan kejadian pre-eklampsia dan eklampsia

Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan ataudiagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan,kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan untuk menentukan proteinuria (Wiknjosastro, 1994).

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-eklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganansemestinya. Karena para wanita biasanya tidak mengemukakan keluhan dan jarang memperhatikan tanda-tanda preeklampsia yang sudah terjadi, maka deteksi dini keadaan ini memerlukan pengamatan yang cermat dengan masa-masa interval yang tepat. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah diuraikan diatas. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat dicegahsepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil, antara lain:

a. Diet makanan.

(15)

b. Cukup istirahat

Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan. c. Pengawasan antenatal (hamil)

Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:

1). Uji kemungkinan pre-eklampsia:

a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri

c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema d) Pemeriksaan protein urin

e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati,gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata.

2). Penilainan kondisi janin dalam rahim a) Pemantauan tingi fundus uteri

b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantungjanin, pemantauan air ketuban

(16)

1. Manfaat istirahat dan tidur, ketenangan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.

2. Minum 6-8 gelas air sehari 3. Olahraga yang cukup

4. Serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein

5. Hindari makanan yang digoreng dan junkfood, minum alkohol, berkafein, juga

6. Menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

7. Mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asm folat dan suplemen nutrisi.

8. Mengkonsumsi makanan berserat.

(17)

e. Penanganan pre-eklampsia

Eklampsia merupakan komplikasi obstetri kedua yang menyebabkan 20-30% kematian ibu. Komplikasi ini sesungguhnya dapat dikenali dan dicegah sejak masa kehamilan (preeklampsia). Preeklampsia yang tidak mendapatkan tindak lanjut yang adekuat (dirujuk ke dokter, pemantauan yang ketat, konseling dan persalinan di rumah sakit) dapat menyebabkan terjadinya eklampsia pada trimester ketiga yang dapat berakhit dengan kematian ibu danjanin.Penanganan pre-eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Pengobatan hanya dilakukan secara simtomatis karena etiologi preeklampsia dan faktor-faktor apa dalam kahamilan yang menyebabkannya,belum diketahui. Tujuan utama penanganan ialah (1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan eklampsia; (2) melahirkan janin hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.

Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obtetrik. Pada pre-eklampsia ringan (tekanan darah140/90 mmHg samoai 160/100 mmHg) penanganan simtomatis dan berobat jalan masih mungkin ditangani di puskesmas dan dibawah pengawasan dokter,dengan tindakan yang diberikan: 1. Menganjurkan ibu untuk istirahat (bila bekerja diharuskan cuti), danmenjelaskan

kemungkinan adanya bahaya. 2. Sedativa ringan.

(18)

- Valium 3 x 10 mg 3. Obat penunjang

- Vitamin B kompleks - Vitamin C atau vitamin E - Zat besi

4. Nasehat

- Garam dalam makan dukurangi

- Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin

- Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala,mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik, pernafasan semakin sesak, nyeri epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-berkurang, pengeluaran urin berkurang

5. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.

Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita perlu memperhatikan hal berikut:

a) Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih b) Protein dalam urin 1 plus atau lebih

c) Kenaikan berat badan 11/2 kg atau lebih dalam seminggu d) Edema bertambah dengan mendadak

e) Terdapat gejala dan keluhan subyektif.

(19)

ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus. Setelah persalinan berakhir, jarang terjadi eklampsia, dan janin yang sudah cukup matur lebih baik hidup diluar kandungan dari pada dalam uterus (Manuaba, 1998).

f. Komplikasi

Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi lainnya adalah :

1. Berkurangnya aliran darah menuju plasenta

Preeklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat atau lahir dengan berat kurang.

2. Lepasnya plasenta

Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun ibunya.

3. Sindrom HELLP

(20)

4. Eklamsia

Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal. Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung pada kematian janin maupun ibunya.

5. Komplikasi lainnya

- Solusio plasenta, biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut. - Hipofibrinogenemia.

- Hemolisis.

- Perdarahan otak, merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.

- Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

- Eedema paru-paru. hal ini disebabkan karena payah jantung.

- Nekrosis hati. nekrosis periportal hati merupakan akibat vasospasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.

(21)

- Komplikasi lain. lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation). - Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin (Cuningham, 1995).

2.2Aktifitas Fisik

Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan non farmakologis. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur terbukti dapat membantu menurunkan tekanan darah. Pada zaman sekarang, dengan berbagai kemudahan membuat orang enggan melakukan kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari mereka. Inilah penyebab mengapa hipertensi lebih banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan daripada masyarakat di lingkungan pedesaan. Banyaknya sarana transportasi dan berbagai fasilitas lain bagi masyarakat perkotaan menyebabkan penurunan aktivitas fisik mereka. Padahal, aktivitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah akan menurun (Marliani, 2007)

(22)

terbakar sedikitnya 150 kalori perhari. Salah satu yang bisa dilakukan adalah aerobik. Suatu aktivitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, dikatakan aerobik jika dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru, dan otot-otot (Marliani, 2007).

Dalam penelitian Kosnayani ( 2007 ) aktivitas fisik juga dapat dilihat dari kebutuhan energi untuk aktivitas yang dilakukan sehari-hari dengan cara mencatat semua waktu kegiatan dalam satuan jam dan selanjutnya dikalikan dengan kebutuhan energi untuk tiap jenis aktivitas dalam satuan kalori/kg berat badan/jam.Kebutuhan energi untuk berbagai aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Kebutuhan Energi untuk Berbagai Aktivitas

Aktivitas kal/kg/jam Aktivitas kal/kg/jam

(23)

Menurut FAO/WHO/UNU (2005) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktifitas fisik ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

PAL = ∑ (PAR x alokasi waktu tiap aktifitas) 24 jam

Keterangan :

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity ratio ( Jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu.

Tabel 2.2 Hitungan PAL untuk Setiap Aktivitas

Orang Dewasa PAL

Bergantung pada kursi atau temat tidur 1,2

Pekerjaan duduk dengan sedikit atau tanpa pilihan untuk bergerak dan dengan sedikit atau tanpa aktivitas reaksi

1,4 – 1,5 Pekerjaan duduk dengan keharusan bergerak dan dengan

sedikit atau tanpa aktivitas reaksi.

1,6 -1,7

Pekerjaan berdiri 1,8

Aktivitas reaksi yang intensif dengan jumlah yang signifikan (>3 kali seminggu)

+ 0,3 Pekerjaan manual yang berat atau aktivitas reaksi yang sangat

aktif.

2,0-2,4

Aktivitas fisik dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Ringan (jenis kegiatan 25% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri,75 % untuk berdiri atau bergerak) atau nilai PAL 1,40 – 1,69

(24)

3. Berat (jenis kegiatan 75% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri,25 % untuk berdiri atau bergerak) atau nilai PAL 2,00 – 2,40

Agar ibu hamil tetap bugar dan dapat mempertahankan berat badan ideal sesuai kondisi kehamilannya, pola makan ibu hamil harus bergizi seimbang yang disesuaikan dengan aktivitas fisiknya. Jenis aktivitas yang dilakukan ibu hamil adalah :

1. Senam hamil

Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil secara fisik ataupun mental untuk menghadapi persalinan yang cepat aman dan spontan. Senam hamil biasanya dilakukan saat memasuki trimester ketiga yaitu sekitar usia 28-30 minggu kehamilan. Selain unruk menjaga kebugaran, senam hamil juga diperlukan untuk mempersiapkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama proses persalinan.

Dengan gerakan yang ringan dan disesuaikan dengan kondisi tubuh ibu, senam hamil memiliki banyak manfaat yaitu :

- Memperkuat kelenturan otot

Senam hamil akan memperkuat elastisitas beberapa otot pada dinding perut. Sehingga akan mengurangi nyeri pada perut dan bokong.

- Melatih tekhnik pernapasan

Dengan melakukan senam hamil secara rutin maka ibu akan mendapatkan oksigen secara optimal yang dapat membantu selama proses persalinan.

(25)

Relaksasi sangant dibutuhkan saat proses persalinan, senam hamil sangat membantu ibu untuk mengatasi rasa sakit maupun ketegangan selam proses persalinan.

- Mengurangi keluhan

Senam hamil juga dapat mengurangi keluhan terhadap perubahan bentuk tubuh. - Melancarkan persalinan

Lakukan senam hamil secara teratu setidaknya 3x dalam seminggu, selama trimester kedua dan ketiga. Hindari berbaring telentang karena akan mengurangi aliran darah ke janin.

Hindari latihan yang menguras tenaga hingga ibu terengah-engah, ini adalah tanda bahwa ibu dan janin kekurangan oksigen hindari juga gerakan atau latihan yang dapat menimbulkan trauma atau desakan pada perut ibu.Minumlah banyak cairan sebelum dan saat latihan untuk mengurangi resiko terjadinya dehidrasi.

2. Jalan santai

Jalan kaki santai adalah olahraga yang paling aman yang bisa dilakukn menjelang persalinan, namun ibu tetap harus memperhatikan hal – hal berikut :

Trimester pertama

Jalan kaki dilakukan lebih santai, tidak terlalu cepat seperti sebelum hamil, kenakan pakaian dan sepatu yang nyaman.

(26)

Bagi ibu hamil yang meras tubuhnya lebih berat dan kaku, perlu melakukan penyesuaian gerakan saat jalan kaki. Posisi dagu harus tegak, gerakan panggul lebih perlahan, ayunan kaki harus memperhatikan betul keseimbangan tubuh. Trimester ketiga

Pada masa ini ini, saat berjalan kaki hindari medan berat seperti menanjak atau tidak rata karena dapat mengganggu keseimbangan tubuh ibu hamil, pada saat mendekati persalinan ibu boleh berjalan kaki sebagai bentuk olah raga ringan namun sebaiknya perlu hati-hati.

Bila sebelum hamil ibu jarang berolahraga, maka cara terbaik untuk memulainya adalah berjalan sejauh yang ibu mampu, dengan kecepatan yang dirasa paling aman, frekuensinya tergantung kemampuan ibu, missal 5 – 10 menit setiap pagi dan 5 – 10 menit di sore hari. Secara bertahap , tambahkan 1-2 menit setiap minggu hingga mencapai 30 menit, termasuk pemanasan dan pendinginan dengan frekuensi 3 kali seminggu.

3. Berenang

Berenang bisa dilakukan sejak trimester pertama hingga trimester ketiga kehamilan, namun sebaiknya tetap berhati-hati saat usia kandungan sudah lebih besar, dikarenakan keseimbangan (Manuaba, 2008 )

4. Olahraga statis

(27)

5. Relaksasi menggunakan aroma terapi

Aktifitas relaksasi menggunakan aroma terapi boleh dilakukan ibu hamil, aroma terapi ini dapat meringankan keluhan-keluhan seperti emosi tidak stabil, stree, pegal, mual, nyeri punggung dan memperlancar persalinan.

6. Berbelanja

Melalui aktivitas ini ibu dapat merasa tenang dan nyaman untuk menghilangkan penat, meredakan stress dan juga menjaga kebugaran.

7. Melakukan pekerjaan rumah

Ibu hamil terkadang khawatir ketika melakukan aktivitas rumah, seperti menyapu, membersihkan lantai, mencuci, memasak, akan mempengaruhi kehamilannya, padahal beberapa kegiatan tersebut dapat dilakukan asalkan ibu tidak mengalami kelelahan dan membuat ibu merasa tertekan.

8. Membaca

Dengan membaca ibu hamil akan mengetahui fisiologi kehamilannya, sehingga dapat mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakan.Selain itu, dengan membaca ibu hamil dapat mengetahui hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang harus dihindarkan.

(28)

penyakit jantung, hipertensi yang dialami ibu saat hamil merupakan pemicu terjadinya preeklamsia – eklamsia (Sunita, 2003).

Untuk menciptakan hidup yang sehat, segala sesuatu yang kita lakukan tidak boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal itu sesuai dengan kebutuhan (Depkes RI, 2008).

2.3Penambahan Berat Badan

(29)

Ibu hamil disarankan untuk mengatur berat badan agar tetap berada pada kondisi ideal dan tetap menjaga pola makan dengan gizi cukup dan seimbang. Peningkatan berat badan di trimester pertama memang relatif sedikit, tidak naik atau bahkan berkurang karena muntah-muntah. Peningkatan berat badan yang cukup pesat terjadi di trimester 2 dan 3, pada periode inilah perlu dilakukan pemantauan ekstra terhadap berat badan. Kenaikan total berat badan selama kehamilan, normalnya berkisar antara 12-15 kg, sedangkan memasuki trimester 2 janin tumbuh pesat dengan pertumbuhan kurang lebih 10 gr per hari/minggu ke 16 sekitar 90 gr, minggu ke 20 sekitar 256 gr, minggu ke 24 sekitar 680 gr, minggu ke 27 sekitar 900 gr) (Herawati, 2011).

Pada penelitian yang dilaukan Roberts et al (2011) menunjukkan apabila pada ada ibu hamil dengan penambahan berat badan berlebih akan menghasilkan lemak berlebih pula. Lemak tersebut akan menghasilkan CRP (Protein C-Reactif) dan sitokin inflamasi (IL 6) yang lebih pula. CRP merupakan reaktan fase akut yang dibuat di jaringan adiposa dan akan meningkat pada awal kehamilan. Sedangkan IL 6 (Interleukin 6), merupakan stimulator utama dari reaktan fase akut yang berefek pada dinding pembuluh darah dan sistem koagulasi, mediator inflamasi ini diproduksi di jaringan adiposa. Kenaikan CRP dan IL 6 akan memberikan kontribusi lebih tehadap kejadian oksidatif stress.

(30)

gizi yang bertindak sebagai vasodilatator dengan vasokonstriktor (Endotelin I, tromboksan, Angiotensi II) sehingga akan terjadi vasokontriksi yang luas dan terjadilah hipertensi (Hillary et al, 2007). Dampak vasospasme yang berkelanjutan akan menyebabkan kegagalan pada organ seperti ginjal (proteinuria, gagal ginjal), iskemi hepar, dan akan menyebabkan preeklampsia (Lindheimer et al, 2008).

2.4 Landasan Teori

(31)

Bila digambarkan maka alur pikir faktor risiko preeklamsia adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber: Faktor Predisposisi yang Menyebabkan Preeklamsi Modifikasi Teori (Cunningham, 1995 dan Wiknjosastro, 1994)

umur

Paritas Riwayat

hipertensi

Sosial ekonomi

Hiperplasentosi

Preeklamsia

Vasospasme Aktivasi

Endotel Penurunan perfusi

uterruteroplasenta ANC tidak

baik

Obesitas Penambahan Berat

Badan Genetik

(32)

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari Teori Cunningham (1995) dan Wiknjosastro (1994). Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan variabel umur, paritas, pendapatan, aktifitas fisik dan penambahan berat badan yang diduga berpengaruh terhadap kejadian preeklamsia (Gambar 2.2).

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik :

- Umur - Paritas - Pendapatan

Kejadian Preeklamsia Aktifitas Fisik

Gambar

Tabel 2.1 Kebutuhan Energi untuk Berbagai Aktivitas
Tabel 2.2 Hitungan PAL untuk Setiap Aktivitas
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Jika terdapat 10 warga tidak memiliki sepeda motor maupun sepeda, banyak warga yang hanya memiliki sepeda motor adalah ...... Dari himpunan pasangan berurutan

Arsip merupakan bagian terpenting dalam sebuah instansi. Setiap instansi baik pemerintah maupun swasta pasti memiliki arsip dalam berbagai bentuk. Persipda Salatiga

Berdasarkan data yang telah dideskripsikan pada bagian sebelumnya tentang pola relasi peran suami-isteri dalam kerja domestik terlihat bahwa dalam keluarga H dan I,

Tahapan penelitian pada Gambar 1, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Analisis Kebutuhan dan Pengumpulan Data, pada tahap ini dilakukan wawancara dengan pemilik Depot

Berdasarkan data yang telah dideskripsikan pada bagian sebelumnya tentang pola relasi peran suami-isteri dalam kerja domestik terlihat bahwa dalam keluarga H dan I,

Implementasi Ajax ( Asynchronous Javascript and XML HTTP ) dalam proses evaluasi beban kinerja dosen yang akan dibangun diharapkan dapat membantu pihak PPMAI UKSW

Menurut Lerner, sebagaimana dikutip Fatmagul Bertaky 9 , menyatakan bahwa dengan demikian, cadar tidak saja merupakan simbol kelas atas, tetapi lebih penting lagi,

Berdasarkan hasil pengujian dari masing-masing proses pada Tabel 1, maka dapat disimpulkan bahwa sistem yang dibuat diharapkan dapat membantu pihak LPMAI UKSW dalam