• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Desain Bridge Beam Pada Hoist Crane Dengan Double-Iwf, Box-Girder dan Rangka Baja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Desain Bridge Beam Pada Hoist Crane Dengan Double-Iwf, Box-Girder dan Rangka Baja"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

Setiap struktur baja merupakan gabungan dari batang-batang yang

dihubungkan dengan sambungan. Penyambungan struktur baja dapat dilakukan

dengan alat penyambung, antara lain dengan paku keling, dengan baut atau dengan

las (Charles G. Salmon dan John E. Johnson, 1991)..

Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan

beberapa elemen lainnya, termasuk karbon. Kandungan unsur karbon dalam baja

berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu

ada dalam baja: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil oksigen,

nitrogen dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk

membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya: mangan, nikel,

krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium dan niobium (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Besi dan baja paling banyak dipakai sebagai bahan industri yang

merupakan sumber yang sangat besar, dimana sebagian ditentukan oleh nilai

ekonominya, tetapi yang paling penting karena sifat-sifatnya yang bervariasi. Yaitu

bahwa bahan tersebut mempunyai berbagai sifat dari yang paling lunak dan mudah

dibuat sampai yang paling keras dan tajam untuk pisau pemotong dapat dibuat,

atau apa saja dengan bentuk apapun dapat dibuat dengan pengecoran. Dari unsur

besi dari berbagi bentuk struktur logam dapat dibuat, itulah sebabnya mengapa besi

dan baja disebut bahan yang kaya dengan sifat sifat.

2.1.1. Perencanaan Konstruksi

Perencanaan (desain) konstruksi dapat didefenisikan sebagai perpaduan

antara seni (artistik / keindahan) dan ilmu pengetahuan (science) untuk

(2)

tertentu dan persamaanyaratan estetika. Untuk mencapai tujuan ini, seorang

perencana harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang sifat – sifat fisis material; sifat – sifat mekanis material; analisa struktur dan hubungan antara fungsi rancangan dan fungsi struktur.

Perencanaan (desain) konstruksi harus memiliki kekuatan dan ketahanan

yang cukup, sehingga dapat berfungsi selama umur layanan. Desain harus

menyediakan cadangan kekuatan untuk menanggung beban layanan, terutama

terhadap kemungkinan kelebihan beban. Kelebihan beban dapat terjadi akibat

perubahan fungsi struktur ataupun rendahnya taksiran atas efek-efek beban karena

penyerderhanaan yang berlebih dalam analisis structural. Perencanaan sebuah

profil baja mungkin saja memiliki tegangan leleh dibawah nilai minimum yang

dispesifikasikan, namun masih dalam batas batas statistik yang masih dapat

diterima.

Dengan kata lain, Tujuan dari perencanaan struktur adalah untuk

menghasilkan suatu struktur yang stabil, cukup kuat, awet, stabil, dan memenuhi

tujuan-tujuan lainnya seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Suatu struktur

disebut stabil bila ia tidak mudah terguling, miring, atau tergeser, selama umur

bangunan yang direncanakan.

2.1.2. Prosedur Perencanaan

Prosedur perencanaan terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian perencanaan

fungsional dan perencanaan kerangka struktural.

Perencanaan fungsional adalah perenvcanaan untuk mencapai tujuan yang

dikehendaki seperti:

1. Menyediakan ruang dan jarak yang memadai

2. Menyediakan ventilasi

3. Menyediakan penyejuk ruangan

(3)

5. Menyediakan fasilitas transportasi, seperti tangga, keran, elevator dan

lain-lain

6. Menyajikan bentuk arsitektur yang menarik

Perencanaan kerangka struktur adalah pemilihan tata letak dan ukuran

elemen struktur sehingga beban yang bekerja pada struktur dapat dipikul dengan

baik dan aman. Berikut adalah langkah prosedur perencanaan / desain konstruksi

yang secara umum digunakan, yaitu :

1. Pemilihan tipe dan rancangan struktur.

2. Penentuan besarnya beban – beban yang bekerja pada struktur.

3. Menentukan gaya – gaya dalam dan momen yang terjadi pada struktur. 4. Pemilihan komponen – komponen struktur beserta sambungan sambungan

yang harus memenuhi kriteria kekuatan, kekakuan dan ekonomis.

5. Pemeriksaan ketahanan struktur akibat beban mati dan beban hidup yang

bekerja pada struktur tersebut.

6. Perbaikan akhir

2.1.3. Sifat Baja Sebagai Material Konstruksi

Penggunaan baja sebagai bahan struktur utama dimulai pada akhir abad

kesembilan belas ketika metode pengolahan baja yang murah dikembangkan

dengan skala yang luas.Baja paduan merupakan campuran dari baja dan beberapa

jenis logam lainnya dengan tujuan untuk memperbaiki sifat baja karbon yang

relatif mudah berkarat dan getas bila kadar karbonnya tinggi.

Baja merupakan bahan yang mempunyai sifat struktur yang baik. Baja

mempunyai kekuatan yang tinggi dan sama kuat pada kekuatan tarik maupun tekan

dan oleh karena itu baja adalah elemen struktur yang memiliki batasan sempurna

yang akan menahan beban jenis tarik aksial, tekan aksial, dan lentur dengan

(4)

Sifat yang dimiliki baja yaitu kekakuannya dalam berbagai macam keadaan

pembebanan atau muatan, terutama tergantung pada:

 Cara peleburannya

 Jenis dan banyaknya logam campuran

 Proses yang digunakan dalam pembuatan

2.1.3.1. Kekuatan Tinggi

Kekuatan yang tinggi dari baja per satuan berat mempunyai konsekuensi

bahwa beban mati akan kecil. Hal ini sangat penting untuk jembatan bentang

panjang, bangunan tinggi, dan bangunan dengan kondisi tanah yang buruk.

Kekuatan baja per volume adalah paling tinggi jika dibandingkan dengan

material lain baik dari segi tarik, tekan maupun lentur. Baja struktural umumnya

mempunyai tegangan putus minimum (fu) antara 340 s/d 550 Mpa dan tegangan

leleh minimum (fy) antara 210 s/d 410 Mpa. Oleh karena itu baja dapat menahan

berbagai tegangan seperti tegangan lentur.

Baja adalah material yang sangat ulet sehingga dapat memikul beban yang

berulang – ulang. Komponen struktur baja yang dibebani sampai mengalami

deformasi besar, masih mampu menahan gaya – gaya yang cukup besar tanpa mengalami fraktur. Keuletan ini dibutuhkan jika terjadi konsentrasi tegangan

walaupun tegangan yang masih dibawah batas yang diizinkan. Pada bahan yang

tidak memiliki keuletan yang tinggi, keruntuhan dapat terjadi pada tegangan yang

rendah dan akan bersifat getas ( keruntuhan secara langsung ).

2.1.3.2. Permanen

Sifat-sifat baja baik sebagai bahan bangunan maupun dalam bentuk struktur

dapat terkendali dengan baik sekali dikarenakan sifat – sifat baja tidak berubah terhadap waktu dan hampir seluruh bagian baja memiliki sifat - sifat yang sama

(5)

Para ahli dapat mengharapkan elemen elemen dari konstruksi baja ini akan

berperilaku sesuai dengan yang diperkirakan dalam perencanaan. Dengan

demikian bisa dihindari terdapatnya proses pemborosan yang biasanya terjadi

dalam perencanaan akibat adanya berbagai ketidakpastian.

2.1.3.3. Elastisitas

Elastisitas adalah kemampuan suatu bahan unuk kembali kebentuk semula

setelah pembebanan ditiadakan atau dilepas. Modulus elastisitas merupakan

indikator dari sifatelastis. Adanya penambahan logam pada baja akan

meningkatkan kemampuan elastisitasnya dengan nilai modulus elastisitas yang

lebih besar dari sebelumnya.

Kemampuan atau kesanggupan untuk dalam batas–batas pembebanan

tertentu sesudahnya pembebanan ditiadakan kembali kepada bentuk semula.

Elastisitas baja mendekati perilaku seperti asumsi yang direncanakan oleh

perencana, karena mengikuti hukum Hooke, walaupun telah mencapai tegangan

yang cukup tinggi. Modulus elastisitasnya sama untuk tarik dan tekan.

2.1.3.4. Daktalitas

Daktalitas adalah kemampuan struktur atau komponennya untuk

melakukan deformasi inelastik bolak – balik berulang diluar batas titik leleh pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar kemampuan daya dukung

bebannya.

Manfaat daktalitas bagi kinerja struktural adalah pada saat baja mengalami

pembebanan yang melebihi kekuatannya, baja tidak langsung hancur tetapi akan

meregang sampai batas daktalitas. Demikian juga pada beban siklik, daktalitas

(6)

2.1.3.5. Keseragaman

Keseragaman adalah kondisi dimana semuanya sama. Dikarenakan bahan

konstruksi baja adalah bahan yang diproduksi oleh pabrik sehingga sifat baja lebih

homogen dan konsisten. Bentuk dan kualitas lebih terkendali sehingga bangunan

dari material baja akan lebih sesuai dengan perencanaan.

2.1.4. Kelebihan dan Kelemahan Baja Sebagai Material Konstruksi

Dibandingkan dengan konstruksi lain seperti beton atau kayu pemakaian

baja sebagai bahan konstruksi mempunyai keuntungan dan kerugian, yaitu:

a) Keuntungan :

 Baja lebih mudah untuk dibongkar atau dipindahkan

 Konstruksi baja dapat dipergunakan lagi

 Bila dibandingkan dengan beton baja lebih ringan

 Pemasangannya relatif mudah

 Baja sudah mempunyai ukuran dan mutu tertentu dari pabrik

b) Kekurangan:

 Baja dapat terkena karat sehingga membutuhkan perawatan

 Memerlukan biaya yang cukup besar dalam pengangkutan

 Dalam pengerjaannya diperlukan tenaga ahli dalam hal konstruksi baja

(7)

2.1.5. Diagram Tegangan-Regangan

Dalam peraturan AISC 2005, perhitungan rumus kekuatan nominal (Pn)

menggunakan tegangan leleh (Fy) maupun tegangan ultimate (Fu), pemilihan

tegangan baik itu Fy maupun Fu didasarkan atas kemampuan struktur

mempertahankan stabilitasnya setelah beban maksimum diberikan.

Apabila terdapat sebatang baja yang memiliki penampang konstan

sepanjang bentangnya kemudia diberikan beban sebesar P. maka akan

mendapatkan sebuah gambar tegangan-regangan sebagai berikut:

Dengan asumsi bahwa beban yang bekerja konsentris, maka regangan

pada titik yang trjadi di titik manapun pada potongan penampang menjadi ∈=

ᵟ/L dan tegangan yang terjadi di titik manapun pada potongan penampang menjadi f = P / A. gambar dibawah merupakan gambar hubungan tegangan – regangan secara umum.

Gambar 2.1 batang yang diberikan beban aksial dan grafik hubungan antara beban yang diberikan dengan perpendekan yang terjadi

(8)

2.1.6. Sifat – Sifat Mekanis Baja Struktural

Baja merupakan logam yang berunsurkan Fe dan C, yang umumnya

digunakan dalam bentuk plat, lembaran, pipa, dan batang. Sifat mekanik adalah

salah satu sifat penting, karena sifat mekanik menyatakan kemampuan suatu bahan

(termasuk juga komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk menerima beban

/ gaya / energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan/komponen tersebut.

Pencampuran dari baja dan beberapa jenis logam lainnya dengan tujuan

untuk memperbaiki sifat baja karbon yang relatif mudah berkarat dan getas bila

kadar karbonnya tinggi. Selain itu, penambahan unsur paduan juga bertujuan untuk

memperbaiki sifat mekanik diantaranya.

Gambar 2.2. gambar hubungan tegangan – regangan baja

(9)

Sifat-sifat mekanik bahan merefleksikan hubungan antara pembebanan

yang diterima suatu bahan dengan reaksi yang diberikan atau deformasi yang akan

terjadi . Sifat-sifat ini didapat dengan melakukan uji laboratorium yang didesain

secara teliti yang dapat merepresentasikan sedekat mungkin kondisi nyatanya.

2.1.6.1. Tegangan Putus ( Ultimate Stress )

Tegangan putus (ultimate stress) adalah nilai tegangan yang terjadi disaat

baja telah mencapai kekuatan maksimum (ambang batas) yang bisa mengakibatkan

baja terputus. Tegangan putus untuk perencanaan (Fu) tidak boleh diambil

melebihi nilai yang ditetapkan oleh tabel 2.1

2.1.6.2. Tegangan Leleh ( Yielding Stress )

Tegangan leleh (yield stress) adalah nilai tegangan yang terjadi saat

melampaui tegangan dasar atau masuk ke daerah inelastis (gambar 2.2), maka

material akan meregang dengan sangat cepat. Tegangan Leleh untuk perencanaan

(Fy) tidak boleh diambil melebihi nilai yang ditetapkan oleh tabel 2.1

Jenis Baja Tegangan putus

Tabel 2.1 Sifat Mekanis Baja Struktural

(10)

2.1.6.3. Sifat – Sifat Mekanis Lainnya

Sifat – sifat mekanis lain baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan oleh bapak M.Vable dari buku Mechanic of material sebagai berikut :

 Modulus Elastisitas : E = 200.000 Mpa

Pada umumnya bahan struktural berperilaku elastis dan linear saat

mulai dibebani sampai titik tertentu maka akan berubah kurvanya seperti

pada gambar 2.3.

Sehingga nilai modulus elastisitas didapat dari kemirinagn kurva

tegangan regangan dengan bantuan hukum hooke. Dengan � adalah

tegangan aksial, � adalah regangan aksial, dan E adalah modulus

elastisitas.

� = . � …..persamaan (2.1)

Gambar 2.3. hubungan modulus elastisitas dengan tegangan - regangan

(11)

 Modulus Geser : G = 80.000 Mpa

Jika pada modulus elastisitas adalah berhubungan dengan

tegangan maka modulus geser memiliki hubungan dengan torsi. Dengan

bantuan hokum hooke maka didapatkan persamaanamaan berikut

dimana, � adalah tegangan geser, � adalah regangan geser, dan G adalah

modulus geser.

� = . � …..persamaan (2.2)

Khusus untuk kasus tarik pada modulus elastisitas dapat

dihubungkan dengan kasus geser dengan persamaanamaa berikut:

= + …..persamaan (2.3)

Dimana adalah poisson ratio. Dikarenakan poisson ratio pada

bahan biasa bernilai antara nol dan setengah, maka dapat disimpulkan

bahwa nilai modulus geser memiliki nilai hampir sepertiga atau setengah

dari nilai modulus elastisitas.

 Poisson Ratio : = 0.25 – 0.35

Poisson ratio adalah perbandingan antara perpanjangan arah

lateral dengan arah longitudinal. Dengan kata lai dapat dismpulkan

persamaanamaaan poisson ratio adalah

= …..persamaan(2.4)

Dengan ketentuan saat mengalami tarik regangan bernilai

positif dan sebaliknya. Untuk bahan isotropic utuk bahan seperti meral

memiliki nilai poisson ratio antara 0,25 sampai 0,35. Untuk bahan

seperti gabus maka memiliki nilai poisson sebesar 0. Pada beton

(12)

nilai limit atau batas sebesar 0,5 salah satu bahan yang kita kenal

memiliki nilai poisson tersebut adalah karet.

 Koefisien Pemuaian : α = 12 x 10 ^ -6 / ºC

Pemuaian adalah perubahan suatu benda yang bisa menjadi

bertambah panjang, lebar, luas, atau berubah volumenya karena terkena

panas (kalor). Singkat cerita pemuaian adalah perubahan ukuran benda

jika terkena suhu.

Koefisien pemuaian adalah bilangan yang menyatakan

pertambahan panjang tiap satuan panjang zat per tingkatan suhu o C.

tabel koefisien muai panjang adalah sebagai berikut:

No Jenis Zat : koefisien muai panjang/ o C

1 Alumunium 0,000026

2 Tembaga 0,000017

3 Besi 0,000012

4 Baja 0,000011

5 Platina 0,000009

Tabel 2.2. nilai koefisien muai logam Struktural

(13)

2.1.7. Baja Struktural yang Umum Digunakan

Fungsi struktur merupakan faktor utama dalam menentukan konfigurasi

struktur. Berdasarkan konfigurasi struktur dan beban rencana, setiap elemen atau

komponen dipilih untuk menyanggah dan menyalurkan beban pada keseluruhan

struktur dengan baik. Secara umum baja yang dapat kita jumpai sehari hari dapat

dilihat pada gambar 2.4.

Adapun jenis – jenis baja struktural yang umum digunakan adalah profil baja giling / canai panas (rolled steel shape) dan profil baja yang dibentuk dalam

keadaan dingin (cold formed steel shapes).

Pemakaian baja canai dingin berbeda dibanding baja canai panas.

Meskipun ringan, tetapi perilaku bahan dan keruntuhannya relative kompleks,

sehingga risiko gagal lebih tinggi apalagi jika dipakai untuk konfigurasi struktur

yang tidak biasa. Tentang hal itu, sudah banyak Negara yang memahami sehingga

dibuat peraturan perencanaan yang berbeda.

Gambar 2.4. Standar Tipe Penampang Profil Baja

(14)

2.1.7.1 Profil Baja Wide Flange (WF)

Profil WF (Wide Flange) adalah salah satu profil baja struktural yang paling populer digunakan untuk konstruksi baja. Namun, profil ini ternyata punya

banyak nama. Ada yang menyebutnya dengan profil H, HWF, H-BEAM, IWF, dan

I. ``Profil WF terutama digunakan sebagai elemen struktur balok dan kolom.

Semakin tinggi profil ini, maka semakin ekonomis. Untuk banyak aplikasi profil

M mempunyai penampang melintang yang pada dasarnya sama dengan profil W,

dan juga memiliki aplikasi yang sama. Berikut adalah contoh gambar baja IWF

(gambar2.5)

2.1.7.2. Profil Baja berbentuk persamaanegi atau persamaanegi panjang (Box Girder)

Profil box girder adalah suatu profil baja berongga persamaanegi atau berbentuk kotak, simetri ganda, yang dibebani pada salah sau sumbunya.

Klasifikasi pelat badan tertentu, yaitu kategori kompak atau non kompak,

sedangkan klasifikasi pelat sayap terdapat semua kategori, yaitu kompak, non

kompak maupun langsing.

(15)

Pada box girder terlihat adanya dummy. Dummy adalah sebuah struktur bantu

untuk mendistribusikan beban terpusat agar tidak menimbulkan kerusakan lokal

baik pada elemen sayap profil maupun pada elemen badan profil. Dibawah ini

adalah contoh profil box girder (gambar2.6.).

2.1.7.3. Profil Baja Kanal C (CNP)

Profil C merupakan salah satu profil baja tipis yang dibentuk secara dingin

(cold formed), dan banyak digunakan untuk struktur yang ringan, misalnya untuk

balok gording. Apabila dilihat dari bentuk geometri profil C yang tidak simetris,

serta rasio lebar dan tebal (b/t) yang besar, maka stabilitas dari profil semacam ini

sangat kurang. Kegagalan yang dialami oleh profil C ini biasanya ialah kegagalan

karena stabilitas, misalnya profil akan mengalami tekukan atau puntiran yang besar

sebelum kekuatan bahannya mencapai tegangan lelehnya.

Ketidak-stabilan profil C pada dasarnya disebabkan oleh bentuk geometri

penampang dan rasio b/t yang sangat besar, sehingga upaya untuk membuat stabil

profil C dapat dilakukan dengan memberi perkuatan pada bagian sayap yang

terbuka. Dengan memberi perkuatan dengan baja tulangan yang menghubungkan

antara sayap atas dan bawah pada bagian sisi profil yang terbuka (Gambar 2.7) ini

diharapkan dapat menambah stabilitas penampang, disamping juga untuk

(16)

mengurangi ketidak-simetrisan bentuk profil C. Pekuatan ini dipasang pada jarak

tertentu dengan variasi jarak adalah kelipatan dari tinggi profil (h), dan disambung

dengan las pada bagian bibir profil C.

Profil C merupakan salah satu profil yang dibentuk secara dingin (cold

formed), dan biasanya profil semacam ini mempunyai rasio lebar dan tebal (b/t)

yang besar. Menurut Tall (1974), proses pembentukan secara dingin ini

mengakibatkan perubahan property materialnya, dan biasanya akan meningkatkan

tegangan lelehnya. Gambar 2.8 menunjukkan pengaruh dari coldforming profil C,

dimana angka-angka yang ditunjukkan merupakan nilai kekerasan material yang

dinyatakan dalam Diamond Penetration Number (DPN). Nilai DPN ini

menunjukkan peningkatan tegangan lelehnya.

Gambar 2.7. Bentuk Penampang Profil C dengan dan Tanpa Perkuatan

Sumber: perilaku lentur baja profil C tunggal dengan menggunakan perkuatan tulangan arah vertikal,sinaga (2005)

(17)

Sinaga (2005) memperkuat profil C pada sayap yang terbuka dengan baja

tulangan arah vertikal, dengan berbagai variasi jarak. Hasil yang diperoleh dari

penelitian ini ialah profil C mengalami kenaikan kemampuan lentur antara 69,26%

sampai 153,34% sesuai dengan jarak perkuatan. Semakin dekat jarak perkuatan

semakin besar penambahan kekuatan yang diperoleh.

2.1.7.4. Profil Baja T (tee)

Baja T atau sering disebut juga balok tee adalah sebuah profil baja yang berbentuk T yang bisa juga diambil dari profil IWF yang dibelah menjadi 2 bagian.

Bagian atas profil T yang berbentuk melebar adalah bagian untuk menahan gay

tekan sedangkan bagian vertical atau bagian bawah digunakan untuk menahan gaya

geser ataupun untuk mengurangi gaya puntir yang akan terjadi pada baja T.

Jika kita membandingkan antara baja T dengan baja IWF maka baja T

memiliki kelemahan yaitu tidak adanya flens 1 bagian sehingga ada 1 bagian antara

tegangan tarik bawah atau tegangan tekan bagian atas tidak akan diperhitungkan.

Sehingga jika untuk menahan tekan balok T pada umumnta digunakan pada slab

lantai agar balok T bisa menahan gaya tekan (gambar 2.9 a). Sedangkan jika dibalik

seperti gambar 2.9 b maka gaya tarik pada flens la yang akan kita gunakan pada

bab 4 sebagai penahan tarik dan lentur pada bridge beam hoist crane.

(18)

2.2. Metode Perencanaan Konstruksi Baja

Terdapat 2 metode perencanaan konstruksi baja pada SNI baja 2015,

yaitu:

 Metode ASD ( Allowable Stress Design )

 Metode LRFD ( Load Resistance Factor Design )

2.2.1. Metode ASD ( Allowable Stress Design )

Metode ASD (Allowable Stress Design) merupakan metode yang paling

konvensional dalam perencanaan konstruksi. Metode ini menggunakan beban

servis sebagai beban yang harus dapat ditahan oleh material konstruksi. Agar

konstruksi aman maka harus direncanakan bentuk dan kekuatan bahan yang

mampu menahan beban tersebut. Tegangan maksimum yang diizinkan terjadi pada

suatu konstruksi saat beban servis bekerja harus lebih kecil atau sama dengan

tegangan leleh (σy). Untuk memastikan bahwa tegangan yang terjadi tidak melebihi tegangan leleh (σy) maka diberikan faktor keamanan terhadap tegangan

izin yang boleh terjadi.

Besaran faktor keamanan pada persamaan (2.7) yang diberikan lebih

(19)

sehingga boleh dipastikan bahwa nilai safety factor (�) adalah sebesar 1,67 ;

dengan kesimpulan bahwa nilai tegangan izin tidak lebih besar dari 0,6 Fy.

Perencanaan memakai ASD akan memberikan penampang yang lebih

konvensional.

2.2.2. Metode LRFD ( Load Resistance Factor Design )

Metode LRFD ( Load Resistance Factor Design ) lebih mementingkan

perilaku bahan atau penampang pada saat terjadinya keruntuhan. Seperti kita

ketahui bahwa suatu bahan (khususnya baja) tidak akan segera runtuh ketika

tegangan yang terjadi melebihi tegangan leleh (Fy), namun akan terjadi regangan

plastis pada bahan tersebut. Apabila tegangan yang tejadi sudah sangat besar maka

akan terjadi strain hardening yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tegangan

sampai ke tegangan runtuh / tegangan ultimate (FU). Pada saat tegangan ultimate

dilampaui maka akan terjadi keruntuhan bahan. Metode LRFD umumnya

menggunakan perhitungan dengan menggunakan tegangan ultimate (FU) menjadi

tegangan izin, namun tidak semua perhitungan metode LRFD menggunakan

tegangan ultimate (FU) ada juga perhitungan yang menggunakan tegangan leleh

(Fy), terutama pada saat menghitung deformasi struktur yang mengakibatkan

ketidakstabilan struktur tersebut.

Metode LRFD menggunakan beban terfaktor sebagai beban maksimum

pada saat terjadi keruntuhan. Beban servis akan dikalikan dengan faktor amplikasi

yang tentunya lebih besar dari 1 dan selanjutnya akan menjadi beban terfaktor.

Selain itu kekuatan nominal (kekuatan yang dapat ditahan bahan) akan diberikan

faktor resistansi juga sebagai faktor reduksi akibat dari ketidak sempurnanya

pelaksanaan dilapangan maupun di pabrik.

�� �� …..persamaan(2.8)

Dimana : Ru = Kuat perlu

� = Faktor tahanan

(20)

Besaran faktor resistansi berbeda – beda untuk setiap perhitungan kekuatan yang ditinjau, misalnya : untuk kekuatan tarik digunakan faktor reduksi

0,9 dan untuk kekuatan tekan digunakan faktor reduksi 0,75. Dapat dilihat bahwa

untuk penampang yang sama hasil kekuatan nominal yang akan didapat dari

metode LRFD akan lebih tinggi dari metode ASD.

Komponen struktur Faktor tahanan Ø

Pada penelitian sebelumnya optimasi desain pada penampang gelagar

utama dari jenis box girder untuk kapasitas 7 ton dengan bentang 20 meter. Dengan

perhitungan statis dan dinamis pokok (stress- strain and frequency analysis) pada

2 model yaitu dengan tebal pelat girder 12 mm dan 7 mm. mendapatkan hasil

Tabel 2.3. faktor tahanan Ø

(21)

pengurangan massa sebesar 38% dengan memperimbangkan stabilitas kontruksi

dan tegangan leleh. (Ajla Bećirović, Dušan Vukojević, Fuad Hadžikadunić, TMT 2011)

2.3.1. Rasio lebar – tebal dan klasifikasinya

Klasifikasi profil adalah salah satu tahapan awal dalam perencanaan

struktur baja. Klasifikasi profil dipakai untuk antisipasi terhadap tekuk lokal dari

elemen – elemen penyusun profil karena perbedaan nilai momen nominal yang dapat dilihat pada gambar 2.10.

Elemen – elemen penyusun profil diklasifikasi menjadi 3, yaitu:

 Elemen kompak

 Elemen non – kompak

 Elemen langsing

Elemen kompak adalah konfigurasi geometri penampang yang paling efisien digunakan dalam pemanfaatan material. Dikarenakan kemampuan profil

mencapai momen plastis, yaitu perilaku keruntuhan yang bersifat daktail, sehingga

termasuk kriteria yang lebih ketat , termasuk jarak pertambatan lateralnya.

Elemen non kompak adalah konfigurasi geometri penampang yang satu tigkat lebih kecil jika dibandingkan dengan penampang kompak. Ketika

penampang non – kompak dibebani maka serat tepi terluar dapat mencapai nilai tegangan leleh sehingga akan membentuk tekuk lokal terlebih dahulu.

Elemen langsing adalah konfigurasi geometri penampang yang paling tidak efisien jika ditinjau dari segi pemakaian material. Ketika penampang langsing

(22)

2.3.2. Perencanaan Balok Lentur

Suatu komponen yang mendukung beban transversal seperti beban mati

dan beban hidup menurut SNI 1729-2015 memiliki beberapa persyaratan, yaitu:

a) Hubungan Antara Pengaruh Beban Luar.

Untuk sumbu kuat (sb x) harus memenuhi ≤ Ø .

Untuk sumbu lemah (sb y) harus memenuhi ≤ Ø .

, = Momen lentur terfaktor arah sumbu x dan y, N.mm.

= Kuat nominal dari momen lentur memotong arah y,

N.mm.

Ø = Faktor reduksi (0,9).

= Kuat nominal dari momen lentur penampang.

diambil nilai yang lebih kecil dari kuat nominal

penampang, N-mm.

Gambar 2.10. Perilaku penampang berdasarkan klasifikasi

(23)

b) Tegangan Lentur dan Momen Plastis.

Tegangan lentur merupakan tegangan yang diakibatkan oleh

bekerjanya momen lentur pada benda. Sehingga pelenturan benda

disepanjang sumbunya menyebabkan sisi bagian atas tertarik,

karena bertambah panjang dan sisi bagian bawah tertekan, karena

memendek. Dengan demikian struktur material benda di atas sumbu

akan mengalami tegangan tarik, sebaliknya dibagian bawah sumbu

akan mengalami tegangan tekan.

Distribusi tegangan pada sebuah penampang akibat momen

lentur dapat dilihat pada gambar 2.11 dibawah. Pada daerah beban

layan, penampang masih memiliki sifat elastis pada gambar 2.11.1,

kondisi tersebut dapat berlangsung hingga tegangan pada serat

terluar mencapai kuat lelehnya (�). Setelah mencapai tegangan

leleh (εy), tegangan akan terus naik tanpa diikuti kenaikan tegangan.

Ketika kuat leleh tercapai pada serat terluar (gambar 2.11.2),

tahanan momen nominal sama dengan momen leleh Myx, dan

besarnya adalah :

= = . � …..persamaan(2.9)

Dan pada saat kondisi semua serat dalam penampang

melampaui regangan lelehnya maka dinamakan kondisi plastis

(gambar 2.11.4). Tahanan momen nominal dalam kondisi ini

dinamakan momen plastis Mp, dan besarnya :

(24)

c) Stabilitas

Stabilitas harus disediakan untuk struktur secara keseluruhan

dan untuk setiap elemennya. Stabilitas pada balok yang harus

diperhitungkan adalah lentur, geser, dan lendutan.

Jika balok dapat dihitung pada keadaan stabil dalam kondisi

plastis penuh maka kekuatan momen nominal dapat diambil sebagai

kapasitas momen plastis.

= < …..persamaan(2.11)

(25)

d) Kuat Lentur Nominal dengan Pengaruh Tekuk Lateral (LTB)

Kuat momen pada tipe kompak merupakan fungsi panjang

tanpa pertambatan, (gambar 2.12). Yang didefinisikan sebagai

jarak antara titik-titik pada dukung lateral atau pertambatan. Kuat

lentur nominal dengan pengaruh tekuk lateral (LTB) dapat dilihat

pengaruhnya pada gambar 2.13 terbagi atas 3 bagian dan , yaitu:

 LB < LP  LP < LB < LR  LR < LB

Gambar 2.12. Pertambatan Lateral

Gambar 2.13. Kondisi batas balok lentur

(26)

2.3.3. Pengaruh tekuk lateral dengan perbedaan lokasi pembebanan

Penelitian untuk mengevaluasi efek dari perbedaan lokasi pembebanan

balok pada pengaruh tekuk lateral telah dilakukan.melalui pengujian serta

penelitian analitis lokasi pembebanan terhadap balok ditemukan sangat

berkontribusi terhadap pengaruh tekuk lateral. Lokasi pembeanan yang dicertakan

diatas dapat dilihat melalui gambar 2.14.

Pengaruh tekuk lateral pada letak pembebanan yang berbeda juga

menentukan nilai momen kritis (Mcr). Pada penelitian Clark and Hill (1960), tentang “LATERAL BUCKLING OF BEAMS” telah menemukan solusi

mendapatkan nilai momen kritis (Mcr) terdapat pada persamaan(2.9).

= � √ [√ + � ∅

( + )

± �

∅ √ ]

....persamaan(2.12)

Gambar 2.14. efek lokasi pembebanan

(27)

Persamaanamaan diatas masih kekuran 1 bagian penjelasan yaitu tentang

besar kecilnya nilai C2. Nilai C2 adalah nilai berdasarkan jenis pembebanan serta

jenis perletakan yang direncanakan seperti gambar 2.15.

2.3.4. Perencanaan batang tekan

Pada struktur batang tekan lebih dikenal dengan nama kolom yang dapat

kita lihat pada gambar 2.16. Perencanaan dimensi batang tekan lebih sulit dari pada

perencanaan batang tarik, karena adanya perilaku tekuk lateral selain gaya aksial

tekan.

Gambar 2.16. kolom terminal cengkareng

Gambar 2.15. nilai C2

(28)

Perilaku tekuk lateral dipengaruhi oleh nilai kelangsingan kolom (gambar

2.17) yaitu nilai banding antara panjang efektif kolom dengan jari-jari girasi

penampang kolom. Apabila nilai kelangsingan kecil, maka penampang kolom

termasuk dalam tekuk inelastis (perilaku kolom pendek). Tetapi bila angka

kelangsingan kolom besar, maka kolom akan termasuk dalam tekuk elastis

(perilaku kolom panjang).

Dengan kata lain batang tekan adalah suatu komponen struktur yang

menahan gaya tekan konsentris akibat beban terfaktor (� ), harus memenuhi

persamaanyaratan sebagai berikut :

� ≤ ∅� …..persamaan(2.13)

Gambar 2.17. kurva tekuk elastis dan tekuk inelastis

(29)

2.3.5. Perencanaan batang tarik

Batang tarik didefinisikan sebagai batang-batang dari struktur yang dapat

menahan pembebanan tarik yang bekerja searah dengan sumbunya. Batang tarik

umumnya terdapat pada struktur baja sebagai batang pada elemen struktur

penggantung dan rangka batang (jembatan, atap dan menara) yang dapat dilihat

pada gambar 2.18. Selain itu, batang tarik sering berupa batang sekunder seperti

batang untuk pengaku sistem lantai rangka batang atau untuk penumpu antara

sistem dinding berusuk (bracing).

Batang tarik adalah suatu komponen struktur yang menerima gaya tarik

aksial murni akibat beban terfaktor (� ), harus memenuhi persamaanyaratan

sebagai berikut :

≤ ∅� …..persamaan(2.14)

Gambar 2.18. atap wembley stadion

Gambar

Gambar 2.1   batang yang diberikan beban aksial dan grafik hubungan antara beban    yang diberikan dengan perpendekan yang
Gambar 2.2.  gambar hubungan tegangan – regangan baja
Tabel 2.1   Sifat  Mekanis Baja Struktural
Gambar 2.3.  hubungan modulus elastisitas dengan tegangan - regangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah mengetahui stasiun kerja mana yang menyebabkan adanya bottleneck pada Departemen Knitting dan Departemen BDF, mengidentifikasi lini pembuatan kain

pengembangan fitur aplikasi PMB tersebut masih mengalami kendala pada fitur verifikasi pembayaran secara otomatis dari proses pembayaran pendaftar, kendalanya adalah

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pengadukan cepat harus dilakukan dalam waktu yang singkat, merata dan dengan enerji yang dapat menghasilkan nilai G yang tepat...

Dari uraian sintak penerapan pembelajaran kimia dengan metode pembelajaran project based learning yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan suatu tahapan

Kategorik Skor pernyataan tentang keyakinan pelayanan kesehatan * Kategorik Berapa kali menggunakan pelayanan kesehatan rawat jalan dengan menggunakan kartu jpk jamsostek selama

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka penulis menyimpulkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

Dengan melakukan dekompilasi pada method string decryption, kemudian memasukkan method ini ke sebuah transformasi bytecode, maka bisa dilakukan decryption pada

Asas maju berkelanjutan (continuous progress) yang artinya memberi kemungkinan kepada murid untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Penekanan pada