DAFTAR PUSTAKA
American Institute of Steel Construction. (2010). Specification for structural steel
buildings. Chicago: AISC.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung. SNI 03 – 1729 – 2002. Departemen Pekerjaan Umum Badan Standardisasi Nasional. (2010). RSNI 03-1727-2010: Beban Minimum
untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Jakarta.
Barry Robin. 2008. The Construction of Buildings, jilid 4. Wiley Blackwell
Dennis Lam. 2008. Structural Steelwork. Design to Limit State Theory, Third
Edition. Elsevier International
HITACHI. HITACHI hoist series. http://www.hitachi-ies.co.jp/ english/ products/ hst/ (diakses 13 april 2016)
James M. Gere, Stephen P. Timoshenko; alih bahasa, Bambang Suryoatmono.
1996. Mekanika Bahan jilid 1, Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga, 2000.
Leonard Spiegel & George F. Limbrunner. 1991. Design Baja Struktur Terapan.
Bandung : Penerbit Eresco
Padosbajayo. 1994. Pengetahuan Dasar Struktur Baja. Yogyakarta : Nafri Offset
Rudy Gunawan, Ir. Dengan Petunjuk Morisco Ir., 1987. Tabel Profil Konstruksi
Baja. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Wiryanto Dewobroto. 2010. Desain Struktur Baja Berdasarkan AISC 2011.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Pendahuluan
Bagian ini membahas tentang metodologi penelitian perencanaan bridge
beam pada hoist crane dengan menggunakan 3 model,yaitu:
Double IWF
Double box-girder
Rangka baja
Struktur akan didesain seekonomis mungkin dan mengacu pada
persamaanyaratan-persamaanyaratan kinerja lendutan, momen, gaya lintang,
tegangan, dsb sesuai dengan SNI 1729-2015.
Tahapan penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan desain dan ukuran bentang bridge beam.
2. Membuat variasi permodelan dengan bentang 20 m dan 30 m.
3. Menggunakan pembebanan terpusat sebesar 10 ton.
4. Menghitung pembebanan yang terjadi pada bridge beam.
5. Memasukkan parameter utama yaitu masing-masing desain bridge beam
pada hoist crane, antara lain profil double IWF, profil double box-girder,
serta rangka baja dengan bantuan program SAP2000.
6. Hasil output program perhitungan diproses dalam perhitungan manual
agar didapatkan desain dan ukuran kolom, balok, dan profil rangka atap
yang memenuhi ijin SNI 1729-2015.
7. Setelah masing-masing model bangunan mendapatkan kekuatan yang
memenuhi ijin, maka ditetapkanlah sebagai model akhir.
8. Dari gambar akhir bangunan inilah, dihitung volume berat baja yang
dipakai untuk masing-masing model.
9. Dari ketiga model tersebut akan diambil penarikan kesimpulan model
yang mana lebih ekonomis untuk digunakan pada ebntang 20 meter dan
3.2. Desain Data
3.2.1. Perencanaan Umum
Dimensi bangunan yang direncanakan pada penelitian ini adalah :
Menggunakan desain sendi – sendi dalam perencanaan.
Bentang bridge beam ( sendi – sendi) yang digunakan adalah sebesar
20 meter (bentang menengah) dan 30 meter (bentang panjang).
Kemiringan (α) rangka bridge beam yang dipakai adalah sebesar 45 o
Mutu profil baja , diambil = 240 Mpa ( 2400 kg/cm2 )
Fungsi bridge beam adalah untuk pemasangan hoist crane untuk gudang ataupun industri.
Bangunan hanya ditinjau dalam dua dimensional. Apabila bangunan cukup kuat setelah ditinjau dalam dua dimensi, maka secara teoritis dan
literatur yang sudah pernah ada sebelumnya, bangunan otomatis lebih
kuat apabila ditinjau secara tiga dimensional.
3.2.2. Beban-Beban yang Bekerja
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur.gaya adalah sebuah
vector yang mempunyai besar dan arah. Pada umumnya penentuan besarnya beban
hanya merupakan perkiraan. Meskipun beban yang bekerja pada suatu lokasi dari
struktur dapat diketahui secara pasti, namun distribusi beban dari elemen ke elemen
lainnya umumnya memerlukan asumsi dan pendekatan pada beban yang bekerja
secara maksimum. Jenis beban yang biasa diperhitungkan pada perencanaan
struktur bangunan antara lain :
3.2.2.1. Beban Mati
Menurut (Peraturan Pembebanan Indonesia,1983), beban mati merupakan
berat dari semua bagian dari suatu struktur yang bersifat tetap selama masa
layannya, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian,
mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
struktur tersebut. Yang termasuk beban mati adalah berat struktur sendiri dan juga
semua benda yang tetap pada posisinya selama struktur berdiri. Beban mati tetap
berada pada struktur dan tidak berubah sesuai dengan sistem struktur dan material
yang digunakan.
Besarnya massa jenis bahan struktur pada suatu bangunan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Pada tugas akhir ini beban mati yang akan bekerja haya ada 1 macam, yaitu :
berat sendiri balok dengan mengunakan baja.
3.2.2.2. Beban Hidup
Menurut (Peraturan Pembebanan Indonesia, 2013). beban hidup adalah
semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu struktur
termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari berat manusia, barang-barang
yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari struktur dan dapat diganti selama masa layan dari
struktur tersebut sehingga menyebabkan perubahan dalam pembebanan lantai dan
atap tersebut. Khusus untuk atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal
dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh butiran air.
Hunian atau penggunaan Merata (kN/m2) Terpusat
(kN)
Apartemen (lihat rumah tinggal)
Sistem lantai akses
Ruang kantor 2,4 8,9
Ruang computer 4,79 8,9
Gudang persamaanenjataan dan ruang
latihan
7,18a
Ruang pertemuan
Kursi tetap (terikat di lantai) 4,79a
14 Kayu 900 Kg / m3
15 Aspal 1400 Kg / m3
16 Instalasi pumbing 50 Kg / m2
Tabel 3-2 Beban hidup menurut kegunaan Sumber: SNI 03-1727-1989-F
Lobi 4,79a
Kursi jenis dapat dipindahkan 4,79a
Panggung siding 4,79a
Lantai podium 7,18a
Balkon dan dek 1,5 kali beban hidup
untuk daerah yang
dilayani. Tidak perlu
melebihi 7,79 kN/m2
Jalur untuk askses pemeliharaan 1,92
Koridor 4,79 sama seperti
pelayanan hunian
kecuali disebutkan lain Lantai pertama
Latai lain
Ruang makan dan restoran 4,79a
Hunian (lihat rumah tinggal)
Ruang mesin elevator (pada daerah
50mm x 50mm
1,33
Konstruksi pelat lantai finishing ringan
(pada area 25mm x 25mm)
0,89
Jalur penyelamatan terhadap kebakaran 4,79
Hunian satu keluarga saja 1,92
Tangga permanen Lihat pasal 4.5
Helipad 2,87de tidak boleh
direduksi
Rumah sakit :
Ruang operasi, laboratorium 2,87 4,45
Ruang pasien 1,92 4,45
Koridor diatas lantai pertama 3,83 4,45
Hotel (lihat rumah tinggal)
Perpustakaan
Ruang baca 2,87 4,45
Ruang penyimpanan 7,18a,h 4,45
Koridor diatas lantai pertama 3,83 4,45
Pabrik
Lobi dan koridor lantai pertama
Kantor
Koridor diatas lantai pertama 4,79 8,9
Tempat rekreasi
Tempat bowling, kolam renang, dan
penggunaan yang sama
3,59a
Bangsal dansa & Ruang dansa
Gimnasium 4,79a
Tempat menonton baik terbuka/tertutup 4,79a
Stadium & tribun/arena dengan tempat
duduk tetap
4,79a,k
2,87a,k
Rumah tinggal
Hunian (satu keluarga dan dua keluarga)
Loteng yang tidak dapat didiami tanpa
gudang
0,48l
Loteng yang tidak dapat didiami dengan
gudang
0,96m
Loteng yang dapat dididami dan ruang
tidur
1,44
Semua ruang kecuali tangga dan balkon 1,92
Semua hunian rumah tinggal lainnya
Ruang pribadi dan koridor yang melayani
mereka
1,92
Ruang publica dan koridor yang melayani
mereka
4,79
Atap
Atap datar, berbubung, dan lengkung 0,96n
Atap digunakan untuk taman atap 4,79
Atap yang digunakan untuk tujuan lain Sama seperti hunian
dilayani
Atap yang digunakan untuk hunian
lainnya
Awning dan kanopi 0,24 tidak boleh
direduksi
Konstruksi pabrik yang didukung oleh
struktur rangka kaku ringan
Rangka tumpu layar penutup 0,96 0,89
Semua konstruksi lainnya
Komponen struktur atap utama, yang
terhubung langsung dengan pekerjaan
lantai
8,9
Titik panel tunggal dari batang bawah
rangka atap atau setiap titik sepanjang
komponen struktur utama yang
mendukung atap diatas pabrik, gudang
dan perbaikan garasi
Semua komponen struktur atap utama
lainnya
1,33
Semua permukaan atap dengan beban
Koridor diatas lantai pertama 3,83 4,5
Koridor lantai pertama 4,79 4,5
Bak-bak/scuttles, rusuk untuk atap kaca
dan langit-langit yang dapat diakses
0,89
Pinggir jalan untuk pejalan kaki, jalan
lintas kendaraan, dan lahan/jalan untuk
truk-truk
11,97a,p 35,6q
Tangga dan jalan keluar 4,79 300r
RUmah tinggal untuk satu dan dua
keluarga saja
1,92 300r
Gudang diatas langit-langit 0,96
Gudang penyimpan barang sebelum
disalurkan ke pengecer (jika diantisipasi
menjadi gudang penyimpanan, harus
dirancang untuk beban lebih berat)
Ringan 6a
Berat 11,97a
Toko Eceran
Lantai pertama 4,79 4,45
Lantai diatasnya 3,59 4,45
Grosir, disemua lantai 6a 4,45
Penghalang kendaraan Lihat pasal 4.5
Susuran jalan dan panggung yang
ditinggikan (selain jalan keluar)
2,87
Pekarangan dan teras, jalur pejalan kaki 4,79a
3.2.3. Kombinasi Pembebanan
Menurut SNI 1727-2013 Struktur, komponen, dan fondasi harus dirancang
sedemikian rupa sehingga kekuatan desainnya sama atau melebihi efek dari beban
terfaktor dalam kombinasi berikut:
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung,
termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti
angin, hujan, dan lain-lain
LRadalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh
pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa
oleh orang dan benda bergerak
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
W adalah beban angin Sumber: SNI 1727-2013
S adalah beban salju
R adalah beban hujan
E adalah beban gempa
3.2.4. Kombinasi Pembebanan pada Crane (derek)
Pembebanan derek tidak bisa kita samakan dengan kombinasi pembebanan
diatas. Dikarenakan derek yang bergerak memiliki nilai beban terpusat yang cukup
besar sehingga diperlukan parameter tersendiri.
3.2.4.1. Gaya Impak Vertikal
Beban hidup derek adalah berdasarkan nilai kapasitas dari derek tetapi pada
bagian beban rencana untuk bridge beam, runway beam dan sebagainya harus
memasukan nilai dari gaya impak vertikal dan lateral yang diakibatkan oleh derek
yang bergerak.
Impak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan (tumbukan)
dan dampak yang kuat (pengaruh). Dalam perancangan struktur dengan beban
getaran yang tidak biasa dan ada gaya impak perlu pengaturan yang tersendiri.
Berikut adalah persamaanentase nilai dari pengaruh gaya impak vertikal atau gaya
getaran beban derek menurut SNI 1727-2013,
JENIS DEREK PERSAMAANENTASE
(%)
Derek rel tunggal (dengan tenaga) 25
Kabin dengan operator atau derek jembatan dioperasikan
secara remote( dengan tenaga)
Derek jembatan dioperasikan dengan gantungan (dengan
tenaga)
10
derek jembatan atau derek rel tunggal dengan jembatan gigi
berkendali tangan, troli, dan alat pengangkat
0
3.2.4.2. Gaya Lateral
Pada balok runway beam tentunya memiliki gaya horizontal . Gaya lateral
diasumsikan bekerja arah horizontal pada permukaan traksi dari balok runway.
Gaya lateral pada derek balok runway beam dengan troli bertenaga listrik menurut
SNI 1727-2013 diambil nilai sebesar 20 % dari jumlah nilai kapasitas derek dan
beban dari alat angkat dan troli.
3.3. Perhitungan Manual Menggunakan Parameter SNI 1729-2015 dan Peraturan yang Berkaitan
3.3.1. Detail Perencanaan
Gambar-gambar kerja atau spesifikasi atau kedua-duanya untuk komponen
struktur atau struktur baja secara keseluruhan harus mencantumkan hal-hal berikut:
1) ukuran dan peruntukan tiap-tiap komponen struktur;
2) ukuran dan kategori baut dan pengelasan yang digunakan pada
sambungan-sambungan;
3) ukuran-ukuran komponen sambungan;
4) lokasi dan detail titik kumpul, serta sambungan dan sambungan lewatan
yang direncanakan;
5) setiap kendala pada saat pelaksanaan yang diasumsikan dalam
perencanaan;
6) lawan lendut untuk setiap komponen struktur;
7) ketentuan-ketentuan lainnya.
3.3.2. Batas-Batas Lendutan
Lendutan atau biasanya disebut defleksi adalah perubahan bentuk pada
balok dalam arah y akibat adanya pembebanan vertikal yang diberikan pada balok
atau batang. Deformasi pada balok secara sangat mudah dapat dijelaskan
berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami pembebanan.
Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi
Batas-batas lendutan untuk keadaan kemampuan-layan batas harus sesuai
peraturan yang berlaku. Batas lendutan maksimum menurut AISC Design Guide#7
diberikan dalam Tabel 3-4.
3.3.3. Kuat Lentur Nominal Penampang
Kuat lentur nominal, Mn , harus nilai terendah yang diperoleh sesuai dengan
keadaan batas dari leleh (momen plastis) dan tekuk torsi lateral sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
3.3.3.1. Kuat Nominal pada Komponen Struktur I Kompak
Pada SNI 1729-2015 komponen struktur I kompak adalah sebagai berikut:
1) Untuk komponen struktur yang memenuhi kuat nominal
komponen struktur terhadap momen lentur adalah
= …..persamaan(3.1)
2) Untuk komponen struktur yang memenuhi kuat
nominal komponen struktur terhadap momen lentur adalah
= . [ − -0,7. . . −
− ]
KONDISI BATAS LENDUTAN
Defleksi maksimal arah vertikal
Defleksi maksimal arah horizontal (maksimum 10 mm)
* L adalah panjang bentang Sumber: AISC Design Guide#7
…..persamaan(3.2)
3) Untuk komponen struktur yang memenuhi kuat nominal
komponen struktur terhadap momen lentur adalah
Mn = Fcr . Sx ≤ Mp …..persamaan(3.3)
Mmax = Momen maksimum pada bentang yang ditinjau.
A = Luas penampang, mm2.
Sx = Modulus penampang, mm3.
J = Konstanta torsi,mm4
Cw = Konstanta wraping,mm6
3.3.3.2. Kuat Nominal pada Komponen Struktur Berbentuk Persegi atau Persegi Panjang
Pada SNI 1729-2015 komponen struktur berbentuk persegi atau persegi
panjang adalah sebagai berikut:
a. Tekuk lokal pelat sayap
1. Untuk penampang kopak, keadaan batas dari tekuk
lokal sayap tidak diterapkan
2. Untuk penampang sayap non kompak
= − ( − ). , √ − ,
....persamaan(3.13)
3. Untuk penampang dengan sayap langsing
= . ....persamaan(3.14)
b. Tekuk lokal pelat badan
1. Untuk penampang kompak, keadaan batas dari tekuk
lokal badan tidak diterapkan.
2. Untuk penampang dengan badan nonkompak
= − ( − ). , ℎ √ − ,
Keterangan :
3.3.4.1. Faktor Kelangsingan memikul tekan aksial
Pada SNI 1729-2015 rasio tebal terhadap lebar elemen tekan komponen
struktur memikul tekan aksial adalah sebagai berikut :
No ELEMEN Rasio
Tabel 3-5 (lanjutan) 3 Lengan profil siku
tunggal atau ganda
dengan pemisah, atau
pelat pengaku bebas
yang lain
, √
4 Lengan profil Tee �
, √
5 Badan profil I simetri ganda dan
UNP
ℎ
, √
6 Sayap profil kotak
ketebalan sama , √
7 Cover-plate / pelat diaphragm antar alat
sambung
, √
8 Elemen profil yang
tertahan secara umum , √
Tabel 3-5 (lanjutan)
9 pipa
, √
3.3.4.2. Faktor Kelangsingan memikul lentur
Pada SNI 1729-2015 rasio tebal terhadap lebar elemen tekan komponen
struktur memikul lentur adalah :
ELEMEN Rasio
Tabel 3-6 faktor kelangsingan terhadap lentur
3.3.5. Perencanaan Batang Tekan
Batang tekan adalah suatu komponen struktur yang menahan gaya tekan
konsentris akibat beban terfaktor (� ), menurut SNI 1729-2015 harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
� ≤ ∅� …..persamaan(2.13)
Dimana kekuatan tekan nominal, Pn , harus ditentukan berdasarkan keadaan
batas dari tekuk lentur:
� = . ....persamaan(3.17)
a) Bila , √
= [ , �� ] ....persamaan(3.18)
b) Bila , √
= , ....persamaan(3.19)
Keterangan :
� = Gaya tekan terfaktor.
ø = Faktor reduksi kekuatan, 0.9 .
� = Kuat tekan nominal komponen struktur.
Fe = tegangan tekuk kritis elastis ditentukan sesuai dengan persamaan
berikut: = �22 ....persamaan(3.20)
3.3.6. Perencanaan Batang Tarik
Batang tarik adalah suatu komponen struktur yang mmenerima gaya tarik
aksial murni akibat beban terfaktor (� ), menurut SNI 1729-2015 harus
memenuhi persamaanyaratan sebagai berikut :
� � ≤ ∅� …..persamaan(2.14)
Dimana kekuatan tarik nominal, Pn , harus ditentukan sesuai keadaan batas
dari leleh Tarik pada penampang bruto dan keruntuhan Tarik pada penampang
neto. Dimana persamaanamaaan yang digunakan sebagai berikut:
a) Untuk leleh tarik pada penampang bruto
� = . ....persamaan(3.21)
b) Untuk keruntuhan Tarik pada penampang neto:
� = . ....persamaan(3.22)
Keterangan :
� = Gaya tekan terfaktor.
ø = Faktor reduksi kekuatan, 0.9 .
� = Kuat tekan nominal komponen struktur Ae = Luas neto efektif, mm2
Ag =Luas bruto dari komponen struktur, mm2
Fy =Tegangan leleh minimum yang diisyaratkan, Mpa
Fe = Kekuatan tarik minimum yang diisyaratkan, Mpa
U =Faktor shear lag, dengan ketentuan seperti berikut:
NO DESKRIPSI ELEMEN FAKTOR SHEAR LAG,
U
CONTOH
1 Semua komponen struktur tarik
dimana beban tarik disalurkan
secara langsung ke setiap elemen
profil melintang melalui sarana
penyambung atau las-las (kecuali
seperti dalam kasus 4, 5, dan6)
2 Semua komponen struktur tarik,
kecuali pelat dan PSB, dimana
beban tarik disalurkan ke
beberapa tetapi tidak semua dari
alternatif, untuk W, M, S dan HP,
kasus 7 dapat digunakan. untuk
baja siku, kasus 8 dapat
digunakan)
3 semua komponen struktur tarik
dimana beban tarik hanya
disalurkan melalui las transversal
ke beberapa tetapi tidak semua
dari elemen profil melintang
4 pelat dimana beban tarik
disalurkan melalui hanya las
longitudinal
5 PSB bundar dengan sebuah pelat
buhul konsentris tunggal
6 PSB persegi dengan sebuah
pelat bahul
konsentris
tunggal
dengan dua sisi
pelat buhul
pembebanan
(dengan lebih
sedikit dari 3
sarana
penyambung per
baris di arah
pembebanan,
gunakan kasus 2)
Sumber: Tabel D3.1 SNI 1729-2015
BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR
4.1 Geometri Struktur
Panjang bridge beam yang akan ditinjau adalah sebesar 20 meter
dan 30 meter .
4.2 Data Material
Material baja yang digunakan dalam desain struktur baja ini adalah
baja Hot-Rolled ( Profil WF , C , T , dan pelat baja ) dengan data seperti
berikut:
kekuatan leleh : Fy = 240 Mpa,
Modulus Elastisitas : E = 200.000 Mpa,
Modulus Geser : G = 80.000 Mpa
4.3 Pembebanan
Pembebanan yang ditinjau sebagai beban desain dalam perhitungan
perencanaan struktur dalam penelitian ini yaitu :
1. Beban Mati ( Dead Load )
2. Beban Hidup ( Live Load )
Mencakup beban-beban crane ( Pcrane ) sebesar 10 ton ( 10.000 kg)
4.4 Proses Perhitungan
Pada tugas akhir ini pemilihan ukuran gelagar bridge beam pada hoist
crane digunakan sistem trial and eror (coba- coba) hingga lendutan yang
terjadi mendekati lendutan izin. Hasil yang dicantumkan pada tugas akhir
ini adalah hasil perhitungan akhir atau hasil bobot teringan.
4.4.1. Profil IWF dan Profil Box-Girder
Pada profil IWF dan Box-girder tata cara sistem trial and eror adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan data profil terlebih dahulu
2. Lalu dihitung data properti penampang
3. Menghitung gaya-gaya dalam ultimit pada balok
4. Mencari nilai momen nominal hingga lebih besar dari nilai momen
ultimit.
5. Mencari nilai geser nominal hingga melebihi nilai geser ultimit
6. Mencari nilai lendutan terjadi hingga mendekati nilai lendutan izin.
Jika pada poin 4 sampai 6 tidak memenuhi maka langkah yang
dilakukan terlebih dahulu adalah:
1. Menambah tinggi profil sehingga mendekati atau melebihi nilai
ultimit ataupun medekati batas izin
2. Jika menambah tinggi profil bisa mendapatkan nilai lendutan terjadi
terlalu kecil atau pun terlalu jauh dari nilai batas izin maka lakukan
poin ke 3.
3. Penambahan tinggi profil diganti dengan penambahan lebar profil
sehingga bisa mendapatkan nilai lendutan yang mendekati nilai
4.4.2. Rangka Baja
Pada rangka baja tata cara sistem trial and eror adalah sebagai
berikut:
1. Membuat pemodelan pada program SAP2000. ( bagian atas dan
bawah menggunakan profil double-tee dengan bantuan pelat 8 mm
sebagai penyambung , bagian diagonal menggunakan profil UNP,
dan bagian tengah pelat baja 8 mm)
2. Pemilihan penampang menggunakan bantuan tabel baja sehingga
nilai properti penampang telah diketahui.
3. Menentukan nilai data properti penampang dan dimasukkan pada
SAP 2000.(dikarenakan double-tee + pelat 8mm tidak memiliki nilai
properti penampang pada SAP2000 maka dimasukkan pada other
general dengan perhitungan manual).
4. Sebelum menjalankan hasil analisis SAP2000 terlebih dahulu
memilih semua lalu assign frame release/partial fixity lalu
checklist semua kotak kosong pada momen 2-2 dan momen 3-3
dikarenakan rancangan yang dibuat adalah rangka yang belum bisa
dianggap 1 kesatuan pada buhul yang akan disambung.
5. Pembebanan crane pada balok ada 3 macam yang dapat dilihat pada
subbab perencanaan balok rangka baja.
6. Jalankan hasil analisis SAP2000 jika nilai lendutan (U3) pada
batang tengah melebihi batas izin maka langkah yang diambil adalah
memperbesar profil double-tee+pelat pada bagian atas dan bawah.
7. Klik tombol start steel design jika warna merah pada hasil analisis
rasio maka batang yang direncanakan harus diganti dengan profil
yang lebih besar.
8. Dihitung secara manual ulang untuk dapat memastikan keamanan
4.5 Perencanaan Balok Hoist Crane Bentang 30 meter 4.5.1. Perencanaan Balok IWF Built-Up
Pada perencanaan ini menggunakan 2 gelagar bridge beam
Data profil IWF built-up adalah sebagai berikut:
B = 600 mm
H = 1144 mm
Hw= 1100 mm
tw = 18 mm
tf = 22 mm
Data properti penampang adalah sebagai berikut:
A = . . + . = 46200 mm2
q = . γbaja = 362,67 kg/m
Ix = { [ . . ] + [ . . − ] } + { . } = 6,15 .109 mm4
Iy = [( . . ) + . ] = 7,93 . 108 mm4
Sx =
, . = 1,07 . 10
7 mm3
Sy =
, . = 2,64 . 10
6 mm3
Zx = [ . . − ] + . . = 2,02 . 107 mm3
Zy = , . = 3,96 . 106 mm3
Perhitungan gaya-gaya dalam ultimit pada balok hoist-crane :
Panjang bentang hoist-crane : L = 30 m = 30000 mm
Beban crane pada 1 balok : P = 5 Ton = 5000 kg
Faktor kejut ( impact factor ) = 1,25
Beban crane desain : P = 5 Ton . 1,25 = 6,25 Ton
Momen ultimit :
= , . . . = 48960,45 kg.m
= , . . �. = 75000 kg.m
Mu = MDL + MLL = 123960,45 kg.m = 1239,6045 KN.m
Gaya geser maksimum akibat beban crane :
VLL = 1,6 ( P/2 ) = 10000 kg
Vu = VDL + VLL = 23056,12 kg
Cek kelangsingan penampang 1. Penampang sayap
Cek penampang sayap :
b / t = 27,27272
λp =0,38 . (E.Fy)^0,5 10,96966
λr =1,00 . (E.Fy)^0,5 28,86751
ini adalah jenis penampang Non-kompak
2. Penampang badan
Parameter tekuk lateral (LTB) 1. Mencari nilai Lp
Nilai Lp
= √ = 130,975 mm
= , . . √ = 6654,419 mm
Cek penampang badan :
b / t = 61,11111
λp =3,76 . (E.Fy)^0,5 108,5419
λr =5,70 . (E.Fy)^0,5 164,5448
2. Mencari nilai Lr
Mencari nilai momen nominal
1. Kondisi pelelehan
Mn = Mp = Zx. Fy = 4861,296 KN.m
2. Kuat nominal komponen struktur terhadap momen lentur
Dikarenakan komponen struktur memenuhi syarat ≤ ≤
maka kuat nominal komponen struktur terhadap momen lentur adalah
3. Tekuk lokal pelat sayap
Dikarenakan pada pelat sayap adalah penampang Non-kompak
maka:
= . [ − -0,7.� . . (λ −λ�
λ�−λ�)] = 1645,847 KN.m
4. Tekuk lokal pelat badan
Dikarenakan pada pelat sayap adalah penampang kompak maka
tekuk lokal pada pelat sayap tidak terjadi.
Nilai momen nominal yang diambil adalah nilai momen nominal terkecil,
yaitu 1511,292 KN.m .
Kontrol terhadap lentur
ØMn > Mu
(0,9) . 1511,292 KN.m > 1239,6045 KN.m
1360,163 KN.m > 1239,6045 KN.m
Nilai ØMn lebih besar daripada Mu maka memenuhi syarat
Kontrol terhadap geser
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 285120 kg
ØVn > Vu
(0,9) . 285120 kg > 23056,12 kg
256608 kg > 23056,12 kg
Kontrol terhadap lendutan
∆ � > ∆ �
> . .
. . + �.
. .
60 mm > 59,66 mm
Nilai ∆ � lebih besar daripada ∆ � maka memenuhi syarat
Berat bridge beam pada desain ini adalah sebesar 21760,2 kg
4.5.2. Perencanaan Balok Box-Girder Built-Up
Pada perencanaan ini menggunakan 2 gelagar bridge beam
Data profil BOX-GIRDER built-up adalah sebagai berikut:
B1 = 450 mm
B = 500 mm
H = 1028 mm
Hw= 1000 mm
tw = 12 mm
tf = 14 mm
Data properti penampang adalah sebagai berikut:
A = . . + . . = 38000 mm2
q = . γbaja = 298,3 kg/m
Ix = { [ . . ] + [ . . − ] } + { . [ . ]} = 5,59 .109 mm4
Sx =
, . = 1,09 .10
7 mm3
Sy =
, . = 4,16 .10
6 mm3
Zx = [ . . − ] + . . = 1,31 .107 mm3
Zy =[ . . − ] + . . = 7,15 .106 mm3
J = . . + . . = 6,2 .106 mm4
Perhitungan gaya-gaya dalam ultimit pada balok hoist-crane :
Panjang bentang hoist-crane : L = 30 m = 30000 mm
Beban crane pada 1 balok : P = 5 Ton = 5000 kg
Faktor kejut ( impact factor ) = 1,25
Momen ultimit :
= , . . . = 40270.5 kg.m
= , . . �. = 75000 kg.m
Mu = MDL + MLL = 115270,5 kg.m = 1152,705 KN.m
Gaya geser maksimum akibat beban crane :
VDL = 1,2 (qu . L) = 10738,8 kg
VLL = 1,6 ( P/2 ) = 10000 kg
Vu = VDL + VLL = 20738,8 kg
Cek kelangsingan penampang 1. Penampang sayap
Cek penampang sayap :
b / t = 32,14286
λp = 32,33162
λr = 40,41452
ini adalah jenis penampang kompak
2. Penampang badan
Cek penampang badan :
b / t = 83,333333
λp = 69,85938
λr = 164,5448
Mencari nilai momen nominal
1. Kondisi pelelehan
Mn = Mp = Zx. Fy = 3143,52 KN.m
2. Tekuk lokal pelat sayap
Dikarenakan pada pelat sayap adalah penampang kompak maka
tekuk lokal pada pelat sayap tidak terjadi.
3. Tekuk lokal pelat badan
Dikarenakan pada pelat badan adalah penampang Non-kompak
maka:
= − ( − � . ). , . ℎ . √ − , = 3068,125 KN.m
Dengan syarat :
≤ �
Nilai momen nominal yang diambil adalah nilai momen nominal terkecil,
yaitu 3068,125 KN.m .
Kontrol terhadap lentur
ØMn > Mu
(0,9) . 3068,125 KN.m > 1237,485 KN.m
2761,312323 KN.m > 1237,485 KN.m
Nilai ØMn lebih besar daripada Mu maka memenuhi syarat
Kontrol terhadap geser
ØVn > Vu
(0,9) . 345600 kg > 22999,6 kg
311040 kg > 22999,6 kg
Nilai ØVn lebih besar daripada Vu maka memenuhi syarat
Kontrol terhadap lendutan
∆ � > ∆ �
> . .
. . + �.
. .
60 mm > 59.492 mm
Nilai ∆ � lebih besar daripada ∆ � maka memenuhi syarat
Berat bridge beam pada desain ini adalah sebesar 17898 kg
4.5.3. Perencanaan Balok Rangka Baja Bentang 30 meter 4.5.3.1. Pemodelan SAP
Pada desain balok rangka baja terdapat 4 jenis batang yang perlu ditinjau,
yakni: atas, diagonal, tengah, dan bawah yang dapat dilihat pada gambar 4.2.
4.5.3.2. Penomoran Frame
Penomoran frame pada model rangka baja akan secara langsung ditampilkan
pada program Sap 2000.
4.5.3.3. Model Pembebanan Crane pada Balok
Gambar 4.2 jenis batang yang digunakan
Gambar 4.4 pembebanan crane-2 pada tengah bentang
4.5.3.4. Hasil Analisa Struktur
Hasil analisa struktur dapat dilihat atau ditinjau melalui bantuan program
SAP 2000.
4.5.3.5. Perencanaan Batang Atas
Gaya – gaya ultimit yang bekerja pada batang atas terletak pada frame 45 dengan kombinasi pembebanan 1,2 D + 1,6 L(3) sebesar Pu = 174953,35 kg (tekan)
Digunakan baja tee 200x200x13x8 ditambah pelat penyambung 8
mm dengan data sebagai berikut :
Hw= 187 mm
H= 208 mm
B= 200 mm
tf= 21 mm
tw= 8 mm
y= 170.185 mm
a= 16.8146 mm
A = . . + . . = 11392 mm2
q = . γbaja = 89,427 kg/m
Ix = [ . . + ( . . )] + [ . . � + ( . �. )] +
[ . . . ( ) + ( . . . + � )] = 3,28 .107 mm4
Iy = [ . . + ( . . )] + . . . = 1,42 . 108 mm4
Zx = { [ . . ] + [�. . ] + [ . . � + ] } = 4,63 . 105 mm3
Zy = . = 2,27. 106 mm3
Sy =
, . = 7,09 . 10
5 mm3
rx = = 53,73 mm
ry = = 111,621 mm
Cek kelangsingan:
= 18,611 , √ = ,
Dikarenakan ≤ , √ maka nilai tegangan kritis, � adalah
� = � �
= 266,876 MPa � = [ , ] . � = , MPa
Kuat tekan nominal:
Pn = Fcr .A = 266630,2149 kg
Cek terhadap persyaratan strength limit state :
ØPn > Pu
(0,9) . 266630.2149 kg > 174953,35 kg
239967.1934 kg > 174953,35 kg
Nilai ØPn lebih besar daripada Pu maka memenuhi syarat
4.5.3.6. Perencanaan Batang Diagonal
Gaya – gaya ultimit yang bekerja pada batang atas terletak pada frame 61 dengan kombinasi pembebanan 1,2 D + 1,6 L(1) sebesar Pu = 32820,606 kg
(tekan).
H= 200 mm
B= 80 mm
tw= 7.5 mm
tf= 11 mm
q = 24,6 kg/m
Ix = 1950 cm4
Iy = 177 cm4
rx = 7,89 cm
ry = 2,38 cm
Sx = 195 cm3
Sy = 30,8cm3
A =31,33 cm2
Cek kelangsingan:
= 59,42 , √ = ,
Dikarenakan ≤ , √ maka nilai tegangan kritis, � adalah
� = � �
= 145,13 MPa � = [ , ] . � = , MPa
Kuat tekan nominal:
Pn = Fcr .A = 39875,75 kg
ØPn > Pu
(0,9) . 39875,75 kg > 32820,606 kg
35888,17 kg > 32820,606 kg
Nilai ØPn lebih besar daripada Pu maka memenuhi syarat
4.5.3.7. Perencanaan Batang Tengah (MIDDLE)
Gaya – gaya ultimit yang bekerja pada batang atas terletak pada frame 23 dengan kombinasi pembebanan 1,2 D + 1,6 L(1) sebesar Pu = 20122,37 kg (tarik)
Digunakan pelat penyambung 8 mm dengan data sebagai berikut :
H= 1000 mm
B= 200 mm
t= 8 mm
q = 12,56 kg/m
Ix = 533,333 cm4
Iy = 0,8533 cm4
rx = 5,77 cm
ry = 0,231 cm
Sx = 53,333 cm3
Sy = 2,133 cm3
A =16 cm2
Kuat tarik nominal:
ØPn = 0,9 . Fy . Ag = 34560 kg
ØPn > Pu
34560 kg > 20122,37 kg
Nilai ØPn lebih besar daripada Pu maka memenuhi syarat
4.5.3.8. Perencanaan Batang Bawah
Gaya – gaya ultimit yang bekerja pada batang atas terletak pada frame 1 dengan kombinasi pembebanan 1,2 D + 1,6 L(2) sebesar Pu = 81767,679 kg (tarik)
Digunakan baja tee 200x200x13x8 ditambah pelat penyambung 8 mm
dengan data sebagai berikut :
Hw= 187 mm
H= 208 mm
B= 200 mm
tf= 21 mm
tw= 8 mm
y= 170.185 mm
a= 16.8146 mm
A = . . + . . = 11392 mm2
q = . γbaja = 89,427 kg/m
Ix = [ . . + ( . . )] + [ . . � + ( . �. )]
+ [ . . . ( ) + ( . . . + � )] = 3,28 .107 mm4
Iy = [ . . + ( . . )] + . . . = 1,42 . 108 mm4
Zx = { [ . . ] + [�. . ] + [ . . � + ] } = 4,63 . 105 mm3
Zy = . = 2,27. 106 mm3
Sy =
, . = 7,09 . 10
5 mm3
rx = = 53,73 mm
ry = = 111,621 mm
Kuat tarik nominal:
ØPn = 0,9 . Fy . Ag = 246067,2 kg
Cek terhadap persyaratan strength limit state :
ØPn > Pu
246067,2 kg > 81767,679 kg
Nilai ØPn lebih besar daripada Pu maka memenuhi syarat
4.5.3.9. KONTROL TERHADAP LENDUTAN
∆ � > ∆ �
> 55,7 mm ( data dari sap 2000)
60 mm > 55,7 mm
Nilai ∆ � lebih besar daripada ∆ � maka memenuhi syarat
Total beban pada perencanaan ini adalah 6607,255 kg.
Pada perencanaan ini menggunakan 2 gelagar bridge beam
Data profil IWF built-up adalah sebagai berikut:
B = 500 mm
H = 986 mm
Hw= 950 mm
tw = 14 mm
tf = 18 mm
Data properti penampang adalah sebagai berikut:
A = . . + . = 31300 mm2
q = . γbaja = 245,705 kg/m
Ix = { [ . . ] + [ . . − ] } + { . } = 3,11 .109 mm4
Iy = [( . . ) + . ] = 3,75 . 108 mm4
Sx =
, . = 6,31 . 10
6 mm3
Sy =
, . = 1,50 . 10
6 mm3
Zx = [ . . − ] + . . = 1,18 . 107 mm3
Zy = , . = 2,25 . 106 mm3
Perhitungan gaya-gaya dalam ultimit pada balok hoist-crane :
Panjang bentang hoist-crane : L = 20 m = 20000 mm
Beban crane pada 1 balok : P = 5 Ton = 5000 kg
Faktor kejut ( impact factor ) = 1,25
Beban crane desain : P = 5 Ton . 1,25 = 6,25 Ton
Momen ultimit :
= , . . . = 14742,3 kg.m
= , . . �. = 50000 kg.m
Mu = MDL + MLL = 64742,3 kg.m = 647,423 KN.m
Gaya geser maksimum akibat beban crane :
VDL = 1,2 (qu . L) = 5896,92 kg
VLL = 1,6 ( P/2 ) = 10000 kg
Cek kelangsingan penampang 1. Penampang sayap
Cek penampang sayap :
b / t = 27,77778
λp =0,38 . (E.Fy)^0,5 10,96966
λr =1,00 . (E.Fy)^0,5 28,86751
ini adalah jenis penampang Non-kompak
2. Penampang badan
Parameter tekuk lateral (LTB) 1. Mencari nilai Lp
Nilai Lp
= √ = 109,4887 mm
= , . . √ = 5562,772 mm
Cek penampang badan :
b / t = 67,85714
λp =3,76 . (E.Fy)^0,5 108,5419
λr =5,70 . (E.Fy)^0,5 164,5448
2. Mencari nilai Lr
Mencari nilai momen nominal
1. Kondisi pelelehan
Mn = Mp = Zx. Fy = 2848,98 KN.m
2. Kuat nominal komponen struktur terhadap momen lentur
3. Tekuk lokal pelat sayap
Dikarenakan pada pelat sayap adalah penampang Non-kompak
maka:
= . [ − -0,7.� . . (λ −λ�
λ�−λ�)] = 994,97 KN.m
4. Tekuk lokal pelat badan
Dikarenakan pada pelat sayap adalah penampang kompak maka
tekuk lokal pada pelat sayap tidak terjadi.
Nilai momen nominal yang diambil adalah nilai momen nominal terkecil,
yaitu 731,3373 KN.m .
Kontrol terhadap lentur
ØMn > Mu
(0,9) . 731,3373 KN.m > 647,423 KN.m
658,20354 KN.m > 647,423 KN.m
Nilai ØMn lebih besar daripada Mu maka memenuhi syarat
Kontrol terhadap geser
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 191520 kg
ØVn > Vu
(0,9) . 191520 kg > 15896,92 kg
172368 kg > 15896,92 kg
Kontrol terhadap lendutan
Berat bridge beam pada desain ini adalah sebesar 14742,3 kg
4.6.2. Perencanaan Balok Box-Girder Built-Up
Pada perencanaan ini menggunakan 2 gelagar bridge beam
Data profil BOX-GIRDER built-up adalah sebagai berikut:
B1 = 300 mm
Data properti penampang adalah sebagai berikut:
Sy =
, . = 1,76 .10
6 mm3
Zx = [ . . − ] + . . = 5,74 .106 mm3
Zy =[ . . − ] + . . =2,91 .106 mm3
J = . . + . . = 2,43 .106 mm4
Perhitungan gaya-gaya dalam ultimit pada balok hoist-crane :
Panjang bentang hoist-crane : L = 20 m = 20000 mm
Beban crane pada 1 balok : P = 5 Ton = 5000 kg
Faktor kejut ( impact factor ) = 1,25
Momen ultimit :
= , . . . = 10691,7 kg.m
= , . . �. = 50000 kg.m
Mu = MDL + MLL = 60691,7 kg.m = 606,917 KN.m
Gaya geser maksimum akibat beban crane :
VDL = 1,2 (qu . L) = 4276,68 kg
VLL = 1,6 ( P/2 ) = 10000 kg
Vu = VDL + VLL = 14276,68 kg
Cek kelangsingan penampang 1. Penampang sayap
Cek penampang sayap :
b / t = 27,27273
λp = 32,33162
λr = 40,41452
ini adalah jenis penampang Kompak
2. Penampang badan
Cek penampang badan :
b / t = 75
λp = 69,85938
λr = 164,5448
Mencari nilai momen nominal 1. Kondisi pelelehan
Mn = Mp = Zx. Fy = 1378,164 KN.m
2. Tekuk lokal pelat sayap
Dikarenakan pada pelat sayap adalah penampang kompak maka
tekuk lokal pada pelat sayap tidak terjadi.
3. Tekuk lokal pelat badan
Dikarenakan pada pelat badan adalah penampang Non-kompak
maka:
Nilai ØMn lebih besar daripada Mu maka memenuhi syarat
Kontrol terhadap geser
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 216000 kg
ØVn > Vu
194400 kg > 14276,68 kg
Nilai ØVn lebih besar daripada Vu maka memenuhi syarat
Kontrol terhadap lendutan
∆ � > ∆ �
> . .
. . + �.
. .
40 mm > 38.8586 mm
Nilai ∆ � lebih besar daripada ∆ � maka memenuhi syarat
Berat bridge beam pada desain ini adalah sebesar 10691,7 kg
4.6.3. Perencanaan Balok Rangka Baja Bentag 20 meter 4.6.3.1. Pemodelan SAP
Pada desain balok rangka baja terdapat 4 jenis batang yang perlu ditinjau,
yakni: atas, diagonal, tengah, dan bawah.
4.6.3.2. Penomoran Frame
Penomoran frame pada model rangka baja ini dapat dilihat pada lampiran 3.
4.6.3.3. Model Pembebanan Crane pada Balok
Gambar 4.7 jenis batang yang digunakan
Gambar 4.9 pembebanan crane-2 pada tengah bentang
4.6.3.4. Hasil Analisa Struktur
Hasil analisa struktur dapat dilihat atau ditinjau melalui bantuan program
SAP 2000.
4.6.3.5. Perencanaan Batang Atas
Gaya – gaya ultimit yang bekerja pada batang atas terletak pada frame 30 dengan kombinasi pembebanan 1,2 D + 1,6 L(2) sebesar Pu = 110947,152 kg
(tekan)
Digunakan baja tee 175x175x11x7 ditambah pelat penyambung 8 mm
dengan data sebagai berikut :
Hw= 164 mm
H= 183 mm
B= 175 mm
tf= 19 mm
tw= 7 mm
y= 150,0164 mm
a= 13,98357 mm
A = . . + . . = 8946 mm2
q = . γbaja = 70,226 kg/m
Ix = [ . . + ( . . )] + [ . . � + ( . �. )] +
[ . . . ( ) + ( . . . + � )] = 1,96 .107 mm4
Iy = [ . . + ( . . )] + . . . = 8,54 . 107 mm4
Zx = { [ . . ] + [�. . ] + [ . . � + ] } = 3,15 . 105 mm3
Sx =
Cek terhadap persyaratan strength limit state :
ØPn > Pu
(0,9) . 144704,2 kg > 110947,152 kg
130233,8 kg > 110947,152 kg
Nilai ØPn lebih besar daripada Pu maka memenuhi syarat
4.6.3.6. Perencanaan Batang Diagonal
Gaya – gaya ultimit yang bekerja pada batang atas terletak pada frame 40 dengan kombinasi pembebanan 1,2 D + 1,6 L(1) sebesar Pu = 29763,305 kg
Digunakan baja UNP 150x75x9x12,5 dengan data sebagai berikut :
H= 150 mm
B= 75 mm
tw= 9 mm
tf= 12.5 mm
q = 24,00 kg/m
Ix = 1051 cm4
Iy = 147 cm4
rx = 5,86 cm
ry = 2,19 cm
Sx = 140 cm3
Sy = 28,3 cm3
A = 30,59 cm2
Cek kelangsingan:
= 64,5759 , √ = ,
Dikarenakan ≤ , √ maka nilai tegangan kritis, � adalah
� = � �
= 135,958 Mpa � = [ , ] . � = , MPa
Kuat tekan nominal:
Cek terhadap persyaratan strength limit state :
ØPn > Pu
(0,9) . 35068,28 kg > 29763,305 kg
31561,45 kg > 29763,305 kg
Nilai ØPn lebih besar daripada Pu maka memenuhi syarat
4.6.3.7. Perencanaan Batang Tengah (MIDDLE)
Gaya – gaya ultimit yang bekerja pada batang atas terletak pada frame 78 dengan kombinasi pembebanan 1,2 D + 1,6 L(1) sebesar Pu = 20095,564 kg (tarik)
Digunakan pelat penyambung 8 mm dengan data sebagai berikut :
H= 1000 mm
B= 200 mm
t= 8 mm
q = 12,56 kg/m
Ix = 533,333 cm4
Iy = 0,8533 cm4
rx = 5,77 cm
ry = 0,231 cm
Sx = 53,333 cm3
Sy = 2,133 cm3
A =16 cm2
Kuat tarik nominal:
Cek terhadap persyaratan strength limit state :
ØPn > Pu
34560 kg > 20095,564 kg
Nilai ØPn lebih besar daripada Pu maka memenuhi syarat
4.6.3.8. Perencanaan Batang Bawah
Gaya – gaya ultimit yang bekerja pada batang atas terletak pada frame 1 dengan kombinasi pembebanan 1,2 D + 1,6 L(2) sebesar Pu = 45274,859 kg (tarik)
Digunakan baja tee 175x175x11x7 ditambah pelat penyambung 8 mm
dengan data sebagai berikut :
Hw= 164 mm
H= 183 mm
B= 175 mm
tf= 19 mm
tw= 7 mm
y= 150,0164 mm
a= 13,98357 mm
A = . . + . . = 8946 mm2
q = . γbaja = 70,226 kg/m
Ix = [ . . + ( . . )] + [ . . � + ( . �. )] +
[ . . . ( ) + ( . . . + � )] = 1,96 .107 mm4
Iy = [ . . + ( . . )] + . . . = 8,54 . 107 mm4
Zx = { [ . . ] + [�. . ] + [ . . � + ] } = 3,15 . 105 mm3
Sx =
, . = 1,30 . 10
5 mm3
Sy =
, . = 4,88 . 10
5 mm3
rx = = 46,849 mm
ry = = 97,746 mm
Kuat tarik nominal:
ØPn = 0,9 . Fy . Ag = 193233,6 kg
Cek terhadap persyaratan strength limit state :
ØPn > Pu
193233,6 kg > 45274,859 kg
Nilai ØPn lebih besar daripada Pu maka memenuhi syarat
4.5.3.9. Kontrol Terhadap Lendutan
∆ � > ∆ �
> 28,3 mm ( data dari sap 2000)
40 mm > 28,3 mm
Nilai ∆ � lebih besar daripada ∆ � maka memenuhi syarat
4.6 Hasil dan Pembahasan
Berikut adalah hasil bobot perencanaan diatas yang dapat kita bandingkan
1)Bentang 30 meter
DESAIN Jenis profil baja Ukuran profil baja (mm)
BOBO
T (kg)
Jumlah
gelagar Total bobot (kg)
Rangka baja memiliki
2)Bentang 20 meter
DESAIN Jenis profil baja Ukuran profil baja (mm)
BOBOT
(kg)
Jumlah
gelagar Total bobot (kg)
Rangka baja
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi menggunakan 3 macam desain bridge beam yaitu profil
IWF, Box-girder, dan rangka baja, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada bentang 30 meter rangka baja lebih ringan 69,636% dari desain profil IWF
dan lebih ringan 63,083% dari desain profil box-girder.
2. Pada bentang 20 meter rangka baja lebih ringan 75,59% dari desain profil IWF
dan lebih ringan 66,34% dari desain profil box-girder.
3. Pada bentang 30 meter nilai tahanan momen profil box-girder lebih besar
49,26% dari nilai momen tahanan profil IWF.
4. Pada bentang 20 meter nilai tahanan momen profil box-girder lebih besar
53,59% dari nilai momen tahanan profil IWF.
5. Dikarenakan jarak penambat pada rangka baja cukup kecil maka pengaruh
momen terhadap rangka baja cukup kecil sehingga dapat diabaikan pada
perencanaan.
6. Profil IWF dan profil Box-girder pada bentang 20 meter dan 30 meter harus di
built-up (dirancang khusus) dikarenakan tidak ada profil yang cukup besar
untuk perencanaan
5.2. Saran
Beberapa saran dapat disampaikan untuk melahirkan penelitian yang lebih baik
pada masa yang akan datang yaitu sebagai berikut:
1. Analisis dapat diteliti lebih jauh dengan bentang yang lebih bervariasi.
2. Analisis terhadap sambungan profil agar dapat diketahui bobot yang lebih
terperici untuk meningkatkan detail perencanaan.
3. Analisis dapat ditinjau lebih banyak dengan berbagai beban kran yang lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka
Setiap struktur baja merupakan gabungan dari batang-batang yang
dihubungkan dengan sambungan. Penyambungan struktur baja dapat dilakukan
dengan alat penyambung, antara lain dengan paku keling, dengan baut atau dengan
las (Charles G. Salmon dan John E. Johnson, 1991)..
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan
beberapa elemen lainnya, termasuk karbon. Kandungan unsur karbon dalam baja
berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu
ada dalam baja: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil oksigen,
nitrogen dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk
membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya: mangan, nikel,
krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium dan niobium (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Besi dan baja paling banyak dipakai sebagai bahan industri yang
merupakan sumber yang sangat besar, dimana sebagian ditentukan oleh nilai
ekonominya, tetapi yang paling penting karena sifat-sifatnya yang bervariasi. Yaitu
bahwa bahan tersebut mempunyai berbagai sifat dari yang paling lunak dan mudah
dibuat sampai yang paling keras dan tajam untuk pisau pemotong dapat dibuat,
atau apa saja dengan bentuk apapun dapat dibuat dengan pengecoran. Dari unsur
besi dari berbagi bentuk struktur logam dapat dibuat, itulah sebabnya mengapa besi
dan baja disebut bahan yang kaya dengan sifat sifat.
2.1.1. Perencanaan Konstruksi
Perencanaan (desain) konstruksi dapat didefenisikan sebagai perpaduan
antara seni (artistik / keindahan) dan ilmu pengetahuan (science) untuk
tertentu dan persamaanyaratan estetika. Untuk mencapai tujuan ini, seorang
perencana harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang sifat – sifat fisis
material; sifat – sifat mekanis material; analisa struktur dan hubungan antara fungsi
rancangan dan fungsi struktur.
Perencanaan (desain) konstruksi harus memiliki kekuatan dan ketahanan
yang cukup, sehingga dapat berfungsi selama umur layanan. Desain harus
menyediakan cadangan kekuatan untuk menanggung beban layanan, terutama
terhadap kemungkinan kelebihan beban. Kelebihan beban dapat terjadi akibat
perubahan fungsi struktur ataupun rendahnya taksiran atas efek-efek beban karena
penyerderhanaan yang berlebih dalam analisis structural. Perencanaan sebuah
profil baja mungkin saja memiliki tegangan leleh dibawah nilai minimum yang
dispesifikasikan, namun masih dalam batas batas statistik yang masih dapat
diterima.
Dengan kata lain, Tujuan dari perencanaan struktur adalah untuk
menghasilkan suatu struktur yang stabil, cukup kuat, awet, stabil, dan memenuhi
tujuan-tujuan lainnya seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Suatu struktur
disebut stabil bila ia tidak mudah terguling, miring, atau tergeser, selama umur
bangunan yang direncanakan.
2.1.2. Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian perencanaan
fungsional dan perencanaan kerangka struktural.
Perencanaan fungsional adalah perenvcanaan untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki seperti:
1. Menyediakan ruang dan jarak yang memadai
2. Menyediakan ventilasi
3. Menyediakan penyejuk ruangan
5. Menyediakan fasilitas transportasi, seperti tangga, keran, elevator dan
lain-lain
6. Menyajikan bentuk arsitektur yang menarik
Perencanaan kerangka struktur adalah pemilihan tata letak dan ukuran
elemen struktur sehingga beban yang bekerja pada struktur dapat dipikul dengan
baik dan aman. Berikut adalah langkah prosedur perencanaan / desain konstruksi
yang secara umum digunakan, yaitu :
1. Pemilihan tipe dan rancangan struktur.
2. Penentuan besarnya beban – beban yang bekerja pada struktur.
3. Menentukan gaya – gaya dalam dan momen yang terjadi pada struktur.
4. Pemilihan komponen – komponen struktur beserta sambungan sambungan
yang harus memenuhi kriteria kekuatan, kekakuan dan ekonomis.
5. Pemeriksaan ketahanan struktur akibat beban mati dan beban hidup yang
bekerja pada struktur tersebut.
6. Perbaikan akhir
2.1.3. Sifat Baja Sebagai Material Konstruksi
Penggunaan baja sebagai bahan struktur utama dimulai pada akhir abad
kesembilan belas ketika metode pengolahan baja yang murah dikembangkan
dengan skala yang luas.Baja paduan merupakan campuran dari baja dan beberapa
jenis logam lainnya dengan tujuan untuk memperbaiki sifat baja karbon yang
relatif mudah berkarat dan getas bila kadar karbonnya tinggi.
Baja merupakan bahan yang mempunyai sifat struktur yang baik. Baja
mempunyai kekuatan yang tinggi dan sama kuat pada kekuatan tarik maupun tekan
dan oleh karena itu baja adalah elemen struktur yang memiliki batasan sempurna
yang akan menahan beban jenis tarik aksial, tekan aksial, dan lentur dengan
Sifat yang dimiliki baja yaitu kekakuannya dalam berbagai macam keadaan
pembebanan atau muatan, terutama tergantung pada:
Cara peleburannya
Jenis dan banyaknya logam campuran
Proses yang digunakan dalam pembuatan
2.1.3.1. Kekuatan Tinggi
Kekuatan yang tinggi dari baja per satuan berat mempunyai konsekuensi
bahwa beban mati akan kecil. Hal ini sangat penting untuk jembatan bentang
panjang, bangunan tinggi, dan bangunan dengan kondisi tanah yang buruk.
Kekuatan baja per volume adalah paling tinggi jika dibandingkan dengan
material lain baik dari segi tarik, tekan maupun lentur. Baja struktural umumnya
mempunyai tegangan putus minimum (fu) antara 340 s/d 550 Mpa dan tegangan
leleh minimum (fy) antara 210 s/d 410 Mpa. Oleh karena itu baja dapat menahan
berbagai tegangan seperti tegangan lentur.
Baja adalah material yang sangat ulet sehingga dapat memikul beban yang
berulang – ulang. Komponen struktur baja yang dibebani sampai mengalami
deformasi besar, masih mampu menahan gaya – gaya yang cukup besar tanpa
mengalami fraktur. Keuletan ini dibutuhkan jika terjadi konsentrasi tegangan
walaupun tegangan yang masih dibawah batas yang diizinkan. Pada bahan yang
tidak memiliki keuletan yang tinggi, keruntuhan dapat terjadi pada tegangan yang
rendah dan akan bersifat getas ( keruntuhan secara langsung ).
2.1.3.2. Permanen
Sifat-sifat baja baik sebagai bahan bangunan maupun dalam bentuk struktur
dapat terkendali dengan baik sekali dikarenakan sifat – sifat baja tidak berubah
terhadap waktu dan hampir seluruh bagian baja memiliki sifat - sifat yang sama
Para ahli dapat mengharapkan elemen elemen dari konstruksi baja ini akan
berperilaku sesuai dengan yang diperkirakan dalam perencanaan. Dengan
demikian bisa dihindari terdapatnya proses pemborosan yang biasanya terjadi
dalam perencanaan akibat adanya berbagai ketidakpastian.
2.1.3.3. Elastisitas
Elastisitas adalah kemampuan suatu bahan unuk kembali kebentuk semula
setelah pembebanan ditiadakan atau dilepas. Modulus elastisitas merupakan
indikator dari sifatelastis. Adanya penambahan logam pada baja akan
meningkatkan kemampuan elastisitasnya dengan nilai modulus elastisitas yang
lebih besar dari sebelumnya.
Kemampuan atau kesanggupan untuk dalam batas–batas pembebanan
tertentu sesudahnya pembebanan ditiadakan kembali kepada bentuk semula.
Elastisitas baja mendekati perilaku seperti asumsi yang direncanakan oleh
perencana, karena mengikuti hukum Hooke, walaupun telah mencapai tegangan
yang cukup tinggi. Modulus elastisitasnya sama untuk tarik dan tekan.
2.1.3.4. Daktalitas
Daktalitas adalah kemampuan struktur atau komponennya untuk
melakukan deformasi inelastik bolak – balik berulang diluar batas titik leleh
pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar kemampuan daya dukung
bebannya.
Manfaat daktalitas bagi kinerja struktural adalah pada saat baja mengalami
pembebanan yang melebihi kekuatannya, baja tidak langsung hancur tetapi akan
meregang sampai batas daktalitas. Demikian juga pada beban siklik, daktalitas
2.1.3.5. Keseragaman
Keseragaman adalah kondisi dimana semuanya sama. Dikarenakan bahan
konstruksi baja adalah bahan yang diproduksi oleh pabrik sehingga sifat baja lebih
homogen dan konsisten. Bentuk dan kualitas lebih terkendali sehingga bangunan
dari material baja akan lebih sesuai dengan perencanaan.
2.1.4. Kelebihan dan Kelemahan Baja Sebagai Material Konstruksi
Dibandingkan dengan konstruksi lain seperti beton atau kayu pemakaian
baja sebagai bahan konstruksi mempunyai keuntungan dan kerugian, yaitu:
a) Keuntungan :
Baja lebih mudah untuk dibongkar atau dipindahkan
Konstruksi baja dapat dipergunakan lagi
Bila dibandingkan dengan beton baja lebih ringan
Pemasangannya relatif mudah
Baja sudah mempunyai ukuran dan mutu tertentu dari pabrik
b) Kekurangan:
Baja dapat terkena karat sehingga membutuhkan perawatan
Memerlukan biaya yang cukup besar dalam pengangkutan
Dalam pengerjaannya diperlukan tenaga ahli dalam hal konstruksi baja
2.1.5. Diagram Tegangan-Regangan
Dalam peraturan AISC 2005, perhitungan rumus kekuatan nominal (Pn)
menggunakan tegangan leleh (Fy) maupun tegangan ultimate (Fu), pemilihan
tegangan baik itu Fy maupun Fu didasarkan atas kemampuan struktur
mempertahankan stabilitasnya setelah beban maksimum diberikan.
Apabila terdapat sebatang baja yang memiliki penampang konstan
sepanjang bentangnya kemudia diberikan beban sebesar P. maka akan
mendapatkan sebuah gambar tegangan-regangan sebagai berikut:
Dengan asumsi bahwa beban yang bekerja konsentris, maka regangan
pada titik yang trjadi di titik manapun pada potongan penampang menjadi ∈=
ᵟ/L dan tegangan yang terjadi di titik manapun pada potongan penampang
menjadi f = P / A. gambar dibawah merupakan gambar hubungan tegangan –
regangan secara umum.
Gambar 2.1 batang yang diberikan beban aksial dan grafik hubungan antara beban yang diberikan dengan perpendekan yang terjadi
2.1.6. Sifat – Sifat Mekanis Baja Struktural
Baja merupakan logam yang berunsurkan Fe dan C, yang umumnya
digunakan dalam bentuk plat, lembaran, pipa, dan batang. Sifat mekanik adalah
salah satu sifat penting, karena sifat mekanik menyatakan kemampuan suatu bahan
(termasuk juga komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk menerima beban
/ gaya / energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan/komponen tersebut.
Pencampuran dari baja dan beberapa jenis logam lainnya dengan tujuan
untuk memperbaiki sifat baja karbon yang relatif mudah berkarat dan getas bila
kadar karbonnya tinggi. Selain itu, penambahan unsur paduan juga bertujuan untuk
memperbaiki sifat mekanik diantaranya.
Sifat-sifat mekanik bahan merefleksikan hubungan antara pembebanan
yang diterima suatu bahan dengan reaksi yang diberikan atau deformasi yang akan
terjadi . Sifat-sifat ini didapat dengan melakukan uji laboratorium yang didesain
secara teliti yang dapat merepresentasikan sedekat mungkin kondisi nyatanya.
2.1.6.1. Tegangan Putus ( Ultimate Stress )
Tegangan putus (ultimate stress) adalah nilai tegangan yang terjadi disaat
baja telah mencapai kekuatan maksimum (ambang batas) yang bisa mengakibatkan
baja terputus. Tegangan putus untuk perencanaan (Fu) tidak boleh diambil
melebihi nilai yang ditetapkan oleh tabel 2.1
2.1.6.2. Tegangan Leleh ( Yielding Stress )
Tegangan leleh (yield stress) adalah nilai tegangan yang terjadi saat
melampaui tegangan dasar atau masuk ke daerah inelastis (gambar 2.2), maka
material akan meregang dengan sangat cepat. Tegangan Leleh untuk perencanaan
(Fy) tidak boleh diambil melebihi nilai yang ditetapkan oleh tabel 2.1
Jenis Baja Tegangan putus
minimum, fu
Tabel 2.1 Sifat Mekanis Baja Struktural
2.1.6.3. Sifat – Sifat Mekanis Lainnya
Sifat – sifat mekanis lain baja struktural untuk maksud perencanaan
ditetapkan oleh bapak M.Vable dari buku Mechanic of material sebagai berikut :
Modulus Elastisitas : E = 200.000 Mpa
Pada umumnya bahan struktural berperilaku elastis dan linear saat
mulai dibebani sampai titik tertentu maka akan berubah kurvanya seperti
pada gambar 2.3.
Sehingga nilai modulus elastisitas didapat dari kemirinagn kurva
tegangan regangan dengan bantuan hukum hooke. Dengan � adalah
tegangan aksial, � adalah regangan aksial, dan E adalah modulus
elastisitas.
� = . � …..persamaan (2.1)
Modulus Geser : G = 80.000 Mpa
Jika pada modulus elastisitas adalah berhubungan dengan
tegangan maka modulus geser memiliki hubungan dengan torsi. Dengan
bantuan hokum hooke maka didapatkan persamaanamaan berikut
dimana, � adalah tegangan geser, � adalah regangan geser, dan G adalah
modulus geser.
� = . � …..persamaan (2.2)
Khusus untuk kasus tarik pada modulus elastisitas dapat
dihubungkan dengan kasus geser dengan persamaanamaa berikut:
= + …..persamaan (2.3)
Dimana adalah poisson ratio. Dikarenakan poisson ratio pada
bahan biasa bernilai antara nol dan setengah, maka dapat disimpulkan
bahwa nilai modulus geser memiliki nilai hampir sepertiga atau setengah
dari nilai modulus elastisitas.
Poisson Ratio : = 0.25 – 0.35
Poisson ratio adalah perbandingan antara perpanjangan arah
lateral dengan arah longitudinal. Dengan kata lai dapat dismpulkan
persamaanamaaan poisson ratio adalah
= � � � � …..persamaan(2.4)
Dengan ketentuan saat mengalami tarik regangan bernilai
positif dan sebaliknya. Untuk bahan isotropic utuk bahan seperti meral
memiliki nilai poisson ratio antara 0,25 sampai 0,35. Untuk bahan
seperti gabus maka memiliki nilai poisson sebesar 0. Pada beton
nilai limit atau batas sebesar 0,5 salah satu bahan yang kita kenal
memiliki nilai poisson tersebut adalah karet.
Koefisien Pemuaian : α = 12 x 10 ^ -6 / ºC
Pemuaian adalah perubahan suatu benda yang bisa menjadi
bertambah panjang, lebar, luas, atau berubah volumenya karena terkena
panas (kalor). Singkat cerita pemuaian adalah perubahan ukuran benda
jika terkena suhu.
Koefisien pemuaian adalah bilangan yang menyatakan
pertambahan panjang tiap satuan panjang zat per tingkatan suhu o C.
tabel koefisien muai panjang adalah sebagai berikut:
No Jenis Zat : koefisien muai panjang/ o C
1 Alumunium 0,000026
2 Tembaga 0,000017
3 Besi 0,000012
4 Baja 0,000011
5 Platina 0,000009
Tabel 2.2. nilai koefisien muai logam Struktural
2.1.7. Baja Struktural yang Umum Digunakan
Fungsi struktur merupakan faktor utama dalam menentukan konfigurasi
struktur. Berdasarkan konfigurasi struktur dan beban rencana, setiap elemen atau
komponen dipilih untuk menyanggah dan menyalurkan beban pada keseluruhan
struktur dengan baik. Secara umum baja yang dapat kita jumpai sehari hari dapat
dilihat pada gambar 2.4.
Adapun jenis – jenis baja struktural yang umum digunakan adalah profil
baja giling / canai panas (rolled steel shape) dan profil baja yang dibentuk dalam
keadaan dingin (cold formed steel shapes).
Pemakaian baja canai dingin berbeda dibanding baja canai panas.
Meskipun ringan, tetapi perilaku bahan dan keruntuhannya relative kompleks,
sehingga risiko gagal lebih tinggi apalagi jika dipakai untuk konfigurasi struktur
yang tidak biasa. Tentang hal itu, sudah banyak Negara yang memahami sehingga
dibuat peraturan perencanaan yang berbeda.
2.1.7.1 Profil Baja Wide Flange (WF)
Profil WF (Wide Flange) adalah salah satu profil baja struktural yang paling populer digunakan untuk konstruksi baja. Namun, profil ini ternyata punya
banyak nama. Ada yang menyebutnya dengan profil H, HWF, H-BEAM, IWF, dan
I. ``Profil WF terutama digunakan sebagai elemen struktur balok dan kolom.
Semakin tinggi profil ini, maka semakin ekonomis. Untuk banyak aplikasi profil
M mempunyai penampang melintang yang pada dasarnya sama dengan profil W,
dan juga memiliki aplikasi yang sama. Berikut adalah contoh gambar baja IWF
(gambar2.5)
2.1.7.2. Profil Baja berbentuk persamaanegi atau persamaanegi panjang (Box Girder)
Profil box girder adalah suatu profil baja berongga persamaanegi atau berbentuk kotak, simetri ganda, yang dibebani pada salah sau sumbunya.
Klasifikasi pelat badan tertentu, yaitu kategori kompak atau non kompak,
sedangkan klasifikasi pelat sayap terdapat semua kategori, yaitu kompak, non
kompak maupun langsing.