• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perdagangan Komoditi Karet di Daerah Aliran Sungai Batang Hari Jambi Tahun 1906 – 1942

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perdagangan Komoditi Karet di Daerah Aliran Sungai Batang Hari Jambi Tahun 1906 – 1942"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERAN SUNGAI BATANG-HARI DALAMMENYALURKAN KOMODITI LOKAL

Wilayah Jambi terletak pada cekungan sungai yang memiliki banyak anak sungai yang mengalir di sekitarnya. Sungai Batang-Hari berhulu di pegunungan Bukit Barisan dan bermuara di Selat Berhala, sungai Batang Hari memiliki fungsi yang vital dalam hubungan penyaluran hasil dagang dari Jambi ke Selat Malaka, hal ini telah mendatangkan keuntungan bagi penduduk lokal.

Komoditi hasil hutan seperti damar, jelutung, rotan, jernang dan kayu di himpun dan dikirimkan melalui sungai Batang-Hari ke pasar- pasar di luar Jambi terutama Singapura. Selain sebagai jalur yang menyalurkan hasil hutan dari hulu ke hilir sungai Batang-Hari juga memiliki fungsi sebagai jalur transportasi bagi penduduk Jambi yang menghubungkan antara kawasan hilir Jambi ke bagian hulu yang berada di pedalaman Jambi.

2.1. Letak Geografis Jambi.

Sebelum masuknya kekuasaan Belanda ke Jambi, wilayah Jambi merupakan sebuah daerah dengan kekuasaan sultan.Kesultanan Jambi memiliki wilayah yang membentang 350 kilometer dari timur ke barat dan 220 kilometer dari utara ke selatan.21

21 J. Tideman dan P.L.F. Sigar, Djambi (Amsterdam: Koloniaal Instituut,1938),hlm.1.

(2)

104°55’ Bujur Timur.22

Pada sebelah Barat Wilayah Jambi Berbatasan langsung dengan Dataran Tinggi Minangkabau yang terletak di pegunungan Bukit Barisan.

Wilayah Selatan Kesultanan Jambi berbatasan dengan karesidenan Palembang dan Jambi mempunyai hubungan hubungan dengan karesidenan Palembang melalui Bengkulu dan Rawas, pada wilayah Utara Jambi berbatasan dengan kesultanan Indragiri dan sejumlah kerajaan di Minangkabau seperti Siguntur dan Lima Kota.

23

Selain itu batas-batas wilayah kesultanan Jambi terdapat juga dalam Tambo Pada sebelah Timur Jambi dibatasi oleh laut yang membentang dari muara Sungai Tungkal berjarak 100 kilometer di sebelah Timur sampai Tanjung Jabung.Sekitar 60 kilometer ke Selatan sampai sungai Pulau Benung.

24

“Mulai Dari Sialang Belantak Besi, menuju durian takuk rajo, mendaki ke Pematang

Lirik dan Besibak, terus ke sekeliling air Bangis, Mendepat ke Sungai Tujuh Selarik,

terus ke Sepisak Piasau Hilang, Mendaki Ke Bukit Alunan Babi, meniti Pematang

Panjang, Laju Ke Bukit Cindaku, mendepat ke Parit Sembilan, turun ke renah

atau pepatah adat Jambi yang menyebutkan batas-batas wilayah kesultanan Jambi,

yakni: Dengan menggunakan “Tambo”, wilayah Jambi kemudian dituliskan

22 Yurisa Andika, Pengaruh Terbentuknya Karesidenan Jambi Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi 1906-1942(Skripsi), Yogyakarta: Program studi Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta, 2014.

hal. 28.

23Memorie van Overgave,van den Resident Th. A.L. Heyting, 30 September 1910- 26 September 1913, hlm, 2.

24

(3)

Sungai keteh Menuju Ke Sungai Enggang, terjun ke laut nan sedidis, mendepat ke

Pulau Berhalo, Menempuh Sekatak Air Hitam, menuju Ke Bukit Si Guntang-guntang,

Mendaki Ke Bukit Tuan, Menempuh Ke Sungai Banyu lincir, Laju Ke Ulu Singkut

Bukit Tigo, Mudk ke serintik Hujan, -Paneh, Meniti Ke Bukit Barisan, Turun ke renah

Sungai Bantal, Menuju Ke sungai Air dikit, Mendepat ke Hulu Sungai ketun, Mendaki

ke bukit Malin Dewo, menuju ke Sungai Ipuh, Mendaki ke Bukit Sitinjau laut, menuju

ke Gunung Merapi, mendepat ke Hulu Danau Bentu, menempuh ke Bukit Kaco,

meniti pematang lesung tereh, menuju ke Batu angit Batu Kangkung, terus ke teratak

Tanjung Pisang, mudik kelipai nan besibak, terus ke siangkak nan bedengkang, ilir

ke durian takuk rajo, melayang ke tanjung semalido, disitu tanah beringin duo

batang.25

Wilayah Jambi berada pada cekungan sungai yang memiliki banyak anak sungai, Batang Hari merupakan sungai terpanjang di Sumatra, yang memiliki mata air di Bukit Barisan dan berkelok-kelok sepanjang 800 kilometer.Sungai Batang Hari menjadi tulang punggung bagi masyarakat yang tinggal pada kawasan pinggiran sungai.Anak sungai Batang Hari antara lain Sungai Tembesi, Sungai Merangin, Sungai Asai, Sungai Tabir, Sungai Bungo, Sungai Tebo dan Sungai Jujuhan.Tidak

25Musri Nauli, Marga di Jambi, diakses dari http://www

(4)

kalah penting fungsinya dari anak sungai yang telah disebutkan, terdapat cekungan tangkapan air sendiri di Tungkal yang berbatasan dengan Indragiri.26

Sungai sungai tersebut merupakan urat nadi yang menghubungkan antar wilayah dan dusun- dusun. Letak ibu kota Kesultanan yang bernama Jambi tidak jauh dari tepi sungai dan kawasan ini berada 90 kilometer dari muara sungai Batang Hari. Posisi Jambi yang terletak tidak jauh dari garis Khatulistiwa, menciptakan pemisah yang cukup jelas antara musim Timur dan musim Barat27

Namun keadaan pada bulan Oktober hingga April terjadi musim hujan yang menyebabkan aliran sungai Batang Hari meluap menggenangi tepian hingga beberapa kilometer.Bahkan ketika kapal- kapal bisa melayari sungai, mereka harus melayari sungai dengan pelan.Hingga tahun 1920-an, sebuah kapal uap kincir membutuhkan waktu empat puluh delapan jam untuk menempuh jarak sekitar seratus kilometer antara Jambi dan Muara Tembesi.Ketika akhirnya sebuah jalan raya dibangun pada 1931, perjalanan membutuhkan waktu dua setengah jam.

Hal itu terlihat pada bulan April hingga Oktober terjadi musim kemarau, yang menyebabkan debit air sungai berkurang.Sehingga pada bulan tersebut beberapa jalur air tidak dapat dilayari, dalam kurun waktu tersebut debit air yang rendah juga memutuskan jalur antara Jambi Hulu dan Hilir.

28

26 Elsbeth Locher-Scholten, op.cit.hal. 41 27

G. J. Velds, De Onderwerpring van Djambi in 1901 – 1907, (Batavia: Departement van Oorlog), hlm. 3.

(5)

2.2. Penduduk.

Pada umumnya wilayah Jambi pada tahun 1800 merupakan wilayah yang masih jarang penduduknya.Pada tahun 1852 penduduknya diperkirakan berjumlah 60.000 jiwa.Sensus yang dilakukan pada tahun 1930 menggolongkan Jambi sebagai salah satu wilayah yang paling jarang penduduknya di Sumatra.29 Masyarakat kesultanan Jambi merupakan masyarakat heterogen, secara etnis penduduk asli kesultanan Jambi terdiri dari beberapa kelompok masing- masing dikenal dengan sebutan Orang Melayu Jambi, Suku Kubu, Orang Batin, Orang Penghulu.30

Adapun susunan tata pemerintahan kesultanan Jambi dalam ketentuan adat;

Alam nan Berajo, Pemerintahan Bermentri, Rantau Nan Bajenang, Marga nan

Bebatin, Kampung nan Bertuo, Dusun nan Berpenghulu, Rumah nan Bertengganai.

Artinya : Kerajaan dipimpin oleh Raja, Rantau dipimpin oleh Jenang, Margadipimpin Pemerintahan di pusat kesultanan Jambi dipimpin oleh seorang sultan yang dibantu oleh pangeran ratu.Kedudukan pangeran ratu dapat membantu sultan dengan mengepalai Rapat Dua Belas yang merupakan badan pemerintahan kesultanan.Rapat Dua Belas terdiri dari dua bagian yang terdiri dari, Kerapatan Patih Dalam dan Kerapatan Patih Luar. Masing-masing dikepalai oleh satuorang ketua dan lima orang anggota yang berasal dari keluarga bangsawan.

29

(6)

oleh Batin, Luhak dipimpin oleh Penghulu, Kampung dipimpin oleh tuo-tuo, dan Rumah dipimpin oleh Tengganai31

Tabel 2.1

Struktur Pemerintahan Kesultanan Jambi

Sumber : Lembaga Adat Provinsi Jambi, Buku Pedoman Adat Jambi, (Jambi: Lembaga Adat Provinsi

Jambi dan Pemerintah Daerah Tingkat I Jambi, 1993), hal.10.

31

Bambang Suwondo, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi( Jakarta: depdikbud ,1979), hlm.23.

SULTAN

Kerapatan Pepati Luar Kerapatan

Pepati Dalam

Jenang

Batin

Kampung

Luhak

Rumah

(7)

Orang Melayu Jambi merupakan kelompok masyarakat yang berada dan tersebar di pinggiran sungai Batang Hari.Hal ini dapat terlihat dari pemukiman Orang Melayu Jambi yang berada di sekitar pusat kesultanan Jambi yang letaknya tidak jauh dari sungai Batang Hari. Golongan yang termasuk dalam Orang Melayu Jambi adalah Keluarga Sultan, kelompok Bangsa XII yang memiliki kedekatan khusus dengan Sultan.

Masyarakat suku Kubu yang juga sering dikenal juga sebagai suku Anak dalam, merupakan kelompok yang nomaden yang berada pada pemukiman yang sukar dicapai di pedalaman Jambi.Suku Kubu ini berada di kawasan Bukit Duabelas, di daerah Tabir, dan Bukit Barisan.32Suku Kubu dipimpin oleh Temenggung dan seorang Depati, hubungan antara suku Kubu dengan Kesultanan Jambi hanya sebatas pemberian upeti kepada jenang kesultanan.Mereka menyerahkan upeti perdagangan dari hasil hutan.33

Orang Batin merupakan imigran-imigran yang lebih dahulu masuk ke

Jambi.Para imigran ini bermukim di tepi Batang Tembesi dan Batang Asai dan berbaur dengan penduduk asli.Orang Batin mendiami daerah Sarolangun Bangko, Muara Bungo, dan Muara Tebo.34

32

J. Tideman dan P.L.F. Sigar.op,cit. hlm.71. 33

Ibid. , hlm.61.

34 Yurisa Andika.op,cit. hlm.36.

(8)

Secara hukum mereka hanya bertanggung jawab pada dewan XII dan tidak kepada sultan.Mereka bertugas sebagai penjaga garis batas daerah dan wajib membayar pajak dan di anggap sebagai orang dalam kesultanan.Pembayaran pajak ini sebagai pengakuan terhadap kekuasaan sultan melalui jenang.

Orang penghulu merupakan imigran yang berasal dari Minangkabau, dan oleh

sebab itu mereka masih memiliki hubungan dengan Orang Batin.Orang penghulu bermigrasi ke Jambi untuk mencari emas.35

Meskipun Orang Penghulu bergabung dengan Orang Batin, urusan intern dari Orang penghulu tidak mendapat campur tangan dari Orang Batin. Urusan intern Orang Penghulu tetap ditangani oleh kepala-kepala Orang Penghulu sendiri. Sedangkan dalam hukum kemasyarakatan orang penghulu mengikuti hukum yang berlaku di warga Orang Batin.

Selain itu Orang penghulu yang bermukim di Limun dan Batang Asai bertugas sebagai penjaga batas dengan Bengkulu dan Palembang.Sedangkan Orang penghulu yang bermukim di kawasan Ulu Tebo dan Bungo sebagai penjaga batas dengan Sumatra Barat.

36

35

Ibid. 36Ibid.,hal.38

(9)

2.3. Perdagangan Komoditi Lokal Jambi

Walaupun tanah di Jambi tidak benar-benar subur, pertanian merupakan mata pencaharian terpenting kedua setelah perikanan.Didataran rendah padi ditanam di ladang yang dibuka dengan membabat dan membakar hutan, sedangkan daerah yang lebih subur seperti pada daerah Tembesi dan Tebo penanaman padi dilakukan di sawah.Hasil produksi padi yang berlimpah terkadang dikirim ke dataran rendah.

Seperti halnya daerah-daerah Melayu, perdagangan mendatangkan kemakmuran, hasil hutan menjadi sebuah komoditi yang sangat berharga seperti kayu seperti kayu bulian, kayu meranti, kayu ramelang, kayu sepang, kayu lambato, damar, bambu,selain kayu hasil hutan lainnya adalah getah tanaman yakni, getah jaruang, getah balam, getah sundih, getah manau.Selain itu warga Jambi juga melakukan perburuan terhadap hewan, hasil dari hewan buruan seperti rusa yang diambil tanduknya, gajah diambil gadingnya, lebah diambil sarangnya, dan badak diambil culanya.Hasil hutan ini dihimpun dan diangkut melalui sungai Batang Hari ke pasar-pasar di luar Jambi seperti Singapura, komoditas yang dihasilkan tersebut kemudian ditukarkan dengan barang barang seperti katun, tembikar, garam dan perkakas dari besi.37

Secara geografis Jambi dibagi menjadi kawasan ulu dan ilir.Dataran tinggi dianggap berawal di Muara Tembesi, sangat penting dari segi perekonomian bagi dataran rendah, hal ini karena kawasan dataran tinggi sebagai pemasok barang-barang ekspor, terutama hasil hutan, lada, emas dan tenaga kerja.Hubungan yang terjadi

(10)

antara hulu dan hilir dihubungkan melalui jalur sungai yang menghubungkan antara wilayah yang berada di pedalaman menuju ke bagian pesisir.

Perdagangan yang terjadi di Jambi tidak terlepas dari keberadaan jalur sungai yang menghubungkan antar wilayah, sehingga hasil-hasil hutan maupun hasil kebun warga Jambi dapat disalurkan.Keberadaan sungai Batang Hari yang memiliki fungsi yang sangat penting bagi penyaluran komoditas lokal dan juga sebagai jalur transportasi yang menghubungkan setiap wilayah yang ada di Jambi.Sehingga hubungan antara wilayah pedalaman dan pesisir dapat terlihat melalui perdagangan yang terjadi di sepanjang kawasan sungai Batang Hari.

Salah satu komoditi utama ekspor dari Jambi pada masa kesultanan yakni lada, penjualan lada keluar dari Jambi melalui campur tangan dari bangsawan kesultanan yang menjadi agen untuk mendapatkan lada dari hulu sekaligus menjual tekstil yang didapatkan dari para pedagang Inggris dan pedagang Belanda. Para bangsawan kesultanan mendirikan pos di sepanjang aliran sungai dan membeli lada langsung dari rakyat dengan harga murah, dari kegiatan yang dilakukan ini diperkirakan keluarga kesultanan mendapatkan keuntungan yang besar sekitar 30% sampai 35% dari lada yang mereka kumpulkan.38

Tidak hanya tanaman yang telah disebutkan saja yang ditanam, tanaman ekspor lainnya yang laku dipasaran Internasional, seperti pohon kelapa yang banyak tumbuh di daerah pesisir, yang menjadi daerah penghasil kelapa yang cukup penting

38

(11)

adalah Muara Sabak, hasil utama dari kelapa yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi adalah kopra.

Pada tahun 1934 ada perluasan tanaman kelapa hingga 5000 ha, yang tertanam di taksir sampai 900.000 batang.Penanaman kelapa ini didasarkan oleh harga kelapa yang stabil di pasaran.Hal ini karena permintaan kopra cukup tinggi. Untuk menghasilkan kopra para petani melakukan penjemuran diatas api selama 7 sampai 8 jam, kualitas terbaik adalah kopra yang dikeringkan dengan matahari namun tidak ada perbedaan harga di antara keduanya. Pada umunya perdagangan kopra hanya diperuntukkan untuk ekspor ke luar negeri, sedangkan buahnya untuk dalam negeri.Perdagangan kopra selalu berada di tangan orang-orang Cina, untuk di ekspor ke Singapura.39

Peran sungai Batang Hari menjadi roda penggerak perekonomian Jambi sejak masa Kesultanan yang menyalurkan hasil komoditi lokal menuju ke singapura dan menjadi jalur transportasi yang menghubungkan antara hulu dan hilir juga sebaliknya.Setelah masuknya Belanda ke Jambi, sungai Batang Hari memiliki fungsi dalam menyalurkan hasil karet yang ada di kawasan hulu ke hilir.Sehingga perdagangan yang ada di Jambi tidak bisa lepas dari keberadaan sungai Batang Hari.

Beragam hasil hutan maupun hasil kebun warga Jambi yang disalurkan dan diperdagangkan melalui jalur sungai Batang hari dapat dilihat pada tabel Ekspor dari komoditas penting dari Jambi dapat di lihat pada daftar berikut ini.

(12)

Tabel 2.2.

Komoditas ekspor beberapa hasil penting dari Jambi tahun 1932- 1936

Sumber: koninklijke Vereeniging koloniaal instituut Amsterdam ,Djambi. hal.315.

HASIL

715.468 67542 327.466 42.275 2.568.576 452.608 4.550.133 470.679 7.737.978 703.037

11.776 1.502 11.057 1.221 223.839 19.613 8.597.559 894.890 18.132.069 1.626.926

24.188.332 1.288.978 34.118.943 2.199.257 31.569.762 3.526.390 9.715.573 790.506 535.704 43.818

11.828 2.855 21.652 5.289 15.525 3.671 79.858 11.254 167.171 24.941

920.973 9.0227 444.096 29.084 - - - -

778.262 37.970 621.720 19.672 472.630 8.913 641.746 11.916 - -

14.440 8.680 21.782 14.862 6.293 3.921 15.097 9.580 - -

21.000 1074 871000 6.661 11.559.954 57.960 8.499.620 36.616 - -

75.353.730 649.405 10.868.648 835.019 11.614.905 454.766 14.328.376 800.991 18.199.704 1.422.371

(13)

2.4. Masuknya Pengaruh Belanda ke Jambi

Semakin melemahnya kekuasaan Kesultanan Jambi pada masa sultan bayangan menyebabkan Belanda semakin menekan secara terus menerus ke pada Kesultanan Jambi.Jatuhnya kesultanan Jambi ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda di tandai oleh menyerahnya Pangeran Ratu Sultan Ahmad Zainuddin dan inilah menjadi awal pemerintah Hindia Belanda menguasai Jambi.

Langkah awal penguasaan pemerintah Hindia Belanda atas Jambi, pemerintah Belanda mulai mengatur pemerintahan Jambi dengan menjalankan peraturan sementara.Setelah tunduknya kesultanan Jambi pemerintah Belanda secara resmi menggabungkan wilayah Jambi dengan Karesidenan Palembang sebagai Afdeeling.

Kebijakan ini tertera dalam Keputusan Pemerintah Hindia Belanda (Gouvenements-Besluit) 11 Agustus 1903 No. 23 yang diubah dengan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda (Gouvenements-Besluit) 1904 No. 3.40

Pembentukan pemerintahan Karesidenan Jambi pada tahun 1906

Dengan demikian Jambi mulai menjalankan pemerintahan dibawah pemerintahan Karesidenan Palembang.

41

40 G. J. Velds, De Onderwerpring van Djambi in 1901 – 1907, (Batavia: Departement van

Oorlog), hlm. 109. 41

Staatsblad van Nederlandsch Indie, 1906, No. 187. Baca Juga Bataviaasch nieusblad” De toestand in Djambi”.tanggal 18 Mei 1906, lembar ke-5.

(14)

kekuasaan Belanda lainnya.Pemerintahan Karesidenan dipimpin oleh seorang residen .O.L. Helfrich.

Pada awal kepemimpinannya Residen O.L. Helfrich mulai menata ulang sistem pemerintahan yang ada di Jambi. Hal ini merupakan tuntutan pemerintah Belanda untuk menjalankan sistem pemerintahan modern kedalam pemerintahan Jambi. Dalam menjalankan pemerintahannya residen di bantu oleh pemerintahan daerah atau afdeeling yang dibentuk melalui pembagian wilayah.

Berdasarkan pembagian wilayahnya, Karesidenan Jambi di bagi menjadi 5 afdeeling.42

Masuknya Belanda ke Jambi memberikan dampak terhadap pembagian wilayah menjadi berdasarkan marga marga.

Masing-masing afdeeling diberikan seorang kontrolir yang bertanggung jkawab atas afdeelingnya.Afdeeling-afdeeling yang ada kemudian dibagi menjadi beberapa distrik yang dikepalai oleh Demang. Distrik-distrik yang ada di bagi menjadi onderdistrik yang dikepalai oleh Asisten Demang, kemudian Asisten Demang dibantu oleh Pasirah atau Kepala Adat dan yang terakhir adalah Penghulu yang mengepalai sebuah kampung.

43

42

Staatsblad van Nederlandsch Indie, 1906, No. 261. 43

Istilah Marga Berasal dari Palembang dengan Maksud hukum adat.Marga yang dimaksud merupakan pembagian wilayah berdasarkan distrik adat. Baca Bambang Suwondo, op.cit., hlm 46.

(15)

Berdasarkan peta Schetkaart Resindentie Djambi Adatgemeenschappen (Marga’s), Tahun 1910, maka daerah-daerah di Jambi telah dibagi berdasarkan Margo.Seperti Margo Batin Pengambang, Margo Batang Asai, Cerminan Nan Gedang, Datoek Nan Tigo. Sedangkan di Merangin dikenal Luak XVI yang terdiri dari Margo Serampas, Margo Sungai Tenang, Margo Peratin Tuo, Margo Tiang Pumpung, Margo Renah Pembarap dan Margo Sanggrahan.

Sedangkan Di Tebo dikenal dengan Margo Sumay. Batang Hari Margo Petajin Ulu, Margo Petajin Ilir, Margo Marosebo, Kembang Paseban. Sedangkan di Muara Jambi dikenal Margo Koempeh Ilir dan Koempeh Ulu, Jambi Kecil.Di Tanjabbar dikenal dengan Margo Toengkal ilir, Toengkar Ulu.Dan di Tanjabtim dikenal Margo Berbak, Margo Dendang Sabak.

Selain Margo juga dikenal Batin. Seperti Batin Batin II, III Hoeloe (Hulu), Batin IV, Batin V, Batin VII, Batin IX Hilir, Batin VIII dan Batin XIV.

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2.

Referensi

Dokumen terkait