BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap daun senduduk Melastoma
malabathricum L. diperoleh kesimpulan:
a. hasil pemeriksaan karakteristik simplisia daun senduduk (Melastoma
malabathricum L.) diperoleh kadar abu total 12,57%, kadar abu yang tidak
larut asam 0,82%, kadar air 7,98%, kadar sari larut air 11,75%, kadar sari larut
etanol 13,42%, memenuhi syarat MMI.
b. hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak etanol
Melastoma malabathricum L. mengandung senyawa steroid/ triterpenoid,
flavonoid, glikosida, saponin, dan tanin.
c. hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun senduduk mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis dan Escherichia coli. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
senduduk terhadap bakteri Staphylococcus aureus diperoleh KHM 9 mg/ml
dengan diameter 8,16 mm, bakteri Staphylococcus epidermidis 9 mg/ml dengan
diameter 8,43 mm dan bakteri Escherichia coli 9 mg/ml dengan diameter 8,00
mm.
5.2 Saran
Diharapkan agar peneliti selanjutnya melakukan pengujian ekstrak etanol
daun senduduk (Melastoma malabathricum L.) terhadap mikroba lainnya seperti
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta : Depkes RI. Hal. 10-11.
Depkes. (2007). Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 5.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.
Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 143-147, 297-326, 306, 333-340.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen kesehatan RI. Hal 896, 898.
Djauhariya, E., dan Hernani. (2004). Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta: Seri Agrisehat. Hal. 4, 74-75.
Dwidjoseputro, D. (1978). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Hal.104-119.
Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Science. 55(3): 257-259, 263.
Ferawaty, A. S., Agus, S., dan Delianis, P. (2012). Potensi Antibakteri Ekstrak Rumput Laut Terhadap Bakteri Penyakit Kulit Pseudomonas
aerufinosa, Staphylococcus epidermidis, dan Micrococcus luteus.
Journal of Marine Research. 1(2): 152-160.
Ganiswarna, S. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit UI. Hal. 158.
Gunawan, D., dan Mulyani S. (2002). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal.25.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Edisi
Ketiga. Bandung: ITB Press. Hal. 69, 102-103, 147-149, 234.
Havsteen, B. (1983). Flavonoids, A Class of Natural Products of High Pharmacological Potensi. Biochem Pharmacol. 32(7): 1141.
Jawetz, E. Menick, J,L., dan Adelberg, E. A. (2001). Mikrobiologi Kedokteran. Ahli bahasa: Eddy Mudihardi. Jakarta. Penerbit Salemba Medika. Hal. 318-319, 352-357, 372.
Lenny, S. (2006). Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida, dan Alkaloida. Karya
Ilmiah. Medan: Departemen Kimia FMIPA USU. Hal. 6.
Lay, BW. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 109.
Mario, P. (2011). Khasiat dan Manfaat Belimbing Wuluh. Surabaya: Stomata. Hal. 102-103.
Oxoid. (2013). Nutrient Agar and Nutrient Browth. England: Oxoid LTD
Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. , 101-117, 190-191.
Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB. Hal. 71-72.
Simanjuntak, M.R. (2008). Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Hal.23, 50, 60.
Vandepitte, J. Engback, K. Piot, P. Heuck, CC. (1991). Basic Laboratory
Procedures in Clinical Bacteriology. Geneva: WHO Library. Pages 78,
96.
World Health Organization. (1998). Quality Control Methods For Medicinal