• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP ACUTE MYELOID LEUKIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP ACUTE MYELOID LEUKIMIA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ACUTE MYELOID

PADA PASIEN DENGAN ACUTE MYELOID LEUKEMIA

LEUKEMIA

(AML)

(2)

A.

A. Konsep Dasar penyakitKonsep Dasar penyakit 1.

1. DefinisiDefinisi

Leukemia mieloid akut (

Leukemia mieloid akut (acute myeloid leukemiaacute myeloid leukemia/ AML), dapat disebut/ AML), dapat disebut dengan beberapa nama, diantaranya adalah leukemia mielositik akut, dengan beberapa nama, diantaranya adalah leukemia mielositik akut, leukemia myelogenous akut, leukemia granulositik akut, dan leukemia leukemia myelogenous akut, leukemia granulositik akut, dan leukemia non-limfositik akut. Istilah akut diartikan sebagai leukemia yang dapat limfositik akut. Istilah akut diartikan sebagai leukemia yang dapat  berkembang

 berkembang cepat cepat jika jika tidak tidak diterapi diterapi dan dan berakibat berakibat fatal fatal dalam dalam beberapabeberapa  bulan,

 bulan, sedangkan sedangkan istilah istilah mieloid mieloid merujuk merujuk pada pada tipe tipe sel sel asal, asal, yaitu yaitu sel-selsel-sel mieloid imatur (sel darah putih selain limfosit, sel darah merah, atau mieloid imatur (sel darah putih selain limfosit, sel darah merah, atau trombosit) (American Cancer Society, 2016). AML merupakan suatu trombosit) (American Cancer Society, 2016). AML merupakan suatu  penyakit

 penyakit yang yang ditandai ditandai dengan dengan transformasi transformasi neoplastik neoplastik dan dan gangguangangguan diferensiasi sel-sel progenitor

diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mydari seri myeloid, eloid, meliputi neutrofil, meliputi neutrofil, eosinofil,eosinofil, monosit, basofil, megakariosit dan sebagainya (Suryani, Salamah, Wiharto, monosit, basofil, megakariosit dan sebagainya (Suryani, Salamah, Wiharto, Wijaya, 2014).

(3)

A.

A. Konsep Dasar penyakitKonsep Dasar penyakit 1.

1. DefinisiDefinisi

Leukemia mieloid akut (

Leukemia mieloid akut (acute myeloid leukemiaacute myeloid leukemia/ AML), dapat disebut/ AML), dapat disebut dengan beberapa nama, diantaranya adalah leukemia mielositik akut, dengan beberapa nama, diantaranya adalah leukemia mielositik akut, leukemia myelogenous akut, leukemia granulositik akut, dan leukemia leukemia myelogenous akut, leukemia granulositik akut, dan leukemia non-limfositik akut. Istilah akut diartikan sebagai leukemia yang dapat limfositik akut. Istilah akut diartikan sebagai leukemia yang dapat  berkembang

 berkembang cepat cepat jika jika tidak tidak diterapi diterapi dan dan berakibat berakibat fatal fatal dalam dalam beberapabeberapa  bulan,

 bulan, sedangkan sedangkan istilah istilah mieloid mieloid merujuk merujuk pada pada tipe tipe sel sel asal, asal, yaitu yaitu sel-selsel-sel mieloid imatur (sel darah putih selain limfosit, sel darah merah, atau mieloid imatur (sel darah putih selain limfosit, sel darah merah, atau trombosit) (American Cancer Society, 2016). AML merupakan suatu trombosit) (American Cancer Society, 2016). AML merupakan suatu  penyakit

 penyakit yang yang ditandai ditandai dengan dengan transformasi transformasi neoplastik neoplastik dan dan gangguangangguan diferensiasi sel-sel progenitor

diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mydari seri myeloid, eloid, meliputi neutrofil, meliputi neutrofil, eosinofil,eosinofil, monosit, basofil, megakariosit dan sebagainya (Suryani, Salamah, Wiharto, monosit, basofil, megakariosit dan sebagainya (Suryani, Salamah, Wiharto, Wijaya, 2014).

(4)

Insidens AML umumnya tidak berbeda dari masa anak-anak hingga masa Insidens AML umumnya tidak berbeda dari masa anak-anak hingga masa dewasa muda. Sesudah usia 30 tahun, insidensi AML meningkat secara dewasa muda. Sesudah usia 30 tahun, insidensi AML meningkat secara eksponensial sejalan dengan meningkatnya usia. AML pada orang yang eksponensial sejalan dengan meningkatnya usia. AML pada orang yang  berusia

 berusia 30 30 tahun tahun adalah adalah 0,8%, 0,8%, pada pada orang orang yang yang berusia berusia 50 50 tahun tahun 2,7%,2,7%, sedangkan pada orang yang berusia di atas 65 tahun adalah sebesar 13,7% sedangkan pada orang yang berusia di atas 65 tahun adalah sebesar 13,7% (American Cancer Society, 2016).

(American Cancer Society, 2016).

Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan bahwa setiap tahun Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan bahwa setiap tahun ditemukan 650 kasus leukemia di seluruh Indonesia, 150 kasus di antaranya ditemukan 650 kasus leukemia di seluruh Indonesia, 150 kasus di antaranya terdapat di Jakarta dan sekitar 38% menderita jenis AML.

terdapat di Jakarta dan sekitar 38% menderita jenis AML. Data kejadianData kejadian AML di Indonesia masih sangat terbatas, terdapat laporan insidens AML di AML di Indonesia masih sangat terbatas, terdapat laporan insidens AML di Jogjakarta yaitu terdapat delapan orang dari satu juta populasi (Supriyadi, Jogjakarta yaitu terdapat delapan orang dari satu juta populasi (Supriyadi, Purwanto, Widjajanto, 2013).

Purwanto, Widjajanto, 2013). 3.

3. EtiologiEtiologi

Etiologi AML masih belum diketahui dengan pasti, namun terdapat beberapa Etiologi AML masih belum diketahui dengan pasti, namun terdapat beberapa

(5)

topoisomerase II. Pada obat ini, AML cenderung dijumpai beberapa tahun setelah terapi dan tanpa didahului MDS (American Cancer Society, 2016). d) Pajanan radiasi

Pajanan radiasi dosis tinggi (misalnya dari bom atom, reaktor nuklir) meningkatkan risiko AML. Terdapat penelitian pada orang-orang yang selamat dari serangan bom atom Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Efek leukomogenik dari paparan ion radiasi tersebut mulai tampak sejak 1,5 tahun sesudah pengeboman dan mencapai puncak 6 atau 7 tahun sesudah pengeboman (Davis, Viera, Mead, 2014).

Selain itu, terapi radiasi untuk kanker juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko AML. AML akibat terapi adalah komplikasi jangka panjang yang serius dari pengobatan limfoma, mieloma multipel, kanker payudara, kanker ovarium dan kanker testis. Jenis kemoterapi yang paling sering memicu timbulnya AML adalah golongan alkalyting agent   dan

(6)

genetik seperti sindrom Bloom dan anemia Fanconi juga diketahui mempunyai risiko yang jauh lebih tinggi dibandingkan populasi normal untuk menderita AML (Davis, Viera, Mead, 2014).

g) Riwayat dalam keluarga

Memiliki keluarga dekat dengan penyakit AML meningkatkan risiko terkena AML (American Cancer Society, 2016).

4. Patofisiologi

Menurut James, & Ashwill (2007) serta Hockenberry, & Wilson (2009),  patogenesis utama AML adalah adanya blokade maturitas yang menyebabkan  proses diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi blast di dalam sumsum tulang akan menyebabkan gangguan hematopoesis normal dan pada gilirannya akan mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure syndrome) yang ditandai dengan adanya sitopenia

(7)

5. Klasifikasi

Pada tahun 1970, AML diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi  French American-British  (FAB) dengan kriteria terutama morfologi dan fenotip/sitokimia Dengan FAB, ada 8 subtipe AML (FAB M0 sampai M7) (Handayani, Hariwibowo, 2008):

1) LMA-M 0 (leukemia mieloblastik akut dengan diferensiasi minimal) 2) LMA-M 1 (leukemia mieloblastik akut tanpa maturasi)

3) LMA-M 2 (leukemia mieloblastik akut dengan maturasi) 4) LMA-M 3 (leukemia promielositik akut)

LPA (leukemia promieolisitik akut hipergranuler)

LPA-V (leukemia promieolisitik akut mikrogranuler/

M 3 V (hipogranuler)

5) LMA-M 4 (leukemia mielomonositik akut)

L’MA-M 4 Eo (leukemia mielomonositik akut dengan peningkatan sel eosinophil)

(8)
(9)

Hiperleukositosis (> 100.000 sel darah putih/ mm3) dapat menyebabkan gejala leukostasis, misalnya disfungsi atau perdarahan okuler dan serebrovaskular yang termasuk kegawatdaruratan medis, walaupun hal ini  jarang terjadi. Leukositosis terjadi pada sekitar 50% kasus AML, sedangkan 15% pasien mempunyai angka leukosit yang normal dan sekitar 35% pasien mengalami netropenia. Meskipun demikian, sel-sel blast dalam jumlah yang signifikan di darah tepi akan ditemukan pada 85% kasus AML. Oleh karena itu sangat penting untuk memeriksa rincian jenis sel-sel leukosit di darah tepi sebagai pemeriksaan awal, untuk menghindari kesalahan diagnosis pada orang yang diduga menderita AML (Handayani, Haribowo, 2008).

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa AML, antara lain:

(10)

4) Sternal tenderness

Kelainan fisik ini didapatkan pada kira-kira dua per tiga kasus AML. Kelainan ini juga disebabkan infiltrasi sel-sel leukemik, terutama di tempat  produksi sumsum tulang.

8. Pemeriksaan Diagnostik

a) Morfologi

Aspirasi sumsum tulang merupakan bagian dari pemeriksaan rutin untuk diagnosis AML. Pulasan darah dan sumsum tulang diperiksa dengan  pengecatan May-Grunwald-Giemsa atau Wright-Giemsa. Untuk hasil yang akurat, diperlukan setidaknya 500 sel nucleated dari sumsum tulang dan 200 sel darah putih dari perifer. Hitung blast sumsum tulang atau darah ≥ 20% diperlukan untuk diagnosis AML, kecuali AML dengan t(15;17), t(8;21), inv(16), atau t(16;16) yang didiagnosis terlepas dari persentase  blast (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al.,

(11)

kromosom seperti RUNX1-RUNX1T1, CBFB-MYH11, fusi gen M LL dan EV11, hilangnya kromosom 5q dan 7q (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al., 2010).

e) Pemeriksaan imaging

Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan perluasan penyakit  jika diperkirakan telah menyebar ke organ lain. Contoh pemeriksaannya

antara lain X-ray dada, CT scan, MRI (American Cancer Society, 2016). 9. Kriteria Diagnostik 

Secara klasik diagnosis AML ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, morfologi sel dan pengecatan sitokinoia. Pada pemeriksaan sumsum tulang ditemukan lebih dari 20% noneritrosit serta terdapat 5-20% sel sumsum tulang merupakan myeloblasts (American Cancer Society, 2016).

(12)

2) Fase paska remisi

Fase paska remisi atau fase konsolidasi menggunakan agen kemoterapi intensif seperti regimen berbasis cytarabine, kemoterapi dosis tinggi atau terapi kemoradiasi (Newton, Hickey, & Marrs, 2009). Penelitian tentang transplantasi allogeneic hematopoietic stem cell didapatkan hasil  bahwa terapi tersebut sangat efektif dalam menangani penyakit hematologi

onkologi antara lain AML (34%)

3) Terapi Biologi

Metode ini, juga dikenal sebagai immunotherapy, menggunakan zat yang memperkuat respon sistem kekebalan terhadap kanker. Salah satu bentuk terapi biologi dikenal sebagai antibodi monoklonal. Meskipun antibodi ini diproduksi dalam laboratorium, namun dapat meniru protein dalam sistem kekebalan tubuh (antibodi) yang menyerang benda asing pada sel-sel leukemia. Gemtuzumab ozogamicin adalah salah satu antibodi monoklonal yang digunakan sebagai terapi biologis dalam AML (Newton, Hickey, &

(13)

Ada obat anti kanker yang dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan kemoterapi untuk induksi remisi dari subtipe tertentu dari AML disebut promyelocytic leukemia, seperti arsenik trioksida dan semua jenis trans retinoic acid (ATRA) (Newton, Hickey, & Marrs, 2009).

11. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat AML, antara lain (Cecily, 2002; WHO 2012):

a) Gagal sumsum tulang  b) Infeksi

c) Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC) d) Splenomegali

e) Hepatomegali 12. Prognosis

(14)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan, dan pekerjaan.

b) Keadaan Umum

Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS, dan respon verbal klien. Klien dengan AML biasanya terlihat pucat dan mengeluh kelelahan.

c) Tanda-tanda Vital Meliputi pemeriksaan:

1. Tekanan darah: pada AML, tekanan darah biasanya kurang dari normal karena terjadi perdarahan atau penurunan sel darah merah, trombosit, atau sel darah putih, yaitu ( TD: 90/60 mmHg).

(15)

kesehatan, faktor-faktor risiko sehubungan dengan kesehatanya. Misalnya : kebiasaan merokok, minum obat tanda resep dokter, dan kebiasaan sehari-hari yang berpengaruh buruk terhadap fungsi  perkembangan penyakit AML.

2.  Nutrisi / Metabolik

Pengkajian meliputi kebiasaan jumlah makanan dan makanan kecil, tipe dan banyaknya makanan dan minuman pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, kebiasaan belanja dan memasak, kepuasan akan  berat badan, pengaruh terhadap pemilihan makanan, persepsi akan kebutuhan metabolik, factor-faktor yang berkaitan seperti aktivitas,  penyakit, stress, faktor-faktor pencernaan. Pada pasien dengan AML dapat mengalami penurunan nafsu makan akibat adanya mual muntah dan penurunan berat badan.

3. Eliminasi

(16)

kemampuan membuat keputusan. Pada pasien dengan AML dapat mengalami gangguan berupa rasa nyeri dan penglihatan yang mulai kabur.

6. Tidur dan Istirahat

Pengkajian meliputi kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur,  jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur), keyakinan budaya, penggunaan alat mempermudah tidur, jadwal istirahat dan relaksasi, gejala dari  perubahan pola tidur, faktor-faktor yang mempengaruhi, misalnya: nyeri. Pada pasien dengan AML kemungkinan terjadi gangguan pola tidur akibat adanya nyeri.

7. Konsep Diri

Pengkajian meliputi keadaan sosial (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok-kelompok social), identitas personal (menjelaskan tentang diri sendiri kekuatan dan kelemahan yang dimiliki), keadaan fisik

(17)

seksualitas dan reproduksi, dampak pada status kesehatan, riwayat menstruasi dan reproduksi. Pasien dengan AML biasanya tidak mengalami gangguan

10. Koping Stres dan Adaptasi

Pengkajian meliputi penyebab stress belakangan ini, penetapan tingkat stress, gambaran umum dan spesifik respon stress, strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan efektifitasnya, perubahan kehidupan dan kehilangan, strategi koping yang biasa digunakan, penilaian kemampuan pengendalian akan kejadian-kejadian yang dialami,  pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress, hubungan

antara manajemen stress terhadap dinamika keluarga.

Pasien dengan AML biasanya tidak mengalami gangguan pada pola koping stress dan adaptasi, namun kemungkinan juga mengalami masalah jika kurangnya dukungan dari keluarga.

(18)

- Sinkope  b.  Palpasi

- Palpitasi

- Takikardi

2. Analisa Data

No Data Interpretasi Masalah

Keperawatan 1 DS: Klien mengeluh kelelahan DO: Klien terlihat PK Anemia AML Proliferasi sel kanker  menghasilkan leukosit yang imatur/abnormal Tindakan kemotera i Pada sel-sel di sumsum yang aktif membelah  juga dihambat

(19)

Klien mengalami  penurunan kesadaran, trombosit dibawah normal (<140 103µL), TD 90/60 mmHg. 3 DS: PK Perdarahan AML Pada sel-sel di sumsum yang aktif membelah  juga dihambat Supresi sumsum tulang Produksi trombosit menurun PK Trombositopenia

(20)

4 DS: Pasien

mengatakan

 belum BAB

sejak tiga hari yang lalu DO: Pasien terlihat memegang daerah perut Konstipasi AML Tindakan kemotera i Mempengaruhi  peristaltik usus

Penyerapan air dalam usus meningkat

(21)

6 DS: Klien mengatakan tidak mengetahui faktor  penyebab terjadinya infeksi DO: WBC kurang dari normal (<6,00ˆ3/µL) Risiko infeksi AML Proliferasi sel kanker  menghasilkan leukosit yang imatur/abnormal dalam jumlah yg  berlebihan Hematopoiesis normal terhambat Tindakan kemotera i Pada sel-sel di sumsum yang aktif membelah  juga dihambat Supresi sumsum tulang Tindakan kemotera i Produksi leukosit menurun

(22)

nafsu makan DO: Klien terlihat  pucat, klien tidak menghabiskan makanan yang disediakan membelah juga

Mual dan muntah

Gg metabolisme protein, karbohidrat dan lemak

 Nutrisi tidak mencukupi tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

Mempengaruhi pusat mual muntah di

hipotalamus

Mempengaruhi lambung untuk meningkatkan produksi HCL

(23)

klien tampak gelisah, klien tampak meringis kesakitan, nadi meningkat (>100x/mnt), klien tampak memegangi bagian yang nyeri.

f) Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder akibat leukopenia, penurunan granulosit.

g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidaknyamanan pada perut, anoreksia, perubahan absorbsi nutri si ditandai dengan klien mengeluh mual muntah pasien mengeluh mengalami  penurunan berat badan, BB 10%-20% atau lebih di bawah BB ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh, adanya penurunan toleransi untuk aktivitas dan kelemahan otot, penurunan albumin serum.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2016).  Leukemia-Acute Myeloid (Myelogenous).

Diakses pada 8 Juli 2017: http://www.cancer.org/acs/groups/

cid/documents/webcontent/003110.

Bulecheck, Gloria N. & Joanne McCloskey Doctherman. (2008). Nursing Interventions Clasification (NIC). Fifth Edition. Missouri: Mosby Elsevier. Cecily, L. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.

Davis AS, Viera AJ, Mead MD. (2014). Leukemia: An overview for primary care.  Am Fam Physician;89(9):731-8.

Dohner H, Estey EH, Amadori S, Appelbaum FR, Buchner T, Burnett AK, et al. (2010). Diagnosis and management of acute myeloid leukemia in adults: Recommendations from an international expert, on behalf of the European

(25)

Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008.  Nursing Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri:

Mosby Elsevier

 Newton, Susan., Hickey, Margaret., Marrs, Joyce. (2009). Oncology nursing advisor . Canada: Elsevier.

Supriyadi E, Purwanto I, Widjajanto PH. (2013). Terapi leukemia mieloblastik akut anak: Protokol Ara-C, doxorubicin dan etoposide (ADE) vs modifikasi  Nordic Society of Pediatric Hematology and Oncology (m-NOPHO). Sari  Pediatri;14(6):345-50.

Suryani, Esti., Salamaha, Umi., Wiharto., Wijaya, Andreas Andy. (2014).  Identifikasi Penyakit Acute Myeloid Leukemia (AML)Menggunakan ‘ Rule  Based System’ Berdasarkan Morfologi Sel Darah Putih Studi Kasu s : AML2 dan AML4. Semarang: Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2014. ISBN: 979-26-0276-3.

(26)

4. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1 PK Anemia Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ...x... jam,  perawat dapat meminimalkan komplikasi anemia yang terjadi dengan kriteria hasil:

a) TTV dalam batas normal (RR = 16-20 x/menit, nadi = 60-100 x menit, TD dalam batas normal 120/80 mmHg).

 b) Konjungtiva berwarna merah muda

c) Hemoglobin klien dalam batas normal (10-11 gr %)

d) Mukosa bibir berwarna merah muda

e) Klien mengatakan tidak mengalami kelemahan/kelelahan f) Akral hangat

 Mandiri

a) Pantau tanda dan gejala anemia yang terjadi.

 b) Pantau tanda-tanda vital

c) Anjurkan mengonsumsi makanan yang mengandung banyak zat  besi dan vitamin B12 seperti daging merah, kuning telur, ikan, sayuran berdaun gelap atau hijau, kacang-kacangan, kacang polong dan kedelai, buah kering (plum dan kismis).

d) Minimalkan prosedur yang bisa menyebabkan perdarahan.

 Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian tranfusi

 Mandiri

a) Mengetahui apabila klien mengalami anemia

 b) Untuk memastikan apakah klien mengalami anemia dan dapat diberikan perawatan yang tepat c) Untuk meningkatkan kadar

hemoglobin klien

d) Untuk mencegah anemia yang dialami klien semakin memberat

 Kolaborasi

a) Untuk meningkatkan kadar hemoglobin klien

(27)

g) Kulit tidak pucat darah sesuai indikasi.

2 PK

Trombositopenia

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam ...x... jam,  perawat dapat meminimalkan komplikasi trombositopenia yang terjadi dengan kriteria hasil: a) TTV dalam batas normal (RR =

12-20 x/menit, nadi = 60-100 x menit, TD dalam batas normal 120/80 mmHg).

 b) Trombosit klien mengalami  peningkatan dari sebelumnya. c) Klien mengatakan tidak lemas

 Mandiri

a) Pantau tanda dan gejala trombositopenia yang terjadi.  b) Pantau tanda-tanda vital

c) Anjurkan mengonsumsi makanan dengan buah-buahan dan sayuran segar seperti sayuran berdaun hijau, buah jeruk, tomat dan kiwi. d) Informasikan kepada klien untuk tidak mengonsumsi makanan cepat saji, beralkohol dan mengandung kafein.  Kolaborasi a. Kolaborasi pemberian TC (Thrombocyte Concentrate) sesuai indikasi.  Mandiri

a) Mengetahui apabila klien mengalami trombositopeni  b) Untuk memastikan apakah

keadaan umum klien baik/buruk agar dapat diberikan perawatan yang tepat

e) Untuk meningkatkan trombosit klien

f) Untuk mencegah penurunan trombosit yang dialami klien semakin memberat

 Kolaborasi

a) Untuk meningkatkan trombosit klien

3 PK Perdarahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... jam,  perawat meminimalkan perdarahan

 Mandiri :

a) Kaji pasien untuk menemukan  bukti-bukti perdarahan atau

 Mandiri :

a) Untuk mengetahui tingkat keparahan perdarahan pada klien

(28)

dan mencegah komplikasi  perdarahan, dengan kriteria hasil:

a.  Nilai Hct dalam batas normal  b.  Nilai Hb berada dalam batas

normal (10-11 gr %)

c. Klien tidak mengalami episode  perdarahan

d. Tidak terjadi penurunan kesadaran

e. Tanda-tanda vital berada dalam  batas normal (RR = 12-20 x/menit, nadi = 60-100 x menit, TD dalam batas normal 120/80 mmHg).

hemoragi

 b) Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan

c) Lindungi pasien terhadap cidera dan terjatuh

d) Siapkan pasien secara fisik dan  psikologis untuk menjalani  bentuk terapi lain jika diperlukan

 Kolaborasi:

a) Kolaborasi pemberian transfusi sesuai indikasi

sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya

 b) Banyak komponen darah yang menurun pada hasil lab dapat membantu menentukan intervensi selanjutnya

c) Efek cedera terutama pada cedera tajam umumnya dapat mengakibatkan perdarahan d) Keadaan fisik dan psikologis

yang baik akan mendukung terapi yang diberikan pada klien sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal

 Kolaborasi:

a) Untuk meningkatkan jumlah sel darah pada tubuh klien sehingga kondisi klien membaik

(29)

 berhubungan dengan farmkologis obat opiate ditandai dengan tidak dapat mengeluarkan feses

keperawatan selama ...x... jam  pasien diharapkan tidak mengalami

konstipasi lagi dengan kriteria hasil:

NOC Label: Bowel E limination

a) Tidak ada konstipasi

 b) Warna feses kuning kecoklatan c) Bentuk dan konsistensi feses

lunak

I mpaction M anagement

a) Jelaskan penyebab dari konstipasi  b) Anjurkan pasien mengonsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah

c) Kolaborasi pemberian obat  pencahar melalui supositorial

I mpaction M anagement

a) Penjelasan dapat membuat pasien memahami penyebab konstipasi

 b) Jenis makanan berserat dapat membantu melancarkan eliminasi fekal (BAB)

c) Obat pencahar meningkatkan cairan dalam usus

5 Nyeri akut  berhubungan

dengan agen cedera  biologis ditandai dengan klien mengeluh nyeri  persendian, klien

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x…  jam diharapkan nyeri klien berkurang dengan criteria hasil :

NOC Label : Pain L evel

a) Klien melaporkan adanya rasa nyeri yang ringan

NI C L abel: P ain Management

a) Lakukan penilaian yang komprehensif dari rasa sakit untuk memasukkan lokasi, karakteristik, onset / durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan

NI C L abel: Pain Management

a)  Nyeri tidak selalu ada tapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu diagnose etiologi perdarahan dan terjadinya kompilkasi

(30)

mengeluh nyeri dengan skala 1-10, klien tampak gelisah, klien tampak meringis kesakitan, nadi meningkat (>100x/mnt), klien tampak memegangi  bagian yang nyeri.

 b) Klien tidak mengerang atau menangis terhadap rasa sakitnya c) Klien tidak menunjukkan rasa

sakit akibat nyerinya

d) RR klien dalam batas normal (16-20 x/menit)

e) TD klien dalam batas normal (Sistolik: 110-120 mmHg; Diastolik: 70-90 mmHg)

f)  Nadi klien dalam batas normal (60-100 x/menit)

NOC Label: Pain Control

a) Klien menyadari onset terjadinya nyeri dengan baik  b) Klien dapat menjelaskan faktor

 penyebab timbulnya nyeri dengan sering

c) Klien sering menggunakan tindakan pencegahan

d) Sering menggunakan

faktor pencetus

 b) Amati isyarat nonverbal ketidak  nyamanan, terutama

dalam mereka yang tidak mampu untuk berkomunikasi secara efektif

c) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengakui mengalami rasa sakit dan menyampaikan respon  penerimaan pasien terhadap

nyeri

d) Eksplorasi dengan pasien faktor-faktor yang menghilangkan / memperburuk nyeri

e) Kendalikan faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan f) Pilih dan terapkan berbagai

 b) Petunjuk nonverbal dapat berupa fisiologis dan psikologis dan dapat digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas atau  beratnya masalah

c) Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan pasien bisa menceritakan pengalaman nyerinya.

d) Mengetahui penyebab yang dapat meningkatkan rasa nyeri  pasien dan menghindari hal

tersebut.

e) Dengan mengontrol lingkungan  pasien diharapkan pasien merasa nyaman dan nyerinya akan  berkurang

f) Pasien dapat mengetahui dan memilih terapi yang akan

(31)

 pengobatan non farmakologis untuk meredakan rasa sakit e) Kadang-kadang menggunakan

analgesik jika dianjurkan

tindakan (farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi pemberian  bantuan nyeri, jika sesuai g) Ajarkan penggunaan

teknik nonpharmacological  (bio feedback, TENS,hipnosis, relaks asi,  guided imagery, etc.) sebelum, sesudah, dan jika mungkin, selama kegiatan yang menyakitkan; sebelum rasa sakit muncul atau meningkat; dan  bersama penghilang rasa sakit

lainnya.

NI C Label: Analgesic  Administration

a) Ketahui lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum memberikan pasien

digunakan untuk mengatasi nyeri yang dialami

g) Dapat mengurangi nyeri pasien

NI C Label: Analgesic  Administration

a) Mengetahui secara pasti tentang nyeri yang dialami pasien  b) Memastikan obat yang diberikan

tidak menimbulkan alergi c) Agar pengobatan yang diberikan

sesuai dengan nyeri yang dirasakan pasien

d) Agar mengetahui respon pasien setelah diberikan analgesik e) Agar pengobatan yang diberikan

mendapatkan hasil yang maksimal

(32)

medikasi

 b) Lakukan pengecekan terhadap riwayat alergi

c) Pilih analgesik yang sesuai atau kombinasikan analgesik saat di resepkan.

d) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah diberikan analgesik dengan satu kali dosis atau tanda yang tidak biasa dicatat perawat

e) Evaluasi keefektian dari analgesik

6 Risiko infeksi  berhubungan

dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder akibat leukopenia,

 penurunan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x… jam diharapkan tidak terjadi infeksi pada klien dengan kriteria hasil:

NOC Label : Risk Control

NI C Label : I nfection control

a) Kaji tanda-tanda infeksi; suhu tubuh, nyeri, perdarahan, dan  pemeriksaan labolatorium ,

radiologi.

 b) Kolaborasi : administrasikan antibiotik yang sesuai antara lain

NI C L abel : I nfection control

a) Agar mengetahui apakah klien memiliki tanda-tanda infeksi seperti kenaikan WBC atau memastikan pemeriksaan yang dilakukan pasien hasilnya normal

(33)

granulosit. a) Status kesehatan klien baik  b) WBC klien dalam batas normal

( 6,00 – 14.0 10 ˆ3/µL)

c) Monosit dalam batas normal ( 0,00 – 1,00 10 ˆ3/µL37,3 ) d) Suhu dalam batas normal ( 36,5

 –  37,5°C)

NOC Label: I nfection Severi ty

1. Tidak adanya tanda-tanda infeksi lokal (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsiolaesa) 2. Tidak adanya tanda-tanda

infeksi sistemik (hipertermia, malaise)

3. HR: 60-100x/menit, RR: 16-22x/menit

4. Tidak adanya tanda-tanda infeksi sekunder/ oprtunistik (diare, stomatitis, pneumonia)

: penisilin, streptomisin, tetrasiklin, doksisiklin, eritromisin, kloramfenikol, siprofloksasin. Bagi klien dengan alergi penisilin maka diberikan tetrasiklin, kloramfenikol, siprofloksasin,eritromisin.

NI C Label: I nfection Pr otection

a) Monitor tanda-tanda infeksi pada klien secara rutin

 b) Ajarkan pada klien dan keluarga untuk mencuci tangan dengan air sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah merawat klien c) Ajarkan pada klien dan kleuarga

untuk menjaga kebersihan lingkungan

d) Ajarkan pada klien dan keluarga untuk mengenali tanda-tanda infeksi dan kapan seharusnya

 b) Mencegah infeksi pada klien

NI C Label: I nfection Protection

a) Untuk memastikan apakah klien terhindar dari infeksi

 b) Mencegah terjadinya infeksi pada klien

c) Lingkungan harus tetap bersih agar tidak mempengaruhi kondisi klien

d) Agar klien dapat mengetahui tanda-tanda infeksi dan dapat segera diberikan perawatan e) Agar klien dan keluarga dapat

menghindari faktor yang menyebabkan infeksi

(34)

NOC Label: K nowledge: I nfection  Management

Keluarga mengetahui cara yang mengurangi penularan infeksi  b) Mengetahui tanda dan gejala

infeksi

c) Keluarga mengetahui  pentingnya sanitasi tangan d) Keluarga mengetahui pengaruh

 praktek gizi pada infeksi

e) Klien dan keluarga dapat mengetahui faktor yang  berpengaruh terhadap respon

kekebalan

melaporkan pada tenaga medis  bila klien mengalami hal tersebut e) Ajarkan pada klien dan keluarga tingkah laku yang dapat memicu infeksi

7 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan

dengan

ketidaknyamanan  pada perut,

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x… jam status nutrisi pasien normal dengan indikator :

NI C L abel: Nutri tional Status

a) Intake nutrisi klien meningkat.  b) Intake cairan memenuhi

Nic Label : Nutritional  Management

a) Tanyakan apakah klien memiliki alergi makanan

 b) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai jumlah kalori dan nutrisi yang diperlukan untuk

Nic Label : Nutritional  Management

a) Mengidentifikasi apakah klien memiliki alergi makanan

 b) Mengolaborasi dengan ahli gizi sesuai jumlah kalori dan nutrisi yang diperlukan

(35)

anoreksia,  perubahan absorbsi nutrisi ditandai dengan klien mengeluh mual muntah pasien mengeluh mengalami  penurunan berat  badan, BB 10%-20% atau lebih di  bawah BB ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh, adanya penurunan toleransi untuk aktivitas dan kelemahan otot,  penurunan albumin serum. kebutuhan

c) Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan energi

NOC Label : Nutritional status : Nutri ent I ntake

a) Asupan kalori pasien dapat terpenuhi

 b) Asupan protein pasien dapat terpenuhi kembali

c) Asupan lemak pasien dapat terpenuhi

memenuhi kebutuhan gizi c) Dorong asupan kalori sesuai

kebutuhan klien

d) Dorong peningkatan konsumsi  protein, zat besi, kalsium dan

vitamin C yang sesuai

e) Pastikan bahwa diet termasuk makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi f) Atur pola makan klien sesuai

kebutuhan

g) Berikan informasi tentang kebutuhan gizi

h) Pantau asupan klien yang direkam untuk konten nutrisi

c) Dorong asupan kalori sesuai kebutuhan klien

d) Dorong peningkatan konsumsi  protein, zat besi, kalsium dan

vitamin C yang sesuai

e) memastikan bahwa diet termasuk makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi

f) Mengatur pola makan klien sesuai kebutuhan

g) memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan gizi klien h) Memantau asupan klien yang

direkam untuk konten nutrisi dan kalori.

Referensi

Dokumen terkait

Pandangan yang sama turut dinyatakan oleh Abdul Basit (2014) yang menjelaskan bahawa kesenian boleh digarap sebagai media dakwah yang menepati uslub-uslub dakwah

Peninjauan desain kursi roda yang saat ini digunakan ditujukan untuk melihat cara kerja dan manfaatnya yang nantinya akan digunakan sebagai pertimbangan dan evaluasi dalam

Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan Sukarami telah memiliki dan membudidayakan tanaman ini sebagai tanaman obat keluarga (TOGA). Cara mendeteksi dapat dilakukan secara

3.11.1.1 Setelah mengamati video kerusakan lingkungan (pemanasan global) siswa dapat mengidentifikasi perubahan lingkungan yang terjadi di lingkungan sekitar.. 3.11.2.1

Analisa yang digunakan adalah analisa beban statis untuk mengetahui karakteristik dan letak tegangan terbesar pada konstruksi internal ramp berdasarkan empat variasi

Sistem informasi manajemen data peneli an dan pengabdian masyarakat dosen pada bagian P3M yang telah dibangun sudah terkomputerisasi sehingga memudahkan unit P3M dalam

▪ Setelah mendapatkan karakter-karakter didapat masalah baru, yaitu karakter mana yang merupakan informasi (frame data) dan mana yang merupakan karakter random yang ditambahkan

Efektivitas berarti adanya kesesuaian dan kesamaan dalam suatu kegiatan antara isi dan kegiatan yang dikerjakan oleh sekelompok orang baik dalam bentuk organisasi maupun individu