• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPO PPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPO PPI"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

DESINFEKSI BAK PERENDAMAN, LANTAI,

DINDING DAN MESIN CUCI

No. Dokumen …… No. Revisi …. Halaman 1/2 STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL Tanggal Terbit ……

Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI PENGERTIAN Proses membersihkan dan menghilangkan mikroorganisme

kecuali endospora pada bak perendaman, lantai, dinding dan mesin cuci yang dilakukan setelah proses pencucian linen dengan menggunakan bahan chemical.

TUJUAN 1. Salah satu upaya dalam memutus mata rantai infeksi.

2. Mencegah terjadinya paparan pada petugas dan upaya mencegah kejadian infeksi silang dari pasien ke petugas melalui transmisi penularan peralatan.

3. Agar bak perendaman, lantai, dinding dan mesin cuci tetap dalam keadaan bersih dan siap untuk digunakan selanjutnya.

KEBIJAKAN 1. Proses pembersihan harus segera dilakukan setelah selesai proses pencucian linen dan harus mengikuti prosedur yang berlaku.

2. Penggunaan desinfektan atau cairan pembersih harus sesuai dengan prosedur yang berlaku.

PROSEDUR Persiapan alat :

1. Peralatan pembersihan 2. Masker

3. Sarung tangan 4. Sepatu pelindung 5. Pel lantai

6. Desinfektan yang sesuai Persiapan petugas :

1. Petugas melakukan kebersihan tangan. 2. Petugas menggunakan APD.

(2)

DESINFEKSI BAK PERENDAMAN, LANTAI,

DINDING DAN MESIN CUCI

No. Dokumen …… No. Revisi …. Halaman 2/2 Cara kerja :

1. Cuci bak perendaman dengan air mengalir. Gunakan cairan desinfektan untuk membersihkan kotoran sisa pencucian. Selanjutnya keringkan bak perendaman dengan cara mengangin-anginkan semalaman.

2. Siram lantai dan dinding dengan air, kemudian siram dengan cairan desinfektan. Gosok dengan alat pembersih, dan keringkan dengan kain pel.

3. Bersihkan bagian dalam mesin cuci dalam keadaan menyala dan berisi air yang ditambahkan cairan desinfektan. Biarkan berputar hingga kotoran yang tertinggal terbuang keluar.

4. Untuk bagian luar mesin, bersihkan dengan menggunakan lap basah dan selanjutnya lap kering.

5. Pastikan proses desinfeksi dilakukan setiap hari segera setelah digunakan.

(3)

DESINFEKSI DAN STERILISASI PERALATAN

GIGI

No. Dokumen ………… No. Revisi ……….. Halaman 1 dari 3 STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit …………

Ditetapkan Direktur RSIA Zainab

Dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI PENGERTIAN Proses yang dilakukan pada peralatan dan instrument gigi

untuk menghilangkan segala bentuk mikroorganisme termasuk endospora, yang dimulai dari tindakan pembersihan sampai sterilisasi.

TUJUAN 1. Membersihkan peralatan dan instrument gigi setelah digunakan.

2. Agar peralatan dan instrument gigi siap digunakan kembali.

3. Salah satu upaya dalam memutus mata rantai infeksi 4. Mencegah terjadinya paparan pada petugas dan

mencegah kejadian infeksi silang melalui transmisi penularan peralatan.

KEBIJAKAN 1. Desinfeksi dilakukan segera setelah alat-alat selesai digunakan.

2. Desinfektan yang digunakan berbahan dasar alkohol dan tidak bersifat korosif.

3. Tindakan pembersihan dilakukan dengan cara merendam dengan detergen yang tidak besifat korosif.

4. Tindakan sterilisasi dengan uap bertekanan tinggi untuk peralatan gigi yang terbuat dari logam.

5. Tindakan Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dilakukan pada peralatan gigi yang tidak tahan panas.

PROSEDUR Persiapan peralatan :

1. Cairan desinfektan dalam bentuk spray. 2. Detergen.

3. Chlorin 0,5%.

4. Aquadest atau air matang.

5. Kom atau tempat untuk membersihkan/merendam. 6. Lap bersih kering atau tissu.

7. Sikat kecil. 8. Otoklaf.

(4)

DESINFEKSI DAN STERILISASI PERALATAN

GIGI

No. Dokumen ………… No. Revisi ……….. Halaman 2 dari 3 Cara Kerja :

1. Petugas melakukan kebersihan tangan. 2. Petugas menggunakan APD.

3. Pisahkan peralatan dari sampah.

4. Masukan semua peralatan dan instrument bekas pakai ke dalam kom.

5. Semprotkan cairan desinfektan secara merata pada semua peralatan dan diamkan selama 30 detik.

6. Bilas semua peralatan dibawah air mengalir.

7. Kemudian isi kom dengan detergen dan encerkan sesuai takaran atau rekomendasi dari produk. Rendam semua peralatan dan instrument gigi selama 15 menit.

8. Lakukan penyikatan pada peralatan yang bergerigi dengan sikat kecil.

9. Bilas semua peralatan di bawah air mengalir.

10. Kemudian semprotkan lagi cairan desinfektan dan diamkan selama 20 detik.

11. Bilas kembali dibawah air mengalir dan keringkan dengan lap bersih kering atau tissu.

12. Susun peralatan dan instrument ke dalam bak instrument dan bungkus dengan linen pembungkus.

13. Alat siap untuk disterilkan dengan Otoklaf. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) :

1. Siapkan larutan Chlorin 0,5%

2. Masukan kedalam kom atau tempat instrument

3. Masukan semua peralatan dan pastikan semua peralatan terendam dengan baik.

4. Diamkan selama 20 menit.

5. Bilas peralatan dengan aquadest steril atau air matang sebanyak 3 kali.

6. Keringkan dengan cara diangin-anginkan. 7. Peralatan siap digunakan kembali.

(5)

DESINFEKSI DAN STERILISASI PERALATAN GIGI No. Dokumen ………… No. Revisi ……….. Halaman 3 dari 3 PROSEDUR Pembersihan Segera :

1. Desinfeksi dilakukan pada permukaan peralatan dan instrument gigi segera setelah digunakan pasien dengan cara menyemprotkan cairan desinfektan dengan jarak 20-30 cm.

2. Diamkan selama 10-15 detik.

3. Keringkan dengan lap bersih kering atau tissu.

4. Masukan lap ke dalam kelompok linen infeksius. Jika menggunakan tissu, buang ketempat sampah infeksius.

5. Jika terdapat paparan cairan tubuh pada peralatan, semprotkan cairan desinfektan langsung pada media yang terpapar, diamkan selama 15 menit, letakkan tissu diatasnya sampai media paparan terserap, kemudian buang tissu ke tempat sampah infeksius. 6. Lakukan desinfeksi sekali lagi dengan cara yang sama

seperti diatas.

7. Alat siap digunakan kembali.

UNIT TERKAIT Poliklinik gigi

DESINFEKSI MAINAN ANAK No. Dokumen ... No. Revisi ... Halaman 1 dari 2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit ... Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

(6)

PENGERTIAN Tindakan untuk membersihkan dan menghilangkan mikroorganisme kecuali endospora pada mainan anak dan perlengkapannya dengan menggunakan cairan desinfektan.

TUJUAN

1. Sebagai salah satu upaya mengurangi dan memutus rantai resiko infeksi dan mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada anak.

2. Mainan anak menjadi bersih dan aman untuk digunakan kembali.

KEBIJAKAN

1. Pembersihan atau desinfeksi mainan anak dilakukan satu kali dalam seminggu atau bila mainan tampak kotor. 2. Pilih mainan yang mudah dibersihkan dan didesinfeksi. 3. Jangan menggunakan mainan boneka berbulu jika

dipakai bersama oleh anak-anak.

4. Mainan yang berukuran besar misalnya papan seluncuran, permainan mendaki, ayunan dan lain-lain juga harus dibersihkan dan didesinfeksi.

5. Mainan anak termasuk ke dalam klasifikasi peralatan Non Kritikal.

6. Gunakan cairan desinfektan yang aman, tidak meninggalkan bau dan tidak merusak mainan.

PROSEDUR

Persiapan alat :

a. APD berupa sarung tangan dan masker. b. Cairan desinfektan (Chlorine 1:100). c. Kom atau tempat untuk merendam. d. Air bersih mengalir.

Cara kerja :

1. Mengucapkan “Basmallah”

(Bismillaahirrohmaanirrohiim) sebelum melakukan pekerjaan.

2. Petugas melakukan kebersihan tangan. 3. Petugas menggunakan APD.

4. Siapkan kom atau tempat rendaman.

5. Isi dengan Chlorine dan air dengan perbandingan 1:100. DESINFEKSI MAINAN ANAK

(7)

No. Dokumen ... No. Revisi ... Halaman 2 dari 2 PROSEDUR

6. Jika terdapat sisa kotoran besar seperti muntahan, feses, bilas terlebih dahulu di bawah air mengalir.

7. Rendam semua bagian mainan dalam kom atau tempat rendaman

yang berisi Chlorin tadi selama 10-20 menit.

8. Bilas dibawah air mengalir untuk membersihkan bekas cairan desinfektan.

9. Keringkan dengan cara diangin-anginkan, tanpa menggunakan lap/tissu.

10. Buang sampah/limbah sesuai jenisnya. 11. Mainan siap digunakan kembali.

12. Petugas melepas APD dan melakukan kebersihan tangan.

13. Mengucapkan “Hamdallah”

(Alhamduillaahirobbil’aalamiin) setelah melakukan pekerjaan.

UNIT TERKAIT

- Poliklinik Anak - Rehabilitasi Medik - Ruang Perawatan Anak - Unit Gawat Darurat

DESINFEKSI PERALATAN KEBERSIHAN No. Dokumen 010/PPI-CS/RS-ZNB/I/2015 No. Revisi 01 Halaman 1 dari 2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit 1 Januari 2015 Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI PENGERTIAN

Proses membersihkan atau menghilangkan semua kotoran dan mikroorganisme kecuali endospora pada peralatan kebersihan seperti sapu, tangkai dan kain pel, berbagai jenis sikat, dustpen, kanebo, ember dan lain-lain, yang digunakan

(8)

di area rumah sakit.

TUJUAN

1. Salah satu upaya dalam memutuskan mata rantai infeksi. 2. Mencegah terjadinya paparan dan infeksi silang pada

petugas, pasien, pengunjung dan lingkungan rumah sakit. 3. Agar peralatan kebersihan tetap dalam keadaan bersih dan

aman untuk digunakan.

KEBIJAKAN

1. Desinfeksi dilakukan segera setelah peralatan selesai digunakan.

2. Penggunaan desinfektan atau cairan pembersih harus sesuai dengan prosedur yang berlaku.

3. Peralatan kebersihan harus diganti secara berkala.

PROSEDUR

Persiapan alat :

1. APD petugas berupa masker, sarung tangan, apron dan sepatu pelindung.

2. Ember atau kom untuk merendam sebanyak 2 buah. 3. Desinfektan yang sesuai yaitu detergen dan Chlorin

0,5%..

4. Sikat (jika perlu). 5. Jet shower. Cara Kerja :

1. Mengucapkan “Basmallah”

(Bismillaahirrohmaanirrahiim) sebelum melakukan

pekerjaan.

2. Petugas melakukan kebersihan tangan. 3. Petugas menggunakan APD.

4. Isi ember atau kom yang pertama dengan air dan detergen.

5. Siram peralatan dengan jet shower agar kotoran yang menempel hilang.

DESINFEKSI PERALATAN PEMBERSIH No. Dokumen 010/PPI-LDR/RS-ZNB/I/2015 No. Revisi 01 Halaman 2 dari 2

(9)

PROSEDUR

6. Rendam peralatan dalam ember yang berisi larutan detergen selama 10-20 menit, sikat pada bagian-bagian peralatan yang tidak terendam.

7. Bilas peralatan dengan air mengalir sampai bersih. 8. Keringkan peralatan dengan cara diangin-anginkan atau

dibawah sinar matahari.

9. Untuk peralatan kebersihan yang berasal dari ruang isolasi atau yang sudah terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien, maka dilakukan proses desinfeksi lanjutan. 10. Isi ember atau kom yang kedua dengan larutan Chlorin

0,5% dan air dengan perbandingan 1:100. 11. Rendam peralatan selama 10 menit.

12. Bilas peralatan dengan air mengalir sampai bersih. 13. Keringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa

menggunakan lap.

14. Petugas melepaskan APD.

15. Petugas melakukan kebersihan tangan.

16. Mengucap “Hamdallah”

(Alhamdulillaahirabbill’aalamiin) setelah selesai melakukan pekerjaan.

(10)

DESINFEKSI PERALATAN MOBIL AMBULANS No. Dokumen ………. No. Revisi ………. Halaman 1 dari 3 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit ………. Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

Dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI PENGERTIAN

Proses tindakan yang dilakukan untuk membersihkan dan menghilangkan mikroorganisme kecuali endospora pada semua peralatan medis dan non medis yang berada di dalam mobil ambulans.

TUJUAN

1. Salah satu upaya dalam memutus mata rantai infeksi. 2. Upaya mencegah kejadian infeksi silang dari pasien ke

pasien, petugas ke pasien atau pun dari pasien ke petugas melalui transmisi penularan peralatan.

3. Membuat semua peralatan dalam ambulans aman untuk penggunaan selanjutnya.

KEBIJAKAN

1. Proses pembersihan dan desinfeksi dilakukan segera setelah digunakan dalam pelayanan transportasi pasien. 2. Proses bongkar besar dilakukan seminggu sekali dibawah

pengawasan Kepala Ruangan Driver.

3. Untuk membersihkan peralatan ambulans digunakan detergen yang tidak bersifat korosif .

4. Untuk mendesinfeksi peralatan ambulans digunakan cairan desinfektan berbahan dasar alkohol yang bersifat aman dan tidak mengandung zat yang bersifat korosif. 5. Teknik dan cara desinfeksi permukaan peralatan mengacu

pada Standar Prosedur Operasional Desinfeksi Permukaan dan Peralatan Lingkungan Pasien.

6. Cairan desinfektan harus selalu tersedia di dalam ambulans.

7. Tempat sampah medis dan non-medis harus selalu tersedia di dalam ambulans.

(11)

PROSEDUR

Persiapan peralatan : 1. Peralatan pembersihan

2. Cairan desinfektan dalam bentuk spray 3. Lap bersih kering atau tissu.

TINDAKAN DESINFEKSI PERALATAN MOBIL AMBULANS No. Dokumen ………. No. Revisi ………. Halaman 2 dari 3 PROSEDUR Persiapan petugas :

1. Petugas melakukan kebersihan tangan.

2. Petugas menggunakan APD yaitu sarung tangan, masker dan apron.

Cara kerja pembersihan rutin :

1. Keluarkan semua barang dari dalam ambulans. 2. Bersihkan dan sapu permukaan dalam ambulans.

3. Buang sampah ke dalam tempat sampah sesuai dengan jenis sampah.

4. Lakukan pembersihan dengan menggunakan cairan deterjen dimulai dari bagian terjauh dan tertinggi dari petugas yang membersihkan.

5. Diamkan beberapa saat sampai peralatan dan permukaannya kering.

6. Lanjutkan dengan proses desinfeksi pada permukaan dan peralatan dalam ambulans yang sering digunakan pasien yaitu keseluruhan permukaan dan alas stracher, kursi, permukaan lemari termasuk handle pegangannya.

7. Lakukan juga tindakan desinfeksi pada peralatan medis dalam ambulans seperti ambu bag, knop oksigen tabung, peralatan non kritikal dan semi kritikal lainnya.

8. Semprotkan cairan desinfektan secara merata dengan jarak 20-30 cm dan biarkan selama 10 detik.

9. Keringkan dengan lap kering atau tissu dengan teknik satu arah, tidak boleh dibolak-balik (jika menggunakan tissue, limbahnya dibuang ke tempat sampah medis).

Cara Kerja Pembersihan Segera :

1. Segera lakukan desinfeksi pada permukaan dan peralatan setelah digunakan pasien.

(12)

2. Keringkan dengan lap kering atau tissu.

3. Jika menggunakan lap, masukkan lap ke tempat linen infeksius.

4. Jika menggunakan tissu, limbahnya dibuang ke tempat sampah infeksius.

5. Jika peralatan ambulans terpapar cairan tubuh pasien, semprotkan cairan desinfektan langsung pada media yang terpapar, diamkan selama 15 menit, lalu letakkan tissu di atasnya, tunggu sampai semua paparan tersebut terserap. 6. Buang tissu tersebut ke tempat sampah medis.

TINDAKAN DESINFEKSI PERALATAN MOBIL AMBULANS No. Dokumen ………. No. Revisi ………. Halaman 3 dari 3 PROSEDUR

7. Lakukan desinfeksi sekali lagi dengan cara menyemprotkan cairan desinfektan pada media yang terpapar tadi dan keringkan

dengan lap kering atau tissu.

8. Peralatan ambulans siap digunakan kembali.

UNIT TERKAIT -- Unit DriverKeperawatan

DESINFEKSI PERALATAN MEDIS SETELAH DIPAKAI No. Dokumen ……. No. Revisi …… Halaman 1 dari 3 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit …. Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

(13)

PENGERTIAN

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan dan membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme kecuali endospora dari peralatan dan instrument medis setelah digunakan pada pasien.

Terdapat 3 kategori peralatan medis :

1. Peralatan Non Kritikal yaitu peralatan yang hanya mengenai permukaan tubuh yang utuh, seperti : stetoskop, tensi meter, thermometer, ambu bag, EKG, USG, tabung oksigen, tempat tidur dan lain-lain.

2. Peralatan Semi Kritikal yaitu peralatan yang hanya menyentuh selaput lendir atau kulit luar yang terluka, seperti : Endotracheal Tube, Nasogastric Tube, Laringoscope, kateter urine, kateter suction, goodle, nasal canula oksigen, nasal canula CPAP, alat-alat Endoscopy dan lain-lain.

3. Peralatan Kritikal yaitu peralatan yang bersentuhan dengan darah atau jaringan steril dibawah kulit, seperti : instrument bedah/operasi, alat-alat implant, jarum dan lain-lain.

TUJUAN

1. Agar alat siap dan aman untuk digunakan kembali.

2. Sebagai salah satu tindakan untuk menghindari transmisi mikroorganisme sehingga tidak terjadi infeksi.

3. Sebagai tindakan awal sebelum dilakukan proses penanganan selanjutnya yaitu dekontaminasi atau sterilisasi.

KEBIJAKAN

1. Desinfeksi alat dilakukan di seluruh unit pelayanan medis. 2. Desinfeksi dilakukan segera setelah alat selesai digunakan. 3. Desinfeksi tidak dilakukan dengan cara rendaman.

4. Desinfektan yang digunakan bersifat cepat, daya bunuh kuat, non residu dan tidak merusak alat (non korosif). 5. Desinfektan yang digunakan berbahan dasar alkohol atau

turunannya.

6. Peralatan semi kritikal dan kritikal harus disterilisasikan.

DESINFEKSI PERALATAN SETELAH DIPAKAI No. Dokumen

No. Revisi ……

Halaman 2 dari 3

(14)

…….

PROSEDUR

A. Peralatan Non Kritikal Persiapan alat :

1. Desinfektan dalam bentuk spray. 2. Lap kering bersih atau tissu.

3. APD berupa sarung tangan non steril dan masker. Cara Kerja :

1. Mengucapakan “Basmallah”

(Bismillaahirrohmaanirrohiim) sebelum melakukan pekerjaan.

2. Petugas melakukan kebersihan tangan. 3. Petugas menggunakan APD.

4. Semprotkan desinfektan pada peralatan yang telah digunakan secara merata dengan jarak semprot 20-30 cm. 5. Diamkan permukaan selama 10-15 detik.

6. Keringkan dengan lap kering bersih atau tissue. 7. Simpan peralatan dalam tempatnya.

8. Mengucapkan “Hamdallah”

(Alhamdulillaahirobbil’aalamiin) setelah selesai melakukan pekerjaan.

B. Peralatan Kritikal dan Semi Kritikal Persiapan alat :

1. APD petugas berupa masker, sarung tangandan apron. 2. Detergen.

3. Cairan untuk DTT (Desinfektan Tingkat Tinggi). 4. Sikat alat.

5. Lap kering bersih. 6. Otoklaf

Cara kerja :

1. Mengucapakan “Basmallah” (Bismillaahirrohmaanirrohiim) sebelum melakukan pekerjaan.

2. Petugas melakukan kebersihan tangan. 3. Petugas menggunakan APD.

4. Cuci peralatan dengan deterjen, kemudian disikat.

5. Bilas dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan lap kering bersih .

(15)

DESINFEKSI PERALATAN SETELAH DIPAKAI No. Dokumen ……. No. Revisi …… Halaman 3 dari 3

6. Untuk peralatan semi kritikal dilakukan DTT dengan cara direbus atau direndam dalam larutan desinfektan kimiawi, sesuai prosedur.

7. Untuk peralatan kritikal dilakukan sterilisasi dengan uap bertekanan tinggi (Otoklaf), sesuai prosedur. 8. Setelah selesai, simpan peralatan dalam tempatnya.

9. Mengucapkan “Hamdallah”

(Alhamdulillaahirobbil’aalamiin) setelah selesai melakukan pekerjaan.

UNIT TERKAIT Seluruh Unit Pelayanan Medis

DESINFEKSI PERMUKAAN DAN PERALATAN LINGKUNGAN PASIEN No. Dokumen ………. No. Revisi ………. Halaman 1 dari 2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit ………. Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI PENGERTIAN

Tindakan untuk membersihkan dan menghilangkan mikroorganisme kecuali endospora pada permukaan peralatan medis dan alat-alat yang berada di dalam lingkungan perawatan pasien.

TUJUAN

1. Sebagai salah satu upaya memutuskan rantai resiko infeksi. 2. Menghindari risiko penularan infeksi pada petugas dan

pasien.

3. Peralatan medis dan lingkungan pasien menjadi bersih dan aman untuk digunakan dan disentuh kembali.

4. Sebagai salah satu upaya memelihara aset rumah sakit. KEBIJAKAN

(16)

1. Proses pembersihan dan desinfeksi dilakukan pada peralatan non kritikal dan peralatan untuk pemeriksaan dan tindakan medis.

2. Tindakan desinfeksi menggunakan cairan desinfektan yang kerjanya cepat, tidak bersifat korosif dan aman bagi pasien, peralatan dan lingkungan pasien seperti alkohol dan turunannya.

3. Penggunaan desinfektan dalam bentuk spray dan tidak boleh dilakukan pengenceran.

4. Untuk Ruangan Isolasi dan Kamar Operasi, peralatan pembersihan dan cairan desinfektan harus tersendiri dan tidak boleh digunakan di ruangan lain.

5. Pembersihan dan desinfeksi dilakukan segera setelah peralatan pemeriksaan dan tindakan digunakan dan diantara dua atau lebih penggunaan.

6. Proses pembersihan dan desinfeksi dilakukan secara rutin dan atau setelah kamar selesai digunakan oleh pasien.

PROSEDUR

Persiapan peralatan :

1. Cairan desinfektan (Alkohol 70%) dalam botol spray. 2. Lap bersih.

3. APD berupa sarung tangan dan masker.

DESINFEKSI PERMUKAAN DAN PERALATAN LINGKUNGAN PASIEN No. Dokumen ………. No. Revisi ………. Halaman 2 dari 2 PROSEDUR Cara kerja :

1. Membaca “Basmallah” (Bismillaahirrohmaanirrohiim) sebelum melakukan pekerjaan.

2. Pembersihan untuk peralatan medis ; a. Petugas melakukan kebersihan tangan. b. Petugas menggunakan APD.

c. Bersihkan peralatan medis dari debu dan noda yang menempel dengan lap bersih.

d. Semprotkan cairan desinfektan secara merata pada permukaan alat dengan jarak 20-30 cm.

e. Diamkan selama 10-15 detik.

(17)

desinfektan.

g. Rapikan peralatan yang telah digunakan. h. Petugas melakukan kebersihan tangan.

3. Pelaksanaan pembersihan untuk ruangan perawatan pasien : a. Petugas melakukan kebersihan tangan.

b. Petugas menggunakan APD berupa masker dan sarung tangan.

c. Petugas membersihkan ruangan dari debu dan kotoran yang menempel mulai dari posisi tempat tidur pasien sampai posisi terjauh dari pintu.

d. Semprotkan cairan desinfektan pada alat atau pada permukaan yang akan dibersikan secara merata dengan jarak 20-30 cm.

e. Diamkan selama 10-15 detik.

f. Lap dengan posisi searah untuk mengeringkan cairan desinfektan.

g. Rapikan peralatan yang telah digunakan. h. Petugas melakukan kebersihan tangan.

4. Mengucapkan “Hamdallah”

(Alhamdulillaahirobbl’aalamiin) setelah selesai melakukan pekerjaan.

Hal-hal yang harus diperhatikan :

1. Hindari proses penyemprotan pada alat medis jika tidak direkomdasikan oleh vendor penyedia barang atau petunjuk dari buku manualnya.

2. Perhatikan tatacara dan proses pembersihan sesuai dengan petunjuk vendor penyedia barang atau petunjuk dari buku manualnya.

DESINFEKSI PERMUKAAN DAN PERALATAN LINGKUNGAN PASIEN No. Dokumen ………. No. Revisi ………. Halaman 2 dari 2 PROSEDUR

3. Hindari proses pembersihan peralatan medis yang sedang menyala atau sedang aktif. Matikan telebih dahulu jika harus dibersihkan.

(18)

UNIT TERKAIT

- Seluruh ruang pemeriksaan, ruang tindakan dan ruang perawatan pasien.

- Cleaning service - Driver Ambulans

DESINFEKSI TROLLEY DAN TEMPAT SAMPAH No. Dokumen 011/PPI-CS/RS-ZNB/I/2015 No. Revisi 01 Halaman 1 dari 2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit 1 Januari 2015 Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI PENGERTIAN Proses membersihkan atau menghilangkan semua kotoran dan

cairan tubuh kecuali endospora pada trolley dan tempat sampah yang ada di seluruh area rumah sakit.

TUJUAN

4. Salah satu upaya dalam memutus mata rantai infeksi. 5. Mencegah terjadinya paparan dan infeksi silang pada

petugas, pasien dan pengunjung melalui transmisi penularan peralatan.

6. Agar trolley dan tempat sampah tetap dalam keadaan bersih dan aman untuk digunakan.

KEBIJAKAN

4. Desinfeksi trolley sampah dilakukan setiap hari oleh petugas cleaning service pada shift malam setelah selesai mengangkut sampah pada malam hari.

5. Desinfeksi tempat sampah dilakukan setiap hari oleh petugas cleaning service pada shift pagi yang bertugas di setiap lantai.

6. Penggunaan cairan desinfektan harus sesuai dengan prosedur yang berlaku.

7. Proses penanganan trolley dan tempat sampah medis dan non medis dilakukan dengan prosedur yang berbeda.

(19)

PROSEDUR

Persiapan alat :

6. APD berupa masker, sarung tangan, apron dan sepatu pelindung.

7. Peralatan pembersihan berupa sikat dan lap kering bersih. 8. Detergen cair (Nobla).

9. Chlorin 0,5% yang sudah diencerkan dalam botol spray. Cara Kerja :

17. Mengucapkan “Basmallah” (Bismillaahirrohmaanirrahiim) sebelum melakukan pekerjaan.

18. Petugas melakukan kebersihan tangan. 19. Petugas menggunakan APD.

20. Pisahkan trolley, tempat sampah medis dan non medis. DESINFEKSI TEMPAT SAMPAH

No. Dokumen 010/PPI-CS/RS-ZNB/I/2015 No. Revisi 01 Halaman 2 dari 2 PROSEDUR

21. Untuk trolley dan tempat sampah non medis : a. Siram trolley dan tempat sampah dengan air.

b. Tuang detergen cair pada sikat, bersihkan seluruh bagian trolley dan tempat sampah.

c. Bilas dengan air mengalir. d. Keringkan dengan lap.

e. Trolley dan tempat sampah siap digunakan kembali. 22. Untuk trolley dan tempat sampah medis :

a. Lakukan langkah a sampai c seperti pada pembersihan trolley dan tempat sampah non medis.

b. Semprotkan larutan Chlorin 0,5% secara merata pada seluruh bagian trolley dan tempat sampah dengan jarak 20-30 cm.

c. Diamkan selama ± 10 menit. d. Bilas dengan air mengalir. e. Keringkan dengan lap.

f. Trolley dan tempat sampah siap digunakan kembali. 23. Petugas melepaskan APD dan melakukan kebersihan

tangan.

24. Mengucap “Hamdallah”

(Alhamdulillaahirabbill’aalamiin) setelah selesai melakukan pekerjaan .

(20)

Paraf

Konseptor

DESINFEKSI TROLLEY, EMBER DAN KANTONG LINEN BERSIH No. Dokumen ………. No. Revisi ………. Halaman 1 dari 2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit ………. Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

Dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

PENGERTIAN

Suatu tindakan pencucian dan proses menghilangkan mikroorganisme kecuali endospora pada trolley, ember dan kantong linen yang digunakan untuk mengangkut linen bersih.

TUJUAN

1. Salah satu upaya dalam memutus mata rantai infeksi.

2. Upaya mencegah kejadian infeksi silang dari pasien ke pasien, petugas ke pasien atau pun dari pasien ke petugas melalui transmisi penularan peralatan.

3. Trolley dan kantong linen bersih tetap dalam keadaan bersih dan siap pakai setiap hari.

KEBIJAKAN

1 Pembersihan dan desinfeksi trolley, ember dan kantong linen harus segera dilakukan setelah penggunaan dan harus mengikuti prosedur yang berlaku.

2 Trolley, ember dan kantong untuk linen bersih dan linen kotor harus dibedakan pemakaiannya.

PROSEDUR

Persiapan alat : 1. Masker

(21)

2. Sarung tangan 3. Sepatu pelindung 4. Mesin cuci 5. Mesin pengering 6. Setrika

7. Cairan desinfektan yang sesuai 8. Lap bersih kering

Cara kerja :

1. Mengucapkan “Basmallah” (Bismillaahirrohmaanirrohiim) sebelum melakukan pekerjaan.

DESINFEKSI TROLLEY, EMBER DAN

KANTONG LINEN BERSIH

No. Dokumen ………. No. Revisi ………. Halaman 2 dari 2 PROSEDUR

1. Petugas melakukan kebersihan tangan. 2. Petugas menggunakan APD.

3. Setiap setelah pengantaran linen bersih, trolley, ember dan kantongnya dicuci dengan menggunakan detergen.

4. Lap trolley dan ember hingga kering.

5. Keringkan kantong linen dengan mesin pengering lalu disetrika.

6. Trolley, ember dan kantongnya disimpan untuk dapat digunakan kembali.

7. Mengucapkan “Hamdallah”

(Alhamdulillaahirobbil’aalamiin) setelah selesai melakukan pekerjaan.

UNIT TERKAIT Unit Laundry

DESINFEKSI TROLLEY, EMBER DAN KANTONG LINEN KOTOR No. Dokumen ……… No. Revisi ….. Halaman 1 dari 2

(22)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit …….. Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

PENGERTIAN

Suatu tindakan pencucian dan proses menghilangkan mikroorganisme kecuali endospora pada trolley, ember dan kantong linen yang digunakan untuk mengangkut linen kotor dari setiap unit pelayanan di rumah sakit.

Terdapat dua jenis kantong linen kotor, yaitu :

1. Kantong linen kotor infeksius adalah kantong yang

digunakan untuk menampung dan membawa linen yang sudah terkontaminasi dengan pasien penyakit menular atau terkena paparan darah, cairan tubuh dan feses pasien.

2. Kantong linen kotor non infeksius adalah kantong yang

digunakan untuk menampung dan membawa linen yang tidak terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien.

TUJUAN

4. Upaya mencegah kejadian infeksi silang dari pasien ke pasien, petugas ke pasien atau dari pasien ke petugas melalui transmisi penularan peralatan.

5. Trolley dan kantong linen kotor tetap dalam keadaan bersih dan siap pakai setiap hari.

KEBIJAKAN

1. Proses pembersihan dan desinfeksi trolley, ember dan kantong linen kotor harus segera dilakukan setelah penggunaan dan harus mengikuti prosedur yang berlaku sebelum digunakan kembali.

2. Kantong linen kotor infeksius berupa kantong plastik berwarna kuning dan diberi label “Linen Infeksius” dan hanya sekali pakai, setelah digunakan langsung dibuang ke tempat sampah medis.

3. Trolley, ember dan kantong untuk linen bersih dan linen kotor harus dibedakan pemakaiannya.

(23)

ETIKA BATUK DAN ATAU BERSIN DESINFEKSI TROLLEY EMBER DAN

KANTONG LINEN KOTOR No. Dokumen ……… No. Revisi ….. Halaman 2 dari 2 Persiapan alat :

1. APD petugas berupa masker, sarung tangan, apron dan sepatu pelindung.

2. Mesin cuci. 3. Mesin pengering.

4. Cairan desinfektan yang sesuai. 5. Lap bersih kering.

Cara kerja :

1. Mengucapkan “Basmallah”

(Bismillaahirrohmaanirrohiim) sebelum memulai pekerjaan.

2. Petugas melakukan kebersihan tangan. 3. Petugas menggunakan APD.

4. Setiap setelah pengambilan linen kotor, trolley, ember dan kantong linen kotor non infeksius dicuci dengan menggunakan detergen.

5. Lap trolley dan ember hingga kering.

6. Kantongnya dikeringkan dengan menggunakan mesin pengering.

7. Trolley dan kantong yang sudah bersih disimpan untuk dapat digunakan kembali.

8. Gunakan selalu kantong linen yang sudah bersih saat mengambil linen kotor.

9. Tetaplah berhati hati dalam bekerja.

10. Mengucapkan “Hamdallah”

(Alhamdulillaahirobbil’aalamiin) setelah selesai melakukan pekerjaan.

(24)

No. Dokumen ... No. Revisi ... Halaman 1 dari 1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit … Ditetapkan, Kepala RSIA ZAINAB

dr.Nuniek Luthy Naftaly CIMI

PENGERTIAN

Batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir, makanan,debu, asap dan sebagainya.

Bersin adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah masuknya zat asing kedalam tubuh.

Etika adalah suatu norma atau aturan yang berlaku pada masyarakat.

Etika batuk dan atau bersin adalah suatu cara atau aturan yang digunakan oleh seseorang pada saat batuk atau bersin, yang bertujuan untuk mengendalikan penyebaran infeksi kepada orang disekitarnya.

TUJUAN Agar tidak menularkan penyakit kepada orang sekitar.Mencegah terjadinya penyebaran virus di udara dan lingkungan sekitarnya.

KEBIJAKAN

Seluruh petugas di RSIA ZAINAB (medis dan non medis), pasien dan pengunjung harus mendapatkan sosialisasi melalui

(25)

penyuluhan, brosur, poster dan melaksanakan prosedur etika batuk dan bersin sesuai SPO.

PROSEDUR

1. Tutup hidung dan mulut ketika batuk dan atau bersin dengan menggunakan tissu/sapu tangan atau lengan dalam baju.

2. Segera buang tissu yang sudah di pakai ke dalam tempat sampah medis infeksius.

3. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci

tangan berbasis alkohol sesuai prosedur. 4. Gunakan selalu masker bila sedang batuk.

UNIT TERKAIT 1. Petugas medis 2. Petugas non medis 3. Pasien 4. Pengunjung KEBERSIHAN TANGAN No. Dokumen 010/PPI-LDR/RS-ZNB/I/2015 No. Revisi 01 Halaman 1 dari 4 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit 1 Januari 2015 Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI PENGERTIAN

Kebersihan Tangan adalah proses mencuci tangan untuk membuang semua kotoran dan mikroorganisme pada tangan yang di dapat melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan

(26)

lain dan permukaan lingkungan (flora transien) dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau menggunakan handrub berbasis alkohol.

1. Kebersihan Tangan dengan Cairan Antiseptik (Handrub) adalah mencuci tangan dengan menggunakan cairan antiseptik yang berbahan dasar alkohol gel di seluruh permukaan tangan untuk meminimalkan pertumbuhan mikroorganisme tanpa menggunakan air dan handuk (pada tangan yang bersih).

2. Kebersihan Tangan dengan Sabun

Antiseptik/Cairan/Larutan dan Air Mengalir (Handwash) adalah mencuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun/cairan antiseptik yang bertujuan membersihkan tangan dari transien mikroorganisme (pada tangan yang kotor).

3. Kebersihan Tangan Bedah (Surgical Handwash) pada tindakan operasi adalah :

a. Proses mencuci tangan untuk menghilangkan atau

menghancurkan mikroorganisme transien dan mikroorganisme yang tinggal di lapisan kulit yang lebih dalam serta di dalam folikel rambut yang tidak dapat di hilangkan seluruhnya (flora residen).

b. Membersihkan tangan dengan menggunakan sikat dan sabun di bawah air mengalir dengan prosedur tertentu agar tangan dan lengan bagian bawah bebas dari mikroorganisme. KEBERSIHAN TANGAN No. Dokumen 010/PPI/RS-ZNB/I/2015 No. Revisi 01 Halaman 2 dari 4 TUJUAN

1. Meminimalkan atau menghilangkan mikroorganisme. 2. Mencegah tansmisi mikroorganisme dari petugas ke

pasien dari pasien ke petugas, dari pasien ke pasien serta lingkungan sekitar pasien.

3. Tindakan utama untuk pencegahan dan pengendalian infeksi.

(27)

KEBIJAKAN

1. Prosedur kebersihan tangan dengan antiseptik harus di lakukan oleh semua petugas kesehatan, keluarga, pengunjung yang berhubungan langsung dengan pasien atau lingkungan pasien.

2. Prosedur kebersihan tangan dengan antiseptik (Lima Saat Tepat Mencuci Tangan) dilakukan sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien yang berisiko, sesudah kontak dengan pasien dan sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

3. Setiap ruangan harus tersedia fasilitas :

a. Wastafel dan air yang mengalir dari kran.

b. Sabun atau cairan antiseptik mengandung

chlorhexidine 2% dan 4 % untuk pembersihan tangan

operasi.

c. Cairan Handrub.

d. Pengeringan tangan dengan tissu atau lap bersih sekali pakai.

4. Gambar prosedur kebersihan tangan terlihat di semua fasilitas.

PROSEDUR

A. Mengucapkan “Basmallah” (Bismillaahirrohmaanirrohiim) sebelum memulai pekerjaan.

B. Kebersihan Tangan dengan sabun dan air (Handwash) Langkah – langkah :

1. Buka perhiasan yang digunakan, basahi tangan dengan air mengalir.

2. Tuangkan sabun ke telapak tangan 3 – 5 cc. 3. Ratakan dengan kedua telapak tangan.

4. Gosok punggung dan sela-sela jari jari tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.

5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.

6. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan. KEBERSIHAN TANGAN No. Dokumen 010/PPI/RS-ZNB/I/2015 No. Revisi 01 Halaman 3 dari 4

(28)

PROSEDUR

7. Gosok ibu jari kanan dengan gerakan berputar dalam genggaman tangan kiri dan lakukan sebaliknya.

8. Gosok telapak tangan kanan dengan menguncupkan & memutar ujung jari-jari kiri dan sebaliknya.

9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.

10. Keringkan kedua tangan dengan tissu/lap bersih sekali pakai.

11. Gunakan bekas tissue/lap tersebut untuk menutup kran air.

12. Sekarang tangan sudah aman (prosedur dilakukan 40-60 detik).

C. Kebersihan Tangan dengan Cairan Antiseptik (Handrub) Langkah – langkah :

1. Tuangkan larutan antiseptik bebasis alkohol ke telapak tangan sebanyak 3 - 5 cc.

2. Gosok kedua telapak tangan hingga merata.

3. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya.

4. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.

5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci dan saling

Digosokkan.

6. Gosok ibu jari kanan dengan gerakan berputar dalam genggaman tangan kiri dan sebaliknya.

7. Gosok telapak tangan kanan dengan menguncupkan & memutar ujung jari-jari kiri dan sebaliknya.

8. Sekarang tangan sudah aman (prosedur dilakukan 20 – 30 detik).

D. Kebersihan Tangan Bedah (Surgical Handwash) Langkah – langkah :

1. Buka semua perhiasan yang digunakan (cincin, gelang, jam tangan) dan naikkan lengan baju sampai melewati siku.

2. Basahi tangan dengan air mengalir sampai siku. KEBERSIHAN TANGAN

(29)

No. Dokumen 010/PPI/RS-ZNB/I/2015 No. Revisi 01 Halaman 4 dari 4 TUJUAN

3. Gunakan cairan antiseptik.

4. Cuci tangan dan lengan bawah secara menyeluruh dan bilas dengan air mengalir.

5. Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan ke seluruh permukaan tangan dan lengan bawah.

6. Mulai dengan tangan, gunakan pembersih kuku untuk membersihkan daerah bawah kuku kedua tangan. 7. Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian

jari-jari, sela-sela jari-jari, telapak tangan dan punggung tangan.

8. Cuci tiap jari seakan – akan mempunyai empat sisi. 9. Sikat daerah pergelangan tangan sampai siku pada tiap

tangan.

10. Bilas tangan sampai siku, pastikan tangan di tahan lebih tinggi dari siku.

11. Biarkan sisa air menetes melalui siku. 12. Keringkan dengan handuk steril.

13. Sekarang tangan sudah aman (prosedur dilakukan 2 – 5 menit).

E. Mengucap “Hamdallah” (Alhamdulillaahirobbil’aalamiin) setelah selesai melakukan pekerjaan.

UNIT TERKAIT Seluruh Unit Kerja

LUMBAL PUNKSI No. Dokumen . . . No. Revisi . . . Halaman 1 dari 2

SPO Tanggal terbit

Ditetapkan, Kepala RSIA ZAINAB

(30)

(STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL)

. . .

dr.Nuniek Luthy Naftaly,CIMI

PENGERTIAN

Lumbal Punksi (LP) adalah tindakan memasukkan jarum lumbal punksi kedalam kandung dura lewat prosessus spinosus L4-L5 atau L5-S1 untuk mengambil cairan otak (Liquor Cerebro Spinalis / LCS).

TUJUAN

- Membantu penegakan diagnosis penyakit. - Mengetahui perkembangan penyakit.

- Salah satu prosedur sebelum operasi yaitu anestesi spinal.

KEBIJAKAN

- Tindakan dilakukan oleh dokter penanggungjawab pasien dan dibantu oleh tenaga paramedis.

- Prosedur pemeriksaan lumbal punksi dilakukan diruangan tindakan, dengan memperhatikan indikasi dan kontra indikasi.

- Petugas menggunakan APD sesuai prosedur.

PROSEDUR

Langkah – langkah :

1. Inform concent pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.

2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, yaitu ; - Jarum LP no.20G atau 22G.

- Larutan desinfektan (Betadine dan Alkohol 70%). - Duk steril berlubang.

- APD (masker dan sarung tangan steril). - Reagen Nonne-Pandy dalam tabung khusus. - Botol bersih dan kering 2 atau 3 buah. - Kassa steril, plester.

- Obat anestesi yang dibutuhkan (tindakan LP untuk anestesi spinal).

(31)

3. Petugas kesehatan (Dokter dan Perawat) melakukan kebersihan tangan.

4. Pakai APD (penutup kepala, masker dan sarung tangan).

5. Atur posisi pasien senyaman mungkin (berbaring atau duduk),

- Posisi baring.

Pasien berbaring miring dimeja pemeriksaan bagian pinggir. Kepala ditekuk kearah leher dan lutut didorong keatas depan sampai bertemu dengan kepala yang menunduk. Perawat berada didepan pasien membantu memegang dengan kedua tangan pada leher, bahu dan pantat pasien.

- Posisi duduk.

Pasien duduk bebas dimeja pemeriksaan dengan punggung membungkuk dan kedua lengan memeluk lutut.

6. Desinfeksi pada area yang akan dilakukan LP dengan betadine dan alkohol 70%.

7. Buat tanda dengan menekankan ibu jari pada daerah yang akan ditusuk selama 15-30 detik, tindakan ini akan memberikan tanda didaerah tersebut selama sekitar 1 menit.

8. Lakukan penusukan jarum LP pada daerah yang sudah ditandai dengan arah tegak lurus.

9. Setelah melewati ligamentum interspinalis, stilitel dicabut dan diperhatikan kondisi cairan (jernih, keruh atau berdarah).

(32)

No. Dokumen . . . No. Revisi . . . Halaman 2 dari 2 PROSEDUR

10. Apabila tidak ada cairan yang menetes, jarum ditusukkan beberapa mili meter lebih dalam dan di putar sedikit sampai cairan menetes.

- Untuk tindakan anestesi spinal, masukkan obat anestesi memakai spuit.

- Untuk tindakan diagnostik, teteskan 3 tetes cairan LCS kedalam tabung reagen Nonne, dan perhatikan adanya reaksi reagen tersebut.

Selanjutnya teteskan 3-5 cc cairan LCS pada botol steril untuk pemeriksaan sellen, protein, glukosa dan elektrolit untuk biakan kuman, kemudian kirim ke laboratorium.

11. Cabut jarum LP, tutup luka dengan kassa steril dan diplester.

12. Setelah selesai tindakan, petugas melepas APD. 13. Petugas melakukan kebersihan tangan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan 2. Instalasi Rawat Inap

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT

(33)

No. Dokumen ... No. Revisi ... Halaman 1 dari 4 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit … Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

(34)

PENGERTIAN

1. Surveilans Infeksi Rumah Sakit adalah suatu kegiatan pengamatan yang sistematis, aktif, berkelanjutan dan terus menerus terhadap suatu kejadian penyebaran penyakit pada suatu populasi tertentu serta hal – hal yang mempengaruhi terjadinya infeksi tersebut.

2. Surveilans Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) adalah pengumpulan data kejadian infeksi aliran darah akibat penggunaan alat intra vaskuler, secara sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan.

3. Surveilans Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah pengumpulan data kejadian infeksi saluran kemih akibat penggunaan alat dower kateter atau tindakan aseptik lain melalui saluran kemih, secara sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang di desiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan. 4. Surveilans Ventilator Aquired Pneumonia (VAP) adalah

pengumpulan data kejadian infeksi pneumonia yang didapat lebih dari 48 jam setelah menggunakan ventilasi mekanik, secara sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan. 5. Surveilans Hospital Aquired Pneumonia (HAP) adalah

pengumpulan data kejadian infeksi saluran napas bawah, yang mengenai parenkim paru tidak diintubasi yang terjadi lebih dari 48 jam hari rawat dan tidak dalam masa inkubasi, secara sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan.

(35)

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT No. Dokumen . . . No. Revisi . . . Halaman 2 dari 4 PENGERTIAN

6. Surveilans Infeksi Luka Operasi (ILO) adalah pengumpulan data kejadian infeksi akibat tindakan pembedahan yang dapat mengenai :

a. Superfisial (Superficial Incicional Site) : ILO yang terjadi 30 hari setelah pembedahan, dan hanya mengenai kulit dan jaringan sub kutan.

b. Profunda (Deep Incicional) : ILO yang terjadi 30 hari setelah tindakan pembedahan bila tidak ada implan atau infeksi terjadi dalam satu tahun bila ada pemasangan implan, yang mengenai jaringan lunak bagian dalam dari tempat insisi (fascia dan otot).

c. Organ/rongga : ILO yang terjadi 30 hari pasca bedah tanpa implan atau 1 tahun pasca bedah apabila terdapat implan, mengenai semua organ yang dimanipulasi selama operasi kecuali jaringan lunak superficial dan dalam.

TUJUAN

1. Mengetahui data dasar infeksi rumah sakit.

2. Mendapatkan informasi epidemiologi sebagai dasar tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk menurunkan insiden dan risiko.

3. Pemantauan masalah dan pola infeksi. 4. Mengetahui pola kuman di rumah sakit.

5. Kewaspadaan dini dalam mengidentifikasi kejadian luar biasa (outbreak) dan cara penanggulangannya.

(36)

KEBIJAKAN

1. Surveilans infeksi rumah sakit dilaksanakan oleh IPCN purna waktu dan IPCLN di setiap ruang perawatan atau ruangan lain yang berisiko terhadap terjadinya infeksi dirumah sakit.

2. Surveilans dilakukan pada pasien yang dirawat atau mendapat tindakan yang berisiko terjadinya infeksi rumah sakit.

3. Dalam pelaksanaan surveilans ditentukan : what (jenis infeksi rumah sakit), when (kapan terjadinya infeksi), where (tempat unit perawatan), dan who (umur, jenis kelamin dan faktor resiko lain).

PROSEDUR

A. Surveilans IADP Langkah – langkah :

1. Siapkan formulir surveilans dan alat tulis yang akan digunakan untuk mendata pasien yang akan di survei.

2. Tentukan ruangan yang akan disurvei.

3. Catat nama, nomor rekam medik, diagnosa penyakit dan identitas lain dari pasien yang akan di survei dalam formulir surveilans.

4. Catat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan. 5. Pastikan tempat dan lokasi insersi intra vaskular dan

observasi

adanya tanda – tanda infeksi yaitu : pembengkakan, kemerahan, panas, dan nyeri pada daerah insersi.

(37)

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT No. Dokumen . . . No. Revisi . . . Halaman 3 dari 4

(38)

PROSEDUR

7. Apabila ditemukan tanda – tanda infeksi tersebut segera lakukan pemeriksaan kultur (darah atau ujung kateter infus).

8. Apabila hasil kultur positif, dilaporkan ulang ke IPCO untuk menentukan adanya IADP.

9. Dokumentasikan kejadian IADP yang ditemukan ke formulir surveilans yang diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian, dan Formulir Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit.

B. Surveilans ISK Langkah – langkah :

1. Siapkan formulir surveilans, alat tulis yang akan digunakan untuk mendata pasien yang akan di survei.

2. Tentukan ruangan yang akan disurvei.

3. Catat identitas pasien pada formulir surveilans.

4. Catat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan. 5. Pastikan tempat pemasangan urine kateter.

6. Observasi adanya tanda – tanda infeksi yaitu peningkatan suhu tubuh > 38°C, anyang – anyangan, polakisuri, disuri, atau nyeri suprapubik.

7. Catat dan laporkan pada IPCO untuk menetapkan apakah benar terjadi ISK.

8. Apabila ditemukan tanda – tanda infeksi tersebut segera lakukan pemeriksaan kultur urine dari selang kateter.

9. Apabila hasil kultur positif, dilaporkan ulang ke IPCO untuk menentukan adanya ISK.

10. Dokumentasikan kejadian ISK yang ditemukan, ke formulir surveilans yang diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian, dan Formulir Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit. C. Surveilans VAP dan HAP

Langkah – langkah :

1. Siapkan formulir surveilans, buku surveilans, alat tulis yang akan di gunakan untuk mendata pasien yang akan di survei.

2. Tentukan ruangan yang akan disurvei.

3. Catat identitas pasien pada formulir surveilans.

4. Catat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan.

5. Observasi adanya tanda – tanda infeksi yang meliputi peningkatan suhu tubuh > 38°C, produksi sputum banyak dan purulen, bunyi pernapasan menurun/ pekak, ronchi basah daerah paru, adanya batuk, peningkatan leukosit (pemeriksaan hapus sputum >25/LPK), atau hasil x-ray adanya infiltrat paru.

(39)
(40)

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT No. Dokumen . . . No. Revisi . . . Halaman 4 dari 4

(41)

PROSEDUR

6. Catat dan laporkan pada IPCO untuk menetapkan apakah benar terjadi VAP/HAP.

7. Apabila ditemukan tanda – tanda infeksi tersebut segera lakukan pemeriksaan kultur sputum disekitar ETT (VAP), atau kultur sputum melalui batuk efektif (HAP).

8. Apabila hasil kultur positif, dilaporkan ulang ke IPCO untuk menentukan adanya VAP/HAP.

9. Dokumentasikan kejadian VAP/HAP yang ditemukan ke formulir surveilans yang diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian, dan Formulir Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit.

D. Surveilans ILO Langkah – langkah :

1. Siapkan formulir surveilans, alat tulis yang akan digunakan untuk mendata pasien yang akan di survei.

2. Tentukan ruangan yang akan disurvei.

3. Catat identitas pasien pada formulir surveilans.

4. Catat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan. 5. Observasi adanya tanda – tanda infeksi yang meliputi :

a. Superfisial : adanya nyeri, bengkak lokal, kemerahan, panas, keluarnya cairan purulen dari area insisi.

b. Deep Insisional (insisional dalam) : keluarnya cairan purulen dari jaringan lunak bagian dalam dan bukan dari organ, ditemukan abses, peningkatan suhu tubuh >38 °C, atau nyeri.

c. Organ/rongga : adanya cairan purulen melalui stab wound pada organ/ rongga dan abses.

6. Apabila ditemukan tanda – tanda infeksi tersebut segera lakukan pemeriksaan kultur luka operasi dengan teknik aseptik. 7. Apabila hasil kultur positif dilaporkan ulang ke IPCO untuk

menentukan adanya ILO.

8. Dokumentasikan kejadian ILO yang ditemukan ke formulir surveilans yang diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian, dan Formulir Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit.

UNIT TERKAIT

1. Ruang Perawatan 2. Unit Gawat Darurat 3. Ruang Operasi 4. Ruang Kemoterapi

(42)

PEMBERSIHAN KULKAS OBAT No. Dokumen ….. No. Revisi ….. Halaman 1 dari 1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit ….. Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI PENGERTIAN

Proses membuang semua kotoran atau sejumlah mikroorganisme pada kulkas yang digunakan untuk menyimpan obat, yang dilakukan secara berkala.

TUJUAN

1. Agar kulkas yang digunakan untuk menyimpan obat selalu dalam keadaan bersih dan higienis.

2. Agar obat-obatan dapat disimpan dalam kulkas sesuai dengan range suhu 2-8 °C.

3. Sebagai pedoman bagi petugas untuk melakukan pembersihan kulkas obat.

KEBIJAKAN Pembersihan kulkas obat dilakukan setiap 2 minggu sekali. PROSEDUR

Persiapan alat :

1. APD petugas berupa sarung tangan dan apron.

2. Cool box

3. Lap basah

4. Lap bersih kering atau tissu

5. Formulir Pemantauan Suhu Kulkas. Cara kerja :

1. Mengucapkan “Basmallah” (Bismillaahirrohmaanirrohiim) sebelum melakukan pekerjaan.

2. Petugas melakukan kebersihan tangan. 3. Petugas memakai APD.

4. Pindahkan terlebih dahulu semua obat-obatan yang di simpan di kulkas ke dalam cool box yang berisi cool pack dan dilengkapi dengan thermometer.

5. Matikan kulkas sebelum dibersihkan.

6. Jika ada bekuan es di freezer, biarkan mencair terlebih dahulu. 7. Bersihkan kulkas dengan menggunakan lap bersih yang dibasahi. 8. Kemudian keringkan dengan lap bersih kering atau tissu.

9. Pastikan semua bagian kulkas dibersihkan dan dikeringkan dengan baik.

(43)

10. Pada saat dilakukan pembersihan, suhu cool box selalu dipantau. 11. Setelah bersih, segera nyalakan kulkas kembali.

12. Setelah suhu kulkas berada dalam range 2-8 °C, masukan dan susun kembali obat-obatan yang disimpan dalam coll box tadi ke kulkas.

13. Dokumentasikan tindakan pembersihan yang dilakukan dalam Formulir Pemantauan Suhu Kulkas.

14. Petugas melepas APD dan melakukan kebersihan tangan. 15. Mengucapkan “Hamdallah” (Alhamdulillaahirobbil’aalamiin)

setelah selesai melakukan pekerjaan.

UNIT TERKAIT

- Ruang Rawat Inap - Poliklinik

- Unit Gawat Darurat - Kamar Operasi - Laboratorium - Farmasi

-PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN No. Dokumen . . . No. Revisi . . . Halaman 1 dari 2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal terbit . . . Ditetapkan, Diektur RSIA ZAINAB

dr.Nuniek Luthy Naftaly, CIMI

PENGERTIAN

- Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter kepada seluruh karyawan secara berkala sekurang-kurangnya satu tahun sekali.

(44)

kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap karyawan tertentu karena ada indikasi yang berhubungan dengan resiko pekerjaannya.

TUJUAN -- Mengetahui status kesehatan karyawan secara umum.Mengetahui atau menilai adanya pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap karyawan yang bekerja ditempat yang beresiko.

KEBIJAKAN

1. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/ 2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.

PROSEDUR

Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan rumah sakit yang meliputi : pemeriksaan fisik lengkap, kesegararan jasmani, rontgen paru-paru (bila mungkin) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Pemeriksaan Kesehatan Khusus

1. Melakukan pemeriksaan kesehatan pada :

a. Karyawan yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu.

b. Karyawan yang diduga mendapat gangguan kesehatan karena bekerja dilingkup pekerjaan yang berisiko.

c. Karyawan yang berusia diatas 40 tahun atau karyawan yang berusia muda yang melakukan pekerjaan tertentu.

2. Pemeriksaan Kesehatan Berkaladan Khusus dilakukan di Unit Gawat Darurat (UGD) RSIA Zainab oleh dokter jaga sesuai indikasi dan waktu yang sudah ditentukan.

3. Pemeriksaan penunjang bagi karyawan dengan pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan sesuai indikasi misalnya: pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, profil lemak, USG abdomen, rahim dll.

(45)

PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN No. Dokumen . . . No. Revisi . . . Halaman 2 dari 2

4. Komite PPI bekerja sama dengan bagian Personalia membuat program secara terencana mengenai pemeriksaan berkala dan khusus bagi karyawan setiap tahun.

5. Pelaksaanaan pemeriksaan kesehatan khusus dikoordinasikan dengan Bagian Pelayanan Medis bersama-sama dengan Kepala Ruangan terkait.

UNIT TERKAIT

Internal :

Unit Gawat Darurat, Laboratorium, Radiologi, Poliklinik Bedah Umum, Obgin, Rehabilitasi Medik, Gigi.

Eksternal :

Departemen Tenaga Kerja, Departemen Kesehatan, Poliklinik Penyakit Dalam, Jantung, Syaraf, Urologi, Mata, Ortopedi, Kulit & Kelamin, THT, Jiwa. PEMUSNAHAN LINEN No. Dokumen ….. No. Revisi ….. Halaman 1 dari 2

(46)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit …... Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

PENGERTIAN

1. Merupakan proses pemusnahan linen dengan menghilangkan linen rusak/tidak layak sehingga linen tersebut tidak dapat digunakan lagi dalam pelayanan di rumah sakit.

2. Linen dinilai rusak atau tidak layak pakai/tampil jika linen robek, bernoda luas yang tidak dapat dihilangkan melalui proses pencucian berkali-kali (standar pencucian 200 kali), sehingga harus dimusnahkan.

TUJUAN Agar pelayanan linen dapat dievaluasi dan dapat disimpan dengan rapi serta mudah diperiksa jenis dan jumlahnya.

KEBIJAKAN

1. Linen yang digunakan di rumah sakit adalah linen yang bersih dan tidak rusak.

2. Penyortiran linen rusak berdasarkan pada laporan dari petugas laundry sendiri dan laporan atau komplain dari pengguna di ruangan.

PROSEDUR

1. Mengucapkan “Basmallah” (Bismillaahirrohmaanirrohiim) sebelum melakukan pekerjaan.

2. Sebelum dikirim ke ruangan, petugas melakukan sortir linen bersih kering yang baru datang dari ruang pencucian dan pengeringan linen.

3. Untuk linen bersih dengan noda yang tidak bisa hilang, petugas melakukan pemilahan linen yang layak atau tidak layak berdasarkan banyak noda, lokasi dan calon pengguna.

4. Untuk ruangan VIP dan Super VIP, mutu/penampilan linen dipilih yang terbaik. Untuk ruangan intensif, kelas I, II dan III, mutu/penampilan linen dipilih yang baik.

5. Untuk linen bersih dengan tingkat kerusakan tertentu yang masih dapat direparasi, petugas melakukan perbaikan, misalnya memasang kancing baju, memasang karet/tali pada celana, menyambung jahitan yang lepas dan lain-lain.

6. Untuk linen bersih yang robek yang tidak bisa diperbaiki lagi atau rusak, petugas laundry melakukan pemusnahan dan memasukkan linen tersebut ke dalam Data Pemusnahan Linen.

(47)

PEMUSNAHAN LINEN No. Dokumen ….. No. Revisi ….. Halaman 2 dari 2 PROSEDUR

7. Petugas mengurangi data linen yang rusak/robek/noda tidak dapat hilang, keluar dari data inventaris linen di gudang linen bersih. 8. Linen yang dimusnahkan ditempatkan tersendiri dalam rak

terpisah.

9. Data jumlah dan jenis linen rusak/sobek/noda tidak dapat hilang, dicatat di depan rak tersebut.

10. Mengucapkan “Hamdallah” (Alhamdulillaahirobbil’aalamiin) setelah selesai melakukan pekerjaan.

UNIT TERKAIT - Unit Laundry - Ruang Perawatan

PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) No. Dokumen 010/PPI-LDR/RS-ZNB/I/2015 No. Revisi 0 Halaman 1 dari 3 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit 1 Januari 2015 Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

PENGERTIAN

Suatu proses yang dilakukan untuk menangani suatu kejadian kesakitan/kematian di rumah sakit yang jumlah kasusnya meningkat 3 (tiga) kali lipat melebihi keadaan biasa dan pada waktu tertentu.

TUJUAN

7. Agar kejadian KLB dapat dikendalikan.

8. Agar diketahui faktor penyebab KLB dan dianalis sehingga dapat ditindaklanjuti.

(48)

KEBIJAKAN

8. KLB infeksi RS ditetapkan oleh Direktur berdasarkan pertimbangan Komite PPIRS.

9. Selama terjadi KLB, petugas ruangan/bagian terkait, Kepala Ruangan, dan IPCLN, harus berkoordinasi secara intensif dengan Tim dan Komite PPI Rumah Sakit untuk menangani KLB tersebut.

PROSEDUR

10. Analilis data surveilans infeksi rumah sakit yang mengalami peningkatan tiga bulan berturut-turut.

11. Komite PPIRS bersama IPCO/IPCN melakukan investigasi bersama di tempat terjadinya KLB, meliputi:

- Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans Infeksi Rumah Sakit.

- Berkoordinasi dengan IPCLN dan Kepala ruangan serta dokter yang bertanggung jawab menangani pasien, untuk melakukan verifikasi diagnosis infeksi rumah sakit, penegakan diagnosis IRS dan mengkonfirmasi sebagai kasus KLB.

- Investigasi terhadap kemungkinan sumber penularan, cara penularan dan kemungkinan penyebarannya, serta aspek lain yang diperlukan untuk penanggulangan atau memutuskan rantai penularan.

- Berkoordinasi dengan Bagian Laboratorium untuk melakukan:

PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) No. Dokumen 010/PPI-LDR/RS-ZNB/I/2015 No. Revisi 01 Halaman 2 dari 3 PROSEDUR o Swab ruang/alat yang diduga terkontaminasi bakteri.

o Pengambilan bahan dari berbagai lokasi tersangka sumber infeksi untuk dibiakkan dan antibiogram. o Pemasangan label di tempat penampungan bahan

pemeriksaan laboratorium pasien penyakit menular. Label bertuliskan ”Awas Bahan Menular”

(49)

- Berkoordinasi dengan seluruh personil di bagian terkait untuk memberikan klarifikasi-klarifikasi perihal yang terkait dengan KLB, misalnya pelaksanaan prosedur tetap secara benar.

12. Komite PPIRS menyimpulkan hasil investigasi.

13. Komite PPIRS menetapkan status siaga bencana KLB dan melaporkan kepada Direktur RS.

14. Direktur berdasarkan pertimbangan Komite PPIRS menetapkan adanya KLB.

15. Komite PPIRS melakukan dokumentasi tentang kejadian dan tindakan yang telah diambil terhadap data atau informasi KLB.

16. Komite PPIRS terus melakukan monitoring dan evaluasi sampai KLB berhasil diatasi.

17. Komite PPI bersama IPCLN dan perawat ruangan melakukan langkah-langkah pencegahan dan pembatasan dengan cara:

 Melaksanakan dan mengawasi secara ketat pelaksanaan cuci tangan yang benar dan tepat.

 Menggunakan dan mengawasi penggunaan sarung tangan dan APD lain sesuai indikasi.

 Melakukan dan mengawasi pembuangan limbah dengan benar.

 Melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi, disatukan dengan pasien yang sama-sama terinfeksi/kohorting dan menentukan staf yang akan memberikan penanganan (dipisahkan dengan staf lainnya)

 Mengawasi ketat penerapan Kewaspadaan Standar.  Ruangan yang terjadi KLB harus didisinfeksi. 18. Status KLB dilaporkan ke dinas kesehatan setempat.

19. Komite PPI menyatakan KLB selesai jika dua kali masa inkubasi terpanjang tidak ditemukan kasus baru

(50)

No. Dokumen 010/PPI-LDR/RS-ZNB/I/2015 No. Revisi 01 Halaman 3 dari 3

UNIT TERKAIT Seluruh Unit

Paraf

Konseptor

PENATALAKSANAAN KEGIATAN EDUKASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

No. Dokumen ... No. Revisi ... Halaman 1 dari 2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit ... Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

PENGERTIAN

Aturan dan tata cara dalam memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai pencegahan dan pengendalian kejadian infeksi Nosokomial atau sekarang disebut dengan infeksi yang berkaitan dengan pelayanan difasilitas pelayanan kesehatan (Healthcare

Associated Infections – HAIs).

TUJUAN

1. Salah satu program kerja KPPI.

2. Salah satu upaya mengurangi resiko kejadian HAIs.

3. Salah satu upaya dalam menerapkan konsep keselamatan pasien dan konsep kerja yang aman.

4. Mengenalkan dan mengedukasi tata cara dan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi pada karyawan.

(51)

KEBIJAKAN

1. Dilakukan pada setiap karyawan baru masuk. 2. Kegiatan bersifat wajib untuk diikuti.

3. Salah satu aspek dalam penilaian karyawan. 4. Jadwal edukasi dan sosialisi diatur oleh Diklat.

5. Pemberi materi bisa bersifat internal dari KPPI atau eksternal. 6. Konsep edukasi mengacu pada keilmuan terbaru.

PROSEDUR

1. Daftar karyawan baru dari HRD diserahkan ke Diklat. 2. Diklat menyusun jadwal kegiatan yang meliputi :

a. Hari b. Tanggal c. Waktu

d. Tempat kegiatan e. Materi

f. Pemberi materi atau pembicara

g. Daftar karyawan yang wajib mengikuti kegiatan 3. Daftar kegiatan diinformasikan ke KPPI.

4. Ketua KPPI menyiapkan bahan untuk edukasi.

PENATALAKSANAAN KEGIATAN EDUKASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

No. Dokumen ... No. Revisi ... Halaman 2 dari 2 PROSEDUR

5. Bahan materi edukasi dibuat dalam bentuk presentasi yang mudah dimengerti dan di pahami.

6. Ketua KPPI menugaskan ketua tim atau anggota komite sebagai pembicara.

7. Menginformasikan ke Diklat jika ada perubahan pembicara atau materi yang akan diberikan.

8. Memberikan materi sesuai dengan program edukasi dari KPPI. 9. Melakukan evaluasi selama edukasi dengan melakukan sesi

tanya jawab.

10. Pemberi materi menyampaikan laporan hasil kegiatan edukasi kepada ketua KPPI disertai dengan daftar absensi kehadiran peserta.

11. Laporan selanjutnya di laporkan ke Direktur beserta saran dan rekomendasi.

12. Melakukan analisa dari hasil kegiatan edukasi dengan melakukan monitoring atau evaluasi dilapangan sesuai dengan

(52)

program dan kebijakan KPPI.

UNIT TERKAIT

- Diklat

- HRD

- KPPI

PENATALAKSANAAN KEGIATAN RE-EDUKASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI No. Dokumen ... No. Revisi ... Halaman 1 dari 2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit ... Ditetapkan, Direktur RSIA ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftali, CIMI

PENGERTIAN

Aturan dan tata cara dalam memberikan pengulangan edukasi dan sosialisasi mengenai pencegahan dan pengendalian kejadian infeksi Nosokomial atau sekarang disebut dengan infeksi yang berkaitan dengan pelayanan difasilitas pelayanan kesehatan (Healthcare

Associated Infections – HAIs).

TUJUAN

1. Salah satu program kerja KPPI.

2. Upaya dari PPI untuk senantiasa menerapkan konsep PPI. 3. Upaya PPI untuk senantiasa melaksanakan dan mengingatkan

tentang kegiatan PPI kepada seluruh karyawan. 4. Memberi informasi terbaru dari ilmu PPI.

5. Bagian dari upaya evaluasi dan monitoring terhadap PPI. KEBIJAKAN

1. Dilakukan pada seluruh karyawan dengan masa kerja lebih dari satu tahun.

2. Kegiatan bersifat wajib diikuti satu kali dalam setahun. 3. Salah satu aspek dalam penilaian karyawan.

4. Jadwal re-edukasi dan sosialisasi diatur oleh Diklat.

5. Pemberi materi bisa bersifat internal dari KPPI atau eksternal. 6. Konsep re-edukasi mengacu pada keilmuan terbaru.

(53)

PROSEDUR

1. Daftar karyawan dari HRD diserahkan ke Diklat 2. Diklat menyusun jadwal kegiatan yang meliputi :

a. Hari b. Tanggal c. Waktu

d. Tempat kegiatan e. Materi

f. Pemberi materi atau pembicara

g. Daftar karyawan yang wajib mengikuti kegiatan. 3. Daftar kegiatan diinformasikan ke KPPI.

4. Ketua KPPI menyiapkan bahan untuk re-edukasi.

PENATALAKSANAAN KEGIATAN RE-EDUKASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI No. Dokumen ... No. Revisi ... Halaman 2 dari 2 PROSEDUR

5. Bahan materi re-edukasi dibuat dalam bentuk presentasi yang mudah untuk dimengerti dan dipahami.

6. Ketua KPPI menugaskan ketua Tim atau anggota komite sebagai pembicara.

7. Menginformasikan ke Diklat jika ada perubahan pembicara atau materi yang diberikan.

8. Memberikan materi sesuai dengan program edukasi dari KPPI. 9. Melakukan evaluasi selama re-edukasi dengan melakukan sesi

tanya jawab.

10. Pemberi materi menyampaikan laporan hasil kegiatan re-edukasi kepada ketua KPPI disertai dengan daftar absensi kehadiran peserta.

11. Laporan selanjutnya dilaporkan ke direktur beserta saran dan rekomendasi.

12. Melakukan analisa dari hasil kegiatan edukasi dengan melakukan monitoring atau evaluasi di lapangan sesuai dengan program dan kebijakan KPPI.

UNIT TERKAIT

- Diklat

- HRD

(54)

PENATALAKSANAAN TERTUSUK JARUM ATAU BENDA TAJAM

No. Dokumen ... No. Revisi ... Halaman 1 dari 2

(55)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ( SPO ) Tanggal Terbit … Ditetapkan, Kepala RSIA ZAINAB

dr. Nuniek Luthy Naftaly, CIMI

PENGERTIAN

Penatalaksanaan tertusuk jarum dan benda tajam adalah salah satu upaya pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap petugas yang tertusuk benda yang memiliki sudut tajam atau runcing yang menusuk, memotong, melukai kulit seperti jarum suntik, jarum jahit bedah, skalpel, gunting atau benang kawat.

TUJUAN Melindungi petugas kesehatan, mahasiswa, petugas kebersihan, pengunjung dari perlukaan dan tertular penyakit seperti Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV.

KEBIJAKAN

Setiap petugas kesehatan, petugas kebersihan, mahasiswa, dan pengunjung, bila terjadi kecelakaan tertusuk jarum bekas pakai dan benda tajam, wajib dilaporkan dan penanganannya harus sesuai prosedur yang sudah di tetapkan.

PROSEDUR

1. Pertolongan Pertama a. Jangan panik.

b. Penatalaksanaan lokasi terpapar :

1) Segera cuci bagian yang terpapar dengan sabun antiseptik dan air mengalir.

2) Bilas dengan air bila terpapar pada daerah membran mukosa. 3) Bilas dengan air atau cairan NaCl 0,9% bila terpapar pada daerah

mata.

2. Penanganan Lanjutan

Segera ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk penatalaksanaan selanjutnya.

3. Laporan dan Pendokumentasian

a. Laporan meliputi : hari, tanggal, jam, dimana, bagaimana kejadian, bagian mana yang terkena, penyebab, jenis sumber (darah, urine, faeces) dan jumlah sumber yang mencemari (banyak/sedikit).

Referensi

Dokumen terkait

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar

Walaupun tujuan pengolahan tanah adalah untuk memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman, akan tetapi pada sisi yang lain dapat

Aksara Jawa merupakan huruf yang digunakan untuk mempresentasikan bahasa Jawa. Dalam mempelajari Aksara Jawa masih terdapat berbagai kesulitan yang dapat diselesaikan

Bila debit yang bisa di- berikan pada tiap musim tanam sudah mampu meng- airi keseluruhan luas lahan yang tersedia, maka akan dialokasikan ke musim tanam berikutnya dan keun-

13 Hasil uji statistic rank spearman pada varibel perancu suhu tubuh p= 0,853 , persen lemak tubuh p=0,171 , dan aktivitas fisik p=0,344, sehingga dapat

Analisis efek perubahan nilai tukar (pass through effect) pada umumnya adalah untuk mengetahui efek perubahan nilai tukar terhadap perubahan tingkat harga baik itu berupa harga

Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar jantung

Prioritas menanggulangi kemiskinan di Surade misalnya, adalah menyediakan beras murah karena daya beli yang lemah, menciptakan ketrampilan dan lapangan kerja, sedangkan prioritas