• Tidak ada hasil yang ditemukan

WOC BRONKOPNEUMONIA.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WOC BRONKOPNEUMONIA.pdf"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

WOC BRONKOPNEUMONIA

Bakteri Stafilokokus aureus Bakteri Haemofilus influezae

Mycoplasma

• Penderita akit berat yang dirawat di RS

• Penderita yang mengalami penurunn

sistem pertahanan tubuh Saluran nafas atas

Kuman berlebih di

bronkus disaluran pencernaanKuman terbawa

Infeksi saluran pernafasan bawah Diare Akumulasi secret di bronkus Proses peradangan Bersihan jalan nafas tidak efektif malabsorbsi Peningkatan peristaltic usus Infeksi saluran pencernaan Peningkatan flora normal dalam usus

Gangguan keseimbanga n cairan dan elektrolit Edema paru Dilatasi pembuluh darah Intake kurang anoreksi Bau mulut tidak sedap Mukus brokus meningkat Nutrisi kurang dari kebutuhan Peningkatan Suhu Edema antara kaplier dan alveoli

Peningkatan metabolisme Suplai O2 menurun Penurunan compliance paru Pengerasan dinding paru Gangguan difusi dalam plasma Eksudat plasma masuk alveoli Evaporasi meningkat Fatigue Akumulasi asam laktat Metabolisme anaeraob meningkat Hipoksia

Retraksi dada / nafas cuping hidung Dispneu Hiperventila Intoleransi aktifitas Gangguan pola nafas

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Bronkopneumonia adalah pneumonia yang terdapat di daerah bronkus kanan maupun kiri atau keduanya. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) adalah peradangan pada

parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli terminalis dan juga dapat mengenai alveolus sekitarnya. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen

membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer. Bronkopneumonia sering disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

2.2 Klasifikasi Pneumonia

2.2.1 Berdasarkan Sumber Infeksi

a. Pneumonia yg didapat di masyarakat (Community-acquired pneumonia.) 1.) Streptococcus pneumonia merupakan penyebab utama pada orang dewasa 2.) Haemophilus influenzae merupakan penyebab yang sering pada anak-anak 3.) Mycoplasma sering bisa menjadi penyebab keduanya (anak & dewasa) b. Pneumonia yg didapat di RS (Hospital-acquired pneumonia )

1.) Terutama disebabkan kerena kuman gram negatif

2.) Angka kematiannya > daripada CAP (Community-acquired pneumonia.) 3.) Prognosis ditentukan ada tidaknya penyakit penyerta

c. Pneumonia aspirasi

1.) Sering terjadi pada bayi dan anak-anak

2.) Pada orang dewasa sering disebabkan oleh bakteri anaerob d. Pneumonia Immunocompromise host

1.) Macam kuman penyebabnya sangat luas, termasuk kuman sebenarnya mempunyai patogenesis yang rendah

2.) Berkembang sangat progresif menyebabkan kematian akibat rendahnya pertahanan tubuh

2.2.2 Berdasarkan Kuman Penyebab a. Pneumonia bakterial

1.) Sering terjadi pada semua usia

2.) Beberapa mikroba cenderung menyerang individu yang peka, misal; Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphylococcus menyerang pasca influenza

1. Pneumonia Atipikal

1.) Disebabkan: Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia 2.) Sering mengenai anak-anak dan dewasa muda

1. Pneumonia yang disebabkan virus 1.) Sering pada bayi dan anak-anak

2.) Merupakan penyakit yang serius pada penderita dengan pertahanan tubuh yang lemah 1. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur atau patogen lainnya

1.) Seringkali merupakan infeksi sekunder

2.) Predileksi terutama pada penderita dengan pertahanan tubuh yang rendah

2.2.3 Berdasarkan Predileksi atau Tempat Infeksi a. Pneumonia lobaris (lobar pneumonia)

1.) Sering pada pneumonia bakterial 2.) Jarang pada bayi dan orang tua

3.) Pneumonia terjadi pada satu lobus atau segmen, kemungkinan dikarenakan obstruksi bronkus misalnya : aspirasi benda asing pada anak atau proses keganasan pada orang dewasa

1.) Ditandai adanya bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru 2.) Dapat disebabkan bakteri maupun virus

3.) Sering pada bayi dan orang tua

4.) Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus c. Pneumonia interstisialis (interstitial pneumonia

1.) Proses terjadi mengenai jaringan interstitium daripada alevoli atau bronki

2.) Merupakan karakteristik (tipikal) infeksi oportunistik (Cytomegalovirus, Pneumocystis

carinii)

2.3. Etiologi

Secara umun individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.

2.3.1 Faktor Infeksi

- Pada neonatus : Streptocccus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV). - Pada bayi :

Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus. Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.

Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium

tuberculosa, Bordetella pertusis.

- Pada anak-anak :

Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia

Bakteri : Pneumococcus, Mycobakterium tuberculosa. - Pada anak besar – dewasa muda :

 Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis

2.3.2 Faktor Non Infeksi

Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :

1. Bronkopneumonia hidrokarbon dapat terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau pemasangan selang NGT ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).

2. Bronkopneumonia lipoid dapat terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi

horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.

Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya

Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

2.4 Faktor Resiko

Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian Bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

1. Faktor host (diri) 1. Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada balita lebih rentan terkena penyakit bonkopneumonia dibandingkan orang dewasa dikarenakan kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.

1. Status Gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lain (Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi phatogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang tergangu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi.

1. Riwayat penyakit terdahulu

Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah karena penumpukan sekresi yang berlebih yaitu influenza. Pemasangan selang NGT yang tidak bersih dan tertular berbagai mikrobakteri dapat menyebakan terjadinya bronkopneumonea.

1. Faktor Lingkungan 1. Rumah

Rumah merupakan struktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani, dan keadaanan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (WHO, 1989).

1. Kepadatan hunian (crowded)

Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor resiko penularan pneumonia.

1. Status sosioekonomi

Kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat.

2.5 Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.

2. 2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

2.6 Manifestasi Klinis

1.) Demam mendadak, disertai menggigil, baik pada awal penyakit atau selama sakit 2.) Batuk, mula-mula mukoid lalu purulen dan bisa terjadi hemoptisis

3.) Nyeri pleuritik, ringan sampai berat, apabila proses menjalar ke pleura (terjadi pleuropneumonia) 4.) Tanda & gejala lain yang tidak spesifik : mialgia, pusing, anoreksia, malaise, diare, mual & muntah.

2.7 Pemeriksaan

2.7.1 Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi / palpasi : sisi hemitoraks yg sakit tertinggal b. Palpasi / Perkusi / Auskultasi

tanda-tanda konsolidasi : Redup, fremitus raba / suara meningkat, suara napas bronkovesikuler – bronchial, suara bisik, krepitasi

2.7.2 Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan dahak

1.) Mempunyai banyak keterbatasan

2.) Usahakan bebas dari kontaminan dengan berbagai cara :

1. Sputum dicuci dg garam faali, diambil sputum yang mengandung darah dan nanah 2. kavum orofaring dibersihkan dulu dengan cara berkumur

3. aspirasi trakeal

4. memakai bronkosokopi 5. pungsi transtorakal

3.) spesimen yg diperoleh lalu dilakukan pengecatan gram dan kultur b. Pemeriksaan darah

1. Umumnya lekositosis ringan sampai tinggi

2. 2. Hitung jenis bergeser ke kiri ( shift to the left) 3. LED dapat juga tinggi

4. Kultur darah dapat positif 20-25 % pada penderita yang tidak diobati c. Foto thorax PA/lateral

1. Abnormalitas radiologis pada pneumonia disebabkan karena pengisian alveoli oleh cairan radang berupa : opasitas / peningkatan densitas ( konsolidasi ) disertai dengan gambaran air bronchogram

2. Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran radiologis negatif, maka ulangan foto toraks harus diulangi dalam 24-48 jam untuk menegakkan diagnosis. 3. Pemeriksaan gas darah

1. Hipoksemia & hipokarbia

2. Asidosis respiratorik pada stadium lanjut

e. Tampilan klinis pneumonia dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bacterial dan non bacterial (atipikal)

KARAKTER KLINIS PNEUMONIA BAKTERIAL PNEUMONIA NON BAKTERIAL (ATIPIKAL) Timbulnya gejala Mendadak sebagian besar di paru Berangsur-angsur, sering bersifat

umum selain di paru

Batuk Produktif dengan banyak sputum,

purulen/mukopurulen

Tidak produktif, sputum sedikit

Pengecatan gram

Sering ditemukan mikroba

Non diagnostik, baik pada pengecatan gram maupun kultur Leukositosis Ada dan tinggi, leukopeni pada

kasus yang jelek

Biasanya tidak ada, atau leukopeni

Nyeri dada Ada, bervariasi dari yang ringan sampai berat

Jarang

Foto paru Tanda konsolidasi lobar, segen atau bronkopneumonia

Tidak mengikuti batas anatomis, kelainan interstitial

2.8 Penatalaksanaan

Pengelolahan pneumonia harus berimbang dan memadai, mencakup : 1. Tindakan umum ( general suportif )

2. Koreksi kelainan tubuh yang ada 3. Pemilihan antibiotik

Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat inap dapat diobati di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi, yaitu keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae yang resisten terhadap penesilin. A.) Faktor modifikasi adalah keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi dengan kuman patogen yg spesifik. Kuman-kuman tersebut meliputi :

1. Streptococcus pneumoniae yg resisten terhadap penisilin : a. Usia > 65 tahun

b. Mendapat tx betalaktam dlm 3 bulan terakhir

c. Pecandu alkohol

d. Penyakit gangguan imunitas (tms tx steroid) e. Adanya penyakit ko-morbid yang lain

1. Enterik gram-negative :

1. Penghuni rumah jompo 2. Adanya dasar penyakit kardiopulmoner 3. Adanya penyakit ko-morbid yang lain 4. Pengobatan antibiotika sebelumnya 5. 3. Pseudomonas aeruginosa :

1. Kerusakan jaringan paru (bronkiektasis) 2. Terapi kortikosteroid (>10 mg pednison/hari) 3. Pengobatan antibiotik spektrum luas lebih dari 7 hari

sebelumnya 4. Malnutrisi

B.) Faktor antibiotik diperlukan adanya pendekatan yang logis untuk memperkirakan etiologi dan memberikan pengobatan inisial secara empiris. Pendekatan ini harus

mempertimbangkan :

1. kecenderungan epidemiologis setempat 2. usia penderita

3. penyakit penyerta / komorbid

4. faktor risiko sosial (alkohol, drug abuse, dll)

5. temuan kelainan paru (pemeriksaan fisik dan radiologis) 2.8.1 Penatalaksanaan rawat jalan

a. Pengobatan suportif / simtomatik 1. Istirahat di tempat tidur

2. Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi

1. Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas 2. Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran

3. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang dari 4 jam 2.8.2 Penatalaksanaan rawat inap

a. Pengobatan suportif / simtomatik 1. Pemberian terapi oksigen

2. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit 3. Pemberian obat simtomatik antara laim antipiretik, mukolitik

1.

1. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang dari 4 jam 2.8.3 Penatalaksanaan rawat inap di ruang rawat intensif

a. Pengobatan suportif / simtomatik 1. Pemberian terapi oksigen

2. Pemasangan infus untuk rehidrasi, koreksi kalori & elektrolit 3. Pemberian obat simtomatik antara lain antipiretik, mukolitik

b. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang darti 4 jam c. Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.

2.9 Asuhan Keperawatan

No. Diagnosis Keperawatan Perencanaan

Tujuan Intervensi Rasional

1. •

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum. Data-data: Data Subjektif • Pasien mengeluh rewel • Pasien mengeluh sesak sesak nafas • Pasien tidak mau

makan • Terdengar suara grek-grek • orang tua menyatakan kurang paham tentang penyakit yang diderita anaknya • anak mencret Data Objektif • Pernafasan cepat

Jalan napas bersih dan efektif setelah hari

perawatan, dengan criteria: a) Tidak ada dypsnoe, sianosis, ronchi dan suara krek-krek b) BGA mormal pH = 7,35 – 7,45 H+ = 35–45 nmol/L(nM) PaO2 = 80–100 mmHg PaCO2 = 35–45 mmHg HCO3−= 22–26 mmol/L

1) Mengkaji frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi

2) mengauskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki.

3) Memberikan posisi semi fowler. 4) Memberikan minum hangat sedikit sedikit tapi sering.

5) Melaksanakan tindakan delegatif : Bronchodilator, mukolitik, untuk mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan.

dan dangkal • pernafasan cuping

hidung

• ronchi dan sianosis • batuk berdahak sputum purulen • penggunaan otot Bantu nafas • bunyi nafas bronchovesikuler • muntah malaise • penurunan nafsu

makan dan berat badan

• respirasi meningkat 2. Gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan

pengiriman oksigen

Menunjukan fungsi paru yang optimal dengan kriteria sesak hilang, tidak ada sianosis pada kulit, membran mucosa dan kuku.

1) Mengkaji frekuensi, Kedalaman dan kemudahan pernafasan.

2) Mengbsevasi warna kulit, membran mucosa dan kuku apakah terdapat

sianosis.

3) Mempertahankan istirahat dan tidur. 4) Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi

3.

Intoleransi aktivitas berhubungan dewngan

kelemahan umum. Mampu toleran terhadap aktivitas sesuai kemampuan / kondisi anak.

1) Membantu aktivitas anak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 2) Menyarankan keluarga untuk membatasi aktivitas anak yang berlebihan yang dapat menimbulkan kelelahan. 3) Menyarankan untuk melakukan aktivitas secara bertahap.

4.

Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.

Nyeri hilang / berkurang dengan kriteria :

Menunjukan penurunan skala nyeri , wajah tampak rileks.

1) Menentukan karakteristik nyeri misalnya tajam, ditusuk, dll.

2) Memberikan tindakan kenyamanan 3) Mengjarkan tekhnik relaksasi, atau latihan nafas.

4) Memberikan tindakan delegasi pemberian analgetika untuk menurunkan

nyeri.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap informasi

Pengetahuan orang tua meningkat dengan kriteria : mampu mengulang kembali penjelasan yang diberikan.

1) Memberikan penjelasan tentang penyakit anak, pencegahan,

penatalaksanaan di rumah sakit atau yang dapat dilakukan dirumah agar oreang tua mengetahui dan mau aktif ikut serta dalam setiap tindakan.

2) Memotivasi ibu untuk melaksanakan anjuran petugas.

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder

terhadap demam dan proses infeksi.

Gangguan nutrisi tidak terjadi dengan kriteria makanan yang disediakan dapat dihabiskan.

1) Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah

2) Memberikan makan porsi kecil tapi sering.

3) Menyajikan makanan dalam keadaan hangat.

4) Menimbang BB setiap hari

7. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan , penurunan pemasukan oral

Tidak terjadi kehilangan volume cairan dengan kriteria : Meningkatnya masukan cairan , tidak ada tanda – tanda kurang volume cairan.

1) Mengkaji perubahan tanda-tanda vital.

2) Mengkaji turgor kulit.

3) Menyatat intake dan out put cairan. 4) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

 

Gambar

Foto paru Tanda konsolidasi lobar, segen  atau bronkopneumonia

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan ini adalah (1) nyeri tekan pada plantar fascia kanan dan kiri, (2) suhu lokal daerah pada kaki kanan dan kiri teraba sama, (3)

Untuk mendapatkan pembagi bersama terbesar matriks polinomial, diperlukan matriks struktur kiri/kanan yang diperoleh dari bentuk Smith matriks polinomial1. Definisi

<agal 'antung dapat mempengaruhi 'antung kiri, 'antung kanan, atau keduanya (biventrikel), namun dalam praktik 'antung kiri yang sering terkena" Maniestasi

Untuk mendapatkan pembagi bersama terbesar matriks polinomial, diperlukan matriks struktur kiri/kanan yang diperoleh dari bentuk Smith matriks polinomial.. Definisi

a) Melintang kanan jalan, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan/kiri ditambah 2/1 langkah,pelaksanaan hadap kanan kemudian melaksanakan haluan kiri. b) Melintang Kiri,

• Paru bagian kanan lebih sering terkena dari pada paru kiri karena bronkus kanan lebih tegak dan lebih luas. • Saat posisi berbaring aspirasi terjadi

Dalam membuktikan identitas Trigonometri terdapat beberapa cara yang dilakukan ,yaitu 1.Menyederhanakan ruas kiri menjadi seperti ruas kanan!. 2.Menyederhanakan ruas kanan

Sikap permulaan tegak langkah kaki kiri kedua lengan lurus ke depan Bilangan “1” putar lengan kanan ke samping kanan badan, langkahkan kaki kanan ke belakang.. Bilangan “23” liukkan