• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN BIVALVIA DI PANTAI NIRWANA PADANG SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKARAGAMAN BIVALVIA DI PANTAI NIRWANA PADANG SUMATERA BARAT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN BIVALVIA DI PANTAI NIRWANA PADANG

SUMATERA BARAT

Fella Disawinenzi, Armein Lusi Zeswita, Elza Safitri

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

e-mail: fdw_winenzi@yahoo.com ABSTRACT

Nirwana beach is the beach which use as the recreation place and tourism spot at Padang and also used by citizen as the settlement. The beach has many comercial sea life, one of them is clam (bivalvia). The human activities influence the water quality physically, chemically or biologically, and influence the clam life. The research had purpose to find out the bivalvia species of Nirwana beach at Padang and measurement physical and chemical factors. The research done on September 2014 at Nirwana beach Padang and identified at Animal Ecology Research Laboratory of Biology Department at Andalas University. Dissolved oxygen (DO) and salinitas ranging was done at UPTD hall of Health Laboratoy West Sumatera. The compound of substrate organic ranging was done at Physical and Chemical of Land Laboratory of Agriculture Faculty at Andalas University. Result of research done was found that 15 species of 2 ordo and 8 families. The total of 15 species was 128 individuals. The physical-chemical factors influenced the bivalvia were the temperature was 32o-35o C, the mean of pH was 6, Dissolved oxygen (DO) was 7,37-8,11mg/1, the amount of salinitas was 4,8-4,9o/oo, the compound of substrate organic was 2.36-2,99%

Key word: Diversity, Clam (Bivalvia), Nirwana Beach, Species

PENDAHULUAN

Ekosistem perairan pesisir pantai di

Indonesia merupakan kawasan yang

mendapat perhatian cukup besar dalam berbagai perencanaan pembangunan di Indonesia (Suwondo, Febrita, Siregar. 2012). Hal ini disebabkan karena wilayah pesisir dan lautan Indonesia kaya akan sumberdaya alam. Selain itu, juga memiliki fungsi, sebagai transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, jasa lingkungan, rekreasi dan pariwisata, serta

kawasan permukiman dan tempat

pembuangan limbah (Darajati, 2004). Pantai Nirwana merupakan pantai yang dijadikan tempat rekreasi, pariwisata dan juga dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman penduduk serta pelabuhan kapal oleh nelayan yang tinggal di sekitar pantai.

Pantai Nirwana memiliki daerah pasang surut yang luas. Pada daerah pasang surut pantai ini, memiliki substrat dasar yang berbeda, diantaranya berpasir, adanya lamun, rumput laut dan karang. Selain itu juga dihuni oleh berbagai jenis biota laut, baik invertebrata maupun vertebrata, yang sebagian besar merupakan biota penting dan bernilai komersial. Salah satu kelompok

fauna yang sering dijumpai pada daerah pasang surut pantai ini adalah Filum Molusca. Menurut Kusnadi, Hermawan, Triandriza (2009) anggota filum Molusca yang paling mudah dikenali masyarakat salah satunya adalah kerang (bivalvia). Aktifitas manusia sangat mempengaruhi kualitas perairan, baik secara fisika, kimia, maupun biologi dan sangat mempengaruhi bagi kehidupan kerang.

Beberapa penelitian sebelumnya tentang Bivalvia yaitu Suwondo, dkk (2012) Kepadatan dan Distribusi Bivalvia pada Mangrove Di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatra Utara, Hamsiah (2006) Potensi Jenis Kekerangan Yang Berasosiasi Dengan Padang Lamun di Pulau Pannikiang Kabupaten Barru. Insafitri (2010) Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Bivalvia Di Area Buangan Lumpur Lapindo Muara Sungai Porong. Riniatsih dan Widianingsih (2007) Kelimpahan dan Pola Sebaran Kerang-kerangan (Bivalve) di Ekosistem Padang Lamun, Perairan Jepara.

Sampai saat ini data ilmiah mengenai Keanegaragaman Bivalvia di Pantai Nirwana belum ada. Sehubungan

(2)

dengan itu, maka telah dilakukan penelitian tentang “Keanekaragaman Bivalvia Di

Pantai Nirwana Padang Sumatera Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies bivalvia di pantai Nirwana Padang Sumatera Barat dan untuk mengetahui kondisi fisika-kimia perairan yang mempengaruhi keberadaan bivalvia.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September 2014 di Pantai Nirwana Padang, identifikasi bivalvia dilakukan di laboratorium Riset Ekologi Hewan Jurusan Biologi Universitas Andalas. Pengukuran salinitas dan oksigen terlarut (DO) dilakukan di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Sumatera Barat. Pengukuran Kadar organik substrat dilakukan di Laboratorium Fisika Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

Pantai Nirwana terletak di Jl. Padang–Painan, Sungai Barameh Kelurahan Gates nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang. Jaraknya dari pusat kota Padang ± 14 km ke arah selatan menuju kabupaten Pesisir Selatan. Pantai Nirwana memiliki panjang pantai ± 2 km dan memiliki daerah pasang surut yang luas. Jarak daerah surut terendah dan daerah pasang tertinggi ± 150 meter dengan substrat pasir, pasir berbatu, pasir berlumpur, lamun, rumput laut dan karang.

Penelitian ini merupakan survey deskriptif. Penentuan daerah pengambilan sampel menggunakan metode Random Sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode hand sortir pada daerah pasang surut berdasarkan rataan (Nurdin, 2009). Rataan dibagi dalam tiga bagian dengan panjang tiap rataan 50 meter kearah tengah laut yaitu, rataan tepi, rataan tengah, rataan tubir. Rataan tepi dari arah pantai pada pasang tertinggi arah ketengah laut dengan substrat pasir, pasir berbatu dan pasir berlumpur. Rataan tengah berada diantara rataan tepi dan rataan tubir dengan substrat pasir, karang, lamun dan rumput laut. Rataan tubir, mulai dari batas antara rataan tengah sampai batas dengan laut dalam yang dibatasi oleh karang mati dengan substrat karang dan rumput laut.

Bivalvia yang ditemukan

diidentifikasi sampai tingkat spesies dengan menggunakan buku acuan Kira (1965) dan

Robert dkk. (1982) dengan mempedomani ciri-ciri morfologi, berupa warna cangkang, bentuk cangkang, tipe hinge dan ukiran pada cangkang, dilakukan juga pengukuran panjang, lebar, dan tinggi cangkang bivalvia. Berdasarkan data sampel yang didapatkan di lapangan, maka dilakukan analisis data dengan cara mendeskripsikan masing-masing spesies bivalvia tersebut. Data primer yang diperoleh dari lapangan disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan uraian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian Keanekaragaman bivalvia yang telah dilakukan di Pantai Nirwana Padang dan telah diidentifikasi didapatkan 15 spesies dan 128 individu dari 2 ordo dan 8 famili, diperlihatkan pada Tabel 1.

Hasil pengukuran faktor fisika-kimia di pantai Nirwana, diantaranya: suhu berkisar 32o-35oC, pH rata-rata 6, DO air laut berkisar 7,37-8,11 mg/l, kadar salinitas berkisar 4,8-4,9o/oo, kadar organik substrat berdasarkan unsur C berkisar 2,36- 2,99%.

Pada rataan tepi ditemukan 11 spesies dengan total 42 individu, sedikitnya spesies yang ditemukan pada rataan ini karena berbagai aktivitas manusia yang mengganggu kehidupan bivalvia, karena rataan tepi merupakan daerah pelabuhan kapal nelayan serta daerah pariwisata yang dijadikan tempat bermain bagi pengunjung. Selain itu rataan tepi juga memiliki substrat pasir berbatu dan pasir berlumpur, sehingga mempengaruhi kehidupan bivalvia, karena menurut Beagen (2001) dalam Suwondo, dkk (2012), menyatakan bahwa jenis substart merupakan faktor dominan yang mempengaruhi keberadaan dan penyebaran hewan bentos. Bivalvia merupakan salah satu hewan bentos yang tempat hidupnya dipengaruhi oleh substrat.

Pada rataan tengah ditemukan 14 spesies dengan 52 individu. Banyaknya spesies yang ditemukan di rataan tengah karena didukung oleh faktor biotik, yaitu adanya lamun, rumput laut serta karang sebagai substrat pada rataan tengah. Menurut Nybakken (1982), padang lamun, rumput laut dan karang, berperan sebagai sumber utama produktivitas primer, sumber makanan penting bagi organisme dan tempat berlindung organisme. Banyaknya spesies

(3)

bivalvia yang ditemukan pada rataan tengah disebabkan karena adanya faktor pendukung untuk bivalvia bertahan hidup.

Pada rataan tubir ditemukan 13 spesies dengan total 34 individu. Banyaknya jumlah dari spesies yang ditemukan pada rataan tubir ini dibandingkan pada rataan tepi, karena daerah tubir memiliki substrat dasar karang dan adanya rumput laut, sehingga berbagai spesies bisa hidup dan memperoleh makanan serta perlindungan hidup. Spesies yang ditemukan di rataan tubir lebih sedikit dibandingkan rataan tengah, karena daerah tubir merupakan

perbatasan antara surut terendah dengan laut dalam dan dipengaruhi oleh ombak/ gelombang, sehingga bivalvia yang hidupnya melekat pada rumput laut atau karang terbawa arus akibat hempasan gelombang. Adanya karang dan rumput laut

bisa menahan gelombang dan

mengendalikan sehingga tidak merusak ekosistem pesisir pantai. Hal ini sesuai dengan penjelasan Dahuri, dkk (2004) yang menyatakan bahwa karang dan rumput laut dapat melindungi komponen ekosistem pesisir dan laut lainnya dari tekanan gelombang dan badai.

Tabel 1. Bivalvia yang ditemukan di pantai Nirwana Padang

Ordo Famili

Spesies

Sampel yang ditemukan tiap daerah pengambilan (Rataan)

Subtotal Individu Masing-masing

Famili Tepi Tengah Tubir

1. Pteromorphia a. Acridae 1)Barbatia bistrigata 1 3 1 5 b. Isognomonidae 2) Isognomon perna 1 - 1 2 2. Heteroconchia c. Lucinidae 3) Codakia tigerina 4 2 3 9 d. Cardiidae 4) Vasticardium subrugosum - 4 4 8 e. Veneridae 5) Desinia exolata 6) Gafrarium tumidum 7) Periglypta puerpera 8) Pitar (Pitarina) citrinus 9) Tapes platyptycha -12 4 -1 1 11 5 5 1 1 11 2 1 2 57 f. Donacidae 10) Donax faba 2 1 - 3 g. Psammobiidae 11) Asaphis deflora 11 3 2 16 h. Tellinidae

12) Tellina (Scutarcopagia) scobinata 13) Tellina virgata

14) Tellina (Quidpagus) palatum 15) Tellina remis 1 1 -4 2 3 9 2 2 -2 2 28 Total Famili 7 7 7 8 Total Genera 9 11 11 12 Total Spesies 11 14 13 15 Total Individu 42 52 34 128

Selama penelitian jumlah spesies yang paling banyak ditemukan adalah Gafrarium tumidum dengan total 34 individu, diikuti oleh Asaphis deflora dengan total 16 individu, Periglypta puerpera dan Tellina (Quidnipagus) palatum masing-masing 11 individu, Codakia tigerina dengan total 9 individu, Vasticardium subrogosum dan Tellina remis dengan masing-masing 8 individu, Pitar (Pitarina) citrinus dengan total 6 individu,

Barbatia bistrigata dan Tellina

(Scutarcopagia) scobinata dengan masing-masing 5 individu, Tapes platyptycha, Tellinna virgata dengan total 4 individu, Donax faba dengan total 3 individu. Jumlah paling sedikit yang ditemukan adalah Desinia exolata, Isognomon perna dengan total 2 individu.

Jumlah spesies yang ditemukan di Pantai Nirwana ini tergolong rendah, jika dibandingkan dengan jenis bivalvia yang ditemukan di Padang Lamun Pantai Wori, Sulawesi Utara, penelitian yang dilakukan

(4)

oleh Arbi (2012) dengan jumlah 38 spesies, dan jenis bivalvia yang berpotensi di Padang lamun Kepulauan Kei Kecil, Maluku Utara, penelitian yang dilakukan oleh Kusnadi. dkk (2008) berjumlah 23 spesies. Namun, jumlah spesies yang ditemukan di Pantai Nirwana ini tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan jenis kekerangan yang berasosiasi dengan Padang Lamun, di Pulau Pannikiang Kabupaten Barru, penelitian dilakukan oleh Hamsiah (2006) ditemukan 14 spesies bivalvia dan Kelimpahan dan Pola sebaran Kerang-kerangan (Bivalve) di Ekosistem Padang Lamun, Perairan Jepara, penelitian yang dilakukan oleh Riniatsih dan Widianingsih (2007) berjumlah 11 Spesies.

Faktor abiotik juga mendukung kehidupan bivalvia di perairan. Seperti suhu, oksigen terlarut (DO), pH, salinitas, kadar organik substrat. Suhu air pada Pantai Nirwana pada ketiga rataan berkisar antara 32-35oC, suhu di pantai ini masih termasuk dalam batas toleransi yang mempengaruhi kehidupan bivalvia, sehingga masih bisa bertahan hidup dan berkembang biak. Nilai derajat keasaman (pH) pada Pantai Nirwana rata-ratanya dari ketiga rataan adalah 6. pH perairan di Pantai Nirwana termasuk

kedalam kondisi yang masih

mengoptimalkan kehidupan bivalvia untuk kelangsungan hidupnya. Oksigen terlarut di Pantai Nirwana pada ketiga rataan berkisar antara 7,37-8,11 mg/l, merupakan kadar oksigen yang tinggi dari toleransi bagi kehidupan bivalvia dan masih mendukung kelangsungan hidupan bivalvia.

Menurut Kordi (2011), kerang tergolong biota euryhalin atau toleran terhadap perubahan salinitas, antara 5-40 o/

oo. Kadar salinitas di Pantai Nirwana pada ketiga rataan berkisar 4,8-4,9o/oo,salinitas ini kurang dari toleransi terhadap keoptimalan salinitas bagi kehidupan bivalvia. Kondisi salinitas di Pantai Nirwana dipengaruhi oleh keadaan air dan kondisi daerah pasang surut air, sesuai dengan teori Nontji (1993), yang menyatakan bahwa perairan pantai di Indonesia umumnya berada pada kondisi yang masih mentolerir kehidupan kerang laut walaupun salinitas laut pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai yang mengalir kelaut. Kadar C organik substrat di Pantai Nirwana pada ketiga rataan berkisar 2,36-2,99%, artinya

kadar organik pada substrat Pantai Nirwana ini persentasenya sedang, bivalvia bisa menyerap makanan dari substrat tempat hidupnya.

Dari ke 3 rataan yang tedapat di pantai Nirwana, jumlah individu pada rataan tegah lebih banyak dari rataan tepi dan rataan tubir. Hal ini karena setiap rataan memiliki substrat yang berbeda, dan substrat mempengaruhi keberadaan suatu individu, selain itu adanya pengaruh dari faktor fisika-kimia perairan dan aktivitas manusia di sekitar pantai. Adanya aktifitas masyarakat mempengaruhi keadaan lingkungan perairan sehingga juga mempengaruhi keberadaan tiap spesies bivalvia.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Pantai Nirwana Padang Sumatera Barat, ditemukan 15 spesies dari 2 ordo, dan 8 famili dengan jumlah total 128 individu. Spesies yang ditemukan diantaranya, Barbatia bistrigata, Isognomon perna, Codakia tigerina, Vasticardium subrogosum, Desinia exolata, Gafrarium tumidum, Periglypta puerpera, Pitar (Pitarina) citrinus, Tapes platyptycha, Donax faba, Asaphis deflora, Tellina (Scutarcopagia) scobinata, Tellinna virgata, Tellina (Quidnipagus) palatum, Tellina remis. Selain itu kehidupan bivalvia juga dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia perairan di Pantai Nirwana diantaranya, suhu berkisar 32o-35o C, pH rata-rata 6, oksigen terlarut (DO) 7,37-8,11 mg/l, kadar salinitas berkisar 4,8-4,9o/oo, kadar organik substrat berdasarkan unsur C pada tempat pengambilan sampel berkisar 2,36-2,99%.

DAFTAR PUSTAKA

Arbi, U. Y. 2012. Komunitas Molusca

Padang Lamun Pantai Wori,

Sulawesi Utara. Jurnal Bumi

Lestari, Volume 12 No. 1, Februari 2012, hlm. 55 – 65. LIPI Bitung. Dahuri, R., Jacub R., Sapta P. G., M. J.

Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita: Jakarta.

Darajati, W. 2004. Strategi Pengolahan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara

(5)

Makalah Sosialiasi Nasional MFCDP. Kelaut dan Perikan, Bappenas.

Hamsiah. 2006. Potensi Jenis Kekerangan Yang Berasosiasi Dengan Padang

Lamun di Pulau Pannikiang

Kabupaten Barru. Jurnal Vol. 13. No. 2. Th. 2006 Potensi Jenis Kekerangan Yang Berasosiasi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UMI, Makasar.

Insafitri. 2010. Keanekaragaman,

Keseragaman, Dan Dominansi

Bivalvia Di Area Buangan Lumpur

Lapindo Muara Sungai Porong.

Jurnal Kelautan, Volume 3, No.1. ISSN: 1907-993. Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo. Kira, T. 1965. Shell Of The Western Pacific

In Color (Vol. I). Hoikushi Publishing CO. LTO: Japan.

Kordi, M. G. H. 2011. Ekosistem Lamun (Seagrass) Fungsi, Potensi, dan Pengelolaan. Rineka cipta: Jakarta. Kusnadi, A., Hermawan, U., E. dan

Triandiza. T. 2008. Moluska Padang Lamun Kepulauan Kei Kecil. Jurnal Biodiversitas ISSN: 1412-033X Volume 9, Nomor 1, Januari 2008, halaman 30-34. LIPI Tual-Maluku Tenggara.

Kusnadi, A., Hermawan, U., E. dan Triandiza. T. 2009. Moluska Padang Lamun Kepulauan Kei Kecil. Lipi Press: Jakarta.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan: Jakarta.

Nurdin, J. 2009. Ekologi Populasi Dan Siklus Reproduksi Kerang Kopah Gafrarium timidum Roding, 1798 (Bivalvia: Veneridae) Di Perairan Pantai Teluk Kabung, Padang Sumatera Barat. Disertasi. Program Pasca Sarjana, Program Studi Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Depok.

Nybakken, J. W. 1982. Biologi Laut sebagai Pendekatan Ekologis. PT Gramedia: Jakarta.

Riniatsih, I. dan Widianingsih (2007). Kelimpahan dan Pola Sebaran Kerang-kerangan (Bivalve) di Ekosistem Padang Lamun, Perairan Jepara. Jurnal Ilmu Kelautan. Maret 2007. Vol. 12 (1) : 53 – 58. ISSN 0853 – 7291. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang. Roberts, D., Soemodiharjo, S., dan Kastoro,

W,. 1982. Shallow Water Marine Mollusca Of North- West Java. LIPI: Jakarta.

Suwondo, Febrita, E., dan Siregar, N. 2012. Kepadatan Dan Distribusi Bivalvia Pada Mangrove Di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatra Utara. Jurnal Biogenesis Vol. 9, Nomor 1, Juli 2012. Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru.

Gambar

Tabel 1. Bivalvia yang ditemukan di pantai Nirwana Padang Ordo

Referensi

Dokumen terkait

Nilai ekonomi Islam yang pokok berangkat dari suatu kenyataan bahwa hak milik atas segala sesuatunya adalah pada Allah, sedangkan seluruh umat manusia adalah

Tujuan penelitian ini antara lain (1) mengetahui kelayakan produk media pembelajaran yang dibuat dalam bentuk software simulasi, (2) mengetahui respon siswa terhadap

- Babak final, diikuti oleh 10 (sepuluh) peserta terbaik dengan membawa 1 (satu) orang model yang akan memperagakan pakaian hasil desain di atas panggung (model bisa

Tabel 4 menunjukkan nilai untuk variabel harga saham yaitu sebesar 0,131, hasil ini menunjukkan bahwa sebesar 13,1% variabel harga saham dapat dijelaskan oleh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati Biofresh dan bahan organik Bokashi mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap pengakit karat daun Puccinia pada

Dari kriteria tersebut dapat diungkapkan bahwa susunan serat pada komposit dengan sudut silang 0 0 memiliki ketahanan tekan yang paling rendah.. Sedangkan komposit

Survei awal yang telah penulis lakukan di beberapa warung makan pada pasar tradisional di kota Pematangsiantar yaitu Pasar Horas masih dijumpai proses pengolahan