• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Fisika Bangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas Fisika Bangunan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FISIKA BANGUNAN

“SISTEM PENCAHAYAAN PADA

RUANG BACA PERPUSTAKAAN”

OLEH :

MULIYADI

( D51115017 )

TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2016

KATA PENGANTAR

(2)

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Bangunan berjudul “ SISTEM PENCAHAYAAN PADA RUANG BACA PERPUSTAKAAN “.

Dalam makalah ini kami menguraikan mengenai pencahayaan alami terhadap rumah susun sederhana sewa. Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih kepada.

1. Prof. Dr. Ir. H. M. Ramli Rahim, M.Eng., Dr.Eng. Rosady Mulyadi, ST., MT.,dan Ir. Muhammad Taufik Ishak, MT. selaku dosen mata kuliah Fisika Bangunan.

2. Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.

3. Semua pihak yang tidak dapat kami rinci satu per satu yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna. Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.Amiin.

Gowa, 26 Oktober 2016

(3)
(4)

Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI...iii BAB I: PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang... 1.2Rumusan Masalah... 1.3Tujuan Dan Manfaat... 1.4Metode Penulisan... BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori Pencahayaan... 2.1.1. Definisi Cahaya... 2.1.2. Definisi Pencahayaan... 2.2 Sumber Pencahayaan... 2.3 Pencahayaan Buatan... 2.3.1. Sejarah Pencahayaan Buatan ... 2.3.2. Sistem Pencahayaan Buatan...7 2.3.3. Kualitas Pencahayaan... 2.4 Sumber Cahaya dan Armatur Lampu... 2.4.1. Macam – Macam Sumber Cahaya ... BAB III: PEMBAHASAN

(5)

3.2 Objek Penelitian...10

3.3 Instrumen Data Penelitian...11

3.4 Pengumpulan Data...13

3.4.1 Pengukuran Pada Kondisi Eksisting...13

3.5 Pengolahan Data...16

3.5.1 Simulasi Pencahayaan Alami Dengan ECOTECT Analysis 2011...16

3.6 Hasil Analisa...19

3.6.1 Analisa Pencahayaan Alami...19

3.7 Simulasi usulan...20

BAB IV: PENUTUP 4.1 Kesimpulan...22

4.2 Saran...22

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman. Lebih dari itu penerangan yang memadai akan memberikan kesan pemandangan yang baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan. Sebuah benda akan terlihat bila benda tersebut memantulkan cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang datang dari sumber cahaya lain, dengan demikian maksud dari pencahayaan adalah agar benda terlihat jelas. Pencahayaan tersebut dapat diatur sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga memelihara kesehatan mata dan kegairahan kerja (Subaris dan Haryono, 2008).

Di area yang krisis global ini biaya kebutuhan hidup melambung tinggi, seperti biaya pendidikan. Karena dalam melakukan suatu kegiatan pendidikan semua orang membutuhkan berbagai sarana dan sumber informasi. Animo pelajar untuk mencari informasi dan membaca buku mulai meninggi. Dalam perkembangan dewasa saat ini baik di negara maju maupun Negara berkembang, minat membaca memang memegang peranan yang cukup penting.Buku yang menjadi jendela dunia bagi manusia banyak di cari masyarakat dan pelajar. Salah satu faktor terpenting yang harus di perhatikan dalam perancangan gedung dan ruang perpustakaan adalah pencahayaan. Orang tidak dapat bekerja dengan baik tanpa cahaya yang

(7)

cukup tapi terkadang dengan adanya cahaya yang berlebihan tidak akan lebih baik karena akan mengganggu pengelihatan dan mengganggu kesehatan mata. Isu yang berkembang tentang pembahasan Pencahayaan Alami menyatakan bahwa Kualitas Pencahayaan Alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Semakin luas bukaan maka akan semakin banyak cahaya yang masuk kedalam ruang. Untuk itu diperlukan kontrol terhadap jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan.Kualitas Pencahayaan Alami yang baik juga dipengaruhi oleh letak bukaan terhadap arah datangnya sinar matahari. Ruang perpustakaan memiliki arti penting bagi pelajar dalam membantu kegiatan membaca, menulis sehingga mampu meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah tingkat kecerdasan dalam berpikir dan merespon perkembangan jaman.

Kebutuhan system pencahayaan alami (matahari) dan buatan pada suatu ruangan harus di pertimbangkan karena berkaitan erat dengan kegiatan yang di lakukan oleh pengguna.Kegiatan di perpustakaan tidak dapat lepas dari pencahayaan.Hal itu di karenakan kegiatan di perpustakaan sebagian besar kegiatan membaca dan menulis.Maka system pencahayaan di perpustakaan harus cukup.Sebab pencahayaan yang cukup syarat mutlak untuk melakukan kegiatan di dalam ruangna (Lasa, 2005:172).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:

(8)

1. Bagaimana system pencahayaan pada ruang baca perpustakaan ?

2. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam system pencahayaan pada ruang baca perpustakaan ?

3. Bagaimana gambaran studi kasus pada ruang baca perpustakaan ?

1.3 Tujuan Dan Manfaat

Setelah mendiskusikan tema ini, kita dapat memperoleh beberapa tujuan sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pencahayaan alami pada ruang baca perpustakaan

2. Untuk memahami bagaimana tata cara pencahayaan alami pada ruang baca perpustakaan

1.3.2 Manfaat

1. Untuk menambah tentang pencahayaan alami pada ruang baca perpustakaan

2. Sebagai sumber referensi untuk masyarakat tentang makalah ini.

3. Memberikan data studi kasus secara akurat sehingga ruang perpustakaan dapat digunakan dengan nyaman.

(9)

Pada makalah ini kami melakukan metode penulisan melalui 2 cara :

1. Melalui Literatur

Dalam hal ini kami menyusun materi dari buku,referensi,dan sebagainya.

2. Melalui Internet

Kami menyusun makalah ini melalui sumber internet. Adapun dari internet melalui blog atau referensi ilmiah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori Pencahayaan 2.1.1. Definisi Cahaya

Menurut IESNA (2000), cahaya adalah pancaran energi dari sebuah partikel yang dapat merangsang retina manusia dan menimbulkan sensasi visual. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, cahaya merupakan sinar atau terang dari suatu benda yang bersinar seperti bulan, matahari, dan lampu yang menyebabkan mata dapat menangkap bayangan dari benda – benda di sekitarnya.

2.1.2. Definisi Pencahayaan

Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata – rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja yang dimaksud adalah sebuah bidang horisontal imajiner yang terletak setinggi 0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2000).

(10)

Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan. Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Pencahayaan yang baik menyebabkan manusia dapat melihat objek – objek yang dikerjakannya dengan jelas.

2.2. Sumber Pencahayaan

Menurut sumber cahaya, pencahayaan dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memiliki sumber cahaya yang berasal dari alam, seperti matahari, bintang, dll. Matahari adalah sumber pencahayaan alami yang paling utama, namun sumber pencahayaan ini.

tergantung kepada waktu (siang hari atau malam hari), musim, dan cuaca (cerah, mendung, berawan, dll).

Pencahayaan alami memiliki beberapa keuntungan yaitu : hemat energi listrik,

dapat membunuh kuman penyakit, 

variasi intensitas cahaya matahari dapat membuat 

suasana ruangan memiliki efek yang berbeda – beda, seperti pada hari mendung, suasana di dalam ruangan akan memiliki efek sejuk, dan hari cerah menyebabkan suasana bersemangat, dan

Kelemahan dari pencahayaan alami yaitu :

tidak dapat mengatur intensitas terang cahaya matahari 

sehingga jika cuaca terik akan menimbulkan kesilauan, sumber pencahayaan alami yaitu matahari dapat 

menghasilkan panas, dan

distribusi cahaya yang dihasilkan tidak merata. 

(11)

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya selain cahaya alami, contohnya lampu listrik, lampu minyak tanah, lampu gas, dll. Pencahayaan buatan diperlukan ketika :

pencahayaan alami tidak tersedia di ruangan pada 

saat matahari terbenam,

pencahayaan alami tidak mencukupi kebutuhan 

cahaya seperti pada saat hari mendung,

pencahayaan alami tidak dapat menjangkau tempat 

tertentu yang jauh dari jendela dalam sebuah ruangan,

pencahayaan merata pada ruangan yang lebar 

diperlukan,

pencahayaan konstan diperlukan seperti pada 

ruangan operasi,

diperlukan pencahayaan yang arah dan warnanya 

dapat diatur, dan

diperlukan pencahayaan untuk fungsi tertentu seperti 

menyediakan kehangatan bagi bayi yang baru lahir. Pencahayaan buatan memiliki beberapa keuntungan seperti :

dapat menghasilkan pencahayaan yang merata, 

dapat menghasilkan pencahayaan khusus sesuai yang 

diinginkan,

dapat menerangi semua daerah pada ruangan yang 

tidak terjangkau oleh sinar matahari, dan

dapat menghasilkan pencahayaan yang konstan setiap 

waktu.

Pencahayaan buatan memiliki beberapa kelemahan seperti : memerlukan energi listrik sehingga menambah biaya 

yang dikeluarkan, dan

tidak dapat digunakan selamanya karena lampu dapat 

(12)

2.3. Pencahayaan Buatan

2.3.1. Sejarah Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan diperlukan ketika sumber cahaya alami yaitu matahari tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pencahayaan. Setelah matahari terbenam, api adalah sumber pencahayaan buatan pertama yang dikenal oleh manusia. Menurut Binggeli (2003), lampu minyak dari batu adalah lampu pertama buatan manusia yang dibuat oleh suku Cro-Magnon 50.000 tahun yang lalu. Sumber pencahayaan buatan pertama yang paling terang ditemukan oleh Leonardo da Vinci yang memasukkan lampu minyak ke dalam silinder kaca berisi air dan air di dalamnya memperlipatgandakan pencahayaan yang dihasilkan. Bangsa Romawi adalah penemu lilin pertama yang menggunakan lemak binatang sebagai bahan pembuat lilin. Pencahayan buatan terus berevolusi hingga Thomas Alva Edison menemukan lampu pijar pertama pada tahun 1879 yang berusia hanya 15 jam.

2.3.2. Sistem Pencahayaan Buatan

sistem pencahayaan setempat dan sistem pencahayaan merata. Sistem pencahayaan ini cocok untuk memenuhi pencahayaan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan tinggi.

(13)

Kualitas pencahayaan yang baik dapat memaksimalkan performa visual, komunikasi interpersonal, dan mempengaruhi perilaku manusia di dalam ruangan, sedangkan kualitas pencahayaan yang buruk akan menyebabkan ketidaknyamanan dan memusingkan performa visual. Menurut IESNA (2000), kualitas pencahayaan dapat dikategorikan melalui tiga pendekatan yaitu dari bidang arsitektur, ekonomi dan lingkungan, dan kebutuhan manusia.

Arsitektur Pencahayaan terdapat di dalam konteks 

arsitektur baik itu interior maupun eksterior. Menurut Setiawan (2012), pencahayaan bukan berperan sebagai pelengkap arsitektur, namun telah menjadi bagian dari arsitektur itu sendiri. Keberadaan pencahayaan dapat mempengaruhi pengalaman ruang, estetika bangunan, dan visualisasi ruang.

Ekonomi dan Lingkungan Pemilihan pencahayaan sangat 

dipengaruhi dari bidang ekonomi. Investasi pada lampu harus sebanding dengan biaya yang dikeluarkan demi mendapat tingkat efektifitas dan performa lampu yang sesuai.

 Kebutuhan Manusia Dari segi aspek kebutuhan manusia, untuk mendapatkan kualitas pencahayaan yang baik perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:

1. Jarak Pandang (Visibility) Peran pencahayaan sangat penting dalam mengatur kemampuan untuk menangkap informasi sudut pandang visual dan juga jarak untuk melihat daerah di sekeliling.

2. Performa Aktivitas (Task Performance) Salah satu peran utama pencahayaan adalah memfasilitasi aktivitas yang dilakukan manusia agar performa kerja mereka dapat optimal.

(14)

3. Perasaan dan Suasana (Mood and Atmosphere) Pencahayaan dapat mempengaruhi mood manusia di dalam ruangan dan menghasilkan bermacam suasana seperti suasana ruangan yang santai pada cafe, suasana produktif pada perkantoran, ataupun suasana angker di suatu tempat.

4. Kenyamanan Visual (Visual Comfort) Aktivitas dan tipe tempat dapat mempengaruhi kenyamanan visual dari ruangan tersebut. Pegawai di perkantoran akan merasa tidak nyaman dengan cahaya yang menyilaukan dari instalasi peencahayaan, namun cahaya yang berkilauan di dalam diskotik justru dapat membuat orang di dalamnya semakin bersemangat.

5. Penilaian Estetika (Aesthetic Judgement) Pencahayaan dapat memiliki fungsi seperti mengkomunikasikan suatu pesan, memperkuat pola dan ritme dalam arsitektur, memaksimalkan warna, dan membentuk sosial hirarki dari suatu tempat. Pencahayaan dapat menjadi elemen yang membantu mencipatakan estetika dari sebuah elemen lain dan juga dapat menjadi estetika itu sendiri.

6. Health, Safety, and Well-Being Pencahayaan dapat mempengaruhi kesehatan manusia seperti pada pencahayaan berlebih pada kamar tidur dapat menyebabkan gangguan tidur. Aspek kesehatan sering diabaikan oleh para desainer pencahayaan.

7. Komunikasi Sosial (Social Communication) Kondisi pencahayaan dari suatu ruang dapat menyebabkan komunikasi antara sesama penghuni ruangan dengan mengatur pola pencahayaan dan jumlah bayangan.

(15)

2.4. Sumber Cahaya dan Armatur Lampu

Menurut Manurung (2009), pemahaman mengenai sumber cahaya dalam desain pencahayaan arsitektural (architectural lighting design) sangat penting mengingat tiap – tiap sumber cahaya memiliki karakteristik, tingkat efficacy (perbandingan daya yang dibutuhkan dengan kuat cahaya yang dihasilkan),

renderasi warna, dan temperatur warna yang berbeda. Menurut Moyer (1992), di dalam memilih lampu bagi desain pencahayaan terdapat beberapa faktor yang sangat penting untuk diperhatikan , yaitu intensitas, ukuran fixture, besaran watt, tipe lampu (dalam variasi beamspread dan watt), dan warna.

2.4.1. Macam – Macam Sumber Cahaya

Menurut Manurung (2009) sumber cahaya yang beredar di pasaran dibagi menjadi empat kelompok, yaitu : incandescent lamp (lampu pijar), fluorescent lamp (lampu fluoresens), High Intensity Discharge, dan LED.

(16)

PEMBAHASAN

3.1 Lokasi Studi

Lokasi : Jl. Jelupang Utama Raya No.2 Serpong Utara-Tangerang selatan.

Jenis : Perpustakaan khusus

Berdasarkan studi kasus yang dipilih maka lokasi penelitian berada di kawasan Tangerang yang terletak di provinsi Banten dengan koordinat 6º20’39’’ Lintang Selatan dan 106º43’57’’ Bujur Timur.

Perpustakaan sekolah tingkat pertama (SMP) yang menjadi objek penelitian berada di lantai 2. Perpustakaan sekolah alam madinah school di desain dan di kembangkan untuk menujang misi dan visi dalam menjadikan lembaga pendidikan yang unggul dan bermutu dalam proses menghasilkan lulusan yang mampu menguasai teknologi, informasi, serta mampu berbahasa inggris.

3.2 Objek Penelitian

Pengukuran kondisi eksisting yang dilakukan pada perpustakaan yang difokuskan pada ruang baca yang menjadi objek penelitian dengan menggunakan digital luxmeter model LX-1010Buntuk mengukur Intensitas Cahaya. Pada tahap awal, penelitian dilakukan dengan hanya memasukan cahaya matahari melalui bukaan/jendela dengan kata lain ketika pengukuran dilakukan kondisi pintu dalam keadaan tertutup.

(17)

pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB, 16.00 WIB. agar mendapatkan hasil yang lebik detail, karena menurut SNI, pencahayaan alami pada siang hari dapat dikatakan baik apabila pada pukul 08.00-16.00 waktu setempat dan terdapat cukup banyak sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan

Gambar 1 Objek Penelitian

TUU TUS1 TUS2 Bidang A Bidang B

3.3 Instrumen Data Penelitian a Alat penelitian

Komputer personal (PC) dan Mobile (Laptop) yang dilengkapi oleh program :

(18)

a Ecotect Analysis 2011, untuk simulasi data.

b AutoCAD 2014, digunakan untuk membuat gambar 2 dimensi c Microsoft Word 2010, digunakan untuk menulis hasil laporan. d Microsoft Excel 2010, digunakan untuk menyusun data hasil

penelitian dalam bentuk tabel.

Kamera Digital, digunakan untuk mengambil visualisasi (pemotretan) selama proses survei lapangan.

Luxmeter LX-1010B digunakan untuk mengukur intensitas cahaya pada saat survei, dimana hasilnya akan digunakan sebagai pembanding hasil simulasi komputer.

b). Standar Pengukuran Intensitas Cahaya Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)

Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.

Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.

Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebarruangan adalah pada jarak 6 meter.

Gambar 2 Standar Pengukuran Intensitas Chaya

(19)

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Pengukuran Pada Kondisi Eksisting

Pengukuran kondisi eksisting yang dilakukan pada perpustakaan yang difokuskan pada ruang baca yang menjadi objek penelitian dengan menggunakan digital luxmeter model LX-1010Buntuk mengukur Intensitas Cahaya. Pada tahap awal, penelitian dilakukan dengan hanya memasukan cahaya matahari melalui bukaan/jendela dengan kata lain ketika pengukuran dilakukan kondisi pintu dalam keadaan tertutup.hasil pengukurannya dihitung dalah jumlah rata-rata selama 7 tahap pengukuran, hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Pengukuran Kondisi Eksisiting Bidang Penelitian

JAM Tingkat Iluminasi (LUX)

(WIB) TUU TUS 1 TUS 2

08,00 54 44 56 A 12,00 41 26 31 16,00 31 20 24 08,00 174 181 172 B 12,00 72 62 66 16,00 48 49 37

(20)

Dapat diliahat

berdasarkan hasil

pengukuran di lapangan

bahwa Intensitas

cahaya pada ruang baca

perpustakaan sekolah alam

madinah school dengan adanya bukaan samping sangat tidak memenuhi standar pencahayaan alami, hal ini dikarenakan sangat minimnya bukaan yang ada untuk memasukan cahaya matahari, untuk menunjang kegiatan yang ada di dalam perustakaan memerlukan pencahayaan buatan. Dan pada ruang baca perustakaan ini kurang mengoptimalkan cahaya alami.Selain bukaan untuk memasukan cahaya matahari, arah orientasi bangunan juga sangat berpengaruh terhadap masuknya cahaya matahari kedalam ruang.

3.5 Pengolahan Data

3.5.1 Simulasi Pencahayaan Alami Dengan ECOTECT Analysis 2011 pada Simulasi dengan menggunakan program komputer Ecotect Analysis 2011 di lakukan untuk membandingkan anatara hasil pengukuran dengan Digital Lux Meter pada kondisi eksisting dengan menggunakan bukaan samping (Sidelighting). Simulasi dulakukan dengan kondisi pengukuran sebelumnya, yaitu pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB, dan 16.00 WIB. Dimana pada jam tersebut pencahayaan alami dapat dikatakan cukup baik, Simulasi juga dibuat 3(tiga) kali sesuai dengan garis edar matahari mengelilingi bumi yaitu pada

Gambar 3 Grafik Pengukuran kondisi eksisting bidang A

Gambar 3 Grafik Pengukuran kondisi eksisting bidang A 60 40 TUU 20 TUS 1 TUS 2 0 08,00 12,00 16,00 200 150 TUU 100 TUS1 50 TUS2 0 08,00 12,00 16,00

(21)

bulandesember.

Hasil simulasi pada ruang baca perpustakaan skolah alam madinah school yang telah diberi bukaan samping(sidelighting) ini ditampilkan pada simulasi tahap 1,2, dan 3 di samping yaitu berupa gambaran visual kondisi ruangan pada saat eksperimen, dan tabel hasil pengukuran dengan luxmeter di setiap titik ukur pada bidang kerja dapat dilihat pada tabelpengukuran kondisi eksisting diatas.

Gambaran visual berupa

spektrum kontur

iluminansi pada bagian ruangan serta nilai iluminansi tertinggi dan terendahnya. Gambar 4 Simulasi ruang baca perpustakaan 16 Bidang

Jam IluminasiTingkat

Ke t TU S TUS Penelitia n (WIB ) TUU 1 2 08,0 0 198 91 91 √ A 12,00 202 94 94 √ 16,0 0 198 77 77 √ 08,0 0 99 44 44 √ B 12,00 101 43 43 √ 16,0

(22)

Berdasarkan hasil simulasi diatas bidan yang memiliki garis grid menunjukan letak bidang kerja.Bidang kerja diletakan setinggi 80 cm dari lantai ada penelitian ini.karena standar SNI untuk hasil tingkat iluminasi cahaya alami adalah 80 cm dari bidang lantai. Warna yang ada pada bidang kerja menujukan tingkat iluminasi yang terjadi pada ruang baca perpustakaan sekolah alam madinah school yang memiliki bukaan samping (sidelighting).

Tabel 2Tingkat iluminasi Rata-rata

Nilai iluminasi pada tabel 2 disamping diambil secara keseluruhan dari ke tiga tahap simulasi yang telah dilakukan, sehingga keluar nilai rata-rata seperti yang tercantum pada tabel tersebut. Setelah melihat perbandingan antara pengukuran langsung pada objek penelitian dengan dengan hasil simulasi , tingkat iluminasi pada ruangan tersebut meningkat dimana hasil sebelumnya tingkat imuniasi pada ruangan tersebut sangat rendah.

(23)

3.6 Hasil Analisa

3.6.1 Analisa Pencahayaan Alami

Setelah dilakukan pengukuran dan simulasi pada kondisi eksisting.didapatkan nilai tingkat iluminasi dari masing –masing titik pengukuran dan tahap simulasi yang menggunakan bukaan samping (sedelighting).

hasil dari pengukuran

yang diambil secara

keseluruhan pada objek

penelitian dapat dilihat

pada table:

Tabel 3 Pengukuran Kondisi Eksisiting Bidang

Memenuhi Tidak

JAM Tingkat Iluminasi (LUX) memenuhi

Penelitian

(WIB) <100 100-300 >300 Syarat Syarat

08,00 √ ─ ─ ─ √

A 12,00 √ ─ ─ ─ √

14,00 √ ─ ─ ─ √

Gambar 5 grafik Iluminasi Rata-rata bidang A 15 0 100 TUU 50 TUS1 TUS2 0 08,00 12,00 14,00 Gambar 6 grafikIluminasi Rata-rata bidang B 250 200 150 TUU 100 TUS1 50 TUS2 0 08,00 12,00 14,00

(24)

08,00 √ ─ ─ ─ √

B 12,00 √ ─ ─ ─ √

16,00 √ ─ ─ ─ √

Dari kedua hasi dapat dikatakan ruang baca perpustakaan yang digunakan sebagai objek penelitian tidak memenuhi syarat pencahayaan untuk penglihatan biasa yaitu 100-300 lux, dan secara visual distribusi cahaya merata dan terjadi penyilauan dalam ruang (glare) yaitu tingkat iluminasi melebihi 500lux terutama pada titik pengukuran bidang kerja di titik ukur utama. Dengan demikian iluminansi pada simulasi ini tidak memenuhi syarat untuk pencahayaan di dalam ruangan pada pagi hari hingga sore hari.

3.7 Simulasi usulan

Simulasi usulan pada penelitian ini penulis mengajukan beberapa alternatif usulan simulasi untuk medapatkan hasil yang dapat digunakan untuk perbaikan ruang baca perpustakaan agar pencahyaan alami dapat dioptimalkan.

Simulasi dulakukan dengan kondisi yang berbeda.Yaitu dengan menambahkan bukaan samping dan memperbesar bukaan samping.Berikut alternatif atau usulan simulasi yang dilakukan.

(25)

Gambar 6 Simulasi usulan alternatif 2

Dalam tahap pertama simulasi dilakukan dengan menambahkan bukaan samping di satu sisi saja, yaitu bukaan diletakan pada dinding samping bidang B, Dalam tahap kedua simulasi dilakukan dengan menambahkan bukaan samping di satu sisi, yaitu bukaan diletakan pada dinding samping bidang b. dan memperbesar bukaan samping di bidang a yang sebelumnya ukuran jendelanya 50cmx120cm menjadi 80cmx130cm.

Bedasarkan hasil dari kedua simulasi di atas alternatif / usulan simulasi kedua lebih baik di gunakan untuk perbaikan optimalisasi pada ruang baca perpustakaan sekolah alam madinah school.

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan analisa pembahasan seperti yang dai lakukan pada bab V, hasil analisis dan simulasi pencahayaan alami pada area ruang baca perpustakaan sekolah alam madinah school dengan menggunakan bukaan samping (sidelighting), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

(26)

mengoptimalkancahaya alamikedalam ruangan.

2 Penggunaan pencahayaan samping (sidelighting) sangat efektif untuk meningkatkan intensitas cahaya dan dimensi bukaan sangat berpengaruh tehadap kualitas cahaya yang masuk kedalam ruangan.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penambahan dan penggunaan pencahayaan samping (sidelighting), dan dimensi bukaan yang cukup mampu memasukkan cahaya ke dalam ruang sehingga sangat efektif meningkatkan intensitas cahaya (lux) pada area ruang baca perustakaan yang sedikit memiliki bukaan samping

3.1 Saran

Pada penelitian ini hanya meneliti tingkat iluminansi, dalam proses pengumpulan data menggunakan alat Lux-meter dan simulasi komputer yang memiliki keterbatasan. faktor lain yang belum diletiliti adalah distribusi cahaya yang masuk ke dalam ruang yang dapat meningkatkan temperatur ruang dan bepengaruh pada tingkat kenyamanan termal.

Saran untuk ilmu perancangan :

1 Arsitek yang merancang bangunan hendaknya mempertimbangkan orientasi bangunan ke arah Selatan-Utara.

2 Mempertimbangkan bukaan ruang agar cahaya alami yang masuk kedalam ruangan dapat dioptimalkan dengan baik. Saran untuk pemilik sekolah :

Saran yang dapat diberikan adalah melakukan penambahan bukaan samping (sidelighting) dan mempertimbangkan dimensi bukaan agar pencahayaan alaim dapat dioptimalkan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bloggs, C., (1994), The male elephant as a domestic pet. In Macroveterinology, Vol.1, 2nd ed., edited by Bloggs, C. (London: University of Dagenham Press), 1271–1290.

Bloggs, C. and Triffid, D. (1988), The Economics of Feeding Large Pachyderms, (Paris: Treetop & Sons).

Bloggs, C., Triffid, D. and Carpel, B.G., (1979), Keeping your elephant fully nourished. In

Proceedings of the 9th Annual Conference on Animal Welfare, London, edited by Morris, J., (London: Parrot Press), 1–13.

Bloggs, C., Triffid, D. and Carpel, B.G., (1982), A review of today’s captive breeding techniques. Journal of Animal Husbandry, 15, 237–245.

(27)

Birren, F. (1982). Light, color, and environment :a discussion of the biological and psychological offects of color. New York

Diktat Presentasi Kuliah Pencahayaan Departemen Arsitektur UI Egan, M.David. (2002). Architectural Lighting. New York : McGraw-Hill,

G. Poole, Frazer. (1981). Dasar Perancangan Gedung

Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia.Bandung : Penerbit ITB

Good Lighting for School and Educational Establishments (http://www.dl4all.com/e_books/5236-good-lighting-for-schools.pdf)

Hopkinson, R. G, Kay, J.D. (1969). The Lighting of Buildings. London: Faber and Faber

Lechner, Norbert. (1968). Heating Cooling Lighting : Design Method for Architects. Canada : Jonh Wiley & Sons, Inc

Lighting the Office and Education Environment. (http://www.rsltg.com/images/SVA_Concepts_Office _and_Education.pdf)

Majalah Rumah Ide “Jendela cantik”

Malman, David (2001) Lighting for Libraries. Libris Design Project.

Gambar

Gambar 1 Objek Penelitian
Tabel 1 Pengukuran Kondisi Eksisiting Bidang Penelitian
Gambar 3 Grafik Pengukuran kondisi eksisting  bidang A
Tabel 3 Pengukuran Kondisi Eksisiting Bidang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berikut tabel pencahayaan pada setiap ruang yang ada didalam Design Entrepreneur School : Kebutuhan Ruang Kerja Visual Iluminan (Lux) Pencahayaan Alami Pencahayaan Buatan

Pencahayaan alami dapat juga diartikan sebagi cahaya yang masuk kedalam ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari.. Sebelum masuk kedalam

Pencahayaan alami dapat juga diartikan sebagi cahaya yang masuk kedalam ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari.. Sebelum masuk kedalam

Sistem pencahayaan alami akan memanfaatkan terang langit yang berasal dari sinar matahari dan untuk sistem pencahayaan buatan akan menggunakan energi

minyak. Pencahayaan buatan dari suatu tempat kerja bertujuan menunjang dan melengkapi pencahayaan alami, juga dimaksudkan agar suatu ruangan kerja tercipta

Desain Lampu Untuk Fungsi Ruang Pencahayaan buatan umumnya digunakan jika cahaya matahari tidak mampu menjangkau ruangan atau tidak dapat menerangi seluruh ruangan secara merata,

Aspek Penilaian Bobot Analisis permasalahan dalam perancangan arsitektur & lingkungan secara kritis pada permasalahan perncahayaan ruang, pada aspek pencahayaan alami dan pencahayaan

 METODE PENCAHAYAAN ALAMI YANG DITERAPKAN PADA INTERIOR RUANGAN Ruang yang saya pilih untuk dijadikan contoh penerapan pencahayaan alami yang baik pada interior ruang adalah ruang