• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KELAYAKAN INTENSITAS CAHAYA PADA B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI KELAYAKAN INTENSITAS CAHAYA PADA B"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KELAYAKAN INTENSITAS CAHAYA PADA

BEBERAPA RUANG DI SEKITAR DEPARTEMEN TEKNIK

SIPIL DAN LINGKUNGAN IPB

FEASIBILITY STUDY OF LIGHTNING INTENSITY IN

SEVERAL ROOMS AROUND THE DEPARTMENT OF CIVIL

AND ENVIRONMENTAL ENGINEERING IPB

Deni Dwi Yudhistira1, Marissa Dwi Ayusari2 Kamis – Kelompok 5A

1, 2)

Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Darmaga Kampus IPB Email: denidwiyudhistira@gmail.com

Abstrak: Pencahayaan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam memenuhi kehidupan sehar-hari. Aktivitas dan kegiatan manusia didalam suatu ruangan tidak terlepas dari sistem pencahayaan. Intensitas pencahayaan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada suatu luas permukaan. Jumlah intensitas dalam suatu ruangan dapat diukur dengan lux meter. Pengukuran intesitas cahaya yang dilakukan berpedoman pada SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. Pengukuran ini bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran intensitas cahaya yang diterima dengan nilai standar sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh SNI 03-6575-2001 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Pengukuran dilakukan di lima tempat yang berbeda yaitu Laboratorium, Musholla Al-Fath, kamar mandi, dapur, dan ruangan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB dengan intensitas cahaya rata-rata sebesar 114 lux; 172 lux; 23.67 lux; 36 lux; 30 lux. Berdasarkan SNI 03-6575-2001 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja ke-lima lokasi pengukuran masih belum dapat dikatakan memadai. Penyesuaian tingkat intensitas cahaya dapat dilakukan dengan memasang rumah lampu

downlight, mengoptimalkan pencahayaan alami yang berasal dari matahari, mengganti kapasitas lampu ruangan menjadi lebih besar dan menggunakan armature.

Kata kunci: Intensitas cahaya, lux meter, SNI 03-6575-200

Abstract:Lighting is very important for human life in fulfilling life vernacular today. Activity and human activity in a room not regardless of the lighting system. The intensity of the lighting is the abundance of light arriving at a surface area. The amount of intensity in a room can be measured in lux meters. Intesitas measurement of light which is done based on SNI 06-7062-2004 about the measurement of the intensity of the Lighting in the workplace. This measurement is aimed at comparing the results of measurements of light intensity received by standard values in accordance with the standards set by the SNI 03-6575-2001 and the decision of the Minister of health No. 261/MENKES/SK/II/1998 regarding the Health requirements of the working environment. The measurement is done in five different places, namely laboratory, small mosque Al-Fath, a bathroom, a kitchen and a room of the Department of civil and environmental engineering IPB with light intensity on average by 114 lux; 172 lux; 23.67 lux; 36 lux; 30 lux. Based on SNI 03-6575-2001 and the decision of the Minister of health No. 261/MENKES/SK/II/1998 regarding the Health requirements of the working environment measurement location can be said it is still not adequate. Adjustment of light intensity level can be done by installing home light downlight, optimize the natural light that comes from the Sun, changing the capacity of the room lights to become much larger and use armature.

(2)

PENDAHULUAN

Cahaya merupakan rambat gelombang elektromagnetik yang menjalar kesegala arah yang dapat dibedakan oleh panjang gelombang dan frekuensi terhadap gelombang elektromagnetik lainnya (Darmasetiawan 1991). Kehidupan manusia sangat bergantung pada cahaya karena cahaya merupakan bagian mutlak dari kehidupan. Tanpa adanya cahaya maka kehidupan di atas muka bumi tidak dapat berkembang dengan semestinya. Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting bagi keberlangsungan aktivitas dan kegiatan manusia. Kualitas pencahayaan yang tidak memadai berdampak buruk bagi fungsi penglihatan, psikologis serta aktivitas dan produktivitas kerja. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.

Pencahayaan sendiri dapat dibagi menjadi pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Suatu ruang memerlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya seperenam daripada luas lantai untuk mendapatkan pencahayaan alami. Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi (Amin 2011).

Armstrong (1992) menyatakan bahwa intensitas penerangan yang kurang dapat menyebabkan gangguan visibilitas dan eyestrain. Sebaliknya, intensitas penerangan yang berlebihan juga dapat menyebabkan glare, reflections, excessive

shadows, visibility dan eyestrain. Pengaturan tata cara perancangan sistem

pencahayaan telah diatur dalam SNI 03-6575-2001 dan Keputusan Mentri Kesehatan No.261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengukur intensitas cahaya dalam ruangan dan membandingkan hasil pengukuran intensitas cahaya berdasarkan SNI 03-6575-2001 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.

METODE PENELITIAN

Penelitian pencahayaan ruangan dilakukan pada lima tempat berbeda di sekitar

Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Lima ruangan berbeda yang digunakan yaitu,

Laboratorium, Musholla Al-Fath, kamar mandi, dapur, dan kantor Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB. Langkah awal penelitian ini adalah dipersiapkannya lux meter sebagai alat pengukur intensitas cahaya. Penutup sensor pada lux meter dibuka dan kemudian diaktifkan dengan menekan tombol

select kemudian pilih unit satuan lux. Selanjutnya, lakukan pengukuran intensitas

cahaya di lima ruangan yang telah ditentukan berdasarkan SNI 16-7062-2004.

Pengukuran di setiap titik lokasi dilakukan dalam tiga kali pengulangan dan dihitung tinkat intensitas cahaya rata-ratanya. Perhitungan tingkat intensitas cahaya rata-rata dapat dihitung dengan persamaan (1). Setelah tingkat intensitas cahaya rata-rata diperoleh maka

lakukan perbandingan intensitas cahaya rata-rata terhadap SNI 03-6575-2001

(3)

Intensitas cahaya rata-rata = P1+P2+P3+…+Pn

n ….. (1) Keterangan:

Pn = Pengukuran intensitas cahaya pengulangan ke-n n = Banyak pengulangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya yang mampu menyinari setiap satuan luas permukaan ruangan. Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas tiga macam, yang pertama adalah sistem pencahayaan merata. Iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan pada sistem ini. Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus dan sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langit-langit.

Kedua, sistem pencahayaan terarah. Seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah tertentu pada sistem ini. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar, yakni melalui mek anisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.

Ketiga, sistem pencahayaan setempat. Cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual pada sistem ini. Sistem pencahayaan ini sangat bermanfaat untuk memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti, mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah tertentu, melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus yang ingin diterangi, membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya penglihatannya, dan menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan tersebut (Amin 2011).

Alat ukur cahaya yang digunakan untuk mengukur besarnya intesitas cahaya di lima titik tersebut ialah lux meter yang memiliki unit satuan lux. Lux meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Semakin jauh jarak antara sumber cahaya ke sensor maka akan semakin kecil nilai yang ditunjukkan oleh lux meter dan semakin jauh jaraknya terhadap pencahayaan maka intensitas cahaya yang terbaca semakin berkurang Alat ini memperlihatkan hasil pengukurannya dengan menggunakan format digital yang terdiri dari rangka sebuah sensor. Sensor tersebut diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya (Alonso 1979). Hasil pengukuran intensitas cahaya di lima ruangan berbeda, Laboratorium, Musholla Al-Fath, kamar mandi, dapur, dan kantor Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Hasil pengukuran intensitas cahaya di lima lokasi berbeda

(4)

Toilet 24 23 24 23.67

Dapur 37 35 36 36

Kantor Departemen SIL 31 29 30 30

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam Tabel 1, dapat ditunjukkan bahwa setiap lokasi ruangan memiliki tingkat intensitas cahaya yang berbeda-beda. Nilai intensitas cahaya rata-rata Laboratorium, Musholla Al-Fath, kamar mandi (toilet), dapur, dan kantor Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB memiliki tingkat intensitas cahaya rata-rata sebesar 114 lux; 172 lux; 23.67 lux; 36 lux; 30 lux. Tingkat intensitas cahaya rata-rata terbesar terdapat pada lokasi Mushola Al-Fath yaitu sebesar 172 lux dan yang terendahterdapat pada lokasi toilet sebesar 23.67

lux.

Berdasarkan SNI 03-6575-2001, nilai intensitas cahaya yang terukur pada Laboratorium belum memenuhi standar. Hal ini dikarenakan tingkat pencahayaan rata-rata Laboratorium hanya sebesar 114 lux dan jauh berada pada standar minimum SNI 03-6575-2001 yaitu sebesar 500 lux. Menurut KEP-MENKES No.261/MENKES/SK/II/1998, Laboratorium dapat dimasukkan dalam jenis kegiatan pekerjaan agak halus yang harus memiliki tingkat minimal pencahayaan ruangan sebesar 500 lux sedangkan Laboratorium belum dapat memenuhi standar tesebut.

Nilai tingkat intensitas cahaya rata-rata yang terukur pada Mushola Al-Fath yaitu sebesar 172 lux. Nilai tingkat intensitas pencahayaan tersebut berdasarkan SNI 03-6575-2001 belum dapat dikatakan memenuhi standar. Hal ini disebabkan Mushola Al-Fath hanya memiliki tingkat pencayaan rata-rata sebesar 172 lux yang berada di bawah standar minimal untuk Mushola sebesar 200 lux. Mushola Al-Fath berdasarakan KEP-MENKES No.261/MENKES/SK/II/1998 maka akan termasuk dalam jenis kegiatan pekerjaan rutin yang harus memiliki tingkat minimal intensitas cahaya sebesar 300 lux, dalam hal ini Musholla Al-Fath dapat dikatakan belum memadai.

Tingkat intensitas pencahayaan yang dihasilkan pada dapur dan toilet apabila dibandingkan dengan SNI 03-6575-2001 maka masih dapat dikatakan belum memenuhi standar. Hal ini dikarenakan tingkat intensitas cahaya rata-rata dapur

dan toilet masih berada jauh dibawah standar minimal SNI 03-6575-2001 yaitu

sebesar 250 lux. Berdasarkan KEP-MENKES No.261/MENKES/SK/II/1998, dapur dan toilet dapat dikategorikan kedalam jenis kegiatan pekerjaan kasar/tidak kontinu yang harus memiliki tingkat pencahayaan minimal sebesar 100 lux

sehingga ke-dua lokasi tersebut masih belum dapat dikatakan memadai.

Kantor Departemeten Teknik Sipil dan Lingkungan IPB memiliki nilai tingkat pencahayaan rata-rata sebesar 30 lux. Hasil tersebut apabila dibandingkan dengan SNI 03-6575-2001 masih belum dapat dikatakan memadai. Hal ini disebabkan Kantor Departemeten Teknik Sipil dan Lingkungan IPB memiliki nilai tingkat pencahayaan rata-rata yang masih berada di bawah standar yaitu sebesar 100 lux.

(5)

Penyesuain tingkat intesitas pencahayaan ruangan yaitu dengan memasang rumah lampu downlight. Rumah lampu downlight adalah perangkat yang dibuat menggunakan pemanfaatan cermin. Rumah lampu tersebut bekerja dengan cara membelokkan arah sebaran cahaya di sekeliling lampu ke bagian bawah ruangan. Teknik ini menjadikan ruangan tersebut menjadi lebih terang tanpa harus meningkatkan kapasitas lampu. Sistem pencahayaan diperlukan penerapan desain yang saling berintegrasi antara pencahayaan alami dengan pencahayaan buatan. Penataan kembali titik lampu dan saklar yang didasarkan ada kecenderungan intensitas cahaya alami dalam ruang untuk meningkatkan atau mengoptimalkan intensitas cahaya dalam ruangan (Kartika 2004).

Peningkatan intensitas cahaya dalam ruangan juga dapat dilakukan dengan mengoptimalkan pencahayaan alami yang berasal dari matahari. Pencahayaan alami dapat lebih ditingkatkan dengan mengoptimalkan internal reflector

component atau bidang-bidang reflector cahaya di dalam ruang itu sendiri,

misalnya dengan menggunakan cat berwarna putih. Selain itu, penggunaan kaca bening juga dapat meningkatkan intensitas penerangan karena meneruskan cahaya ke dalam ruangan lebih besar daripada kaca rayban (Kartika 2004). Upaya lainnya dalam peningkatan intensitas cahaya dalam ruangan adalah dengan mengganti kapasitas lampu ruangan menjadi lebih besar dan menggunakan armature.

Armature adalah salah satu instrumen yang dapat membantu sistem

pencahayaan merata di ruangan. Armature dimaksudkan untuk mengontrol distribusi cahaya dari sebuah lampu dan juga melindungi lampu serta tempat penyambungan rangkaian ke sumber. Armature diperlukan untuk berbagai jenis keperluan (penerangan olahraga, penerangan gedung, penerangan jalan, penerangan reklame, dan sebagainya) yaitu armatur biasa, armatur gantung dan armatur jenis sorot (Bommel 1980).

SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai intensitas cahaya rata-rata Laboratorium, Musholla Al-Fath, kamar mandi (toilet), dapur, dan kantor Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB memiliki tingkat intensitas cahaya rata-rata yang berbeda-beda yaitu sebesar 114 lux; 172 lux; 23.67 lux; 36 lux; 30

lux. Tingkat intensitas cahaya ratarata terbesar terdapat pada lokasi Mushola Al -Fath yaitu sebesar 172 lux dan yang terendah terdapat pada lokasi toilet sebesar 23.67 lux. Berdasarkan SNI 03-6575-2001 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja, ke-lima lokasi pengukuran masih belum dapat dikatakan memadai. Penyesuaian tingkat intensitas cahaya dapat dilakukan dengan memasang rumah lampu

downlight, mengoptimalkan pencahayaan alami yang berasal dari matahari,

mengganti kapasitas lampu ruangan menjadi lebih besar dan menggunakan

armature.

DAFTAR PUSTAKA

Amin N. 2011. Optimasi sistem pencahayaan dengan memanfaatkan cahaya alami (studi kasus Lab. Elektronika dan Mikroprosessor Untad). JIF. 1(1): 43-50. Alonso, Marcelo. 1979. Dasar Dasar Fisika Universitas. Jakarta (ID): Erlangga. Armstrong, Michael. 1992. Human Resource Management: Strategy and Action.

(6)

Bommel WJM. 1980. Road Lighthing. New York (US): Philip Technical Library. Darmasetiawan, Cristian. 1991. Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu.

Jakarta (ID): Penerbit PT Grasindo.

(7)

Gambar

Tabel 1  Hasil pengukuran intensitas cahaya di lima lokasi berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Tanda bahaya bahaya kehamilan kehamilan adalah adalah suatu suatu kehamilan kehamilan yang yang memiliki memiliki suatu suatu tanda tanda bahaya bahaya atau risiko

Aquarius adalah pribadi yang suka menyendiri, perlu banyak waktu untuk mengenal mereka karena mereka hanya membuka diri pada orang yang mereka suka atau percaya,.. Asmara

Hal ini sesuai dengan pepatah yang menyatakan bahwa tanah ulayat itu bersifat samporono (sempurna) habis. Sementara tanah ulayat rajo, sudah tidak diketemukan lagi pada

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penggunaan larutan pereaksi kadaluarsa dalam proses pengujian yang dilakukan departemen QC di GSK adalah menerapkan

17 Analisis data yang telah di kumpulkan dalam penelitian ini adalah didahului dengan motode deskriptif kualitatif, yaitu bertujuan mendiskripsikan masalah yang ada sekarang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KELELAHAN DENGAN PRODUKTIVITAS PADA PEKERJA DI PT ANUGERAH SAWIT MAKMUR, KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Oleh karena itu implementasi IbW ke desa tersebut merupakan salah satu upaya untuk memberikan informasi potensi wisata yang menarik dan unik Desa Bayung Gede

Malaria merupakan penyakit parasit tropis yang penting di dunia dan masih menjadi masalah kesehatan utama, Desa Mata Air merupakan wilayah dengan kejadian malaria