• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN. 0" 50' 5" Lintang Utara dan 126" 30' 10" Bujur Timur sampai 0" 51 ' 3" Lintang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL PENELITIAN. 0" 50' 5" Lintang Utara dan 126" 30' 10" Bujur Timur sampai 0" 51 ' 3" Lintang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sulamadaha merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di bagian utara dari Kota Ternate, propinsi Maluku Utara. Sulamadaha terletak pada posisi 0" 50' 5" Lintang Utara dan 126" 30' 10" Bujur Timur sampai 0" 5 1 ' 3" Lintang Utara dan 126" 3 1 ' 30" Bujur Timur, memiliki luas wilayah sekitar 1,17 km2 dengan panjang pantai 1,l km dan luas daratan 1,064 km. Berdasarkan letaknya, sebelah Timur Sulamadaha berbatasan dengan Selat Hiri, sebelah utara dengan Takome dan sebelah Selatan dengan Tobololo.

Secara umum kondisi topografi dasar perairan Sulamadaha adalah berkarang, berpasir dan berbatu dengan kondisi pantai yang landai dan curam. Perubahan parameter oseanograii dapat terjadi secara harian, tahunan dan jangka panjang khususnya arus dan gelombang. Salah satu faktor penentunya adalah topografi dasar perairan. Hal ini sama halnya terjadi di perairan Sulamadaha yang memiliki kecepatan arus dan gelombang yang relatif rendah ke

arah

pantai disebabkan karena sebagian perairan pantai dangkal, menjorok kedalam dan di apit oleh dua gugusan daratan.

Kedalaman perairan berkisar antara 3 - 20 meter. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada kedalaman tersebut masih ditemukan kehidupan dari terurnbu karang. Hal ini didukung oleh keadaan kecerahan perairan karena cahaya (illumination) masih dapat menembus sampai pada kedalaman 20 meter. Cahaya mempunyai pengamh terbesar sebagai surnber energi untuk proses fotosintesis dan merupakan faktor penentu dari keberadaan surnber makanan serta dalam proses pertumbuhan. Hasil pengamatan ditemukan keanekaragaman jenis yang tinggi dari terurnbu karang berada pada kedalaman 3 - 10 meter. Berdasarkan hasil penelitian pada bulan Maret sampai Juni 2008 diperoleh kecepatan arus berkisar antara 0,13 - 0'20 mldetik, untuk disribusi suhu berkisar antara 29

-

30°C dan salinitas berkisar antara 34

-

35 ppt, sedimentasi tergolong rendah karena daerah ini tidak memiliki sungai sehingga tidak terjadi run08 dari darat yang membawa sedirnen tetapi hanya terjadi aliran kecil air tanah pada saat musim hujan, nilai sedimentasinya berkisar antara 0,038 - 0,069 mg/cm2/hari (Tabel 4).

(2)

Tabel 4 Distribusi parameter kualitas perairan di lokasi penelitian Parameter Kualitas Perairan

Bulan Suhu Salinitas Kecepatan Arus Sedimentasi Kecerahan ("C) (ppt) (mldetik) (mglcm2/hari) (m)

Maret 29 34 0,013 0,069 20

April 29 35 0,20 0,038 20

Mei 29 3 5 0,15 0,04 1 20

Juni 30 3 5 0,19 0,052 20

Berdasarkan data DISHIDROS TNI-AL dalam Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Temate (2008) menyatakan bahwa secara umum tipe pasang surut (tide) di perairan Kota Ternate adalah pasang surut diurnal, yaitu terjadi 2 (dua) kali pasang dan surut pada interval waktu yang sama. Pergerakan pasang surut terjadi antara 0,l - 0,7 cm pada saat surut terendah dan 1 - 1,75 cm pada saat air pasang tertinggi (Gambar 7).

I I \ - - ' - -

0 Pssangann

4 8 12 16 20

10

14 8 12 16 20

Jam

Gambar 7 Ilustrasi tipe pasang surut diurnal di lokasi penelitian.

Penduduk Kelurahan Sulamadaha memiliki mata pencaharian yang heterogen. Dari hasil survei diperoleh penduduk bermata percaharian sebagai nelayan adalah 3 (tiga) kelompok dengan anggota masing-masing kelompok 15 orang tetapi dari kelompok nelayan ini tergolong bukan nelayan murni karena pada masa paceklik anggota kelompok beralih sebagai petani. Nelayan tergolong usaha perikanan tradisional disebabkan alat tangkap dan armada penangkapan yang digunakan adalah pancing dan bod sampan dengan mesin katinting, masing- masing kelompok memiliki armada 5 buah yang dipakai oleh anggota kelompok secara bergilir. Hasil tangkapan sebagian dikonsumsi oleh keluarga dan sebagian lagi dijual dengan sistim door to door.

(3)

Kondisi Terumbu Karang

Hasil penelitian diperoleh berbagai genus dan spesies tenunbu karang di setiap stasiun. Pada stasiun 1 ditemukan 23 genus dan 60 spesies karang, dan yang paling banyak

adalah

genus Acropora dengan

jumlah

18 spesies

dan

yang paling sedikit adalah genus Ctenactis, Echinopora, Euphyllia, Favia, Favites, Fungia, Galaxea, Heliofungia, Leptoria, Oulastrea dm Pocillopora.

Di stasiun 2 ditemukan 29 genus dan 71 spesies karang dengan distribusi hkuensi yang banyak

adalah

genus Acropora bejumlah 18 spesies karang

dan

tmendah

adalah genus Alveopora, Astrepora, Ctenactis, Cycloseris, &hirwphyllia, Euphyllia, Favites, Fwtgia, Goniastrea, Heliopora, Hydnophora, Leptoria, Oulastrea, Oulophyllia, Oxpora, Pocillopora

dan

Seriatopora.

Di stasiun 3 di- 31 genus dan 65 spesies karang dengan distribusi hkuensi yang banyak adalah genus Acropora berjumlah 10 spesies karang dan terendah adalah genus Alveopora, Archeli~ Ctenactis, Cphastrea, Echinophyllia, Echirwprq Favites, Fungiu, Galaxea, Goniastrea, Heliopora, Hjdrwphora, Leptoria, Mdacis, Oulmtrea, Platygyra dan Stylocoeniella. Untuk distribusi fkkuensi terendah masing- masing berjumlah 1 spesies karang (Tabel 4).

Jumlah total genus clan spesies karang yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah 38 genus dan 103 s p i e s karang, spesies paling banyak ditemukan

adalah

spesies dari genus Acropora, Montipora dan porites (Lampiran 15). Jumlah fkkuensi spesies pada tiap genus di lokasi penelitian berkisar

dari

1

-

18 spesies. Berikut ini

adalah

jumlah fkkuensi spesies 2 - 18 spesies (Gambar 8), sedangkan pada spesies

dengan jumlah fiehemi 1 tidak dirnasukan dalam gambar grafik (lihat Lampiran 4).

Aca Act Ahr Cyp Fv Gon Gos Hyd Lep Lob Mon Mos Pav Pcc Poc Por P m Scr Sty

GCAB

(4)

Tabel 5 Distribusi genus clan spesies karang di lokasi penelitian

Distribusi Pada Setiap

Genus dan Spesies Karang Stasiun Penelitian

Genus Spesies 1 2 3

Acanthastrea Acanthastrea hillae

Acanthastrea rotundata 0

Acropora Acropora carduus

B

B

Acropora clathrata 0 0 Acropora danae

B

B

Acropora divaricata Q 0

B

Acropora donei 0 0 0 Acropora formosa 0 Q

B

Acropora gomezi 0 0 Acropora granulosa

B

B

B

Acropora horrida

B

B

0 Acropora humilis

B

Q Acropora hyacinthus

B

B

B

Acropora jongi

B

0 Acropora monticulosa 0 0 0 Acropora nobilis Q

B

Q Acropora palifea

B

B

0 Acropora rarnbleri

B

B

B

Acropora teres Q Q Acropora valenciennesi Q

B

Alveopora Alveopora catalai Q

Alveopora spongiosa Q Q

B

Archelia Archelia horrencens

B

Astrepora Astrepra listeri 0

Ctenactis Ctenactis echinata 0 , 0 Q

Cycloseris Cycloseris tenuis

B

Cyphastrea Cyphastrea chalcidicum 0

Cyphastrea decadia

Cyphastrea japonica 0

B

B

Echinophyllia Echinophyllia echinata

B

B

Echinopora Echinopora lamellosa

B

0

Euphyllia Euphyllia glabrescens Q 0

Favia maxima Favia rotumana

Favia vietnamensis 0

Favites Favites abdita

B

Q Q

Fungia Fugia concinna

B

B

B

Galaxea Galaxea facicularis 0

B

Goniastrea Goniastrea minuta 0

Goniastrea ramosa

B

Goniopora Goniopora columna

B

Goniopora lobata

B

B

Goniopora minor Q

B

Q

Goniopora pdanoraensis 0 Q 0

Goniopora stokesi

B

B

B

Goniopora tenuidens 0

(5)

Lanjutan Tabel 5 .

Distribusi Pada Setiap

Genus dan Spesies Karang Stasiun Penelitian

Genus Spesies 1 2 3

Heliopora Heliopora coerulea Q 0

Hydnophora Hydnophora microconos Q

Hydnophora pilosa Q

Hydnopora exesa Q Q

Leptoria Leptoria phrygia Q Q Q

Leptrastrea Leptrastrea pruinosa Q Q 0

Leptrastrea purpurea 0 Q Q

Leptrastrea trasversa Q Q

Lobophyllia Lobophyllia corymbosa Q

Lobophyllia hemprichii Q

Madracis Madracis pharensis Q

Montastrea Montastrea annuligera Q Montastrea curta

Montastrea salebrosa Montastrea stellata Montastrea valenciennesi

Montipora Montipora capricomis Montipora danae Montipora foliosa Montipora informis Montipora trasversa Montipora tuberculosa Montipora mdata Montipora verrucosa Q

Oulastrea Oulastrea crispata 0 Q 0

Oulophyllia Oulophyllia crispa Q

Oxyjmra Onypora crassipinosa Q

Pavona Pavona cactus 0 Q

Pavona decussata Q

Pavona explanulata Q

Pavona varians Q

Pavona venosa , Q @

Pectinia Pectinia alcicornis Q Q

Pectinia lactuca Q Q

Q

Platygvra Platygyra daedalea 0

Pocillopora Pocillopora damicomis Q Pocillopora verrucossa

Pocillopora woodjonesi Q

Porites Porites cylindrica Q Q Q

Porites lichen Q 0 Q Porites lobata 0 Q Q Porites lutea Q Porites mayeri @ Q @ Porites rus Q Q Porites stephensoni 0

(6)

Lanjutan Tabel 5.

Distribusi Pada Setiap Genus d m Spesies Karang

- .- Stasiun Penelitian

Genus S p i e s 1 2 3

Psammocora Psammocora contigua Q

Psammocora digitata Q Q

Psammocora

profundacella Q

Psammocora ramosa Q

Psammocora supe?$cialis Q

Seriatopora Seriatopora caliendrum Q

~eriatobora hytrix 0 Q

StyIocoeniella Sfylocoeniella armata Q

Stylopora Stylopora pistillata Q Q Q

Stylopora subseriata 0 0 Q

Jumlah 59 70 65

Ket : Q = ditemukan

-

= tidak ditemuan

Gambar 9 Distribusi persentase tutupan karang pada tiap stasiun di lokasi penelitian.

Nilai persentase penutupan karang dari genus yang ditemukan pada lokasi penelitian merupakan jumlah total persentase penutupan karang dari masing- masing spesies, yaitu di stasiun 1 berkisar antara 0,O 1 1 - 23,118%, stasiun 2 berkisar antara 0,005 - 17,934%, dan stasiun 3 berkisar antara 0,002 - 11,568%. Persentase penutupan karang tertinggi

di

stasiun 1 dari genus Goniopora, stasiun 2 dari genus Motipora dan satsiun 3 dari genus Porites. Sedangkan yang memiliki nilai persentase tutupan terendah di stasiun 1 dari genus Pocillopora, stasiun 2 dari genus Oulophyllia, dan stasiun 3 dari genus Ctenactis (Tabel 5).

(7)

Tabel 6 Distribusi persentase tutupan karang di lokasi penelitian

Persentase Tutupan Tiap Stasiun

No. Genus I 3 2 1 L J 1 Acanthastrea -

-

0,090 Acropora Alveopora A rchelia Astrepora Ctenactis Cycloseris Cyphwtrea Echinophylria Echinopora Euphyllia Fmia Fmi fes Fungia Galaxea Goniastrea Goniopora Heliofunsia Heliopora Hjdnophora Leptoria Leptrastrea Lobophyllia Madracis Montastrea Montipora Oulastrea OulophyUia oxypora Pavona Pectinia Platygyra Pocillopora Porites Psammocora Seriatopora Stylocoeniella 0,276 0,433 Total 56,092 58,355 53,073

Keanekaragaman Terumbu Kolrang

Hasil analisis nilai indeks keanekaragaman tenunbu karang pada ketiga stasiun penelitian berkisar antara 3,812 - 4,581. Nilai indeks keanekaragaman tersebut diperoleh dari nil& persentase tutupan pada setiap spesies karang (Lampiran 4,5,6).

(8)

St* 1

Gambar 10 Distribusi indeks keanekaragaman karang di lokasi penelitian.

Keseragaman atau Equitabilitas Terumbu Karang

Hasil analisis nilai indeks keseragaman atau equitabilitas terumbu karang pada lokasi penelitian berkisar antara 0,645 - 0,758 dengan pembagian nilai indeks keseragaman atau equitabilitas pada tiap stasiun (Gambar 11). Sama halnya dengan nilai keanekaragaman, nilai indeks keseragaman atau equitabilitas juga diperoleh dari nilai persentase tutupan pada masing-masing spesies karang (Lampiran 4,5,6).

Gambar 1 1 Distribusi indeks keseragaman karang di lokasi penelitian.

Kelimpahan Ikan Kerapu Macan

Kelimpahan ikan kerapu macan ditentukan berdasarkan jumlah ikan kerapu dengan luas tenrmbu karang yang diamati. Berdamkan hasil penelitian diperoleh bahwa nilai kelimpahan dari ikan kerapu pada lokasi penelitian

adalah

0,048 - 0,055 dengan pembagian nil& kelimpahan pada tiap stasiun

adalah

0,053 pada stasiun 1, untuk stasiun 2 0,055 dan 0,048 untuk stasiun

3

(Gambar 12). Nilai kelimpahan ikan kerapu macan dipengaruhi oleh kondisi terumbu karang, apabila nilai persen Mupan karang meningkat maka kelimpahan ikan kerapu pun meningkat.

(9)

St* 1 Sttsiua2 St& 3

Gambar 12 Distribusi kelimpahan ikan kerapu di lokasi penelitian.

Hubungan Panjang-Berat, Panjang-Tinggi dan Panjang-Bukaan Mulut Ikan Kerapu Macan

Sampel ikan kerapu macan yang digunakan pada penelitian untuk melihat hubungan panjang-berat, panjang tinggi dan panjang-bukaan mulut adalah ikan kerapu betina dengan jumlah sampel 50 ekor. Hasil penelitian diperoleh semua sampel adalah ikan kerapu betina, ini disebabkan karena ikan yang urnurn tertangkap rata-rata berukuran dibawah 50 cm (tergolong betina), sedangkan untuk ikan jantan biasanya berukuran lebih dari 50 cm.

Pembagian tiap stasiun adalah 17 ekor pada stasiun 1 dan 2, sedangkan pada stasiun 3 berjumlah 16 ekor, panjang ikan berkisar antara 180 - 344 mrn dan berat ikan berkisar antara 99 - 620 gram (Lampiran 7). Hasil analisis regresi panjang-berat diperoleh nilai sebagai berikut (Gambar 13) : Log W = -262,9391

+

2,123 Log L atau W = 2,4198 L 2,'23 dengan nilai r = 0,778.

Ihta / Lngsi regresi / k e p r a p a o 95%

'50

T

(10)

Berdasarkan hasil analisis, apabila dilihat dari nilai r maka dapat dinyatakan bahwa memiliki hubungan erat dengan tingkat korelasinya 77,8%. Bila dilihat dari nilai b yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan dari ikan kerapu bersifat allometrik karena nilai b < 3, atau dapat dikatakan pertumbuhan panjang ikan kerapu lebih cepat dari pertumbuhan beratnya (kurus). Ikan kelihatan kurus dapat di duga bahwa kemungkinan besar di lokasi penelitian ketersedian makanan semakin menurun dan terjadi persaingan dalam memperoleh makanan.

Gambar 14 Fungsi regresi panjang-tinggi ikan kerapu macan.

Ukuran tinggi ikan kerapu yang digunakan untuk melihat hubungan panjang- tinggi berkisar antara 59 - 113 mrn (Lampiran 7). Hasil analisis regresi antara panjang dengan tinggi tubuh ikan kerapu

adalah

sebagai berikut (Gambar 14) :

y = 3,01

+

2,87x, dengan nilai r = 0,928

Berdasarkan hasil analisis, apabila dilihat dari nilai r maka dapat dinyatakan bahwa antara panjang-tinggi ikan kerapu macan memiliki hubungan erat dengan tingkat korelasinya 92,8%.

Ukuran lebar bukaan mulut ikan kerapu yang digunakan untuk melihat hubungan panjang-bukaan mulut berkisar antara 7,21 - 14,OO mm (Lampiran 7). Hasil analisis regresi antara panjang dengan bukaan mulut ikan kerapu adalah sebagai berikut (Gambar 15) :

(11)

Data I fm-i regresi I kcpercapam 95%

"T

Bukaan MuIut (mm)

Gambar 15 Fungsi regresi panjang-bukaan mulut

ikan

kerapu macan. Bemlasarkan hasil analisis, apabila

dilihat

dari

nilai r maka dapai dinyatalcm bahwa antara panjang-bukaan mulut

ikan

kerapu macan ~nemiliki hubmgan erat

dengan tingkat korelasinya %,2%.

Indeks Reiatif Penting dan Koefisien Makanan Ikan Kerapu Maam

Sampel ikan kerapu yang digunakan untuk menpahsis

Indeks

Relatif Penting (IRP)

dan

koefisien makanan adalah berjumlah 20 ekor, panjang

ikan

berkisar antara 202 - 344 mm dan

bePat

ikan

Wsarantara 99 - 620 gram serta berat makanan Wsar antara 0,53 - 3,02 gram (Lampiran 8). Berdasarkan hasil analisis diperoleh 4 komposisi makanan yaitu cmstacea, &an, gastmpoda clan rubble dengan

nilai

IRP untuk crustacea 558,39, ikan 2.175,33, gatropoda 3 1,88 dm rubble 1 56,39.

25001

I

Crustacea Gastropods Rubble Tidak

teridentitksi Je* 1 W u

(12)

Untuk penentuan kelompok makanan ikan kerapu macan ditentukan oleh jurnlah, berat dan frekuensi, berdasarkan nilai IRP dapat ditentukan koefisien makanan dari ikan kerapu, dari sampel yang di analisis diperoleh 2 (dua) tingkatan makanan yaitu makanan utama dari jenis makanan cmtacea dan ikan dengan kisaran 558,39

-

2.175,33 serta makanan kedua dari jenis makanan gastropods dengan nilai 3 1,88 (Gambar 17).

2200 7

Tidak

teidmtifki 200 -

0 I

Gambar 1 7 Distribusi koefisien makanan ikan kerapu macan di lokasi penelitian. Gambar 16 dan 17 menunjukkan bahwa isi lambung

dari

ikan kerapu macan juga ditemukan rubble (patahan karang) dengan berat 1,91 gram (Lampiran 8), dari 20 ekor sampel ikan ditemukan rubble pada lambung ikan sebanyak 14 ekor. Berdasarkan jumlah berat rubble dalarn lambung ikan kerapu, maka dapat ditentukan berat rata-rata rubble per ekor yaitu 0,137 gram. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa terumbu karang memberikan sumbangsi terhadap ikan kerapu macan apabila ditinjau dari fungsi terumbu karang sebagai tempat mencari makan (feeding ground).

Tingkat Kematangan Gonad dan Indeks Gonad Ikan Kerapu Macan

Tingkat kematangan gonad selain ditentukan secara visual berdasarkan bentuk dan warna telur dapat ditentukan oleh perbandingan berat gonad dengan panjang ikan atau indeks gonad. Sampel ikan kerapu macan yang digunakan adalah ikan yang berasal dari lokasi penelitian. Berdasarkan hasil analisis diperoleh tingkat kematangan gonad pada ikan kerapu adalah tergolong gonad

(13)

tidak matang dan gonad memasak (Gambar 18). Untuk sampel ikan kerapu yang tergolong gonad tidak matang adalah berjumlah 16 ekor dengan nilai indeks gonad berkisar 0,031689 - 0,844529, sedangkan sampel ikan kerapu yang tergolong gonad memasak berjumlah 4 ekor dengan nilai indek gonad berkisar

1,03 7062 - 2,084378 (Lampiran 9).

25

1

*

Gonad tidak maiaug Gonad memasak

209 335 236 213 224 275 224 275 327 344 228 202 25% 316 246 217 231 254 2Ol 325 P a r k Era (mm)

Gambar 18 Tingkat kematangan gonad dan nilai indeks gonad di lokasi penelitian.

Pengelompokkan Kondisi Terumbu Karang dengan Kondisi Biologi Ikan Kerapu Macan

Penggunaan analisis komponen utama adalah untuk mengekstraksi informasi esensial yang terdapat dalarn suatu tabel atau matrik data yang besar, menghasilkan suatu representasi grafik yang memudahkan interpretasi,

dan

rnempelajari suatu tabel atau matrik data dari sudut pdanang kemiripan a n t . individu atau hubungan antar variabel. Berdasarkan hasil analisis antara kondisi tenunbu karang (persen tutupan, dominasi, keseragaman

dan

keanekaragaman) dengan kondisi biologi ikan kerapu macan (kelimpahan, koefisien makanan dan indeks gonad) diperoleh pengelompokkan hubungan dari beberapa variabel adalah persen tutupan (kondisi terumbu karang), kelimpahan, koefisien makanan dan indeks gonad (kondisi ikan kerapu macan) pada surnbu utama yaitu sumbu utama pertama (Fl) (Gambar 19). Pada sumbu utama pertarna (Fl) terjadi pengelompokan dengan persen keragaman 89% dan nilai ragam sebesar 3,56.

(14)

Gambar 19. Pengelompokan kondisi tenunbu karang (PC = persen tutupan)

dengan kondisi &an kerapu macan (X = kelimpahan;

K M

= koefisien

makanan; GI = indeks gonad).

Dari hasil analisis komponen utama (PCA) untuk mengelompokkan beberapa variabel baik dari kondisi tenunbu karang maupun kondisi ikan kerapu macan, berdasarkan matriks korelasi diperoleh hubungan variabel pada kelompok sumbu utama (Fl) adalah pertarna, nilai hubungan antara persen tutupan terumbu karang dengan koefisien makanan ikan kerapu macan 93,30%, dan kedua, nilai hubungan antara persen tutupan tenunbu karang dengan indeks gonad ikan kerapu macan adalah 82,89%,

d m

persen tutupan terumbu karang dengan kelimpahan ikan kerapu diperoleh nilai hubungan 99,42%.

Hubungan Kondisi Terumbu Karang dengan Kondisi Biologi Ikan Kerapu Macan

Hubungan kondisi terumbu karang dan ikan kerapu macan dari penjelasan berdasarkan hasil analisis PCA, maka dapat dinyatakan bahwa kondisi persenme tutupan yang memiliki pengaruh nyata terhadap kondisi ikan kerapu macan baik kelimpahan, koefisien makan maupun indeks gonad. Dari hasil pengelompokkan yang dibentuk pada masing-masing variabel, maka dapat dilakukan analisis lanjutan mengenai nilai hubungan berdasarkan garis linear. Berdasarkan hasil analisis persen tutupan karang dengan kelimpahan ikan kerapu macan diperoleh bahwa pada persen tutupan karang 53,073% nilai kelimpahan ikan kerapu macan

(15)

adalah 0,048

dan

pada kondisi persen tutupan karang 56,092% nilai kelimpahan ikan kerapu macan 0,053 serta pada kondisi persen tutupan karang 58,355% nilai kelimpahan ikan kerapu macan 0,055 (Gambar 20).

Gambar 20 Hubungan persen tutupan tenunbu karang dengan kelimpahan ikan kerapu w a n di lokasi penelitian.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh garis linear antara persen tutupan karang dengan kelimpahan ikan kerapu

adalah

y = -0,028

+

0,014~ dengan nilai r = 0,9942 dan

3

= 0,9885 (Gambar 21).

0.047 1 I , 1

52 54 54 58 60

Persen T e dKamq

Gambar 21 Fmgsi linear persen tutupan karang dengau

kelimpahm ikan

kerapu

(16)

Dari gambar 21 dapat dinyatakan bahwa kelimpahan ikan kerapu macan mengalami peningkatan apabila kondisi persen tutupan karang mengalami peningkatan pula.

Peningkatan indeks gonad ikan kerapu macan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sampai masa gemijahan secara tidak langsung mengikuti kondisi persen tutupan karang, apabila kondisi persen tutupan karang dalam kategori baik maka dapat menunjang perkembangan masa pemijahan ikan kerapu macan, begitu juga sebaliknya, Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai indeks gonad 1,947 pada kondisi tutupan terumbu karang 53,073% dan pada kondisi kondisi tutupan terumbu karang 56,092% nilai indeks gonadnya 2,084 serta pada kondisi kondisi tutupan terumbu karang 58,355 % nilai indeks gonadnya 2,062 (Gambar 22).

Gambar 22 Hubungan persen tutupan terumbu karang dengan indeks gonad ikan kerapu macan di lokasi penelitian.

Hubungan kondisi persen tutupan karang dengan indeks gonad ikan kerapu ditentukan oleh beberapa faktor salah satunya adalah keadaan lingkungan perairan pada ekosistem terumbu karang yang stabil tanga ada perubahan secara drastis dalam kurun waktu yang singkat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan antara kondisi persen tutupan karang dengan indeks gonad ikan kerapu macan dengan membentuk garis liniear adalah y = 0,744

+

0 , 0 2 3 ~ dengan nilai r = 0,8289

dan

3

= 0,6871 ( W a r 23).

(17)

Gambar 23 Fungsi linear persen tutupan terumbu karang dengan indeks gonad ikan kerapu macan di

tiap

stasiun,

Hail analisis isi lambung ikan kerapu macan ditemukan tiga jenb makanan yaitu crustacea, ikan dan gastropodti. Dari hasil isi lambung

ini

dapat dinyatakan bahwa jenis makanan yang ada dalam lambung ikan kerapu merupakan komponen organisme yang hidup di daerah ekosistem terumbu k m g . Kemudian dari hasil tersebut dihubungkan dengan kondisi terumbu k m g diperoleh hasil adalah nilai koefisien makanan 3 1,88 pada kondisi persen tutupan karang 53,073%, nilai koefisien makanan 558,39 pada kondisi kondisi tutupan terumbu karang 56,092% dan pada kondisi kondisi tutupan terumbu

karang

58,355% nilai koefisien rnakanannya 2 175,33 (Gambar

24).

Gambar

24

Hubmgm

persen tutupan

taumbu

kanuy: dengan koefisien

makanan

(18)

Selanjutnya dilakukan analisis hubungan persen tutupan terumbu karang dengan koefisien makanan ikan kerapu badasarkan garis linear diperoleh nilai y =

-21038.274

+

393.269~ dengan nilai r = 0,9330 dan

3

= 0,8705 (Gambar 25).

Data I hngsi regmi 1 kepercayaan 35%

-00

T

Gambar 25 Fungsi linear persen tutupan terumbu karang dengan koefisien makanan ikan kerapu macan

di

tiap stasiun.

Estimasi

Daya Dukung (Cawing Capacity) Terumbu Karang

Daya dukung terumbu karang diperoleh b e r h k a n pendekatan nilai biomasa dari ikan kerapu macan yaitu kelimpahan (densitas) dikalikan dmgan bobot dari ikan kerapu macan. Nilai kelimpahan diperoleh dari hasil pembagian antara jumlah ikan kerapu macan yang diperoleh pada saat sensun visual dengan luas terumbu karang (standar pembagian luas terumbu karang adalah 1000 m2 atau 0,l ha), sedangkan nilai bobot diperoleh dari hasil analisis panjang-berat dari ikan kerapu m a m (W = 2,84). Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai biomasa ikan kerapu macan 30 1,956 kg/ha.

Nilai biomasa ini adalah total nilai biomasa dari jumlah masing-masing klasifikasi dari panjang ikan kerapu macan pada tiap stasiun, dengan asumsi bahwa panjang ikan kerapu macan dari hasil sensus visual adalah sama dengan panjang ikan kerapu macan hasil tangkapan nelayan, sehingga dari hasil penelitian diperoleh 6 (enam) klasifikasi panjang dengan nilai biomasa yang berbeda pada masing-masing stasiun dengan kondisi persen tutupan karang yang berbeda pula yaitu stasiun 1 nilai biomasanya 90,720 kglha pada persen tutupan

(19)

karang 56,092%. Di stasiun 2 nilai biomasanya 125,178 @/ha dengan nilai persen tutupan karang 58,355%, dan pada stasiun 3 nilai biomasanya 86,059 kg/ha dengan persen tutupan karang 53,073% (Gambar 26).

Sbsiao I S b s i n 2 S b s i n 3

Gambar 26 Distribusi biomasa ikan kerapu macan pada kondisi tenunbu karang di lokasi penelitian.

Berdasarkan total nilai biomasa ikan kerapu macan, maka dapat dilakukan pendekatan untuk mengestimasi daya dukung terumbu karang berdasarkan luas total terumbu karang dengan asumsi bahwa nilai biomasa dalam 1 meter persegi adalah sama yaitu 301,956 kg/ha, sehingga apabila total luas terumbu karang adalah 8.300 m2 atau 0,83 ha, maka nilai biomasa ikan kerapu macan adalah atau 250,623 kg.

Dari hasil tangkapan nelayan juga dapat di estimasi laju rekruitmen, laju pertumbuhan, laju mortalitas baik tangkapan maupun alami. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai rekruitmen 7,288 kg, laju perhunbuhan sebesar 2,84 dengan mortalitas tangkapan 8,696 kg dan mortalitas alami 0,362 kg (Lihat Lampiran 12) pada kondisi terumbu karang 53,073 - 58,355% atau dengan nilai rata-rata 55,84%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa laju mortalitas baik secara alami maupun tangkapan lebih besar dibandingkan dengan laju rekruitmen dan laju pertumbuhan. Berdasarkan kondisi ikan kerapu macan tersebut apabila dihubungkan dengan nilai estimasi daya dukung terumbu karang berdasarkan nilai biornasa ikan kerapu macan, maka dapat dibuat suatu ilustrasi kondisi ekologi antara terumbu karang dengan populasi ikan kerapu macan pada daerah terumbu karang maupun total daerah perairan Sularnadaha (Gambar 27).

(20)

Garnbar 27 Ilustrasi kondisi ekologi antara terumbu karang dengan populasi ikan kerapu macan di lokasi penelitian.

Skenario Perubahan Terumbu Karang Dan

Ikan

Kerapu Maan

Skenario perubahan ini bertujuan untuk melakukan prediksi selama 10 tahun ke depan dengan beberapa pendekatan yaitu (1) skenario perubahan laju pertumbuhan terumbu karang, (2) skenario perubahan persen tutupan karang dengan biomasa ikan kerapu macan, (3) skenario laju perubahan luas tenunbu karang terhadap kondisi biomasa ikan kerapu macan.

(1) skenario perubahan laju pertumbuhan terumbu karang : Berdasarkan skenario ini diperoleh kondisi terumbu karang meningkat 11,90% pada tahun pertarna

sedangkan pada tahun kedua sampai kesepuluh laju pertumbuhan mulai berkurang dari 10,10% sampai 0,29% (Lampiran 13). Hal ini disebabkan karena

1 : Kondisi Te~mbu Karang

Years

(21)

(2) skenario perubahan persen tutupan karang dengan biomasa ikan kerapu macan: berdasarkan skenario, pertumbuhan ikan kerapu terus mengalami peningkatan dari tahun pertarna sampai tahun kesepuluh yaitu 1,170 - 1,250 kg/ha (Gambar 29).

1 : bndisi T e ~ m b u Karang 2: bndisi lkan krapu

Gambar 29 Skenario perubahan persen tutupan karang dengan kelimpahan ikan kerapu macan di lokasi penelitian.

(3) skenario laju perubahan luas terumbu karang terhadap biomasa ikan kerapu macan : skenario ini didasarkan pada hubungan kondisi luas

area

terumbu karang dengan biomasa ikan kerapu macan untuk melihat perubahannya, skenario perubahan difokuskan pada kondisi luas area terumbu karang yaitu dari 0,83 ha dengan luas total perairan adalah 2,83 ha dan biomasa 250,623 kg. Skenario perubahan dilakukan sebesar 10% pertahun. Selain itu, skenario perubahan juga dilakukan apabila kondisi persen tutupan karang mengalami penurunan atau degrztdasi sebesar 1% pertahun. Skenario perubahan ini dilakukan dengan asumsi bahwa semakin baik kondisi persen tutupan karang rnaka luas t e m b u karang akan mengalami penambahan, sehingga dapat menunjang kehidupan dari ikan kerapu macan berdasat.han dari h g s i terumbu karang sebagai tempt pemijahan (spawning ground), tempat pembesaran (nursery ground) dan sebagai tempat mencari makanan (feeding ground). Skenario perubahan penambahan luasan terumbu karang dengan biomasa ikan kerapu macan ini dapat dilihat pada Gambar 30 dan skenario perubahan terjadi p e n m a n (degradasi) dapat dilihat pada Gambar 3 1.

(22)

Gambar 30 Skenario perubahan luas terumbu karang dan biomasa ikan kerapu macan di lokasi penelitian.

Berdasarkan hasil skenario, luas terumbu karang akan mengalami penambahan dan dengan sendirinya nilai biomasa pun mengalami peningkatan. Penambahan luas terumbu karang rata-rata pertahun adalah 0,125 ha dan penambahan rata-rata biomasa ikan kerapu macan pertahun adalah 37,815 kg.

Gambar 31 Skenario perubahan luas terumbu karang dan biomasa ikan kerapu macan di lokasi penelitian.

Berdasarkan hail skenario, luas terumbu karang akan mengalami penurunan (degradasi) dan nilai biomasa pun mengalami penurunan. Degradasi luas terumbu karang rata-rata pertahun adalah 0,008 ha clan penambahan rata-rata biomasa ikan kerapu macan pertahun adalah 2,408 kg. Skenario perubahan ini dilakukan dengan nilai persentase degradasi adalah 1 % pertahun.

Gambar

Tabel  4  Distribusi parameter kualitas perairan di lokasi penelitian  Parameter Kualitas Perairan
Gambar 8  Distribusi spesies karang  pada  tiap genus di lokasi penelitian.
Tabel 5 Distribusi genus  clan  spesies karang di lokasi penelitian  Distribusi  Pada Setiap  Genus dan Spesies  Karang  Stasiun  Penelitian
Gambar  9  Distribusi  persentase  tutupan  karang  pada  tiap  stasiun  di  lokasi  penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya kenaikan UMP tiap tahunnya menunjukkan bahwa kebutuhan hidup manusia juga terus mengalami peningkatan.Setelah itu tingginya jumlah penyerapan tenaga

Permasalahan tersebut memunculkan sebuah ide yang akan diangkat menjadi sebuah produk tepat guna yang dapat membantu para ibu-ibu yang memiliki bayi saat bekerja ibu

yang dianjurkan adalah 10 foot candles (Lili Persia, 2010). Dari pengamatan peneliti bahwa penerangan pada terminal 1942 Andalas sudah memenuhi syarat yaitu lebih dari

Bahwa kemudian dikatakan RFID lebih mahal karena ternyata kan ada produk-produk sekarang itu yang lebih murah, jauh lebih murah hanya nol koma sekian dollar gitu

Memang banyak metode yang telah dikembangkan oleh para pakar pendidikan modern, di mana para pendidik bisa menerapkan dalam proses belajar-mengajar yang dilaksanakannya,

Harap tawarkan kepada kami sesuai spesifikasi di bawah ini serta syarat di halaman sebalik./ We are pleased to invite you to quote as specification spesified below and terms on

Bagi pemerintah, penelitian ini memberi masukan guna menyusun kebijakan perlunya skrining defisiensi besi pada ibu hamil yang akan melahirkan sebagai salah satu strategi

Sebagai salah satu bentuk instrumen keuangan dalam ekonomi Islam, status hukum asuransi masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Ada beberapa ulama yang