• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alternatif pemilihan tipologi rumah sehat sederhana. Fasilitas penampungan dan hunian sementara. Sarana Penyelamatan. Lebar koridor minimum 1,8 m

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Alternatif pemilihan tipologi rumah sehat sederhana. Fasilitas penampungan dan hunian sementara. Sarana Penyelamatan. Lebar koridor minimum 1,8 m"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Keputusan Menteri

Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002 Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (RsSEHAT)

Penghawaan Ventilasi silang dengan luas lubang minimal 5% dari luas lantai ruangan Volume udara masuk sama dengan udara keluar

Sumber udara tidak berasal dari asap/bau Kebutuhan udara bersih ± 9 m3/orang

Kebutuhan pergantian udara ± 0,8 m3/menit/orang Penerangan Penerangan alam di dalam kamar minimum 50 lux

Penerangan buatan keseluruhan minimum 100 VA Luas Ruang Minimal 9 m2 per orang, standar ambang 7,2 m2 per orang Air Bersih Kebutuhan air bersih ± 100 liter/hari/orang

Alternatif pemilihan tipologi rumah sehat

sederhana

Propinsi Sumatera Utara: Pasangan = tegakan, tanah basah, pasir; dengan alternatif jenis rumah: setengah tembok, tembok (conblock), kayu

panggung, kayu tidak panggung; dengan prioritas rumah setengah tembok (conblock)

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor: 14 Tahun 2014 Penanganan, Perlindungan dan Partisipasi Penyandang Disabilitas dalam Penanggulangan Bencana

Prioritas Penyandang disabilitas ganda: bayi, balita, dan anak-anak; ibu hamil dan/atau menyusui; dan orang lanjut usia

Fasilitas penampungan dan hunian sementara

Memperhitungkan kemudahan bagi penyandang disabilitas untuk beraktifitas

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45/PRT/M/2007 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara Sarana Penyelamatan

Terdapat tangga darurat dengan lebar minimum 1,2 m pada gedung lebih dari 3 lantai, dengan jumlah minimal 2 buah dengan jarak 45 m (bila menggunakan sprinkler, jarak 1,5 kali)

(2)

Sistem peringatan bahaya

Bangunan pelayanan dan kepentingan umum seperti kantor, pasar, rumah sakit, rumah susun, asrama, sekolah, dan tempat ibadah harus dilengkapi sistem komunikasi internal dan sistem peringatan bahaya

Persyaratan tata bangunan dan lingkungan

Ketinggian langit-langit bangunan sederhana dan tidak sederhana minimum 2,8 m

Utilitas, prasarana dan sarana dalam bangunan

Penerangan 100-215 lux/m2, sesuai SNI

Tata udara 6-10% bukaan atau dengan tata udara buatan (AC)

Aksesibilitas penyandang cacat minimal terdapat ramp pada bangunan sederhana

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 29/PRT/M/2006 Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Peruntukan lokasi

Letak bangunan minimum 10 m dari as jalur tegangan tinggi terluar

Letak bangunan tidak melebihi sudut 45° dari as jalur tegangan tinggi terluar Arsitektur

bangunan gedung

Bentuk denah simetris dan sentris lebih kecil resiko kerusakan akibat gempa Konfigurasi tata ruang yang simetris lebih kecil resiko kerusakan akibat gempa

Lingkungan bangunan gedung

Koefisien Dasar Hijau minimum 10% pada daerah sangat padat atau padat

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung Pemeliharaan struktural

Tidak ada perubahan dan/atau penambahan fungsi kegiatan yang

menyebabkan meningkatnya beban di luar batas beban yang direncanakan Pondasi tidak mengalami penurunan melebihi persyaratan yang berlaku, tidak ada air yang menggenangi badan pondasi, bersih dari akar pohon Tidak ada struktur bangunan yang korosi, lembab, dinding rembes air, dinding basah karena terdapat kebocoran pipa air, serta tidak ada dinding retak

Pemeliharaan mekanikal

Pemeliharaan dan pemeriksaan dilakukan secara berkala pada sistem tata udara; distribusi air bersih, air kotor, hidran, sprinkler, septictank, dan unit

(3)

pengolah limbah; serta sistem transportasi dalam gedung Seluruh perangkat mekanikal berfungsi baik

Pemeliharaan elektrikal

Pemeliharaan dan pemeriksaan dilakukan secara berkala pada perlengkapan pembangkit daya listrik cadangan, penangkal petir, jaringan listrik,

penerangan buatan, tata suara dan komunikasi, serta tanda bahaya dan alarm

Tidak ada kabel yang serampangan

Letak lampu dan komponen elektrikal jauh dari barang mudah terbakar Seluruh perangkat elektrikal berfungsi baik

Pemeliharaan komponen arsitektural

Terdapat penanda pada sarana jalan keluar, seluruh sarana jalan keluar berfungsi dengan baik

Pemeliharaan dinding, plafon, pintu, kusen, engsel, kunci, grendel, dan door closer dilakukan secara berkala

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2009 Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan Penaksiran risiko kebakaran

Menentukan analisis risiko kebakaran melalui penentuan klasifikasi bahaya kebakaran, konstruksi bangunan gedung, dimensi bangunan, serta bahaya dari bangunan yang berdekatan bila ada; pasokan air; instansi pemadam kebakaran setempat

Bangunan termasuk dalam angka klasifikasi risiko kebakaran rendah (6), seperti gudang, rumah ibadah, gedung pemerintah, kantor pos, kantor telepon; atau ringan (7), seperti apartemen, universitas, asrama, hotel, perpustakaan (kecuali gudang buku), museum, rumah perawatan, kantor polisi, sekolah, gedung serbaguna/teater tanpa panggung

Termasuk dalam daerah layanan pemadaman kebakaran dengan jarak perjalanan tidak melebihi 7,5 km, dan dipenuhinya waktu tanggap kurang dari 15 menit

(4)

Termasuk dalam daerah yang mendapat perlindungan oleh mobil pemadam kebakaran dengan jarak pos terdekat 2,5 km dan 3,5 km dari sektor

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 25/PRT/M/2007

Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung

Persyaratan teknis

Terdapat kesesuaian antara data aktual dengan data dalam dokumen pelaksanaan konstruksi bangunan gedung termasuk as built drawings, pedoman pengoperasian dan pemeliharaan/perawatan bangunan gedung, peralatan, serta perlengkapan mekanikal dan elektrikal bangunan gedung, dan dokumen ikatan kerja

Pengujian lapangan atau laboratorium untuk aspek keselamatan, keseghatan, kenyamanan, dan kemudahan pada struktur, peralatan dan perlengkapan bangunan gedung, serta prasarana bangunan gedung pada komponen konstruksi

Persyaratan keselamatan bangunan

Memeriksa kondisi struktur melalui pengamatan visual dan mutu bahan menggunakan peralatan ultrasonic core drill dan hammer test; atau analisis model statis dan dinamik, serta uji beban untuk bangunan gedung yang berubah fungsi/beban dan/atau pasca bencana

Memeriksa kemampuan dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran yakni identifikasi bahaya dan risiko, sistem proteksi pasif dan aktif, sarana jalan keluar, operasional dan pemeliharaan, melalui metode check list, inspeksi visual, dan kajian keselamatan

Memeriksa kemampuan dalam mencegah bahaya sambaran petir pada sistem instalasi penangkal petir

Standar Nasional Indonesia 03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung Struktur gedung beraturan

Tinggi maksimal 10 tingkat atau 40 m

Denah struktur persegi panjang tanpa tonjolan atau panjang tonjolan maksimal 25% dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi tonjolan; tidak menunjukkan coakan sudut atau tidak lebih dari 15% dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan

Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus tanpa lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari 50% dari luas lantai tingkat; atau

(5)

jumlahnya tidak melebihi 20%

Unsur sekunder dan arsitektur

Tangki air bersih dan cerobong yang menyatu dengan gedung memiliki berat yang tidak lebih dari 10% dari berat gedung

Dinding dan langit-langit pada jalan keluar atau tempat umum atau yang disyaratkan memiliki ketahanan terhadap kebakaran

Standar Nasional Indonesia 1726:2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung

Kategori risiko untuk beban gempa

Termasuk dalam kategori risiko rendah (I) seperti: fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan, fasilitas sementara, gudang penyimpanan; dan kategori II seperti: gedung perkantoran, apartemen, rumah susun, pusat perbelanjaan, bangunan industri, fasilitas manufaktur dan pabrik

Undang-undang Nomor: 26 Tahun 2007

Penataan Ruang Kawasan rawan bencana alam

Tidak termasuk dalam kawasan rawan bencana alam antara lain: kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir Keputusan Menteri

Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 534/KPTS/M/2001 Pedoman Standar Pelayanan Minimal (Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum) Prasarana lingkungan Jaringan jalan:

Jalan kota memiliki rasio luas 5% dari luas wilayah

Jalan lingkungan memiliki panjang 40-6- m/Ha dengan lebar 2-5 m Jalan setapak memiliki panjang 50-110 m/Ha dengan lebar 0,8-2 m Air limbah:

Terdapat sarana sanitasi individual dan komunal seperti toilet/jamban/MCK dan septictank, serta penanganan lumpur tinja

Terdapat separasi antara air bekas dan air kotor, tanpa ada kebocoran, bau dan rembesan

Drainase dan pengendalian banjir: Tidak ada genangan banjir >10 Ha

Bila terjadi genangan, tinggi genangan rata-rata <30 cm dan lama genangan <2 jam

(6)

Persampahan:

Penanganan sampah on site maupun terintegrasi Tersedia tempat kapasitas pewadahan

Pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan secara reguler Utilitas umum Air bersih:

Kebutuhan 60-220 liter/orang/hari untuk permukiman kota dan 30-50 liter/orang/hari untuk perumahan, serta memenuhi standar air bersih Pemadam kebakaran:

Selalu tersedia air untuk pemadaman api (hidran kota/tandon air/kolam/air mancur/sungai/ reservoar, dsb)

Terdapat 1 pos kebakaran setiap 90.000 jiwa yang dapat melayani kebakaran <15 menit Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 829/MENKES/SK/VII/1999 Persyaratan Kesehatan Perumahan Bahan bangunan

Debu total <150 ug/m2; asbestos <0,5 serat/m3per 24 jam; plumbum (Pb) <300 mg/kg

Tidak memungkinkan tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen

Komponen dan penataan ruang

Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

Ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi sarana ventilasi Kamar mandi dan tempat cuci kedap air dan mudah dibersihkan Langit-langit mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan

Pencahayaan alam atau buatan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan Kualitas udara memiliki ketentuan:

suhu udara nyaman antara 18°C sampai 30°C kelembaban udara antara 40%-70%

(7)

konsentrasi gas SO2 ≤0,1 ppm/24 jam terdapat pertukaran udara

konsentrasi gas CO ≤100 ppm/8 jam konsentrasi gas formaldehide ≤120 mg/m3

Luas penghawaan atau ventilasi alami permanen minimal 10% luas lantai Kapasitas air minimal 60 liter/hari/orang dengan kualitas baik

Tidak ada sarang tikus dan bau dari limbah cair dan padat

Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur kecuali anak <5 tahun

Standar Nasional Indonesia 03-2396-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung

Koridor dalam rumah tinggal dapat menerima cahaya siang hari melalui luas kaca minimal 0,1 m2

Koridor pada bangunan umum dapat menerima cahaya siang hari melalui luas kaca minimal 0,3 m2

Ruang tangga dapat menerima cahaya siang hari melalui luas kaca minimal 0,75 m2

Ernst and Peter Neufert Architect's Data Third Edition

Standar luas jendela (bukaan pencahayaan alami)

Luas bidang jendela (kaca) minimal 1/20 luas lantai ruang

Lebar keseluruhan jendela (kaca) minimal 1/10 lebar total dinding pembentuk ruang (keliling ruang)

Lebar keseluruhan jendela (kaca) minimal 50% dari lebar ruangan

Ruangan dengan tinggi ≥3,5 m memiliki luas jendela (kaca) minimal 30% luas dinding eksterior

Tinggi jendela (kaca) minimal 50% dari lebar ruang Peraturan Menteri Penggunaan Dana Standar dan Tinggi plafon ruangan minimal 3,5 dar lantai

(8)

Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor: 61 Tahun 2012

Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2012 spesifikasi teknis rehabilitasi ruang kelas, pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan perpustakaan sekolah dasar

Luas total bukaan pintu dan jendela minimal 20% dari luas total lantai

Standar Nasional Indonesia 03-6197-2000 Konservasi Energi Pencahayaan Buatan Tingkat pencahayaan rata-rata Teras 60 lux

Ruang tamu, ruang makan, ruang kerja, ruang tidur 120-150 lux Kamar mandi, dapur 250 lux

Ruang serbaguna 200 lux

Ruang rawat inap, rekreasi, dan rehabilitasi 250 lux Ruang ibadah 200 lux

(9)

United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Handbook of Emergencies Indikator darurat Tingkat kematian

>2 dari 10.000 jiwa per hari

Gizi anak >10% anak memiliki berat per tinggi badan <80% Asupan

makanan

<2.100 kalori/orang/hari Jumlah air <10 liter/orang/hari

Kualitas air >25% orang menderita diare

Luas tapak <30 m2/orang (tidak termasuk ruang luar) Luas rumah

pengungsian

<3,5 m2/orang Kriteria umum Pemilihan

lokasi

Mempertimbangkan latar belakang sosial dan budaya calon pengungsi

Tersedia sumber air bersih yang memadai

Luas minimal 45 m2/orang termasuk fasilitas penunjang pengungsian (dapur, sanitasi, sirkulasi, keamanan, administrasi, ruang penyimpanan, ruang luar, dan fasilitas lainnya)

Jumlah pengungsi maksimal 20.000 untuk tenda pengungsian besar

Lokasi memungkinkan adanya ekspansi untuk mewadahi penambahan jumlah pengungsi

Lokasi pengungsian sebaiknya tidak memiliki permasalahan perizinan pada lahan yang bukan merupakan fasilitas publik atau milik pemerintah, serta lahan milik masyarakat lokal/tradisional (perizinan terjamin oleh pemerintah) Keamanan dan perlindungan pengungsi terjamin

(10)

Lokasi dengan sumber air tidak terletak di daerah rawan banjir dan memiliki kemiringan lahan 2-4%

Kemiringan lahan >10% tidak disarankan karena

membutuhkan persiapan yang kompleks serta biaya tinggi Kondisi lahan datar memiliki kekurangan dalam pengadaan saluran drainase

Hindari lahan berawa atau lahan yang cenderung tergenang saat musim hujan

Penggunaan sumber air tanah harus memperhatikan pencegahan kontaminasi oleh jamban, serta air tanah minimal 3 m di bawah permukaan lahan

Lokasi lahan dekat dengan sumber pasokan makanan, bahan bakar dan bahan-bahan untuk penampungan; pelayanan kesehatan; serta jaringan jalan yang strategis dan diutamakan dekat dengan pusat kota

Kondisi lahan bebas dari bahaya kesehatan seperti penyakit malaria, kebutaan sungai, demam siput dan penyakit tidur Lokasi lahan bebas dari risiko banjir bandang dan bukan dalam lingkungan yang terpolusi kawasan industri yang serius

Lokasi lahan tidak rawan debu, terlindung dari angin kencang, serta tidak terdapat pada daerah dengan perubahan iklim ekstrim

(11)

rerumputan, semak-semak dan pepohonan yang cukup untuk memberikan naungan, mengurangi erosi dan debu

Pertimbangan umum perencanaan tapak Perencanaan masterplan

Perencanaan layout berbasis pada pendekatan terhadap keluarga, masyarakat atau kelompok pengungsi

Mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan ruang penunjang pada area penampungan pengungsi

Mengkondisikan tata ruang terbuka yang memungkinkan interaksi sosial antar pengungsi

Pelayanan dan infrastruktur publik

1 keran air per 1 kelompok (80 – 100 jiwa) 1 jamban per 1 keluarga (6 – 10 jiwa)

1 pusat pelayanan kesehatan per 1 site (20,000 jiwa) 1 rumah sakit rujukan per 10 site (200,000 jiwa) 1 sekolah per 1 kecamatan (5,000 jiwa)

4 titik distribusi per 1 site (20,000 jiwa) 1 pasar per 1 site (20,000 jiwa)

1 pusat logistik/lembaga pangan per 1 site (20,000 jiwa) 2 drum sampah per 1 kelompok (80 – 100 jiwa)

Perencanaan modul

Mempertimbangkan pandangan individu pengungsi mengenai hunian yang lama

Modul keluarga : 1 keluarga (4-6 orang) Modul 1 komunitas : 16 keluarga (80 orang) Modul 1 blok : 16 komunitas (1.250 orang) Modul 1 sektor : 4 blok (5.000 orang)

Modul 1 perkemahan : 4 sektor (20.000 orang) Denah berbentuk U lebih baik daripada persegi Faktor

lingkungan

Tidak menggunakan daerah yang dekat dengan daerah cagar alam atau dilindungi pemerintah

(12)

Tetap melestarikan vegetasi dan menjaga kualitas permukaan tanah eksisting

Menggunakan lahan secukupnya sesuai kebutuhan yakni kebutuhan luas ruang total 30-45m2 per orang

Perencanaan layout penampungan pengungsi mengikuti kontur alami eksisting

Membuat desain penampungan pengungsi yang efisien energi/ pasif energi

Tidak boleh menggunakan material di sekitar lokasi penampungan pengungsi secara berlebihan yang dapat mengakibatkan kerussakan lingkungan, melainkan melalui pengelolaan yang baik dan/atau menyediakan material dan sumber daya alam alternatif

Gender Perencanaan penampungan pengungsi harus

mempertimbangkan kebutuhan spesifik yang berkaitan dengan perubahan komposisi sosial masyarakat/pengungsi Pertimbangan

khusus pada perencanaan tapak

Sanitasi Pemilihan sistem sanitasi pada lokasi penampungan pengungsi harus mempertimbangkan kemudahan

operasional dan perawatan, serta tingkat kehigienisan dalam pemakaian oleh banyak pengguna

Penyediaan air bersih

Jarak maksimal titik distribusi air bersih maksimal 100 m dan mudah dicapai dengan berjalan kaki

Kedalaman pipa distribusi air sekitar 40-60 cm dari permukaan tanah; sedangkan pada daerah beriklim panas atau bersuhu tinggi, pipa diposisikan pada kedalaman 60-90 cm

(13)

Memastikan kebersihan dalam proses distribusi dan penggunaan air bersih

Jalan Memiliki akses dan jalan internal serta jalur yang menghubungkan ke berbagai daerah dan fasilitas Akses jalan memiliki jaringan drainase yang baik

Terdapat pemisahan sirkulasi kendaraan dan pejalan kak Jarak pagar penampungan pengungsi 5-7 m dari jalan untuk visibilitas yang memadai bagi kendaraan dan pejalan kaki Pencagahan

kebakaran

Menyediakan firebreak (lahan kosong untuk mencegah perluasan kebakaran) selebar 30 m untuk setiap 300 m daerah terbangun

Untuk tenda pengungsian modular disediakan firebreak antar blok

Untuk bangunan individu, disediakan firebreak dengan lebar minimal 2 kali tinggi bangunan

Untuk bangunan individu bermaterial mudah terbakar, jarak antar bangunan minimal 3-4 kali tinggi bangunan

Pelayanan administrasi dan umum

Desain bangunan untuk pelayanan administrasi dan umum dibuat fleksibel atau multi-fungsi (misal: dapat difungsikan sebagai sekolah, fasilitas bersama, dsb)

Kriteria khusus Standar minimum penampungan (shelter)

Menggunakan material shelter tanggal iklim, seperti lapisan tahan panas untuk daerah perkotaan

Luas ruang minimal 3,5 m2/orang pada iklim tropis dan hangat (belum termassuk fasilitas dapur); serta 4,5-5,5 m2/orang pada iklim dingin (termasuk dapur dan kamar mandi)

(14)

Kriteria pemilihan tapak tenda pengungsian sementara (transit camps)

Memiliki aksesibilitas yang memadai pada jalur transportasi dan terminal kendaraan umum (darat, laut, udara)

Sumber air memadai

Jaringan drainase memadai (kemiringan minimal 2%) Kondisi sanitasi cukup baik

Lokasi strategis Standar fasilitas tenda pengungsian sementara (transit camps)

Tenda 85 m2 dapat menampung 14-25 orang

Tersedia 1 jamban setiap 20 orang, 1 kamar mandi setiap 50 orang, dengan kebutuhan air bersih minimal 7

liter/orang/hari, ditambah dengan kebutuhan untuk memasak, menjaga kebersihan dan sanitasi

Ruang persiapan makanan dan minuman sebesar 100 m2 setiap 500 orang

Ruang penyimpanan sebesar 150-200 m3 setiap 1000 orang Dilengkapi utilitas penunjang, ruang pengelola dan

keamanan Infrastruktur pendukung bangunan gedung publik untuk pengungsian sementara

Tersedia air bersih, listrik dan sanitasi yang memadai Bangunan gedung terjamin perawatan dan pemeliharaan secara berkala pada tahap operasional

(15)

International Rescue Committee

Field Guidelines for Best Practices in Shelter Response:Site Planning, Shelter Design and

Construction Management

Perencanaan Tapak

Wilayah Memiliki jarak yang cukup dari kawasan perbatasan wilayah, zona perang, kawasan militer, pertambangan

Lahan bebas digunakan (tidak berbayar) Kepemilikan tanah terklarifikasi dengan jelas Menghormati tanah lokal/bernilai tradisi

Dekat dengan fasilitas umum seperti sekolah, pelayanan kesehatan, pasar dan pusat perekonomian lainnya

Infrastruktur Terdapat akses jaringan jalan, bandar udara, stasiun dan pelabuhan Dapat diakses kendaraan truk dan alat berat konstruksi

Terdapat sarana transportasi/akses ke masyarakat sekitar

Kebutuhan luas ruang 3-4,5 m2 per orang (belum termasuk ruang luar) Terdapat sumber air bersih yang memadai

Terdapat jaringan listrik dan komunikasi

Terdapat jaringan sanitasi dan pengolahan limbah

Terdapat sumber material lokal dan berkelanjutan untuk bahan bangunan dan bahan bakar

Terdapat dasar atau struktur bangunan yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan

(16)

Topografi tapak

Kedalaman air tanah minimal 3 m di bawah permukaan tanah Kondisi iklim mikro yang wajar (tidak ekstrim)

Kemiringan drainase 2-4% Kemiringan lahan maksimal 10%

Tidak terdapat pada daerah rawan banjir dan lahan basah

Daya dukung tanah memadai untuk pondasi dan konstruksi bangunan Pembuangan air kotor tidak mengganggu sumber air tanah

Kondisi lahan berpotensi untuk lahan pertanian Bukan daerah rawan gempa

Bebas dari endemik penyakit dan hama Bebas polusi dan paparan radiasi berbahaya

Lingkungan Memilih lahan terbuka yang minim pengolahan dan pembersihan lahan Mempertahankan vegetasi, hutan dan permukaan tanah untuk

mencegah erosi

Mempertahankan kontur dan pemandangan alami

Memanfaatkan kondisi lingkungan alam seperti bukit yang dapat memberikan perlindungan dari angin, atau pohon yang menaungi dari panas matahari

(17)

Memiliki jarak minimal 15 km dari kawasan lindung, atau dengan menggunakan greenbelt, kanal, atau isolasi lainnya

Memiliki jarak minimal 15 km dari rute migrasi

Mengidentifikasi hutan di sekitar yang dapat menjadi sumber kayu bakar Mengidentifikasi area untuk lahan pertanian dan peternakan

Mengatur pembagian area sumber air minum dan area MCK Perancangan

Tapak

Dimensi hunian

Membuat pengungsian dalam beberapa kelompok kecil (masing-masing kelompok di bawah 10.000 jiwa) lebih mudah pengelolaannya

dibandingkan dengan 1 kelompok besar (maksimal 20.000 jiwa) Jarak antar kelompok pengungsian setidaknya sebesar 15 km Luas ruang 3-4,5 m2 per orang

Pendekatan perancangan hunian

Mengkondisikan pengungsian menyerupai kota kecil, bukan seperti lembaga pidana atau militer

Menyediakan pusat-pusat keagamaan, sekolah, taman, pasar Menggunakan pola hunian cluster

Menghindari penataan hunian dengan deretan yang terlalu memanjang Membuat hunian dengan peluang ekspansi untuk penambahan jumlah anggota keluarga (3-4% per tahun)

Program Pos keamanan Administrasi

(18)

Ruang distribusi barang Ruang penyimpanan

Fasilitas pelayanan kesehatan Jamban

Sumber air Kamar mandi

Fasilitas memasak bersama

Pengolahan air kotor, bekas, limbah Ruang bersama Ruang ibadah Sekolah Area rekreasi Pasar/toko Area peternakan Area pertanian Makam

Luas total area 45 m2 per orang termasuk infrastruktur dengan kebutuhan luas hunian 3,5-4,5 m2 per orang

Jarak antar hunian minimal 2 kali tinggi bangunan/tenda Jarak antar cluster hunian minimal 6 m

Jarak antar blok cluster minimal 30 m

Penyediaan lahan terbuka antar bangunan selebar 75 m setiap jarak 300 m

Pemisahan toilet wanita dan pria Jumlah toilet: 20 orang per toilet 1 keluarga terdiri dari 6-10 orang Jarak toilet maksimal 30 m dari hunian

Jarak jamban maksimal 30 m dari sumber air tanah Kedalaman jamban sekitar 1,5 m dari permukaan air tanah

(19)

tanah

Jarak tempat pembuangan sampah rumah tangga minimal 15 m dari hunian, dan 100 m dari pembuangan sampah sementara (komunal) 1 tangki/penampungan air bersih per 250 orang

1 tangki/penampungan air bersih per kelompok pengungsian (80-100 orang) dengan jarak maksimal 100-150 m dari tiap hunian

Mempertahankan vegetasi dan tanaman penutup permukaan tanah eksisting

Menyediakan taman dan courtyard untuk ruang terbuka hijau bersama Menggunakan material bangunan ramah lingkungan

Standar Perlindungan terhadap hujan Terdapat minimal 2 bukaan ventilasi

Terdapat minimal 2 bukaan pencahayaan alami Menyediakan provasi visual antar pengungsian

Menyediakan ruang penyimpanan untuk barang berharga

Material penutup lantai yang baik untuk membatasi dengan tanah Strategi

Desain Tanggap Iklim

Untuk iklim tropis lembap:

Bangunan dengan massa termal rendah Ventilasi alami maksimal

Orientasi bukaan menghadap utara-selatan

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini dipilih karena mampu menyeleksi kandidat terbaik dari sejumlah peserta kursus yang ada di Kabupaten Kuningan, menentukan kelulusan peserta kursus UPTD BLK untuk

Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, dengan kami ini minta kepada Saudara Direktur untuk hadir dalam melakukan Pembuktian Kualifikasi dengan membawa berkas asli data perusahaan pada

Dalam konteks ini, maka landreform merupakan kebijakan yang sangat solutif, karena memberi otoritas formal kepada masyarakat untuk dapat me- nguasai tanah secara

Lebih jelasnya akan dibahas mengenai karakterisasi ideal prima, karakterisasi ideal maksimal, keterkaitan antara kedua ideal tersebut, dan keterkaitan antara kedua

Untuk menentukan dan mengendalikan space area diperlukan data stock lapangan yang didapat dari konversi unit of measurement, dimensi ruang gudang dan barang,

Berdasarkan hasil analisa dengan metode Spearman-Karber, diperoleh bahwa rajungan pertama kali matang kelamin di perairan Bone adalah pada lebar karapas 71,63 mm dan berkisar

Hasil analisis SPR sumber daya rajungan yang dihubungkan dengan ukuran lebar karapas di sekitar perairan Belitung diperoleh SPR sebesar 5%.. Kondisi tersebut menggambarkan stok

Pada gambar IV.1. merupakan Flowmap diagram dari sistem yang sedang berjalan, menjelaskan tentang tahap-tahap dalam penjadwalan melakukan pemasangan atau maintenance