• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Kalus Tiga Kultivar Nilam (Pogostemon coblin. Bentg) yang Diradiasi Sinar Gama.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Kalus Tiga Kultivar Nilam (Pogostemon coblin. Bentg) yang Diradiasi Sinar Gama."

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

Avrie Wrestvicka. 2012. Pertumbuhan Kalus Tiga Kultivar Nilam (Pogostemon cablin Benth.) yang Diiradiasi Sinar Gamma. Dibimbing oleh Suseno Amien dan Warid Ali Qosim.

Nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan minyak atsiri. Masalah dalam pemuliaan tanaman nilam adalah keragaman genetik yang rendah karena tanaman nilam kultivar Lhokseumawe, Tapaktuan dan Sidikalang tidak berbunga. Keragaman genetik tanaman dapat ditingkatkan melalui mutasi menggunakan iradiasi sinar gamma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pertumbuhan kalus tiga kultivar Nilam setelah diiradiasi sinar gamma. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan D3 Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Iradiasi sinar gamma dilaksanakan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi (P3TIR) BATAN, Jakarta. Percobaan dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Juni 2012. Metode percobaan yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Bahan dalam percobaan ini adalah kultivar nilam yang terdiri dari tiga kultivar, yaitu Tapaktuan, Lhokseumawe dan Sidikalang dan dosis iradiasi sinar gamma (0 Krad (Kontrol), 0,5 Krad, 1 Krad, 1,5 Krad dan 2 Krad). Hasil percobaan menunjukkan bahwa kultivar Lhokseumawe tanpa iradiasi menunjukkan jumlah tunas dan jumlah daun paling banyak dibandingkan dengan perlakuan lain. Jumlah akar yang paling banyak dibandingkan perlakuan lain ditunjukkan oleh Tapaktuan tanpa iradiasi. Pada dosis 1 Krad, kultivar Tapaktuan memberikan respon tercepat pada karakter waktu muncul tunas dengan waktu 15 Hari Setelah Iradiasi (HSI). Variasi karakter waktu muncul tunas pada setiap dosis adalah luas. Variasi karakter waktu muncul tunas pada setiap kultivar adalah luas. Variasi karakter jumlah tunas pada setiap dosis adalah luas. Variasi karakter jumlah tunas pada kultivar Lhokseumawe dan Tapaktuan adalah luas kecuali pada kultivar Sidikalang. Variasi pada karakter jumlah daun pada 0 Krad; 0,5 Krad; 1Krad dan 1,5Krad adalah luas kecuali pada dosis 2 Krad. Variasi karakter jumlah daun pada setiap kultivar adalah luas. Variasi karakter jumlah akar pada 0 Krad; 0,5 Krad; 1Krad dan 2Krad adalah luas kecuali pada dosis 1,5 Krad. Variasi karakter jumlah akar pada kultivar Lhokseumawe dan Tapaktuan adalah luas kecuali pada kultivar Sidikalang.

(2)

iii ABSTRACT

Avrie Wrestvicka. 2012. Growth of Callus derived from Three Cultivars Patchouli (Pogostemon cablin Benth.) by Irradiating with Gamma Ray. Guided by Suseno Amien and Warid Ali Qosim.

Patchouli is one of plants that produce atsiri oil. The one of the problems that encountered in the breeding of patchouli plant has low genetic variation because of cultivars Lhokseumawe, Tapaktuan and Sidikalang didn’t flowering. Genetic variation can be increased by gamma ray irradiation. The objective of this research was to study the growth callus of three cultivars patchouli after irradiating by gamma ray. The experiment was conducted at Tissue Culture Laboratory Technology D-3, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. Irradiation of gamma ray to callus of three cultivars was conducted at Center for the Application of Isotope and Radiation Technology, National Nuclear Energy Agency (BATAN), Jakarta. The experiment was conducted from October until June 2012. A descriptive method was used in this experiment. The three cultivar of patchouli, that were consisted of Tapaktuan, Lhokseumawe and Sidikalang and five irradiation dosage (0 Krad (control), 0,5 Krad, 1 Krad, 1,5 Krad and 2 Krad) were used in this experiment. The result showed that Lhokseumawe cultivar without irradiation has the highest number of shoot and root than another treatment, the highest number of leaf than another treatment showed by Lhokseumawe cultivar without irradiation and the highest number of root than another treatment showed by Tapaktuan cultivar without irradiation. In 1 Krad dosage, Tapaktuan cultivar is showed fast response on time of shoot induction character with time averages 15 After Day Irradiation (ADI). The variation of time shoot induction for each irradiation gamma ray dosage is wide. The variation of time shoot induction for each three cultivars is wide. The variation of number shoot for each irradiation gamma ray dosage is wide. The variation of number shoot for cultivars Lhokseumawe and Tapaktuan is wide except Sidikalang cultivar. The variation of number leaf for 0Krad; 0,5Krad; 1Krad; and 1,5Krad irradiation gamma ray dosage is wide except 2 Krad. The variation of number leaf for each three cultivars is wide. The variation of number root for 0Krad; 0,5Krad; 1Krad; and 2Krad irradiation gamma ray dosage is wide except 1,5 Krad. The variation of number root for cultivars Lhokseumawe and Tapaktuan is wide except Sidikalang cultivar.

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian di rumah kawat lingkup Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, menunjukkan bahwa penyakit hawar pelepah berkembang baik pada semua varietas yang diuji, yang

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya antara lain menggunakan perasan lidah mertua ( Sansevieria Trifasciata Lorentii), variable yang digunakan waktu pengukuran,

Bahwa dua alinea pada Pasal 1 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2012, bisa dikatakan

Untuk mengidentifikasi karakteristik dan toksisitas akut limbah cair industri tahu perlu dilakukan penelitian terhadap limbah cair industri tahu dengan menggunakan

Survey terbaru dan yang paling diakui hasilnya mengenai tutupan hutan Indonesia memprediksikan bahwa hutan-hutan Dipterocarpaceae dataran rendah – habitat tropis yang paling kaya –

dalam menginduksi kalus dari eksplan daun tanaman kaca piring dan lama waktu infeksi yang terbaik untuk transformasi genetik tanaman kaca piring.. Penelitian ini diharapkan

Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution TOPSIS Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah Multiple Attribute Decision Making pada penelitian ini

[r]