• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran umum Rumah Sakit Kusta Donorojo

Untuk mengendalikan penyebaran kasus kusta dan membebaskan masyarakat Indonesia dari masalah sosial ekonomi akibat penyakit kusta. Pemerintah mendirikan Rumah Sakit Kusta yang berada di desa Donorojo kabupaten Jepara adalah satu - satu nya Rumah Sakit Rujukan pasien khusus kusta yang berada di Jawa Tengah. Kunjungan pasien kusta sampai saat ini masih tergolong tinggi. Rumah Sakit Kusta Donorojo melayani rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan rawat jalan bagi pasien dengan gejala klinis seperti kusta sedangkan pelayanan rawat inap bagi pasien yang sudah terdiagnosa kusta. Untuk menegakkan diagnosa setiap pasien yang mempunyai klinis kusta dilakukan pemeriksaan uji sensitifitas syaraf dan pemeriksaan laboratorium secara mikroskopis. Pengambilan Sampel dilakukan dari kerokan kulit cuping telinga kanan dan kiri, serta lokasi yang dicurigai. Pasien dianggap terkena penyakit kusta apabila ditemukan bakteri M.leprae.

2. Penyakit kusta

Penyakit kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh bakteri M. leprae yang menyerang syaraf tepi, kulit, dan organ tubuh lainnya kecuali susunan syaraf. Diagnosis untuk menetapkan kusta perlu dikenali tanda tanda utama atau cardinal sign yaitu: lesi (kelainan) kulit yang mati rasa. Kelainan kulit

(2)

atau lesi dapatberbentuk bercak keputih putihan (hypogmentasi) atau kemerah - merahan (erithomatus) yang mati rasa, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, ada bagian tubuh yang tidak berkeringat dan tidak berambut, lepuh tidak nyeri. Penebalan syaraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf. Gangguan fungsi syaraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis syaraf tepi yang berupa mati rasa, kelemahan otot atau kelumpuhan, dan kulit kering atau retak. (Kandum.I.N, 2006).

Cara penularan dan tempat masuk bakteri kusta ke dalam tubuh pejamu sampai saat ini belum dapat dipastikan. Diperkirakan cara masuknya adalah melaui saluran pernafasan bagian atas dan melalui kontak kulit yang tidak utuh. Hanya sedikit orang yang akan terjangkit kusta setelah kontak dengan penderita, hal ini disebabkan karena adanya imunitas. M.leprae dapat berkembang biak di dalam sel schwan saraf dan makrofag kulit. Bakteri ini dapat ditemukan dimana - mana, misalnya di dalam tanah, air, udara dan terdapat pada permukaan kulit telinga dan jari, rongga hidung, dan tenggorokan karena bakteri ini cenderung menyukai temperatur kurang dari 37⁰C. ( Harahap.M., 2000)

Tidak semua penderita kusta dapat memindahkan bakteri kusta kepada orang lain, hal ini disebabkan karena ada kira kira 70 – 80 % penderita kusta yang tergolong penderita “kusta kering” (dengan bercak bercak seperti panu atau kurap yang kurang tidak terasa). Jumlah penderita kusta baru di dunia menurut regional WHO pada tahun 2005 adalah sekitar 296.499.

(3)

Jumlah tersebut yang terbanyak adalah di Asia Tenggara yaitu sebesar 68%. Di Indonesia didapatkan jumlah penderita kusta baru pada tahun 2005 sebanyak 19.695 kasus, dengan proporsi kecacatan tingkat 2 sebesar 8,7%. (Putra.D.I.G.dkk., 2006 )

2.3 Flora normal pada kulit

Bakteri yang sering ditemukan di kulit adalah Staphylococcus epidermidis, Microccus, Streptococcus alpha dan non hemolyticus, difteroid aerob dan anaerob. Dapat pula dijumpai pada Mycobacterium yang bersifat saprofit. Bakteri aerob dan anaerob seringkali bersama - sama menimbulkan infeksi pada kulit. (Brooks.F.G.dkk., 1996)

4. Hubungan Flora normal dengan hospes dan lingkungannya

Kehidupan dan lingkungan tak dapat dipisahkan karena lingkungan fisiknya tak dapat menyediakan gizi dan kondisi yang memungkinkan adanya kehidupan. Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan. Mikroorganisme dapat tumbuh subur pada daerah tertentu, dan beberapa faktor yang mempengaruhi tergantung pada faktor fisiologis, suhu, kelembaban, serta adanya zat - zat makanan dan zat-zat penghambat tertentu. Kulit dan selaput mukosa selalu mengandung berbagai mikroorganisme yang dapat dikelompokkan dua golongan yaitu : (1) flora menetap yang terdiri atas mikroorganisme yang jenisnya relatif tetap dan bila terganggu mikroorganisme ini tumbuh dengan segera.

(4)

(2) Flora sementara yang terdiri atas mikroorganisme non patogen yang berasal dari lingkungan sekitarnya tidak menetap secara permanen pada kulit atau selaput mukosa selama beberapa jam, hari, atau minggu. (Brook.G.F.dkk., 1996., dan Morse.A.Stephen.dkk., 2005).

Sebenarnya mikroorganisme yang terdapat pada tubuh manusia tak dapat digolongkan dengan tegas, apakah itu komensal atau suatu spesies yang patogen bagi manusia tersebut. Flora normal dalam tubuh manusia dapat menetap, mikroba normal yang menetap tersebut dapat dikatakan tidak menyebabkan penyakit dan mungkin menguntungkan bila berada di lokasi yang semestinya dan tanpa adanya keadaan abnormal. Mereka dapat menyebabkan penyakit bila karena keadaan tertentu berada di tempat yang tak semestinya atau bila ada faktor mempengaruhi. Sebagai contoh, flora normal di saluran pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K dan membantu absorsi zat makanan tertentu. Pada mukosa kulit, flora normal dapat mencegah kolonisasi bakteri patogen. (Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., 1993). 2.4.1. Bakteri batang Gram positif (Mycobacterium leprae)

Morfologi M.leprae berbentuk batang panjang, sisi pararel dengan kedua ujung bulat, ukuran 0,3 – 0,5 x 1-8 mikron. Bakteri ini berbentuk batang, gram positif, tidak bergerak dan tidak berspora, dapat tersebar atau dalam berbagai ukuran bentuk kelompok, termasuk masa ireguler besar yang disebut sebagai globi. Pada M.leprae dinding membran tetap simetrik walaupun dilakukan suatu fiksasi dengan pewarnaan. Keadaan ini merupakan salah satu sifat khas dari M.leprae yang tidak didapatkan pada Mycobacterium lainnya. Bakteri ini bersifat tahan asam, piridin bisa merusak kemampuan kuman untuk dapat diwarnai dengan carbol fuchsin. Sifat khas lain untuk M.leprae dengan pulasan Z.N kuman ini dapat terlihat soliter, bergerombol, atau berbentuk globi yang dibatasi oleh

(5)

membran. Dengan pulasan ini bakteri hidup tampak berbentuk batang utuh berwarna merah terang dengan ujung yang bulat (solid) sedangkan kuman yang mati berbentuk terpecah pecah (Fragmented) atau granuler. (Harahap.M., 2000)

2.4.2 Bakteri Gram Negatif ( Enterobacteriaceae )

Famili Enterobacteriaceae adalah bakteri yang terdiri dari sejumlah besar spesies bakteri, yang sangat erat hubungannya satu dengan lainnya. Hidup di usus besar manusia dan hewan, tanah, air. Hidupnya keadaan normal di dalam usus besar manusia, kuman ini sering disebut kuman enterik. Bakteri enterik tidak menimbulkan penyakit pada host (tuan rumah) bila bakteri tetap berada di dalam usus besar, tetapi pada keadaan dimana terjadi perubahan pada host atau bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain, bakteri enterik ini mampu menimbulkan penyakit pada tiap jaringan di tubuh manusia. (Morse.A.Stephen.dkk., 2005)

(6)

Enterobacteriaceae merupakan sekelompok bakteri batang gram negatif yang heterogen, berbentuk batang, fakultatif anaerob atau aerob, memfermentasi karbohidrat, memiliki struktur komplek dan menghasilkan toksin. Habitat alaminya berada pada sistem usus manusia dan binatang. Jenis spesiesnya diantaranya adalah: Eischerichia, Shigella, Salmonella, Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus dan sebagainya. (Morse.A.S., 2005)

Morfologi bakteri gram negatif adalah berbentuk batang pendek gram negatif yang dapat membentuk rantai. Morfologi khasnya dapat dilihat dalam pertumbuhan pada perbenihan padat. Biakan pada Eischerichia coli membentuk bundar, cembung, halus dengan tepi nyata. Koloni Enterobacter serupa tetapi agak lebih mukoid. Koloni Klebsiella besar, sangat mukoid dan cenderung bersatu bila lama dieramkan. Salmonella dan Shigella membuat koloni mirip dengan Eischerichia coli tetapi tidak meragikan laktosa. Pertumbuhan pada media Mac Conkey dapat digunakan untuk membedakan koloni yang memfermentasi laktosa berwarna pink muda - tua dengan koloni yang tidak memfermentasi laktosa tidak berwarna. Pola peragian karbohidrat dan aktivitas dekarboksilase asam amino serta enzim lain biasanya digunakan dalam pembedaan biokimia. Sifat biokimia dari kuman enterik komplek dan bervariasi. Semua kuman enterik meragi glukosa menjadi asam tanpa disertai pembentukan gas, mereduksi nitrat menjadi nitrit, ada yang membentuk indol dan ada yang tidak

(7)

membentuk indol. Dalam tes uji biokimia Eischerichia coli secara khas memberi hasil positif untuk tes indol, dan peragian manitol serta membentuk gas dari glukosa. Kelompok Klebsiella, Enterobacter, Serratia menunjukkan pertumbuhan mukoid, dan memberi positif untuk lisin dekarboksilase dan citrat. (Brooks.G.F., 1996)

2.4.3 Staphylococcus

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah anggur dan coccus yang berarti benih bulat. Kuman ini sering ditemukan sebagai kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. Staphylococcus yang patogen sering menghemolisa darah, mengkoagulasi plasma dan menghasilkan berbagai enzim dan toksin. Staphylococcus merupakan flora normal pada manusia kadang menyebabkan infeksi. Staphylococcus yang berhubungan dengan medis adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus saprophyticus. Staphylococcus aureus bersifat koagulase positif dan merupakan patogen bagi manusia. Ciri khas organisme Staphylococcus adalah sel yang berbentuk bola, diameter 1 mikron, bisa tunggal, berpasangan, bergerombol seperti anggur, non motil dan tidak membentuk spora. Biakan Staphylococcus tumbuh baik pada media suasana aerobik, suhu 370C, namun pembentukan pigmen yang baik pada temperatur kamar 200C -350C. Koloninya bulat, lembut dan mengkilat.

(8)

Staphylococcus aureus biasanya membentuk koloni abu-abu hingga kuning emas, Staphylococcus epedermis berwarna abu-abu hingga putih. Patogenesis Staphylococcus epidermidis adalah flora normal pada manusia, saluran respirasi dan gastiintestina. (Morse.A.S., 2005).

2.4.4 Streptococcus

Bakteri Streptococcus dapat menyebabkan penyakit epidemik. Morfologi Streptococcus berdiameter 0,5-1 µ, bakteri gram positif, berbentuk bulat, mempunyai karakteristik membentuk rantai selama pertumbuhan. Bakteri ini flora normal pada manusia, tetapi dalam kondisi tertentu bisa menyebabkaan infeksi. Jenis Streptococcus antara lain : Streptococcus pyogenes (grup A), Streptococcus agalatiae (grup B) dan jenis Enterococcus (grup D) dengan ciri karakteristik berbeda, saat pertumbuhan hemolisa pada media agar darah hemolisa alfa, beta dan tanpa hemolisa. Ciri-ciri organisme: coccus berbentuk bulat, tersusun seperti rantai, membelah diri dengan arah memanjang pada sumbu, rangkaian ini sangat beragam tergantung faktor lingkungan. Streptococcus memiliki kapsul berupa polisakarida, grup A, B dan C yang dapat menghalangi proses pagositosis. Dinding selnya terdiri dari protein dan karbohidrat. Pilli yang seperti rambut terdapat dalam kapsul grup A yang berfungsi untuk perlekatan pada sel epithel. Biakan Streptococcus dapat tumbuh dalam media padat dan diameter 1-2 mm dan mukoid karena

(9)

berkapsul. Patogenesis beragam proses penyakit yang berhubungan dengan infeksi dapat disebabkan oleh streptococcus. Sifat biologis dari organisme yang menginfeksi, respon alami inang dan tempat masuknya infeksi semua mempengaruhi gambaran patologik. Infeksi dapat dibagi beberapa kategori. Infeksi oleh bakteri Streptococcus hemolitik beta grub A (Streptococcus pyogene) gambaran klinisnya ada penyebaran infeksi secara merata dan cepat yang melibatkan jaringan meluas disepanjang saluran limfatik bisa meluas ke pembuluh darah. (Morse.A.S., 2005).

2.4.5 Bakteri Gram Negatif lainnya

Spesies Pseudomonas adalah batang gram negatif, bergerak, aerob, beberapa diantaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan, hewan dan dapat tumbuh subur dalam lingkungan yang basah. Bakteri Pseudomonas dalam jumlah kecil terdapat dalam flora normal pada kulit manusia, bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya abnormal. Misalnya bila selaput mukosa dan kulit robek karena kerusakan jaringan langsung kuman melekat dan mengkoloni selaput mukosa atau kulit, menginvasi secara lokal menimbulkan nanah hijau. Bakteri gram negatif yang tidak biasa antara lain adalah Alcaligenes, Actinobacillus, Capnotophaga,

(10)

Cardiobacterium, Chromobactreium, Moraxella, Flavobacterium. (Brook.F.G. dkk., 1996).

2.5. Pemeriksaan Bakteriologis

2.5.1 Pengambilan sampel

Pengambilan sampel untuk pemeriksaan harus diambil dengan baik dan benar. Kegagalan pemeriksaan mikrobilogik lebih banyak terjadi karena pengambilan bahan pemeriksaan yang salah. Setiap pengambilan sampel menggunakan lidi kapas steril kemudian permukaan kulit yang terdapat bercak putih dibersihkan dengan NaCl fisiologis terlebih dahulu. Swab dengan lidi kapas steril dengan diputar selama 5-10 detik agar bubur jaringan kulit dapat terserap sempurna oleh kapas.

5.2. Pewarnaan Gram

Pengecatan ini mula-mula dikembangkan oleh seorang ahli histologi Cristian Gram (1884) yang kemudian disempurnakan oleh ahli lain. Pengecatan gram adalah suatu pewarnaan diferensial yaitu untuk membedakan bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif adalah bakteri yang mengikat cat utama dengan kuat, sehingga tidak dapat dilunturkan oleh peluntur dan tidak dapat diwarnai oleh cat penutup sehingga baktri akan berwarna violet.Bakteri gram negatif adalah bakteri yang pengikatan terhadap cat utama tidak kuat sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur yang

(11)

berupa alkohol dan dapat mudah diwarnai oleh cat penutup sehingga bakteri berwarna pink.Pewarnaan zat warna dasar adalah kristal violet. Kemudian diberikan larutan iodium sampai bakteri akan berwarna violet, kemudian diberi alkohol. Bakteri gram positif akan mempertahankan kristal ungu dan tetap berwarna violet. Bakteri gram negatif akan berwarna pink karena dilunturkan oleh alkohol. Kemudian diberi safranin, bakteri gram negatif akan berwarna pink sedangkan gram positf akan tampak berwarna violet. (Brook.F.G. dkk., 1996)

5.3. Isolasi pada lempeng agar.

Untuk meneliti sifat dan jenis bakteri perlu dibiakkan terlebih dahulu dalam biakan murni. Media kultur atau pembenihan adalah suatu reagensia yang terdiri dari bahan kimia dengan pengolahan tertentu untuk menanam (inokulasi) atau mengkultur bakteri, jamur, virus. Persyaratan suatu media kultur (pembenihan) adalah bahwa media tersebut harus merupakan sumber karbon , sumber energi, dan sumber elemen seperti N,P,K. Media lempeng agar ini berbentuk padat dan akan mengeras pada suhu 45⁰C. Digunakan untuk memilih atau memisahkan salah satu jenis koloni bakteri tertentu dari koloni bakteri yang lain. (Brook.F.G.dkk., 1996)

(12)

Kerangka Teori

Gambar 1 : Kerangka teori.

Keaneragaman jenis bakteri asal swab kulit pada pasien klinis kusta di Rumah Sakit Kusta Donorojo

(13)

Gambar 2 : Kerangka konsep

Keaneragaman jenis bakteri asal swab kulit pada pasien klinis kusta di Rumah Sakit Kusta Donorojo

Referensi

Dokumen terkait

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Pada kawasan tersebut terjadi genangan setinggi sekitar 40–60 cm dengan lama genangan 4-8 jam yang diakibatkan air dari saluran

Sewaktu lahan di bumi terus-menerus diperindah de- ngan gedung-gedung kudus yang diabdikan bagi Tuhan, adalah doa saya semoga kita akan melakukan bagian kita dalam membawa surga

Gambar 4.7 Menjelaskan tentang System Flow Pembuatan laporan Stok pada gudang dimulai dari bagian gudang yang masuk kesistem yang akan menampilkan data- data

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan prevalensi asma di Propinsi Jawa Timur tahun 2018.. Kata kunci : perilaku,

Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat disimpulkan risk behavior adalah suatu bentuk perilaku yang berpotensi untuk memberikan dampak positif maupun negatif

Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat terjadi sebagai endapan sedimen dalam suasana basa (alkali), dan terbentuk pada cekungan sedimen yang bersifat basa, dimana

Kartu pintar juga sebenarnya ada berbagai macam jenis dan kegunaan. Yaitu media yang berupa kartu-kartu yang terbuat dari kertas manila berukuran 8x8 cm. Diatasnya terdapat