• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSETUJUAN PEMBIMBING MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS SEDERHANA (PENGUKURAN) MELALUI METODE DISCOVERY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSETUJUAN PEMBIMBING MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS SEDERHANA (PENGUKURAN) MELALUI METODE DISCOVERY"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS SEDERHANA (PENGUKURAN) MELALUI METODE DISCOVERY DI KEL. BTK MAKAPANDE

DESA. KALANGKANGAN KEC. GALANG KAB. TOLI-TOLI

JURNAL

OLEH : MASNA AHMAD

(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS SEDERHANA (PENGUKURAN) MELALUI METODE DISCOVERY DI KEL. BTK MAKAPANDE

DESA. KALANGKANGAN KEC. GALANG KAB. TOLI-TOLI

masna_ahmad@yahoo.com

Masna Ahmad, Rapi Us Djuko, Meylan Saleh

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah metode discovery dapat meningkatkan kemampuan sains sederhana (pengukuran) pada anak Kel. BTK Makapande Desa.Kalangkangan Kec. Galang Kab. Toli-Toli ?Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan sains sederhana (pengukuran) melalui metode discoverypada anak Kel. B TK Makapande Kec. Galang Desa Kalangkangan Kab. Toli-toli.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas.Subjek penelitian adalah anak kelompok B sebanyak 20 orang.Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti, kepala sekolah, dan guru mitra.Data dianalisis secara deskriptif kualitatif.Hasil analisis data anak yang menunjukkan kemampuan sains pada pelaksanaan observasi awal 4 orang.Pada pelaksanaan siklus I peningkatan kemampuan sains sebanyak 8 orang Pada pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan sebanyak 15 orang.Untuk peningkatan kemampuan sains sederhana melalui metode discovery di dukung oleh beberapa indikator yaitu kemampuan mengukur dan kemampuan membedakan ukuran.Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kemampuan Sains SederhanaMelalui Metode Discovery Di Kel.B TK Makapande Desa.Kalangkangan Kec. Galang Kab. Toli-Toli meningkat.

Kata Kunci : Sains Sederhana, Metode Discovery

Masna Ahmad, Mahasiswa Pada Jurusan PG PAUD, Universitas Negeri Gorontalo. Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd, Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Gorontalo. Dra. Rapi Us Djuko, M.Pd, Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Gorontalo.

(3)

Pembelajaran sains untuk anak usia dini dalam upaya menumbuhkan kemampuan berpikir sangat memerlukan peran serta dari para pendidik baik orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya. Namun pada kenyataannya, masih banyak kendala yang harus dihadapi khususnya dalam pengenalan konsep-konsep sains sederhana. Berdasarkan wawancara dengan guru PAUD, menyebutkan bahwa guru mengalami kendala dalam strategi pembelajaran sains.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pendidik dalam mengenalkan konsep sains sederhana dengan materi pengukuran untuk melatih kemampuan berfikir anak pada TK Makapande Desa Kalangkangan, antaranya cerita, kegiatan dialog, memasangkan gambar, demonstrasi, ataupun praktek langsung namun semua itu tidak menunjukkan hasil yang cukup memuaskan, karena masih banyaknya anak yang memiliki kemampuan berfikir rendah. Selain faktor metode yang digunakan oleh guru, faktor tingkat pendidikan orang tua juga menjadi salah satu penentu keberhasilan seorang anak.

Berdasarkan pengamatan peneliti selaku pendidik di TK Makapande Kec. Galang Desa Kalangkangan, dari 20 orang anak didik yang terdapat di TK tersebut hanya 4 orang anak atau 20% yang telah mampu membedakan ukuran benda. Misalnya membedakan mana benda yang ringan dan berat atau benda yang panjang dan pendek, besar maupun kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berfikir anak terhadap pengenalan sains senderhana khususnya pengukuran masih rendah. Ini merupakan suatu tantangan bagi seorang pendidik untuk meningkatkan kemampuan berfikir seorang anak. Untuk itu maka sebagai pendidik harus memiliki inovasi dalam pembelajaran sehingga pembelajaran akan menarik bagi anak.

Metode penemuan tembimbing (Discovery Method) merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik dalam melatih kemampuan berfikir anak khususnya dengan materi pengukuran, karena di bawah bimbingan guru anak akan lebih terarah sehingga mereka menemukan sesuatu konsep yang tidak dapat di lupakan sepanjang hidupnya. Disamping itu metode penemuan terbimbing (Discovery Method) dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak.

Dari indentifikasi masalah diatas maka peneliti merumuskan permasalahan “apakah metode pembelajaran discovery dapat meningkatkan kemampuan sains sederhana (pengukuran) pada anak Kel. BTK Makapande Desa.Kalangkangan Kec. Galang Kab. Toli-Toli ?”

(4)

Tujuan dari penelitian ini adalah “untuk meningkatkan kemampuan sains sederhana (pengukuran) melalui metode discoveryPada Anak Kel. B TK Makapande Kec. Galang Desa Kalangkangan Kab. Toli-toli”.

a Karakteristik Pendidikan Anak Usia Dini

Mendidik anak usia dini pada dasarnya adalah mempersiapkan mereka untuk mampu menerima beban taklif hukum syara’ pada saat mereka mencapai usia baligh. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, antara lain :

a Mempersiapkan indera, otak, fisik, emosi, dan seluruh potensi hidup anak sehingga pada tahapan selanjutnya (usia pra baligh dan baligh) telah terlatih dan dapat melakukan aktivitas berpikir dan bersikap berdasarkan Islam

b Melakukan stimulasi (rangsangan-rangsangan) yang tepat sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini (0-6 tahun)

c Tidak memberi sanksi dan pembebanan yang lebih dari kemampuan pada anak usia dini

d Belajar dilakukan sambil bermain tidak dengan pemaksaan

e Tidak memperlakukan mereka seperti orang dewasa yang telah sempurna akalnya hingga bisa mengendalikan diri dalam pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri (Sunarti, 2012)

b Tujuan dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Darun Jannah (2012) yang menjadi tujuan dari pada pendidikan anak usia dini adalah :

1 Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang memungkinkan anak usia dini untuk tumbuh dan berkembang, sesuai dengan usia dan potensinya.

2 Mengidentifikasi penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat dilakukan intervensi dini.

3 Menyediakan pengalaman yang beranekaragam dan mengasyikkan bagi anak usia dini yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi dalam berbagai bidang, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya.

c Kemampuan Sains Sederhana

Kemampuan berpikir merupakan sekumpulan ketrampilan proses yang kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini. Berpikir merupakan proses aktif dinamis yang bersifat ideasional dalam rangka pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan (Suryabrata, 1993:54). Sedangkan menurut Conny, berfikir merupakan proses

(5)

mental yang terjadi karena berfungsinya otak dalam rangka mencari jawaban atau suatu persoalan, menemukan ide – ide, mencari pengetahuan, atau sekedar untuk berimajinasi.

Marzano dalam (Harsanto, R 2005:8) mengemukakan bahwa berpikir kritis dan kreatif bisa dilatihkan. Ketika anak tertarik pada suatu hal, anak akan bertanya. Setelah memperoleh informasi yang dibutuhkan, anak akan menghubungkan informasi yang diperolehnya dengan berbagai informasi lain yang telah diterimanya. Dengan demikian, kemampuan bertanya yang ada pada anak dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

d Hakikat Metode Discovery

Bruner (dalam Gerson, 2002:127), penemuan adalah suatu proses, suatu cara pendekatan atau pemecahan masalah, bukan hasil kerja. Metode penemuan merupakan prinsip alami yang mendorong suatu proses kerja. Penggunaan kata penemuan sama seperti penggunaan kata bakat. Proses penemuan merupakan kemampuan menggeneralisasikan, melalui latihan menyelesaikan problem, latihan membuat dan menguji hipotesis. Belajar melalui penemuan, adalah menghadapkan anak dengan problem dan mengharapkan siswa menyelesaikan problem tersebut.

Selanjutnya Ausubel (Tanwey, 2002:128) mengingatkan bahwa penemuan yang digunakan dalam pengajaran merupakan suatu aktivitas yang sangat berbeda dengan aktivitas penemuan dalam penelitian para sarjana dan ilmuwan. Suatu materi yang diajarkan dengan teknik penemuan murni yang digunakan oleh para sarjana dan ilmuwan, hanya akan membuat kelas menjadi kacau.

Discovery(penemuan terbimbing) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry (penyelidikan). Suherman (dalam Herdian, 2010:10) berpendapat bahwa discovery (penemuan terbimbing) adalah proses mental dimana anak mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental, misalnya: mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan konsep misalnya: Tumbuhan, hewan, manusia dan sebagainya.

Model ini membutuhkan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil yang dicapai sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila anak dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan „mengkonstruksi‟ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Model ini bisa dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok. Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:

(6)

1 Identifikasi kebutuhan anak;

2 Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;

3 Seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;

4 Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi anak serta peranan masing-masing anak;

5 Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;

6 Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan; 7 Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;

8 Membantu anak dengan informasi/ data jika diperlukan oleh anak;

9 Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;

10 Merangsang terjadinya interaksi antara anak dengan anak;

11 Membantu anak merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

e Pengenalan Sains Sederhana

Anak didorong untuk menghitung benda-benda yang ada di sekeliling, kemudian mengenalkan bentuk-bentuk benda kepadanya. Berdasarkan menu pembelajaran anak usia dini disebutkan bahwa salah satu hasil belajar dalam aspek kognitif adalah anak dapat mengenal konsep-konsep Sains sederhana (Depdiknas, 2002:2). Beberapa konsep sains sederhana yang dapat dipelajari anak usia dini adalah sebagai berikut:

1 Mengenali benda di sekitarnya menurut ukuran (pengukuran) 2 Balon ditiup lalu dilepaskan

3 Benda-benda dimasukkan ke dalam air (terapung, melayang, tenggelam) 4 Benda-benda yang dijatuhkan (gravitasi)

5 Percobaan dengan magnet

6 Mengamati dengan kaca pembesar

(7)

Pengetahuan mengenai konsep-konsep sains sederhana dapat diperkenalkan dan dipelajari anak-anak melalui kegiatan bermain atau anak diajak untuk melakukan percobaan sederhana di bawah bimbingan pendidik.Dengan memberi kesempatan kepada anak untuk bereksperimen maka anak telah didorong untuk selalu mencoba sesuatu yang baru sehingga dapat mengarahkan anak menjadi seorang yang kreatif dan penuh inisiatif.

f Tujuan Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

Nugraha, (2008:27) menyajikan tujuan pengembangan pembelajaran sains agar lebih mudah untuk di identifikasi dan diorganisasikan, khususnya oleh pengajar sains pada tingkat usia dini, maka tujuan-tujuan pengajaran sains bagi anak usia dapat disimpulkan menjadi tiga dimensi utama sebagai sasaran pokoknya yaitu : dimensi produk, dimensi proses, serta dimensi sikap.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sains sederhana adalah pembelajaran yang mengacu kepada pengenalan prinsip dan konsep yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

g Pengenalan Sains Sederhana Melalui Metode Discovery dalam Melatih Kemampuan Berpikir Anak

Sains merupakan sebuah batang tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik mengenai dunia fisik dan alami. Sebagai proses, sains merupakan kegiatan menelusuri, mengamati dan melakukan percobaan. Sangat penting bagi anak kecil untuk ikut berpartisipasi dalam proses ilmiah, karena keterampilan yang akan mereka dapatkan bisa dibawa ke daerah-daerah perkembangan lainnya dan akan bermanfaat selama hidupnya.

Untuk menjadikan anak lebih memahami tentang sains sederhana maka di perlukan suatu kegiatan yang dapat membantu mereka dalam pembelajaran Sebagai contoh dalam membelajarkan mengenali benda disekitar sesuai ukuran (pengukuran), anak akan di ajak untuk mempelajari ukuran benda melalui penemuan terbimbing. Dibawah bimbingan pendidik akan akan lebih terarah dalam melakukan percobaan pengukuran. Sebagai contoh anak diminta membandingkan ukuran benda yang dicelupkan dalam air yang terdapat dalam wadah yang segi empat dan wadah yang berbentuk lingkaran.

Selain itu pula anak dapat diajak dengan membandingkan benda sesungguhnya seperti mengukur benda yang ringan atau berat dengan membandingkan antara batu dan kapas, atau dengan kayu. Dengan melakukan hal itu sendiri maka anak akan menemukan konsep sendiri tentang pengukuran benda, dan hasil penemuan tersebut akan terpatri dalam otak anak sampai kapanpun.

(8)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan suatu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) bersiklus yang dilaksanakan di TK Makapande Desa kalangkangan Kab.Toli-Toli.Subjek yang dikenai tindakan adalah anak yang terdaftar pada tahun pelajaran 2012/2013. Anak yang menjadi subjek tindakan berjumlah 20 orang dengan 10 orang anak laki-laki dan 10 anak perempuan, yang keseluruhannya memiliki latar belakang sosial, ekonomi, budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademik yang berbeda-beda.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah : a Observasi

Melalui observasi ini penliti memungkinkan melihat dan mengamati sendiri bagaimana kegiatan sains sederhana pada anak khususnya pada kegiatan mengukur dan membedakan ukuran

b Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pelengkap data, dalam hal ini sebagai bukti fisik bahwa peneliti telah melakukan penelitian sains sains sederhana khususnya mengenai kegiatan mengukur dan membedakan ukuran.

Dalam penelitian ini tidak menggunakan analisis uji statistik namun menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil observasi yang telah dilakukan diolah dan di analisis secara kuantitatif dan komparatif untuk membandingkan nilai antar siklus maupun indikator dalam penelitian.Hasil analisis kuantitatif kemudian di deskripsikan secara kualitatif

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tentang sains sederhana melalui model pembelajaran discovery. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana guru memotivasi anak yang kurang memahami dan mengenal konsep sains sederhana (pengukuran) menjadi anak yang mengenal dan memahami konsep sains sederhana bukan hanya mengukur akan tetapi lebih mengenal sains sederhana lebih jauh lagi. Mengingat pembelajaran sains sederhana bukan saja mengukur akan tetapi sampai mengenal jagad raya. Dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan telah menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, setelah tindakan siklus II pertemuan II. Dimana indikator kinerja yang ditetapkan sebagai berikut ; “Jika kemampuan anak TK Makapande dalam memahami dan mengenal konsep sains sederhana (pengukuran) yang sebelumnya hanya 4 orang atau 20% meningkat menjadi 15 orang anak atau 75 % dari 20 orang anak, maka hipotesis tindakan ini terbukti, sehingga penelitian ini dikatakan berhasil dan dapat diterima”. Hasil yang diperoleh telah mencapai indicator kinerja sesuai dengan tabel 5 dibawah ini.

(9)

Berdasarkan tabel 4.10, rata-rata peningkatan kemampuan memahai konsep sains sederhana (pengukuran) melalui model pembelajaran discovery dapat dilihat bahwa :

Pada siklus I Pertemuan I, terjadi peningkatan yang berarti yang ditandai dengan bertambahnya jumlah anak yang dapat mengukur dan membedakan ukuran, sebanyak 2 orang anak atau 10 % dari pengamatan observasi awal. Pada siklus I pertemuan II anak yang telah menunjukkan peningkatan kemampuan memahami konsep sains sederhana (pengukuran) yang ditandai dengan bertambahnya jumlah anak pada aspek mengukur dan membedakan ukuran, sebanyak 2 orang anak atau 10 % dari pengamatan siklus I pertemuan I. Sehingga secara keseluruhan pada pertemuan I dan Pertemuan II terjadi peningkatan pemahaman konsep sains sederhana yang ditandai dengan bertambahnya jumlah anak sebanyak 4 orang atau 20 %, baik pada aspek mengukur dan membedakan ukuran. Mengingat pada pelaksanaan siklus I masih sebagian anak belum mampu memahami konsep sains sederhana (pengukuran) maka dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.

Pada siklus II pertemuan I, terjadi peningkatan kemampuan mengenal konsep sains sederhana (Pengukuran) yaitu dengan bertambahnya jumlah anak yang dapat mengukur dan membedakan ukuran sebanyak 4 orang atau 20 %, kemudian pada siklus II pertemuan II terjadi peningkatan yang berarti yang ditandai dengan bertambahnya jumlah anak pada kedua aspek yang diamati sebanyak 3 orang atau 15 %. Sehingga dilihat dari hasil observasi awal hingga pelaksanaan siklus II pertemuan II terjadi peningkatan kemampuan mengenal konsep sains sederhana (pengukuran), yakni dari 4 orang anak atau 20 % yang telah mampu memahami konsep sains sederhana (pengukuran) menjadi 15 orang anak atau 75%.

Dari pelaksanaan kegiatan tersebut diperoleh hasil : “Meningkatnya jumlah anak dalam memahami konsep sains sederhana dari 4 orang anak atau 20% menjadi 15 orang anak atau 75%”. Dengan demikian penelitian melalui model pembelajaran discovery untuk meningkatkan kemampuan mengenal dan memahami konsep sains sederhana (pengukuran) pada anak kelompok telah berhasil.Berdasarkan hasil penelitian Siklus II Kel.B TK Makapande Desa. Kalangkangan Kec. Galang Kab. Toli-toli diperoleh anak yang telah mampu mengukur dan membedakan ukuran sebanyak 15 orang atau 75 % dan yang masih perlu bimbingan dan motivasi yaitu 5 orang anak atau 25 %. Peningkatan kemampuan mengenal dan memahami konsep sains sederhana (pengukuran) pada anak kelompok B TK Makapande sangat berarti bagi peneliti selaku pendidik karena dengan demikian salah satu kecerdasan (naturalistik) yang perlu di kembangkan dalam diri anak telah mendapatkan jalan keluarnya. Yaitu konsep sains sederhana.Hal ini seperti yang diungkapkan Juwita, K (2000: 327), sains adalah produk dan proses.Sebagai produk, sains merupakan sebuah batang tubuh

(10)

pengetahuan yang terorganisir dengan baik mengenai dunia fisik dan alami.Jadi Hipotesis tindakan “Jika menggunakan model pembelajaran discovery maka kemampuan mengenal dan memahami sains sederhana (pengukuran) pada anak kelompok Kel.B TK Makapande Desa. Kalangkangan Kec. Galang Kab. Toli-toli meningkat.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran discovery, kemampuan mengenal dan memahami konsep sains sederhana (pengukuran) pada anak Kelompok B TK Makapande Kec. Galang Desa Kalangkangan Kab. Toli-toli meningkat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah anak yang mengenal konsep sains sederhana (pengukuran), yang sebelumnya 4 orang atau 20% menjadi 15 orang atau 75%.

Adapun yang menjadi saran dalam dalam penelitian ini adalah : 1 Anak

Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya memperhatikan penjelasan dari guru 2 Guru

Dalam melaksanakan pembelajaran pada usia dini hendaknya guru memperhatikan karakteristik setiap anak didiknya agar dalam melakukan tindakan perbaikan anak tidak merasa tertekan. Juga dalam memilih model pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya sesuai dengan masa perkembangan mereka mengingat pada usia 3 – 4 tahun anak dalam masa perkembangan pesat terutama perkembangan otak.

3 Sekolah

Kepada pihak sekolah hendaknya memperhatikan kesiapan fasilitas belajar agar nantinya dalam pelaksanaan pembelajaran lebih terarah.

4 Peneliti

Untuk membelajarkan konsep sains sederhana hendaknya digunakan benda–benda yang nyata karena anak belajar dari yang kongkret ke abstrak. Sehingga apa yang mereka pelajari dari benda-benda kongkret akan selalu tertanam dalam benak mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2002.Menu Acuan Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta

Depdiknas, 2006 Pedoman Teknis Penyelenggaraan POS PAUD. Dirjen PLS

Depdiknas, 2011 Petunjuk Teknis Penyelenggaraan POS PAUD. Dirjen PLS

Gerson, 2002, Pembelajaran Penemuan, Jakarta. Grasindo

(11)

Harsanto, R. 2005. Melatih Anak Berpikir Analistis, Kritis dan Kreatif. Jakarta: Grasindo.

Herdian, 2010.Metode Discovery http:// herdian_metodediscovery

http://djoenfhgova86.blogspot.com Bina Keluarga Balita,

Juwita K. 2000. Pengenalan Sains Untuk Anak Usia Dini. http://juwita_sains untuk anak usia dini

Nugraha Ali, 2004 Pengembangan Sosial Emosional, Depdiknas

Sujiono Nurani Yuliani, 2009 Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta.: Indeks.

Suherman, dkk. 2003. Common TexBook Strategi Pembelajaran MatematikaKontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung.

Poerwadarminta, 2000.Kemampuan Berpikir (http://berfikir, abstrak, verbal,numeric)

Takwin, B. 2006.Pendidikan Usia Dini (Mengajar Anak Berpikir Kritis).http://www.kompas.com/kesehatan/news/0605/05/093521.htm;

Yulianti, D. 2007. Mengenalkan Sains Pada Anak Usia Dini.http://www.suaramerdeka.com/harian/0511/07/ragam03.htm;

--- 2011 Kemampuan Berfikir Abstrak (http://berfikir, abstrak, verbal,numeric)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini meliputi 2 tahapan proses, yaitu optimasi kondisi proses hidrolisis selulosa dari tandan kosong kelapa sawit menjadi selulosa mikrokristal dan

tidak bagi santri yang telah mengerjakan salat malam berjamaah dapat. mempengaruhi sikap disiplin pada setiap kegiatan

KERJA LEBIH MASA PANGGILAN KHAS.. Nama Pegawai yang

Penulis ingin memberikan saran-saran, sebagai berikut : 1) Kepada Kepala Sekolah hendaknya memperhatikan secara serius tentang kegiatan belajar mengajar yang

Pada tugas berikut ini kamu diharapkan dapat mengenali dan memahami unsur kebahasaan yang ada di dalam teks eksplanasi. Unsur kebahasaan itu mencakupi kohesi, konjungsi, dan kalimat

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ana (2005) dan I Gusti (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan

Berdasarkan beberapa faktor homoseksual yang tersebut diatas, secara spesifik sama- sama menyebutkan pengalaman pada fase anak-anak menjadi salah satu faktor fundamental individu

Pada proses pengolahan terjadi permasalahan yang timbul pada unit pengolahan yaitu belum terpenuhinya target produksi yang direncanakan sebesar 16,233 ton/jam dengan