• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Trimurjo Semester Genap

Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh Endah Widyastuti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo

Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013) Oleh

ENDAH WIDYASTUTI

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk

mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari

pemahaman konsep matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Trimurjo tahun pelajaran 2012/2013

sebanyak 210 siswa yang terdistribusi dalam tujuh kelas (VII.A-VII.G) dan

sampel diambil secara purposive sampling sehingga diperoleh kelas VII.E sebagai

kelas eksperimen dan VII.C sebagai kelas kontrol. Desain penelitian ini adalah

post-test only control design. Data penelitian berupa nilai pemahaman konsep

matematis siswa yang diperoleh malalui posttest. Berdasarkan hasil analisis data,

diperoleh bahwa rata-rata nilai pemahaman konsep matematis siswa dengan

pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dari pembelajaran konvensional.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa pembelajaran

kooperatif tipe NHTefektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

(3)
(4)
(5)
(6)

v DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Efektivitas Pembelajaran ... 8

2. Pembelajaran Kooperatif ... 9

3. Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together ... 10

4. Pemahaman Konsep Matematis ... 12

B. Kerangka Pikir ... 13

(7)

vi

A. Populasi dan Sampel ... 16

B. Desain Penelitian ... 17

C. Data Penelitian ... 18

D. Teknik Pengumpulan Data ... 18

E. Prosedur Penelitian ... 18

F. Instrumen Penelitian ... 19

G. Analisis data ... 21

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 25

1. Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... ... 25

2. Pengujian Hipotesis ... 25

3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep ... 26

B. Pembahasan ... 28

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 31

B. Saran ... 31

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia mengembangkan

potensi dirinya berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu

menghadapi problematika yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Hal ini

ter-cantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

2003 menyatakankan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampil-an yketerampil-ang diperlukketerampil-an dirinya, masyarakat, bketerampil-angsa dketerampil-an negara.

Kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari aspek pendidikan sehingga sangat

wajar jika pemerintah harus memberikan perhatian yang serius terhadap dunia

pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia agar mencapai tujuan pendidikan nasional adalah

melalui pendidikan yang baik. Hal tersebut tercantum dalam tujuan pendidikan

nasional dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 berikut ini:

(9)

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses interaksi dalam

pem-belajaran akan terjadi jika ada hubungan timbal balik antara guru dan siswa.

Proses belajar siswa yang baik akan tercipta jika guru dapat menerapkan model

pembelajaran yang menarik sehingga para siswa menjadi lebih semangat untuk

belajar dan dapat tercipta proses pembelajaran yang efektif. Oleh sebab itu,

diperlukan suatu strategi pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif dalam

proses belajar agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

Salah satu pelajaran dalam pendidikan formal adalah pelajaran matematika.

Matematika menjadi salah satu ilmu yang wajib dipelajari terutama oleh peserta

didik pada semua jenjang pendidikan. Mata pelajaran matematika berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan siswa dengan menggunakan bilangan-bilangan dan

simbol-simbol serta ketajaman penalaran. Oleh karena itu guru dituntut untuk

dapat menciptakan kondisi belajar yang dapat membangkitkan semangat belajar

siswa. Sehingga siswa dapat memiliki kemampuan pembelajaran pemahaman

mengenai konsep matematis.

Dalam belajar matematika, pemahaman konsep merupakan bagian penting yang

harus dicapai oleh siswa. Pemaham konsep matematis dapat dikuasai dengan baik

oleh siswa jika guru dapat menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan

inovatif sehingga menciptakan kondisi belajar yang membangkitkan semangat

(10)

pengenalan konsep, baik pengenalan konsep secara langsung maupun tidak

langsung. Pengenalan konsep secara langsung yaitu berupa konsep-konsep yang

menyangkut kehidupan sehari-hari, sedangkan dalam pengenalan konsep tidak

langsung yaitu berupa rumus matematika atau berupa definisi. Selama ini dalam

pembelajaran matematika, kesalahan mempelajari suatu konsep terdahulu akan

berpengaruh terhadap pemahaman konsep selanjutnya. Pemahaman konsep awal

yang salah, akan menyebabkan kesalahan pada pemahaman konsep berikutnya.

Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu model pembelajaran matematika yang

dapat membantu dalam memahami konsep matematis siswa. Penggunaan model

pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif agar dapat meningkatkan

pemahaman dan kreativitas siswa dalam mempelajari matematika.

Banyak model pembelajaran kooperatif yang menjadi salah satu alternatif guru

dalam membantu siswa belajar untuk memahami suatu konsep matematis, salah

satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT model pembelajaran ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, model ini juga mendorong

siswa untuk lebih siap saat diskusi kelompok, meningkatkan semangat kerja sama

antarsiswa, meningkatkan komunikasi antarsiswa, dan bertanggungjawab atas

jawaban yang telah disimpulkan dalam kelompok belajarnya. Pada pembelajaran

kooperatif, setiap siswa memiliki peluang yang sama untuk memperoleh hasil

belajar yang maksimal serta tercipta suasana yang menyenangkan dalam proses

belajar. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa dikelompokkan dalam

kelompok-kelompok kecil di mana setiap siswa diberikan nomor berbeda yang

(11)

tugas untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu pembelajaran ini dapat

mendorong siswa untuk mempersiapkan diri, karena setiap siswa diberikan

kesempatan yang sama untuk mengemukakan jawabannya berdasarkan nomor

yang telah ditunjuk oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi matematika

di SMP Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2012/2013 pada semester genap,

diketahui bahwa dalam pembelajaran guru cenderung aktif menjelaskan materi

pelajaran sedangkan siswa cenderung pasif, diam dan tidak banyak bertanya serta

tidak mengemukakan pendapat. Dalam kaitan ini masih banyak siswa yang

kurang memperhatikan penjelasan guru, bahkan ada siswa yang tidak mengikuti

pembelajaran dengan baik, bermain dan bercakap-cakap dengan teman

se-bangkunya. Saat guru mengajukan pertanyaan dan memberi kesempatan kepada

siswa untuk bertanya, hanya sedikit siswa yang mau menjawab dan bertanya. Hal

ini disebabkan oleh guru yang mengajar di depan kelas hanya menjelaskan dan

memberikan latihan soal sehingga tidak diberi kesempatan untuk berdiskusi

dengan teman lainnya yang melatih untuk saling bekerja sama serta aktivitas yang

dilakukan sebagian besar siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan

mencatat apa yang ditulis oleh guru di papan tulis, sedangkan siswa yang lain

tidak memperhatikan, tetapi bercakap-cakap antar teman. Pembelajaran di kelas

juga terlalu monoton yakni siswa hanya dijelaskan oleh guru dan mengerjakan

soal di buku cetak sehingga membuat siswa jenuh dalam belajar yang kegiatan-

nya dihabiskan untuk hal yang sama. Kebanyakan siswa sudah merasa takut tidak

bisa mengerjakan soal matematika yang diberikan, siswa merasa matematika

(12)

permainan yang membuat mereka merasa tertantang yang membuat siswa hanya

pasif yang bila guru bertanya tentang kepahaman yang mereka dapat mereka

merasa sudah paham hanya untuk membuat guru tidak lebih lama untuk

men-jelaskan materi yang mereka anggap membosankan. Oleh karena itu, perlu

ada-nya upaya untuk menciptakan suasana pembelajaran di dalam kelas yang mampu

membuat siswa lebih aktif sehingga prestasi belajar mereka meningkat. Salah satu

upaya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang

membuat siswa akan lebih aktif dengan mendiskusikan secara bersama-sama

pertanyaan yang diberikan guru dan membuat semua harus siap untuk bisa

menjawab pertanyaan yang mewakili kelompoknya. Model ini mendorong siswa

untuk ikut berdiskusi dan mau ikut bekerjasama dalam menyelesaikan pertanyaan

supaya dapat menjawab pertanyaan di depan kelas jika kemungkinan ditunjuk

untuk maju mewakili kelompok berdasarkan nomor yang disebut guru yang telah

diberikan sebelum diberikan pertanyaan. Dengan model pembelajaran ini siswa

bisa lebih tertarik untuk belajar yang membuat siswa aktif sehingga tidak merasa

jenuh dan menyebabkan terjadinya interaksi antarsiswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

“Apakah pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif ditinjau dari pemahaman

(13)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif

tipe NHT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan

terha-dap peningkatan mutu pendidikan, terutama dalam pemahaman konsep

ma-tematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain :

1. Bagi sekolah, dapat menyumbangkan pemikiran ilmu pengetahuan dalam

bidang matematika.

2. Bagi guru, dapat menjadi alternatif dalam menggunakan model

pembelajar-an ypembelajar-ang efektif dilihat dari penguasapembelajar-an konsep matematis siswa.

3. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi

bagi penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain.

1. Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

(14)

pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif

tipe NHT lebih tinggi dari pemahaman konsep matematis siswa dengan

pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran dalam

kelompok-kelompok kecil yang memiliki empat struktur langkah kegiatan utama yaitu

penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama dan pemberian jawaban.

3. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami

konsep pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil tes pemahaman

konsep. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam

penelitian ini mengacu pada peraturan Dirjen Depdiknas Nomor

506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004, yaitu::

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

e. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi

tertentu.

4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo semester

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya, ada pengaruh atau akibat, selain

itu efektif juga dapat diartikan dengan dapat membawa hasil, berhasil guna.

Sambas (2009: 9) mengatakan bahwa efektivitas berarti kemampuan dalam

melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa

untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang

diharapkan.

Menurut Uno (2011: 29), pada dasarnya efektivitas ditunjukkan untuk menjawab

pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta

dik. Simanjuntak (1993: 80) juga mengungkapkan bahwa suatu pembelajaran

di-katakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan

atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai.

Istilah pembelajaran merupakan sebuah istilah baru yang digunakan untuk

(16)

bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan sistematis dan sistemik untuk

menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar.

Definisi efektivitas pembelajaran dikemukan oleh Hamalik (2008:171) bahwa

pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan

belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk

belajar. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya

di-harapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari.

Pembelajaran matematika yang efektif memerlukan suatu komitmen serius

terhadap pengembangan pemahaman matematika siswa. Guru secara efektif

mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan dan rencana pelajaran yang

mengungkapkan pengetahuan siswa lebih dulu, kemudian mereka bisa menambah

pengalaman dan mendapat pelajaran berdasarkan pada pengetahuan.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah

suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Pembelajaran Kooperatif

Sanjaya (2011: 241) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

rangkaian kegiatan belajar siswa yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Nurulhayati dalam Rusman (2011: 203)

mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan

partisipasi siswa dalam kelompok untuk saling berinteraksi. Hal ini sesuai dengan

(17)

berpusat kepada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk

memecahkan masalah. Siswa yang berada dalam kelompok akan berusaha untuk

mencapai tujuan pembelajaran dengan bekerjasama dan bertanggungjawab atas

siswa lainnya.

Lebih lanjut Suprijono (2010: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif

adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Guru

menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan

informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan

masalah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan melibatkan partisipasi siswa

dalam kelompok untuk saling berinteraksi satu sama lain yakni berdiskusi

bersama memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan tertentu yang dipimpin

oleh guru.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Nurhadi (2004: 67), model pembelajaran NHT dikembangkan oleh Spencer

Kagan dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam

suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi

pelajaran tersebut. (Dalam Lie: 2007), model ini sangat memberikan kesempatan

kepada para siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan

(18)

merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan

bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik dengan melibatkan siswa

dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga membantu para siswa dalam

meningkatkan kreativitas dan semangat kerja sama mereka satu sama lainnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga bisa digunakan dalam semua mata

pelajaran untuk semua tingkatan usia peserta didik. Menurut Huda (2011: 136)

NHT memberikan kesempatan kepada siswa-siswa untuk saling sharing ide-ide

dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, untuk menimgkatkan

semangat kerjasama siswa.

Sebagai suatu model pembelajaran NHT memiliki langkah-langkah, menurut

Huda (2011: 138) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT

memiliki empat langkah, yaitu: Penomoran (Numbering), Pengajuan Pertanyaan,

Berpikir Bersama (Heads Together), Pemberian Jawaban.

Langkah 1: penomoran (Numbering)

Dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan empat orang secara heterogen sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelas dan kemudian memberikan masing-masing siswa nomor, sehingga setiap siswa di dalam kelompoknya memiliki nomor yang berbeda-beda.

Langkah 2: pengajuan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan di-ambil dari materi pelajaran yang sedang dipelajari. Pertanyaan dalam penelitian ini berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK).

Langkah 3: berpikir bersama (Heads Together)

(19)

kelompoknya yang belum paham, sehingga semua anggota dalam kelompok mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut.

Langkah 4: pemberian jawaban

Guru memanggil salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara acak memilih siswa dalam kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya dipanggil guru dari kelompok tersebut berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama dapat menanggapi jawaban tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT adalah model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

Model ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup

dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran

tersebut.

4. Pemahaman Konsep Matematis

Dalam pembelajaran tidak terlepas dari proses pemahamannya karena pemahaman

dalam belajar merupakan hal penting. Jika dalam belajar tidak paham akan materi

yang dipelajari maka akan susah mencapai keberhasilan belajar. Pada proses

belajar melibatkan memori jangka pendek (memori bekerja) dan memori jangka

panjang. Memori jangka pendek mempunyai kapasitas yang terbatas untuk dapat

memahami, sedangkan memori jangka panjang mempunyai kapasitas tidak

ter-batas dan bersifat permanen dalam menyimpan pengetahuan.

Konsep adalah pengertian yang digunakan atau memungkinkan seseorang untuk

mengelompokkan atau menggolongkan suatu objek termasuk atau tidak termasuk

(20)

suatu sistem satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri

sama. Konsep matematika dapat pula diartikan sebagai suatu ide abstrak tentang

suatu objek atau kejadian yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama

dari sekumpulan objek sehingga seseorang dapat mengelompokkan atau

meng-klasifikasikan objek atau kejadian dan sekaligus menerangkan apakah objek

tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut.

Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep

matematika adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau memahami

materi atau objek yang meliputi fakta, keterampilan, konsep dasar atau

aturan-aturan dalam matematika.

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes

pemahaman konsep. Untuk menilai pemahaman konsep matematika dapat

dilakukan dengan memperhatikan indikator-indikator dari pemahaman konsep

matematika menurut peraturan Dirjen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004

tanggal 11 November 2004.

B.Kerangka Pikir

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan adanya

kerja sama antar siswa dan peran aktif siswa sebagai individu untuk bekerja sama

dalam kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran dan diarahkan untuk

mem-pelajari dan memahami materi pelajaran. kerjasama dan peran aktif siswa sangat

diperlukan dalam pembelajaran, agar siswa dapat memahami konsep dalam suatu

(21)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah salah satu tipe model pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan bertujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut. Selain itu, model ini memberikan kesempatan kepada siswa

untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat.

Sehingga siswa diharapkan tertarik dalam setiap pelajaran, khususnya pelajaran

matematika. Sebab, apabila siswa tertarik dengan pelajaran matematika, maka

siswa diharapkan dapat memahami konsep matematis dengan baik.

Pembelajaran dengan model NHT diawali dengan membagi siswa dalam

kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dengan tujuan agar

ke-mampuan siswa dalam setiap kelompok merata. Setelah itu, guru melakukan

penomoran (Numbering) agar setiap anggota dari masing-masing kelompok

men-dapatkan nomer yang berbeda. Dalam tahap penomoran, siswa diharapkan lebih

tertarik saat pembelajaran sehingga dapat memacu siswa untuk memahami materi

yang diberikan. Selanjutnya, guru mengajukan pertanyaan berupa Lembar Kerja

Kelompok (LKK). Pemberian LKK diharapkan agar siswa dapat menggali

pengetahuan baru bersama anggota kelompoknya dari pertanyaan-pertanyaan

yang ada di LKK tersebut. Kemudian, masing-masing kelompok dapat berpikir

bersama (Heads Together) untuk membahas LKK. Kegiatan ini dilakukan agar

siswa dapat saling memberikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang

(22)

pertanyaan yang ada di LKK, sehingga siswa dapat menambah dan meningkatkan

pemahaman konsep matematisnya dari hasil berpikir bersama. Kegiatan

selanjutnya, guru memanggil acak nomor siswa. Siswa dari setiap kelompok yang

bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Kemudian, guru secara acak memilih siswa dalam kelompok yang harus

mem-berikan jawaban hasil berpikir bersama. Siswa yang nomornya dipilih oleh guru

dari kelompok tersebut berdiri untuk memberikan jawaban kepada seluruh kelas.

Kelompok lain yang bernomor sama dapat menanggapi jawaban tersebut.

Kegiatan ini dilakukan untuk mematangkan pemahaman konsep matematis siswa,

dan membuat siswa agar lebih berani untuk mengungkapkan ide-ide, dan dapat

saling memberikan pengetahuan yang baru hasil berpikir bersama anggota

kelompok dan kepada siswa yang lain, serta agar siswa berani tampil di depan

kelas.

C. Hipotesis

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah “Pembelajaran kooperatif tipe NHT

efektif jika diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman

konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran

2012/2013”

Hipotesis khusus dalam penelitian ini adalah “ pemahaman konsep matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dari

pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

(23)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1

Trimurjo tahun pelajaran 2012/2013 semester genap sebanyak 210 siswa yang

terdistribusi dalam tujuh kelas (VII.A-VII.G). Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan purposive sampling. Diambil dua kelas dari tujuh

kelas yang rata-rata nilai ujian semester ganjilnya sama atau hampir sama dengan

rata-rata nilai populasi. Satu kelas pada sampel sebagai kelas eksperimen, yaitu

pembelajaran menggunakan model NHT dan kelas lainnya sebagai kelas kontrol

yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah

men-dapatkan nilai ujian semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, dari guru mata

pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo diperoleh nilai kelas

(24)

Tabel 3.1 Nilai Rata-Rata Kelas hasil ujian semester ganjil T.P 2012/2013

Sumber : SMP Negeri 1 Trimurjo tahun pelajaran 2012/2013

Dari ketujuh kelas tersebut diambil dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitu

kelas VII.C sebagai kelas kontrol dan kelas VII.E sebagai kelas ekperimen.

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan menggunakan desain

post-test only control design, sebagaimana dikemukakan Furchan (2007:368)

sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

E X O1

P C O2

Keterangan:

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol X = Pembelajaran kooperatif tipe NHT C = Pembelajaran konvensional

O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen

(25)

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data nilai yang diperoleh

melalui tes pemahaman konsep yang dilakukan di akhir pokok bahasan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes.

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep

matematis.

E.Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Penelitian Pendahuluan, penelitian pendahuluan berguna untuk

melihat kondisi sekolah, seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, dan

cara mengajar guru matematika selama pembelajaran di sekolah.

2. Merencanakan penelitian

a. Menentukan sampel penelitian.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model

pembelajaran NHT untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional

untuk kelas kontrol.

c. Menyusun Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang akan diberikan kepada

siswa pada saat diskusi kelompok.

d. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi

tes pemahaman konsep matematis, kemudian membuat soal esai beserta

(26)

3. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada

kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan

pada kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional.

4. Menguji cobakan instrumen pada kelas uji coba, yang mana tes instrumen

tersebut akan digunakan sebagai tes akhir.

5. Menganalisis data hasil uji coba instrumen tes uji coba pada kelas uji coba

untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.

6. Menentukan soal-soal yang memenuhi syarat.

7. Melakukan perbaikan instrumen tes.

8. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

9. Menganalisis/mengolah data hasil posttest.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes yang memuat soal-soal

esai untuk mengukur pemahaman konsep matematis. Setiap soal memiliki satu

atau lebih indikator pemahaman konsep matematis. Untuk mendapatkan data yang

akurat, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi

kriteria tes yang baik, yaitu memenuhi kriteria valid dan realibel.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi

merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum

(27)

Untuk mendapatkan perangkat tes yang mempunyai validitas isi yang baik

dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Membuat kisi-kisi dengan indikator yang telah ditentukan.

b. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi.

c. Meminta pertimbangan kepada guru mitra dan dosen pembimbing yang

di-pandang ahli mengenai kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.

Dengan asumsi bahwa guru pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 1

Trimurjo mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka untuk mengukur

validitas tes dilakukan oleh guru matematika. Penilaian guru matematika

menyatakan bahwa kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang digunakan telah

sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sehingga validitas

isi dari tes tersebut dikategorikan valid (Lampiran B.5).

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes.

Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan

meng-gunakan tes tersebut berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa

me-nunjukkan hasil yang tetap sama atau bersifat ajeg (stabil). Untuk menentukan

tingkat reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha (dalam Arikunto, 2006:

195), yaitu :

r

: koefisien reliabilitas instrumen (tes)

(28)

k

b : jumlah varians dari tiap-tiap item tes

2

t : varians total

Menurut Arikunto (2003:75), harga

11

r yang diperoleh diimplementasikan dengan

indeks reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut:

a. Antara 0.800 sampai dengan 1.000: sangat tinggi b. Antara 0.600 sampai dengan 0.800: tinggi c. Antara 0.400 sampai dengan 0.600: cukup d. Antara 0.200 sampai dengan 0.400: rendah

e. Antara 0.000 sampai dengan 0.200: sangat rendah

Hasil perhitungan reliabilitas tes diperoleh harga

r

11= 0,74. Berdasarkan pendapat

Arikunto di atas instrumen tes pemahaman konsep matematis yang digunakan

dalam penelitian memiliki kriteria tinggi, sehingga instrumen tes dapat digunakan

dalam penelitian.

G.Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan diperlukan suatu analisis data

sebagai berikut:

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau

sebaliknya. Rumusan hipotesis untuk uji ini (dalam Sudjana, 2005: 273), adalah:

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

(29)

Dengan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapan k = banyaknya kelas interval

Kriteria uji : terima H0 jika dengan taraf nyata (α) =0,05.

(Sudjana, 2005: 273).

Uji normalitas ini dilakukan terhadap data pemahaman konsep matematis siswa

pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil perhitungan uji

normalitas kelompok data dapat dilihat pada Lampiran C.4 dan C.5.

Berdasarkan hasil analisis data untuk kelas eksperimen diperoleh = 5,62,

dengan derajat kebebasan dk = 3 dan taraf nyata (α) 0,05 diperoleh = 7,81.

Untuk kelas kontrol diperoleh = 1,91, dengan derajat kebebasan dk = 3

dan taraf nyata (α) 0,05 diperoleh = 7,81. Karena

berdasarkan kriteria pengujian maka terima H0, jadi nilai pemahaman konsep

matematis siswa dengan pembelajaran NHT dan pembelajaran konvensional

keduanya berdistribusi normal.

b) Uji Homogenitas Varians

Uji kesamaan dua varians (homogenitas) digunakan untuk mengetahui apakah

data skor tes pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh memiliki

varians sama atau sebaliknya. Adapun Hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 :

2 2 2

1 (kedua populasi memiliki varians yang sama)

H1 :

2 2 2

(30)

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

Fhitung =

Kriteria uji: tolak H0 jika , dengan

diperoleh dari daftar distribusi F dengan peluang , sedangkan adalah

derajat kebebasan pembilang, dan adalah derajat kebebasan penyebut.

(Sudjana, 2005 : 250).

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data pemahaman konsep matematis

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol nilai Fhitung 2,48 sedangkan

dengan (Lampiran C6). Karena karena itu

terima yang kedua populasi data nilai pemahaman konsep matematis siswa

dengan pembelajaran NHT dan pembelajaran konvensional mempunyai varians

yang sama.

c) Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat, diketahui bahwa kedua data pemahaman konsep

matematis siswa berdistribusi normal tetapi tidak homogen, sehingga untuk

mengetahui adakah perbedaan pemahaman konsep matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional, digunakan uji-t’.

terkecil Varians

(31)

Adapun uji-t` dalam Sudjana (2005: 241) sebagai berikut:

1) Hipotesis uji:

H0 : 1 2 (Rata-rata nilai pemahaman konsep dengan menggunakan

pembelajaran NHT sama dengan rata-rata nilai pemahaman konsep

dengan pembelajaran konvensional).

H1 : 1 2 (Rata-rata nilai pemahaman konsep dengan menggunakan

pembelajaran NHT lebih dari rata-rata nilai pemahaman konsep

dengan pembelajaran konvensional).

2) Taraf signifikansi: = 5%

3) Statistik uji:

dengan:

w1 =

w2=

t1 =

t2 =

4) Keputusan uji:

(32)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif ditinjau dari pemahaman konsep

matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pemahaman konsep

matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

lebih dari rata-rata nilai yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran NHT sebagai salah satu alternatif

dalam pembelajaran matematika untuk memahami konsep matematika, namun

dalam penerapannya harus dilakukan dengan perencanaan yang matang,

pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana

belajar semakin kondusif sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai efektivitas

pembelajaran NHT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa agar

dapat mengkondusifkan dan mengelola siswa dengan baik, sehingga

pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran NHT di kelas benar-benar

(33)

3. Peneliti lain dapat menjadikan bahan referensi penelitian lanjutan atau

penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas.2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: CV Eko Jaya

Furchan,Arief.2007.Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.Yogyakarta:Pustaka Belajar

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

Lie, A. 2007. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Grasindo.

Sambas, Ali Murdin. 2010.Konsep Efektivitas Pembelajaran. [online].Tersedia:

http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-efektivitas-pembelajaran.html[14 April 2012

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperatif Learning. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud.

Tim Penyusun. 2010. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Lampung University Press. Lampung.

Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara

Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta

Gambar

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bab I berjudul Analisis Keragaman Genetik Galur-galur Jagung Pulut ( waxy corn ) Berbasis Marka SSRs ( Simple Sequence Repeats ) dan Korelasinya dengan Karakter Morfologi,

The current study presents exploringEFL teachers’ beliefs on teaching methodology in the 2013 curriculum and their applications in language teaching at MTs PPMI

Dari hasil analisis selama periode penelitian hasil uji t yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen menunjukan

Hasil penelitian pada permasalahan hukum terhadap perkawinan poligami yang tidak dicatatkan yang dilakukan oleh pejabat Negara dihubungkan dengan Undang-Undang No.1

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Pra

menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

[r]