• Tidak ada hasil yang ditemukan

Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Competitor, Nomor 3 Tahun 4, Oktober 2012"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

146 )* Dosen PGSD Dikjas S1 FIK UNM

ANALISIS STRUKTUR TUBUH TERHADAP KEMAMPUAN LARI 60 METER PADA MURID SD NEGERI BIRINGBALANG KABUPATEN GOWA

OLEH:

RICARDO V. LATUHERU )*

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi struktur tubuh tentang tinggi badan, berat badan, lingkar paha dan panjang tungkai terhadap kemampuan lari 60 meter pada Murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa dengan jumlah sampel penelitian 40 orang murid putra yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi dengan menggunakan sistem pengolahan SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) kontribusi tinggi badan terhadap kemapuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 74,7%, (2) kontribusi berat badan terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 71,6%, (3) kontribusi lingkar paha terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 77,7%, (4) kontribusi panjang tungkai terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 40,3%, dan (5) kontribusi antara tinggi badan, berat badan, lingkar paha, dan panjang tungkai terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 75,1%. . Ini membuktikan bahwa kemampuan lari 60 meter dipengaruhi oleh tinggi badan, berat badan, lingkar paha dan panjang tungkai. Struktur tubuh merupakan salah satu syarat mencari olahragawan yang berbakat untuk berprestasi. Bagi cabang olahraga atletik khususnya dinomor lari sprint. Seorang pelari, perlu ditunjang dengan komposisi tubuh atau struktur tubuh yang ideal. Sebagaimana yang telah diuraiakan disetiap hipotesis tentang tinggi badan, berat badan, lingkar paha dan panjang tungkai merupakan bagian-bagian struktur tubuh yang sangat mempengaruhi kemampuan dalam berlari, apalagi di nomor jarak pendek atau sprint. Dengan demikian struktur tubuh tentang tinggi badan, berat badan, lingkar paha, dan panjang tungkai memiliki kontribusi terhadap kemampuan lari 60 meter.

(2)

147 )* Dosen PGSD Dikjas S1 FIK UNM

ABSTRACT

This study aims to determine the contribution of structure on height, weight, thigh circumference and leg length of the ability to run 60 meters in Elementary School Students Biringbalang Gowa. This research includes descriptive research. The population of this study were all primary school pupils Biringbalang Gowa with sample number 40 disciples chosen son random sampling. The data analysis technique used is the technique of regression analysis using SPSS Version 15:00 treatment system at 95% significance level or 0.05. Departing from the results of the data analysis, the study concluded that: (1) contribution of height to Traffic ran 60 yards on elementary school students Biringbalang Gowa by 74.7%, (2) contribute to weight gain ability to run 60 meters at elementary students State Biringbalang Gowa by 71.6%, (3) contribute to the ability of thigh circumference ran 60 yards to the elementary school students Biringbalang Gowa by 77.7%, (4) contribute to the ability to run the leg length of 60 meters to the elementary school students Biringbalang Gowa by 40.3%, and (5) contributions between height, weight, thigh circumference, and the length of the leg to the ability to run 60 meters to the elementary school students Biringbalang Gowa by 75.1%. . This proves that the ability to run 60 meters is affected by height, weight, thigh circumference and leg length. Body structure is one of the requirements seeking a talented athlete to excel. For athletic sports in particular under-run sprint. A runner, to be supported by body composition or structure of the ideal body. As already diuraiakan each hypothesis about height, weight, thigh circumference and leg length are the parts of the body structure that greatly affect the ability to run, especially in the short-distance number or sprint. Thus, the body structure of height, weight, thigh circumference, and limb length has contributed to the ability to run 60 meters.

Keyword : Body Structure, Run 60 Meters

PENDAHULUAN

Olahraga atletik memiliki nomor-nomor cabang yang juga merupakan gerakan dasar alamiah yang menjadi pusat dari semua gerakan berolahraga. Sehubungan dengan banyaknya nomor dalam cabang olahraga atletik, maka yang menjadi objek dalam penelitian ini dan penulisan ilmiah ini hanya berfokus pada gerakan lari. Namun demikian, nomor lari juga terdiri dari jarak pendek, menengah, dan jauh. Dari tiga jarak lari tersebut, hanya jarak

pendek yang masih perlu dibenahi. Lari jarak pendek yang dimaksudkan adalah lari jarak 60 meter khususnya usia dini atau pelajar sekolah dasar. Pada jarak ini hampir dikatakan akhir-akhir ini tidak lagi menjadi olahraga unggulan dalam setiap perlombaan atletik untuk usia sekolah dasar atau usia dini di Sulawesi Selatan. Melihat kenyataan tersebut, maka diupayakan peningkatan prestasi kemampuan lari 60 meter. Usaha yang dilakukan antara lain dengan memberikan dan mengikutkan guru penjas pada

(3)

148 )* Dosen PGSD Dikjas S1 FIK UNM

pelatihan-pelatihan olahraga atletik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajarannya. Walaupun demikian, juga harus disadari bahwa guru penjas dan pelatih yang berkualitas tapi tidak ditunjang oleh kemampuan atlet yang berkualitas, maka semuanya akan menjadi hambar. Salah satu hambatan untuk mendapatkan atlet yang berkualitas adalah kesadaran untuk menjaga kondisi fisik dan meningkatkan kemampuan fisik. Peranan kemampuan fisik dalam menunjang hasil belajar dan prestasi lari 60 meter sangat penting, sehingga murid yang mempunyai kemampuan fisik yang baik tentu akan lebih berpeluang untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan dapat berprestasi. Demikian pula sebaliknya apabila atlet tidak memiliki kemampuan fisik yang baik tentunya sulit mendapatkan nilai yang maksimal apalgi untuk berprestasi. Begitu pentingnya fisik bagi seorang pelari cepat atau sprint, sehingga sebelum mendapatkan materi lari sprint begitu pula akan terjun ke arena perlombaan harus sudah dalam kondisi fisik yang prima. Kalau di perhatikan secara seksama, lari sprint 60 meter merupakan rangkaian bentuk gerakan ayunan lengan dan tungkai yang cepat dan kuat, serta akselarasi yang cepat yang disertai unsur kondisi fisik seperti struktur tubuh. Mungkin selama ini tidak disadari bahwa materi pelajaran dan latihan yang diberikan untuk meningkatkan kemampuan lari 60 meter kurang efektif, karena terjadi kekeliruan yang dilakukan oleh guru penjas dalam menyediakan materi maupun cara berlatih yang akan menimbulkan ke-sukaran dalam memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik.

Untuk meningkatkan kemampuan lari sprint 60 meter, maka kebiasaan-kebiasaan yang salah diperbaiki.

Salah satu yang harus diperhatikan adalah dengan memperbanyak metode mengajar dan bentuk latihan fisik untuk meningkatkan kemampuan yang dilihat dari faktor fisik antropometrik. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, di SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa, pelaksanaan proses belajar mata pelajaran penjas dan kesehatan berjalan dengan target yang di harapkan, ini terjadi karena kedisiplinan berbagai pihak di SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa mengenai saran dan prasarana kelengkapan dibidang pengajaran studi pendidikan jasmani dan kesehatan sudah memenuhi standar kelayakan untuk melakukan proses pembelajaran penjas khususnya mata pelajaran atletik. Namun hasil pembelajaran penjas khususnya lari sprint bagis murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa masih kurang maksimal, hal ini diduga karena murid dalam mengikuti pembelajaran penjas kurang memperhatikan unsur-unsur penting yang ada pada mata pelajaran tersebut seperti teknik ber lari dan unsur fisik yang menunjang dalam berlari dengan cepat. Sejalan dengan itu, maka kami akan me-lakukan kajian ilmiah dengan meng-adakan suatu penelitian pada cabang olahraga atletik pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa dengan memperhatikan kondisi fisik murid terutama berkaitan dengan struktur tubuhnya. Dengan alasan, kami me-lihat masih banyak murid pada saat mengikuti mata pelajaran atletik dan pada saat latihan murid sangat cepat kelelahan dan akhirnya tidak mengikuti materi pelajaran dengan baik, mengenai struktur tubuh murid mayoritas bisa berlatih atletik dengan karakteristik yang hampir sama. Adapun faktor yang akan kami angkat pada penelitian ini adalah faktor struktur tubuh. Struktur tubuh sangat penting

(4)

149 )* Dosen PGSD Dikjas S1 FIK UNM

menjadi perhatian dalam membina suatu cabang olahraga. Karena struktur tubuh mempunyai andil yang tidak kalah pentingnya dalam pen-capaian prestasi olahraga. Misalnya saja dengan tinggi badan yang memadai serta keserasian dengan berat badan akan lebih baik dalam cabang olahraga tertentu. Struktur tubuh yang dimiliki seseorang mem-pengaruhi setiap aktivitasnya dalam olahraga, karena struktur tubuh yang dimiliki biasanya dihubungkan dengan kemampuan atau kekuatan fisik yang dimilikinya. Struktur tubuh seseorang ditentukan oleh tulang dan otot. Orang yang tinggi secara otomatis memiliki tulang yang panjang demikian pula sebaliknya. Tulang sebagai alat pasif dan otot sebagai alat gerak aktif. Berkaitan dengan maksud itu, menurut Jance Tulalessy (1998) mengemukakan bahwa: “Semakin panjang tulang akan memberikan kemungkinan gaya yang lebih besar sesuai dengan sistem tuas dan pengungkit”. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh M. Anwar Pasau (1988) bahwa: orang yang mempunyai fisik yang tinggi dan besar rata-rata akan lebih baik daripada orang yang bertubuh kecil dan pendek. Dengan demikian struktur tubuh sangat penting dalam pencapain dan ke-berhasilan seseorang secara maksimal dalam suatu cabang olahraga. Fenny KS. yang dikutip oleh Sultan (1995) mengatakan kriteria pencapaian prestasi atlet pada cabang olahraga yang terdiri dari ukuran dan bentuk antropometrik tubuhnya, kondisi jantung, kekuatan otot, kecepatan, daya ledak, kelincahan, fungsi paru-paru, koordinasi, waktu bereaksi, dan keseimbangan.

Kemampuan lari 60 meter

Kemampuan lari menurut Jess Jarver (2007) mengemukakan bahwa: “Gerakan bergerak ke depan sambil

berlari yang dilakukan dengan ke-cepatan maksimal”. Menurut Aip Syarifuddin (1992) bahwa: “Lari adalah gerakan berpindah tempat dengan maju ke depan yang dilakukan lebih cepat dari berjalan”. Berjalan, kedua kaki selalu berhubungan (kontak) dengan tanah, sedangkan lari ada saatnya kedua kaki lepas dari tanah, sehingga ada saat badan melayang di udara. Menurut Yusuf Adisasmita (1992) mengemukakan lari jarak pendek adalah: “Semua nomor lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh atau kecepatan maksimal, sepanjang jarak yang harus ditempuh. Sampai dengan jarak 400 meter mash digolongkan lari jarak pendek”. Aip Syarifuddin (1992) mengatakan bahwa: “Lari sprint terdiri atas rangkaian tolakan, melayang, dan mendarat yang dilakukan secara halus sehingga disaat berlari tidak berpikir tentang lari, tetapi berupaya, selalu secepatnya untuk sampai pada garis finish. Untuk teknik-teknik serangkaian gerakan dalam lari sprint terdiri dari beberapa fase yaitu meliputi:

a. Sikap permulaan

Semua sikap star pada lari jarak pendek menggunakan sikap jongkok. Aba-aba untuk dilakukan dalam tipe fase, yaitu “Bersedia”, “Siap”, dan “Ya” atau tembakan pistol. Pada lari 60meter, bila pelari mendegar aba-aba “Bersedia”, maka pelari harus mempersiapkan diri lari, menuju star yang berada di belakang garis star. Mulai mem-bungkukkan badannya dengan kedua kaki bertumpu pada balok star dan lutut kaki belakang di letakkan di tanah. Pada saat yang sama dengan diletakkan di belakang garis star kira-kira selebar bahu dengan ujung-ujung jari menyentuh tanah. Kemudian

(5)

150 )* Dosen PGSD Dikjas S1 FIK UNM

badan dibuat seimbang dan kepala rileks. Pada aba-aba “Siapa” lutut diangkat dari tanah sedemikian rupa sehingga kedua kaki sama-sama sedikit bengkok dan kedua kaki tersebut menekankan pada balok star. Pinggul menjadi naik sedmikian rupa sehingga dari bahu yang letaknya berada di atas tangan. Tungkai dipertahankan lurus, dan pandangan mata tetap rendah. Pada aba-aba “Ya” atau pistol berbunyi, dengan refleks bertolak dari balok star, pada saat yang sama menangkal kedua tangannya dari tanah, yang meng-akibatkan ketidak seimbangan badan sebagai tahap awal dari gerakan-gerakan star. Kaki belakang dalam keadaan bengkok bergerak maju, kaki yang lain diluruskan dengan kuat untuk memberikan daya dorong ke depan. Kedua tungkai memberikan imbangan gerak terhadap kedua kaki dan membantu menimbulkan daya selama gerakan lari.

Gambar 1.

Sikap tubuh saat star jongkok b. Tahap melangkah

Mata kaki dan lutut yang melangkah diluruskan pada saat titik berat badan bergerak di depan kaki yang menumpu, dan mendorong pinggul ke depan. Pada saat yang bersamaan, kaki yang lain yang di sebut kaki yang bebas ditekuk dan bergerak ke arah depan dan ke atas memberikan kekuatan ganda. Kaki langkah meninggalkan tanah dengan mengangkat tumit dan menkan tanah dengan ujung jari. Kedua

tangan mengayun mengimbangi gerak kedua kaki. Kekuatan terbesar dari langkah ini, bersamaan dengan dorongan akhir ketika siku berada jauh di belakang dan lutut kaki yang berlawanan mencapai ketinggian tertinggi di depan. Tungkai berayun sedikit menyilang dada dan membentuk sudut 900. Kekuatan gerakan tangan dan kaki langsung mengimbangi kecepatan lari dan gerak posisi tubuh yang hampir tegak tanpa membungkuk ke depan atau ke belakang.

c. Tahap pemulihan kembali

Sesaat setelah melangkah, hubungan dengan tanah putus dan titik berat badan mengikuti arah parabola. Kaki yang melangkah bergerak ke belakang dan kaki yang lain ke depan mebuat tarikan aktif ketika menyentuh tanah. Selama kaki belakang melakukan gerakan ke atas berulang-ulang, tungkai berayun dengan arah yang berlawanan. Keseluruhan gerakan ini dapat disebut sebagai gerak rileks pada saat melayang atau tahap pemulihan. d. Support

Support adalah sandaran yang terjadi pada waktu kaki berhubungan dengan tanah mulai terjadi penurunan titik berat badan. Sebagai telapak kaki menyentuh tanah terlebih dahulu, baru kemudian seluruh telapak kaki menyentuh tanah dengan menggeper sehingga kaki betul-betul menginjak tanah. Pada saat yang sama lutut sedikit dibengkokkan sebagai persiapan untuk melangkah, sedangkan lutut yang lain bergerak ke arah depan terus ditekuk sampai kaki tumpu dan terus bersama-sama dengan pinggul bergerak ke depan pada

(6)

151 )* Dosen PGSD Dikjas S1 FIK UNM

saat rileks, selama kaki tumpu menjadi kaki langkah atau dorongan. Gerakan kaki di tanah hendaklah selalu elastis atau mengeper, tetapi dengan kecepatan yang lebih besar. Tekanan dan langkah yang lebih besar berasal dari kaki belakang.

e. Finish

Ada tiga cara yang sering di gunakan pelari jarak pendek disaat memasuki garis finish, yaitu dengan berlari terus, mencondongkan dada ke depan, atau berlari dengan kecepatan penuh. Untuk lebih jelasnya cara melewati garis finish dan siklus pergerakan kaki pada waktu berlari dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2

Siklus gerakan tungkai pada waktu berlari

Gambar 3

Posisi badan saat melewati finish Upaya untuk mencapai prestasi maksimal membutuhkan penguasaan kemampuan tinggi yang hanya dapat dicapai melalui kegiatan berlatih. Dengan berlatih secara sistematis gerakan yang semula dianggap sukar dilakukan menjadi gerakan yang otomatisasi.

Nomor lari 60 meter adalah suatu proses kegiatan yang banyak menuntut kesiapan fisik seperti: strukutr tubuh dan kelincahan, serta kemampuan berpikir secara tepat merupakan prsyarat untuk menjadi atlet yang dapat diandalkan.

Stuktur tubuh

Struktur tubuh setiap individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Struktur tubuh yang dimiliki oleh setiap orang mempengaruhi setiap aktivitas atau pekerjaannya termasuk dalam hal ini melakukan aktivitas olahraga. Orang yang memiliki struktur tubuh yang baik, akan dapat melakukan gerakan olahraga yang baik pula. Sebaliknya, orang yang memiliki struktur tubuh yang kurang baik, maka akan sulit melakukan gerakan olahraga dengan baik pula.

Struktur tubuh yang dimiliki oleh seseorang biasa dihubungkan dengan kemampuan atau kekuatan fisik yang dimilikinya. Dengan demikian struktur tubuh merupakan salah satu faktor penentu dalam keterampilan atau kemapuan gerak seorang atlet, makin baik struktur tubuh tiap individu makin baik pula tingkat kemampuan gerakannya. Bukti dari hubungan ini dapat dilihat dalam semua cabang olahraga.

Perhatian terhadap struktur tubuh (ukuran panjang tubuh, besar tubuh, dan berat tubuh) atau bentuk dan susunan tubuh bukanlah merupakan sesuatu hal yang baru, tetapi sudah dipelajari sejak dahulu kala dan hal ini dapat dilihat pada peninggalan-peninggalan zaman kuno yang berupa relief, ukiran-ukiran pada batu, logam yang telah berusia ribuan tahaun. Pada ukiran-ukiran tersebut dijumpai gambar laki-laki yang bentuk tubuhnya besar, kuat dan tegap sebagai

(7)

152 )* Dosen PGSD Dikjas S1 FIK UNM

lambang keperkasaan seseorang pada zaman itu. Antropometrik merupakan alat ukur struktur tubuh yang tertua dan dikenal serta dicatat mulai dari awal sejarah. Hal ini merupakan bentuk tes yang pertama digunakan dalam pertumbuhan fisik, sebagaimana yang diungkapkan oleh Harison Clarke (1991) sebagai berikut: “Antripometry is the oldest type of the recorded history. The concepts of the ideal proportion varied over periodes of time”.

Dalam cabang olahraga atletik di nomor lari jarak pendek diperlukan struktur tubuh yang baik, dalam hal ini berat badan, tinggi badan, lingkar paha, dan panjang tungkai karena merupakan syarat mutlak bagi ter-capainya prestasi. Untuk itu seorang pelatih dituntut mengetahui setiap saat kondisi atletnya yang diperlukan dalam melaksanakan suatu kegiatan atau aktivitas jasmani sebagai penunjang olahraga yang bersangkutan. Seorang pelatih juga dituntut untuk dapat membuat suatu program latihan yang cukup menarik sehingga dalam ke-mahirannya di dalam pembuatan program latihan sangat diperlukan bagi atlet untuk meningkatkan aktifitas fisiknya dalam usaha untuk mendapat-kan prestasi yang tinggi.

Kemampuan fisik yang bertumbuh pesat menjadi besar tinggi merupakan gambaran dan jaminan besarnya kemampuan kerja tubuh dan organ-organ tubuh. Sebagai contoh; orang yang mempunyai fisik yang tinggi dan besar rata-rata mempunyai kemampuan fisik yang (seperti kekuatan, daya tahan jantung, paru-paru serta daya tahanotot, kelincahan dan lain-lain) lebih baik dari pada orang yang bertubuh kecil dan pendek.

Aktivitas fisik yang meningkat maka kemampuan fisik atau struktur tubuh dapat berkembang dan di kembangkan, sebagaimana yang

dinyatakan oleh M. Anwar Pasau yang dikutip Baharuddin (1985) bahwa: dari segi biologis diketahui bahwa (termasuk seluruh organ tubuh) makin dilatih dengan berat/kerja keras akan menjadi lebih besar, kuat dan mempunyai daya tahan yang tinggi, dan se-baliknya otot yang kurang dilatih menjadi kurang berkembang, kurang kuat dan kurang daya tahannnya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa seseorang harus memiliki kemampuan fisik yang lebih baik dan harus mengembangkan secara sempurna kemampuan fisiknya sesuai dengan pekerjaan apa yang dilakukan. Dan bagi seorang atlet tergantung pada cabang olahraga yang diikutinya, juga orang yang pertumbuhan fisiknya baik rata-rata kesehatannya lebih baik pula. Para ahli juga berkesimpulan bahwa se-seorang yang baik dan cepat perkembangan jiwanya bahkan kemampuan mengem-balikan emosi akan lebih baik pula.

Oleh karena itu, struktur tubuh dkaitkan dengan aktivitas keolahragaan maka pijakan yang sangat determinan adalah kontruktif suatu tubuh secara totalitas bekerja bersama-sama atau berfungsi dalam setiap cabang olarhaga. Setiap cabang olarhaga mempunyai karakteristik tertentu atau mempunyai khas tertentu. Untuk masing-masing cabang olahraga itu memerlukan adanya kesesuaian dengan per-bandingan atau pertimbangan tubuh agar dapat menunjang tercapainya prestasi yang tinggi. Untuk kepentingan keterkaitan antara struktur tubuh umumnya dilakukan dengan jalan mengadakan pengukuran antropometrik.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode merupakan cara atau teknik yang dipergunakan untuk mencari pembuktian secara ilmiah

(8)

153 )* Dosen PGSD Dikjas S1 FIK UNM

yang dilakukan secara sistematis untuk mengungkapkan dan memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam suatu penelitian. Arah dan tujuan pengungkapan fakta atau kebenaran disesuaikan dengan yang ditemukan dalam penelitian untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: a. Variabel Bebas :

1. Tinggi badan, diberi simbol (X1) 2. Berat badan, diberi simbol (X2) 3. Lingkar paha, diberi simbol (X3) 4. Tinggi badan diberi simbol (X4) b. Variabel Terikat :

Lari 60 meter, diberi simbol (Y) Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa. Dengan sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dari murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa dengan teknik pengambilan sampel random sampling atau secara undian. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun inferensial secara korelasi dan regresi dengan taraf signifikan 95% atau  0,05.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Ada kontribusi tinggi badan terhadap kemampuan lari 60 meter murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa

Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara tinggi badan terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa. Diperoleh nilai regresi ( R0 ) 0,864 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk

nilai R Square (koefesien determinasi) 0,747. Hal ini berarti 74,7% kemampuan lari 60 meter di jelaskan oleh tinggi badan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 112,296 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan lari 60 meter (dapat diberlakukan untuk populasi di-mana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 10,597 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau tinggi badan benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan lari 60 meter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kontribusi tinggi badan terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 74,7%.

2. Ada kontribusi berat badan terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa.

Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data berat badan terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa. Diperoleh nilai regresi ( R0 ) 0,846 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,716. Hal ini berarti 71,6% kemampuan lari 60 meter dijelaskan oleh berat badan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 95,609 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk

(9)

154 )* Dosen PGSD Dikjas S1 FIK UNM

memprediksi kemampuan lari 60 meter (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 9,778 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau berat badan benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan lari 60 meter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kontribusi berat badan terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 71,6%. Ini mem-buktikan bahwa kemampuan lari 60 meter dipengaruhi oleh tinggi badan. Tinggi badan seorang murid tentunya akan sangat mempengaruhi ruang gerak yang dimiliki saat beraktifitas. Dikaitkan dalam kemampuan lari 60 meter, seseorang harus mempunyai kemampuan bergerak dengan cepat secara maksimal. Oleh karena itu seorang murid yang mempunyai tinggi badan yang ideal akan mempengaruhi kecepatan gerak disaat berlari secara maksimal, sebab tinggi badan seseorang akan memiliki tulang yang panjang sehingga ruang gerak dalam melangkahkan kakinya akan maksimal. Dengan demikian tinggi badan memiliki kontribusi terhadap kemampuan lari 60 meter. Ini membuktikan bahwa kemampuan lari 60 meter dipengaruhi oleh berat badan. Berat badan merupakan bobot tubuh yang dimiliki seseorang. Murid yang memiliki bobot tubuh di atas normal tentu akan kurang maksimal dalam melakukan aktivitas atau seperti dalam mencapai gerakan berlari secara

maksimal. Sebab bobot tubuh yang berlebihan atau kegemukan, akan memberatkan gerak yang terjadi. Kemampuan berlari 60 meter membutuhkan kecepatan secara maksimal untuk mencapai finish. Berat badan seorang murid akan sangat mempengaruhi ke-mampuan berlari secara maksimal, karena semakin berat beban yang dibawa seorang pelari tentu akan menghambat laju kecepatan larinya. Dengan demikian berat badan memiliki kontribusi terhadap kemampuan lari 60 meter.

3. Kontribusi lingkar paha terhadap kemampuan lari 60 meter murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa.

Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data lingkar paha terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa. Diperoleh nilai regresi ( R0 ) 0,777 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,603. Hal ini berarti 60,3% kemampuan lari 60 meter di-jelaskan oleh lingkar paha. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 57,806 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan lari 60 meter (dapat diberlakukan untuk populasi di-mana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 7,603 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau lingkar paha benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan lari 60

(10)

155 )* Dosen PGSD Dikjas S1 FIK UNM

meter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kontribusi lingkar paha terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 60,3%. Ini membuktikan bahwa kemampuan lari 60 meter dipengaruhi oleh lingkar paha. Seorang sprinter tentu memiliki otot paha lebih besar dibandingkan dengan pelari jarak jauh. Untuk itu otot paha yang dimiliki seorang pelari akan membantu laju kecepatan dalam melakukan kemampuan lari 60 meter. Sebab semakin besar paha tentu semakin besar tumpuan yang terjadi dan akan membantu membawa bobot badan. Secara analisis gerak pada lari 60 meter, mengharuskan seorang pelari untuk memperoleh gaya tersbeut harus melakukan sentakan gerakan kaki seperdetik dengan kuat dan cepat. Sebab gerakan melangkah pada pelari adalah mencapai titik ke depan secara maksimal, sehingga paha akan membantu mendorong tubuh ke depan agar dapat melewati hambatan untuk mencapai hasil maksimal. Dengan demikian lingkar paha memiliki kontribusi terhadap kemampuan lari 60 meter.

4. Ada kontribusi panjang tungkai terhadap kemampuan lari 60 meter murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa.

Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data panjang tungkai terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa. Diperoleh nilai regresi ( R0 ) 0,635 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,403. Hal ini berarti 40,3% kemampuan lari 60 meter

dijelaskan oleh panjang tungkai. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 25,634 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan lari 60 meter (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 5,063 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau panjang tungkai benar-benar ber-pengaruh secara signifikan terhadap kemampuan lari 60 meter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kontribusi panjang tungkai terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 40,3%. Ini membuktikan bahwa kemampuan lari 60 meter dipengaruhi panjang tungkai. Tungkai yang panjang akan memberikan ruang gerak yang lebih luas. Untuk itu langkah yang panjang akan membantu laju kecepatan secara maksimal dalam melakukan kemampuan lari 60 meter. Dengan demikian panjang tungkai memiliki kontribusi terhadap kemampuan lari 60 meter.

5. Ada kontribusi antara tinggi badan, berat badan, lingkar paha dan panjang tungkai terhadap kemampuan lari 60 meter murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara tinggi badan, berat badan, lingkar paha dan panjang tungkai terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa. Diperoleh nilai regresi ( R0 ) 0,867 dengan tingkat

(11)

156 )* Dosen PGSD Dikjas S1 FIK UNM

probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,751. Hal ini berarti 75,1% kemampuan lari 60 meter dijelaskan oleh tinggi badan, berat badan, lingkar paha dan panjang tungkai. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 26,405 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan lari 60 meter (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 11,507 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau tinggi badan, berat badan, lingkar paha dan panjang tungkai benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan lari 60 meter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kontribusi antara tinggi badan, berat badan, lingkar paha dan panjang tungkai terhadap kemampuan lari 60 meter pada murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 75,1%.

PENUTUP

1. Kontribusi tinggi badan terhadap kemampuan lari 60 meter murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 74,7%.

2. Kontribusi berat badan terhadap kemampuan lari 60 meter murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 71,6%.

3. Kontribusi lingkar paha terhadap kemampuan lari 60 meter murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 60,3%.

4. Kontribusi panjang tungkai ter-hadap kemampuan lari 60 meter murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 40,3%. 5. Kontribusi tinggi badan, berat

badan, lingkar paha dan panjang tungkai terhadap kemampuan lari 60 meter murid SD Negeri Biringbalang Kabupaten Gowa sebesar 75,1%.

Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan, maka saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Hendaknya di setiap sekolah melaksanakan kegiatan yang mengarahkan murid untuk dapat memperoleh pencapaian hasil belajar yang lebih maksimal seperti cabang olahraga atletik di nomor lari.

2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar pada penelitian yang relevan agar hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk memperkaya khasanah disiplin ilmu keolahragaan, khususnya dalam upaya meningkatkan kemampuan lari 60 meter.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Yusuf. 1992. Olahraga Pilihan Atletik. Jakarta: Dirjen Dikti.

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Ateng, Abdul Kadir. 1992. Asas dan

Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi.

Basuki, Sumaryo. 1979. Atletik, Sejarah, Teknik, dan Metode. Jakarta: Depdiknas.

(12)

157 )* Dosen PGSD Dikjas S1 FIK UNM

Carr, A. Gerry. 2003. Atletik Untuk Sekolah. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Halim, NUr Ichsan. 2004. Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti.

Ismariati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Solo: Sebelas Maret University.

Jess Jarver. 2007. Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pioner Jaya.

Johnson, Barry L., and Jack K. Nelson. 1986. Pratical Measurments for Evaluation in Physical Education. New York: Macmillan, Publishing Company. Pasau, M. Anwar. 1986. Pertumbuhan

dan Perkembangan Fisik. Bagian 1. Ujung Pandang: FPOK IKIP.

______________. 1988.

Pertumbuhan dan

Perkembangan Fisik. Bagian 2. Ujung Pandang: FPOK IKIP. Rani, Abd. Adib. 1992. Pembimbing

Gerak. Bahan Perkuliahan. Ujung Pandang: FPOK IKIP. Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan

Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: FPOK IKIP.

Soebroto, Moch. 1979. Tuntutan Mengajar Atletik, Proyek Pemassalan dan Pembibitan Olahraga. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti.

Sugiyono. 2000. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabetha.

Syarifuddin, Aip. 1992. Atletik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti, Proyek Pembangunan Tenaga Kependidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tanggal 2 Januari 2019 Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang amarnya menerima banding dari Penasihat Hukum Syafruddin

Memilih alternatif merupakan kegiatan untuk menjawab pertanyaan apakah suatu rencana investasi yang akan dilaksanakan tersebut sudah merupakan pilihan yang terbaik (optimal)

1. Muji Raharjo selaku rektor Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang. Lutfi Mustofa M.Ag selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Maulana Malik

Dari data yang terkumpul diketahui bahwa mayoritas responden tidak menderita penyakit yaitu dengan persentase 84,5 persen, dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa motivasi

Pada tahap perencanaan ada beberapa hal yang dilakukan antara lain: menemui guru kelas V sebelum melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar

loranthifolia umur 40 tahun di Hutan Tanaman Agathis, Baturaden, Kabupaten Purwokerto, Jawa Tengah; persamaan allometrik biomasa di atas permukaan tanah Y = 0,3406 (DBH)

Mereka akan mendapatkan kepuasan dalam kunjungan ke museum, karena dengan adanya standardisasi penyelenggaraan dan pengelolaan dalam Museum Prambanan, selanjutnya keadaan

Banyaknya bintang pada setiap baris bernomor ganjil adalah satu lebihnya atau satu kurangnya dari banyaknya bintang pada baris bernomor genapc. Banyaknya baris