• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

38

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Kuwaron, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014. Siswa kelas V terdiri dari 21 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki sehingga total keseluruhan siswa yang diamati 41 siswa. Banyaknya guru ada 7 orang yang sudah PNS, 2 orang yang belum PNS, 1 penjaga sekolah dan 1 orang pegawai T.U. Masuk gerbang utama sekolah ada lapangan sekolah, ruanga kelas I-VI, ruang perpustakaan, tempat parkir, ruang Kepala Sekolah, ruang guru, toilet sebanyak 2 untuk siswa dan 1 untuk guru, kantin, dan koperasi.

4.2 Kondisi Pra Siklus

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan dalam II siklus yang terdiri dari 6 pertemuan. Siklus I direncanakan pertemuan I pada hari Jumat, 14 Maret 2014 pukul 07.00 – 08.10 WIB, pertemuan II yaitu hari Sabtu, 15 Maret 2014 pukul 07.00-07.40 WIB dan evaluasi siklus I yaitu hari Senin, 17 Maret 2014 pukul 07.00-07.40 WIB. Siklus II direncanakan pertemuan I pada hari Jumat, 21 Maret 2014 pukul 07.00 – 08.10 WIB, pertemuan II yaitu hari Sabtu, 22 Maret 2014 pukul 07.00-07.40 WIB dan evaluasi siklus I yaitu hari Senin, 24 Maret 2014 pukul 07.00-07.40 WIB.

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Penelitian No Siklus ke- Pertemuan

ke-

Hari, Tanggal Materi

1 I 1 Jumat, 14 Maret 2014 Susunan tanah dan proses pelapukan batuan

(2)

Batas KKM yang ditetapkan sekolah adalah 68. Hasil yang telah diperoleh dari kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan adalah siswa yang tuntas yaitu 43,9% dari jumlah siswa dengan jumlah siswa 18. Hasil yang diperoleh siswa cenderung rendah yang merupakan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan tersebut harus diatasi untuk upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Masalah tersebut kemudian dicari penyebabnya dan ternyata penyebab dari masalah tersebut adalah kurang fokusnya siswa dalam proses pembelajaran, dan siswa cenderung asik sendiri disetiap proses pembelajaran.

Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa penelitian ini menetapkan pencapian keberhasilan tindakan adalah 80% dari jumlah siswa keseluruhan.

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Pra-siklus kelas V SD Negeri 2 Kuwaron

No Nilai Jumlah

Siswa Persentase Keterangan

1 < 68 23 66,1% TIDAK TUNTAS

2 ≥ 68 18 43,9% TUNTAS

JUMLAH 41 100% Ketuntasan 43,9%

2 Sabtu, 15 Maret 2014 Jenis-jenis tanah 3 Senin, 17 Maret 2014 Test Siklus I

2 II 1 Jumat, 21 Maret 2014 Penggolongan batuan bedasarkan

pembentukannya 2 Sabtu, 22 Maret 2014 Jenis-jenis batuan 3 Senin, 24 Maret 2014 Test Siklus II

(3)

Gambar 4.1 Hasil Evaluasi Pra Siklus

Dengan demikian diperlukan adanya penelitian yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil angket sikap yang telah disebar pada kondisi pra-siklus untuk mengukur sikap siswa dalam belajar, maka didapatkan hasil rata-rata sikap siswa sebesar 59,71%. Hal ini sudah dikatakan cukup namun, tidak berhasil, karena dibutuhkan rata-rata sebasar > 61% untuk dikatakan baik dan berhasil. Dengan demikian perlu diadakan upaya tindak lanjut untuk memperbaiki sikap siswa dengan diadakannya penelitian.

Tabel 4.3 Hasil Sikap Pra-siklus kelas V SD Negeri 2 Kuwaron

Jumlah Keseluruhan persentase Nilai (%) Jumlah Siswa Persentase Rata-rata Keterangan 2448 41 59,71% Cukup (Tidak Berhasil)

(4)

4.3 Deskripsi Hasil Siklus

Pada sub bab ini akan membahas deskripsi dari hasil tindakan pelaksanaan PTK persiklus dan hasil dari data penelitian persiklus.

4.3.1. Pelaksanaan Siklus 1

Pada sub bab ini akan membahas tentang pelaksanaan Siklus 1 yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, sampai refleksi.

4.3.1.1 Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan ada beberapa hal yang dilakukan antara lain: menemui guru kelas V sebelum melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa, membuat RPP (lihat lampiran 11), membuat media pembelajaran, membuat lembar kerja siswa, membuat instrumen observasi, angket, dan soal yang digunakan dalam siklus PTK.

4.3.1.2 Pelaksanaan Tindakan

a. Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Kegiatan diawali dengan melakukan appersepsi yaitu dengan menayakan dari manakah tanah berasal. Siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban, ada yang menjawab dari batu, rumput, debu, dan sebagainya. Peneliti memberikan penjelasan bahwa itu semua memiliki kemungkinan untuk menjadi tanah. Selanjutnya, peneliti menyampaikan materi proses pembentukan tanah dan pelapukan batuan untuk memberi bekal pengetahuan kepada siswa.

Setelah siswa dirasa cukup mendapat materi awal, dilanjutkan dengan kegiatan kelompok dengan membagi siswa dalam kelompok dimana setiap kelompok beranggotakan 6 sampai 7 siswa. Kegiatan ini dimulai dari pembentukan organisasi dan pembagian tugas dalam kelompok. Masing-masing kelompok mengamati susunan tanah dengan percobaan tanah diberi air dan diamati susunan bahan penyusun dari atas sampai kebawah. Siswa memilih tanah untuk diamati dan diberikan

(5)

petunjuk soal guna melakukan pengamatan. Siswa diberi waktu 30 menit untuk bekerja dalam kelompok. Siswa mulai aktif untuk mengamati apa yang muncul dipermukaan dan apa yang berada dibawah. Saat berdiskusi peneliti memantau masing-masing kelompok. Ada beberapa kelompok yang kurang yakin akan hasil pengamatan mereka maka peneliti mencoba untuk meyakinkan bahwa apa yang kalian temukan itulah yang harus kalian catat dan laporkan.

Selesai berdiskusi dengan kelompok siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas. Kelompok yang lain menyimak dan memberikan tanggapan apakah yang dilaporkan oleh teman mereka sesuai dengan kenyataannya. Peneliti mencatat skor yang dikumpulkan siswa selama berdiskusi dan presentasi.

Peneliti mengkonfirmasi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai hal-hal yang belum dimengerti. Tindak lanjut diberikan berupa pekerjaan rumah.

b. Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua, diawali dengan peneliti mengulang materi sebelumnyadan menyampaikan indikator pencapaian kompentensi dan kompentensi yang diharapkan. Selanjutnya, peneliti menyampaikan materi jenis-jenis tanah.

Dilanjutkan dengan bekerja dalam kelompok untuk mencari informasi tentang kharakteristik jenis-jenis tanah. Seperi kegiatan diawal siswa memilih jenis tanah yang ingin mereka amati. Untuk memudahkan siswa dalam menentukan informasi apa saja yang dibutuhkan peneliti memberikan panduan beberapa langkah soal yang harus dikerjakan siswa dalam kelompok. Kesulitan pada pertemuan ini ketikat siswa mulai kesulitan untuk mendapat informasi mengenai salah satu jenis tanah yaitu tanah liat, karena mereka hanya memiliki sedikit sumber di buku. Hal ini yang menjadi pembahasan pada akhir presentasi nanti.

Selesai berdiskusi dengan kelompok siswa mempresentasikan hasil temuan kelompoknya didepan kelas. Kelompok yang lain menyimak dan

(6)

bertanya jika ada yang tidak dimengerti. Peneliti melengkapi jawaban siswa yang kurang lengkap. Peneliti mencatat skor yang dikumpulkan siswa selama berdiskusi dan presentasi.

Peneliti mengkonfirmasi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai hal-hal yang belum dimengerti. Tindak lanjut diberikan berupa pekerjaan rumah.

c. Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ketiga diawali dengan peneliti mereview materi sebelum dilakukan tes. Evaluasi Siklus I mencakup materi dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Soal evaluasi siklus I berjumlah 15 butir soal yang berupa soal pilihan ganda. Waktu yang diberikan kepada siswa adalah 30 menit untuk mengerjakan soal ulangan tersebut. Walaupun sebenarnya sudah banyak siswa yang selesai pada menit ke 20 namun, penelitu tetap memberikan waktu untuk mengkoreksi jawaban mereka terlebih dahulu sebelum mengumpulkannya. Setelah itu, siswa dan peneliti membahas sedikit mengenai soal evaluasi.

4.3.1.3 Hasil Pengamatan/ Observasi

Pengamatan atau observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung oleh guru kelas dengan menggunakan lembar observasi seperti pada lampiran 26 (lembar observasi siswa) dan lampiran 27 (lembar aktivitas peneliti). Hal-hal yang perlu diamati antara lain adalah ketika siswa belajar materi secara individu kemudian saat berdiskusi dalam kelompok dan hambatan-hambatan yang dialami selama pembelajaran berlangsung.

Observasi untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dan seberapa jauh proses yang terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang sebenarnya.

Kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pertemuan 1 dan pertemuan 2, sedangkan pada pertemuan ke-3 hanya dilakukan evaluasi. Sehingga lembar pengamatan hanya diberikan pada pertemuan ke-1 dan

(7)

ke-2. Berdasarkan hasil lembar pengamatan observasi responsi siswa dalam pembelajaran sebesar 77,5 % pada pertemuan ke-1 dan 80,83% pada pertemuan ke-2 hal ini menunjukan bahwa kualifikasi kedua pertemuan sudah baik dan berhasil. Sedangkan, pada hasil lembar pengamatan observasi keterampilan peneliti dihasilkan persentase sebesar 75,86% pada pertemuan ke-1 dan 83,62% pada pertemuan ke-2, hal ini menunjukan bahwa kualifikasi mengajar peneliti pada kedua pertemuan sudah baik dan berhasil. Terjadi peningkatan pada tiap pertemuan baik itu dari peneliti maupun siswa hal ini menunjukan bahwa proses belajar mengajar berjalan semakin membaik.

4.3.1.4 Refleksi

Refleksi dilakukan oleh guru kelas dan peneliti. Dilihat dari siklus pembelajaran I yang telah dilakukan, perlu adanya bimbingan yang berkesinambungan antara guru dan siswa. Peneliti meninjau kondisi siswa yang masih bingung, serta dapat meyakinkan siswa saat melakukan proses pembelajaran ini. Peneliti perlu merancang model pembelajaran yang akan digunakan pada proses pembelajaran. Serta peneliti, dapat meminimalisir hambatan-hambatan belajar yang terjadi pada siswa. Siswa juga perlu banyak belajar, mencari dan mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada siklus dan kesiapan untuk melanjutkan ke siklus berikutnya.

Pada awalnya kebingungan siswa terlihat dalam melaksanakan proses pembelajaran karena ini pertama kalinya bagi mereka melakukan

Group Investigation. Namun pada akhirnya, siswa dapat belajar

memahami prosesnya. Nilai yang ditunjukan pada Siklus 1 belum begitu banyak meningkat begitu pula dengan perbaikan sikap siswa. Hal ini mungkin dikarenakan siswa masih beradaptasi dengan model pembelajaran yang baru dan keterampilan dalam penyampaian materi oleh peneliti masih harus dikembangkan. Dengan ini dapat dilakukan tindakan untuk siklus selanjutnya bahwa peneliti harus memberikan penjelasan

(8)

yang lebih jelas lagi sehingga siswa tidak lagi kebingungan untuk memahami tugas dan aktivitas yang harus mereka kerjakan.

4.3.2 Data Hasil Penelitian Siklus 1

Data yang ditulis pada Siklus 1 yaitu data hasil belajar dan sikap siswa kelas V SD Negeri 2 Kuwaron, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan Sesmester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.

4.3.2.1 Hasil Belajar Siklus 1

Data hasil belajar IPA Siklus 1 diperoleh dari evaluasi akhir Siklus 1. Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui persentase kentuntasan hasil belajar siswa. Presentase ketuntasan dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Siklus I Kelas V SD Negeri 2 Kuwaron

No Nilai Jumlah

Siswa Persentase Keterangan

1 < 68 16 siswa 39,03% TIDAK TUNTAS

2 ≥ 68 25 siswa 60,97% TUNTAS

JUMLAH 41 100% Ketuntasan 60,97 %

(9)

Berdasarkan hasil pada tabel, masih terdapat beberapa siswa yang belum tuntas, sehingga perlu dilakukan treatment. Treatment berupa tugas yang akan dikerjakan siswa di rumah. Diharapkan dengan ini siswa lebih memahami lagi materi yang dipelajari.

Jika dibandingkan dengan hasil belajar sebelum penelitian dilakukan, terdapat peningkatan pada Siklus 1, terlihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Evaluasi Pra Siklus dengan Siklus I Kelas V SD Negeri 2 Kuwaron

Kriteria

Kondisi Awal Siklus 1

Jumlah Presentase Jumlah Presentase

Tuntas 18 siswa 43,9% 25 siswa 60,97%

Tidak Tuntas 23 siswa 56,1 % 16 siswa 39,03%

Dilihat dari tabel dan grafik diatas sudah terjadi peningkatan hasil dari Pra Siklus ke Siklus 1. Hal ini menunjukan bahwa penggunakan model pembelajaran Group Investigation dapat memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa. Dengan model ini, siswa dapat terbantu dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi dan hasil belajar. Peningkatkan hasil belajar pada Siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan, maka dari itu dibutuhkan Siklus 2 untuk mampu mencapainya.

4.3.2.2 Sikap Siswa

Sikap siswa dalam belajar juga mengalami perubahan . Dari hasil rata-rata sikap siswa yang didapat pada siklus 1 terjadi peningkatan dari 59,71% di pra-siklus menjadi 69,83% di Siklus 1. Hal ini menunjukan bahwa adanya perbaikan sikap siswa dalam belajar. Ini dapat dikatan baik dan sudah berhasil, namun belum dapat mencapai indikator yaitu 80%. Tindak lanjut akan dilakukan dengan memberikan bimbingan dan arahan lebih di siklus 2

(10)

Menjelaskan sikap-sikap yang harus mereka miliki dalam belajar guna mengarahkan siswa dalam pembentukan sikapnya.

Untuk melihat perbaikan sikap yang tejadi pada Siklus 1, berikut ini ditunjukan tabel perbandingan perbaikan sikap pada Pra Siklus dengan Siklus 1.

Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Sikap Pra Siklus dengan Siklus 1

Kondisi

Jumlah Keseluruhan Persentase Nilai (%)

Jumlah

Siswa Persentase Rata-Rata Keterangan

Pra Siklus

2448 41 59,71% Cukup (Tidak

Berhasil)

Siklus 1 2863 41 69,83% Baik (Berhasil)

Perubahan ditunjukan setelah penerapan model dilakukan pada pembelajaran. Dilihat dari hasil Siklus 1 yang meningkat dari Pra Siklus menunjukan bahwa model Group Investigation berpengaruh baik terhadap sikap siswa.

4.3.3 Pelaksanaan Siklus 2

Pada sub bab ini akan membahas tentang pelaksanaan Siklus 2 yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, sampai refleksi.

4.3.3.1 Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan beberapa hal yang dilakukan antara lain: membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), membuat media pembelajaran, membuat lembar kerja siswa, membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK dan menyusun alat evaluasi pembelajaran.

(11)

4.3.3.2 Pelaksanaan Tindakan

a. Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Kegiatan diawali dengan melakukan apersepsi yaitu dengan peneliti membawa batu yang berbeda dan menyruh siswa untuk menyebutkan perbedaan dari batu-batu tersebut. Siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban, ada yang menjawab dari beda beratnya, beda kehalusannya, beda warnanya beda bentuknya, beda kekerasanny dan lain-lain. Peneliti menampung jawaban siswa dan memberi pertanyaan sekali lagi kira-kira apa yang membuat batu ini bisa berbeda dan darimanakah asal batu ini. Selanjutnya, peneliti menyampaikan materi proses pembentukan batuan untuk memberi bekal pengetahuan kepada siswa.

Setelah siswa dirasa cukup mendapat materi awal, dilanjutkan dengan kegiatan kelompok dengan membagi siswa dalam kelompok dimana setiap kelompok beranggotakan 6 sampai 7 siswa. Seperti kegiatan di siklus 1 kegiatan ini dimulai dari pembentukan organisasi dan pembagian tugas dalam kelompok. Dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Siswa memilih 2 atau 3 jenis batuan yang akan mereka cari informasinya. Dipandu oleh pertnyaan yang telah dipersiapkan oleh penelitian siswa melakukan pencarian informasi. Peneliti membantu apabila ada kesulitan.

Selesai berdiskusi dengan kelompok peneliti menunjuk masing-masing perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas.Kelompok yang lain menyimak dan memberikan tanggapan apakah yang dilaporkan oleh teman mereka sesuai dengan kenyataannya. Peneliti mencatat skor yang dikumpulkan siswa selama berdiskusi dan presentasi.

Peneliti mengkonfirmasi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai hal-hal yang belum dimengerti. Tindak lanjut diberikan berupa pekerjaan rumah.

(12)

b. Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua, diawali dengan peneliti mengulang materi sebelumnya Selanjutnya, peneliti menyampaikan materi jenis-jenis batuan.

Dilanjutkan dengan bekerja dalam kelompok dengan mengelompokan macam-macam batuan berdasarkan jenisnya. Siswa diberi beberapa flash card batuan yang berbeda antara kelompok satu dengan lainnya kemudian siswa menggolongkan berdasarkan jenis batuannya. Peneliti hanya memantau, karena dirasa ini bukanlah tugas yang sulit, namun hanya membutuhkan ketelitian.

Selesai berdiskusi dengan kelompok siswa mempresentasikan hasil temuan kelompoknya didepan kelas. Kelompok yang lain menyimak dan mengkoreksi apakah penggolongannya sudah benar atau belum. Peneliti mencatat skor yang dikumpulkan siswa selama berdiskusi dan presentasi.

Peneliti melakukan game untuk membangkitkan antusias siswa dan pemahaman siswa terhadap materi. Game berupa tanya jawab seputar materi yang didapat hari itu. Siswa disuruh berdiri dalam kelompok dan peneliti mulai melontarkan pertanyaan, bagi siswa yang dapat menjawab diperbolehkan duduk.

Pada kegiatan penutup peneliti mengkonfirmasi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai hal-hal yang belum dimengerti. Tindak lanjut diberikan berupa pekerjaan rumah.

c. Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga peneliti melakukan review materi sebelum dilaksanakan evaluasi Siklus II yang mencakup materi dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Soal evaluasi Siklus II berjumlah 15 butir soal yang berupa soal pilihan ganda. Waktu yang diberikan kepada siswa adalah 30 menit untuk mengerjakan soal ulangan tersebut. Kali ini siswa mulai tidak terkesan terburu-buru mengerjakan soal. Siswa mulai terlaatih untuk teliti memahami soal, sehingga sisa waktu tidak begitu lam seperti

(13)

pada siklus 1. Setelah itu, siswa dan peneliti membahas sedikit mengenai soal evaluasi.

4.3.3.3 Hasil Pengamatan/ Observasi

Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru kelas selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi seperti pada lampiran 26 (lembar observasi siswa) dan lampiran 27 (lembar aktivitas peneliti). Hal-hal yang perlu diamati antara lain adalah ketika siswa belajar materi secara individu kemudian saat berdiskusi dalam kelompok dan hambatan-hambatan yang dilami selama pembelajaran berlangsung.

Observasi untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dan seberapa jauh proses yang terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang sebenarnya.

Sama dengan Siklus 1 kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pertemuan 1 dan pertemuan 2, sedangkan pada pertemuan ke-3 hanya dilakukan evaluasi. Sehingga lembar pengamatan hanya diberikan pada pertemuan ke-1 dan ke-2. Berdasarkan hasil lembar pengamatan observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 85% pada pertemuan ke-1 dan 89,16% pada pertemuan ke-2 hal ini menunjukan bahwa kualifikasi kedua pertemuan sudah baik dan berhasil. Sedangkan, pada hasil lembar pengamatan observasi keterampilan peneliti dihasilkan presentase sebesar 82,75% pada pertemuan ke-1 dan 86,20% pada pertemuan ke-2, hal ini menunjukan bahwa kualifikasi mengajar peneliti pada kedua pertemuan sudah baik dan berhasil. Terjadi peningkatan presentase pada tiap pertemuan baik itu dari peneliti maupun siswa hal ini menunjukan bahwa proses belajar mengajar semakin membaik.

4.3.3.4 Refleksi

Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru kelas dengan melihat dari pengamatan proses pembelajaran pada siklus II dengan Model Group Investigation yang diterapkan dari pertengahan pembelajaran sampai akhir

(14)

pembelajaran membuat siswa menjadi aktif dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Siswa mulai semakin tertarik pada proses pembelajaran dengan aktivitas-aktivitas yang disediakan oleh model pembelajaran Group

Inestigation. Hal ini ditunjukan dengan, keantusiasan siswa dalam

menganggapi materi, kesigapan siswa dalam melaksanakan tugas dalam kelompok, dan keikutsertaan seluruh anggota kelompok dalam kerja kelompok. Setelah diadakan evaluasi pada Siklus II, siswa memperoleh hasil yang lebih baik. Rata-rata kelas meningkat dan hasil nilai ketuntasan pun meningkat. Sikap yang ditunjukan siswa semakin membaik, hal ini dibuktikan dengan adanya perbaikan sikap dari Siklus 1 ke Siklus 2. Namun, disisi lain masih ada beberapa siswa yang belum tuntas. Hal ini mungkin dikarenakan faktor kondisi siswa dalam mengikuti tes. Ada beberapa siswa yang mengikuti perlombaan olah raga, sehingga banyak waktu yang diahabiskan untuk latihan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi capek dan kurang fokus dalam mengerjkan tes.

Dengan ini peneliti mendapatkan pembelajaran bahwa kondisi kesehatan siswa dalam mengikuti pembelajaran berpengaruh pada hasilnya. Tindakan yang dapat dilakukan selanjutnya dengan memberikan tambahan pelajaran karena banyak waktu yang diambil untuk latihan saat jam pelajaran berlangsung, atau pelatihan dapat dilakukan setelah jam pelajaran.

4.3.4 Data Hasil Penelitian Siklus 2

Data yang ditulis pada Siklus 2 yaitu data hasil belajar dan sikap siswa kelas V SD Negeri 2 Kuwaron, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan Sesmester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.

4.3.4.1 Hasil Belajar

Data hasil belajar IPA Siklus 2 diperoleh dari evaluasi akhir Siklus 2. Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui persentase kentuntasan hasil belajar siswa. Presentase ketuntasan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

(15)

Tabel 4.7 Hasil Evaluasi Siklus II Kelas V SD Negeri 2 Kuwaron

No Nilai

KKM

Jumlah

Siswa Persentase Keterangan

1 < 68 6 14,63% TIDAK TUNTAS

2 ≥ 68 35 85,37% TUNTAS

JUMLAH 41 100% Ketuntasan 85,37%

Gambar 4.3 Hasil Evaluasi Siklus 2

Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Evaluasi Siklus I dan Siklus II

KONDISI

Tuntas Tidak Tuntas

Jumlah Presentase Jumlah Presentase

Siklus 1 23 siswa 56,1% 16 siswa 39,03%

Siklus 2 35 siswa 85,37% 6 siswa 14,63%

Dilihat dari tabel dan grafik diatas sudah terjadi peningkatan hasil dari Siklus 1 ke Siklus 2. Hal ini menunjukan bahwa penggunakan model pembelajaran Group Investigation semakin membantu siswa dalam memahami

(16)

materi, sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa yang semakin membaik.. Peningkatkan hasil belajar pada Siklus 2 telah mencapai indikator keberhasilan. 4.3.2.2 Sikap Siswa

Selain hasil belajar yang meningkat sikap siswa dalam belajar juga mengalami perbaikan. Terjadi peningkatan rata-rata sikap siswa yang didapat pada siklus 2 terjadi peningkatan dari 69,83% di Siklus 1 menjadi 81,15% di siklus 2. Hal ini menunjukan bahwa semaikin terjadi perbaikan sikap siswa dalam belajar. Hasil sikap siswa pada Siklus 2 sudah dapat dikatakan sangat baik dan berhasil, serta mencapai indikator. Peningkatan sikap siswa dalam belajar siklus 1 ke siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Sikap Siklus I dengan Siklus II

Kondisi Jumlah

persentase Nilai (%)

Jumlah

Siswa Persentase Rata-Rata Keterangan

Siklus 1 2863 41 69,83% Baik (Berhasil)

Siklus 2 3327 41 81,15% Sangat Baik

(Berhasil)

Perubahan yang ditunjukan semakin membaik Dilihat dari hasil Siklus 2 yang meningkat dari Siklus 1 menunjukan bahwa siswa mulai dapat menyesuaikan diri dengan pengaruh positif dari penerapan model Group Investigation.

4.4 Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Berdasarkan deskripsi dan refleksi pada setiap tindakan penelitian yang dilakukan maka dapat ditemukan kesimpulan dari setiap siklus. Sebelum dilakukan tindakan, hasil ketuntasan siswa kurang, hal ini ditunjukannya dengan hasil belajar siswa yang masih banyak di bawah KKM. Sedangkan pada sikap,

(17)

telah dilakukan uji tes hasil sikap sebelum diterapkan model GI dan didapatkan hasil sebesar 59,71% dengan kriteria cukup namun tidak berhasil.

Pada Siklus 1 yang dilaksanakan selama 3 kali pertemuan hasil ketuntasan siswa belum mencapai indikator keberhasilan akan tetapi sudah meningkat dibandingkan dengan hasil belajar sebelum dilakukan tindakan yaitu nilai ulangan yang telah dilakukan setelah itu. Persentase sikap yang didapat juga sudah meningkat walaupun belum dapat mencapai indikator keberhasilan. Hal ini, mungkin dikarenakan model yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe GI cukup membantu sebagian siswa untuk mengerti materi yang disampaikan dan siswa dapat menjelaskan kembali materi yang disampaikan oleh guru. Meskipun masih ada siswa yang tidak fokus dalam mengerjakan tugas kelompok dan tugas individu.

Tindakan kedua atau pada Siklus 2 yang dilakukan selama 3 kali pertemuan siswa menunjukan peningkatan yang cukup relevan, sudah fokus pada proses pembelajaran. Siswa juga menunjukan keseriusan dalam mengerjakan tugas kelompok dan individu. Hasil belajar siswapun menunjukan peningkatan yang cukup jauh yaitu dengan ditunjukannya hampir seluruh hasil ulangan siwa yang diatas KKM serta sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Berikut adalah hasil belajar siswa dari dan sikap siswa di tiap siklus.

Tabel 4.10 Peningkatan Hasil Belajar Tiap Siklus

KONDISI

KONDISI AWAL SIKLUS I SIKLUS II

Jumlah siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah siswa Persentase Tuntas 18 43,9% 25 69,97% 35 85,37% Tidak Tuntas 23 56,1% 16 39,03% 6 14,63% JUMLAH 41 100% 41 100% 41 100%

(18)

Hasil Belajar Tiap Siklus

Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Tiap Siklus

Persentase peningkatan dari kondisi awal ke Siklus 1 dan dari Siklus 1 ke Siklus 2 pun meningkat. Persentase peningkatan dari kondisi awal ke Siklus 1 sebesar 17,07%, sedangkan penikatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 24,4%. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan Siklus 1 ke Siklus 2 lebih besar daripada kondisi awal ke Siklus 1. Siswa mulai dapat memahami dan terbiasa dengan model pembelajaran, selain itu guru mulai terampil memanfaatkan model dan mensisati situasi dan kondisi di dalam kelas, sehingga siswa semakin tertarik dan senang untuk belajar. Faktor dari waktu yang juga mempengaruhi hasil belajar siswa, tanya jawab dan game yang dilakukan guru untuk mengisi waktu sebelum kelas berakhir membantu siswa mengingat dan termotivasi untuk memahami materi.

Jika melihat hasil akhir dari Siklus 2, masih ada enam (6) siswa yang belum tuntas. Dengan ini, peneliti menyarankan sebaiknya dilakukan perlakuan khusus terhadap keenam siswa tersebut. Selain perhatian khusus yang diberikan oleh guru, perlakuan yang dapat dilakukan terhadap siswa yang belum tuntas

(19)

antara lain, mengatur ulang kembali kelompok kerja dengan mengikut sertakan siswa yang belum tuntas ke dalam bagian kelompok yang sekiranya kuat dan mampu menolong siswa tersebut dalam belajar. Penyebaran siswa yang belum tuntas harus merata. Pengurangan jumlah anggota dalam kelompok diharapkan juga mampu membantu siswa lebih fokus belajar dalam kelompok. Dengan ini diharapkan siswa yang belum tuntas dapat terbantu dan mengejar ketinggalan mereka. Hal ini berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Slavin (2005) “bahwa interaksi diantara teman sebaya dapat membantu anak-anak yang non conservers (tidak mampu menyimpan gagasan) menjadi conservers (mampu menyimpan gagasan). Dalam arti lain bahwa teman sebaya akan mampu membantu siswa yang kurang mampu memahami materi dan menjadi paham akan materi. Selain itu, Sharan dalam Hudha (2013), berpendapat dengan peneliti lain bahwa performa siswa lebih efektif justru ketika mereka berada dalam kelompok-kelompok kecil (seperti, peer tutoring dan investigasi kelompok) dibandingkan dengan kelompok besar. Dengan kata lain semakin sedikit jumlah siswa dalam kelompok semakin efektif proses pembelajaran.

Sikap belajar siswa pun juga menunjukan perbaikan yang cukup baik. Berikut adalah hasil belajar siswa dari dan sikap siswa di tiap siklus .

Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Perbaikan Sikap Siswa Tiap Siklus

KONDISI AWAL SIKLUS I SIKLUS II

Persentase Kualifikasi Persentase Kualifikasi Persentase Kualifikasi 59,71% Cukup (Tidak Berhasil) 69,83% Baik (Berhasil) 81,15% Sangat Baik (Berhasil)

(20)

Sikap Siswa Tiap Siklus

Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Sikap Siswa Tiap Siklus

Pada kondisi awal persentase yang ditunjukan sudah cukup yaitu 59,71% namun belum berhasil. Kemudian, terjadi kenaikan pada siklus 1 sehingga rata-rata sikap siswa belajar sebesar 69,83%. Hal ini sudah baik dan berhasil namun belum mencapai indikator keberhasilan. Setelah dilakukan siklus 2, maka hasil yang diperoleh meningkat menjadi 81,15%. Dengan persentase ini, sikap siswa sudah dapat dikatakan sangat baik dan berhasil, serta telah mencapai indikator keberhasilan.

Jika dilihat dari persentase peningkatan dari kondisi awal ke siklus 1 dan dari Siklus 1 ke Siklus 2 juga meningkat. Persentase peningkatan dari kondisi awal ke Siklus 1 sebesar 10,12%, sedangkan penikatan dari siklus 1 ke Siklus 2 sebesar 11.32%. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan Siklus 1 ke Siklus 2 lebih besar daripada kondisi awal ke siklus 1. Hal ini dikarenakan pada Siklus 2 siswa mulai terlatih untuk berkolaborasi dan berkoperatif dalam kelompok. Sikap ingin tahu siswa semakin terbentuk dengan aktivitas-aktivitas yang melibatkan penemuan-penemuan kelompok. Kemampuan pendidik semakin terlatih dalam

(21)

memanfaatkan model yang bukan hanya untuk mengajar materi, namun juga untuk memperbaiki sikap siswa dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran yang digunakan berpengaruh dalam memperbaiki sikap siswa. Siswa yang awalnya bekerja secara individual dan cenderung pasif, namun seiring berjalannya waktu siswa harus bekerja bersama dan berlatih bersama, saling memberi informasi antar siswa. Hal ini melatih kepekaan siswa akan lingkungan sekitar. Siswa mulai berani untuk mengungkapkan rasa ingin tahu mereka dan mencoba hal yang baru. Hal ini menunjukan bahwa metode ini berhasil dalam memperbaiki sikap siswa.

Gambar

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Penelitian  No  Siklus ke-  Pertemuan
Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Pra-siklus kelas V SD Negeri 2 Kuwaron
Gambar 4.1 Hasil Evaluasi Pra Siklus
Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Siklus I Kelas V SD Negeri 2 Kuwaron
+7

Referensi

Dokumen terkait

3 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemurnian sapi Bali di Kabupaten Barru berdasarkan identifikasi fenotipe (bentuk tanduk, warna bulu,

- Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan (Rumah Sakit Kelas B), Seksi pelayanan (Kelas C &amp; D) yang mengelola sistem pelayanan medik sehingga dihasilkan suatu

Abstrak 1) Dibuat dalam bahasa Indonesia dan Inggris disertai kata kunci (keywords) yang memuat 3–5 kata (atau frasa). 2) Artikel asli / laporan hasil penelitian

Beberapa Dental Center pun sudah menyediakan fasilitas yang lengkap untuk mendukung perawatan tersebut seperti tersedianya ruang tunggu yang nyaman, ruang tindakan

Setelah dilakukan analisis data penelitian variabel UTAUT yang mempengaruhi minat mahasiswa melakukan akses ke dalam sistem informasi Akper Alkautsar dan variabel

Kemudian harga-harga output dan biaya per unit dari input setiap tahun digandakan dengan kuantitas output yang dihasilkan dan kuantitas input yang digunakan pada periode

artinya program kontrol disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan

(1) Dalam keadaan penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan pertahanan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf b belum atau tidak mampu