• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DAN MOTIVASI AKADEMIK INTRINSIK PADA MAHASISWA YANG KULIAH TIDAK PADA JURUSAN YANG DIINGINKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DAN MOTIVASI AKADEMIK INTRINSIK PADA MAHASISWA YANG KULIAH TIDAK PADA JURUSAN YANG DIINGINKAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DAN MOTIVASI

AKADEMIK INTRINSIK PADA MAHASISWA YANG KULIAH TIDAK

PADA JURUSAN YANG DIINGINKAN

Febrizky Yahya dan Dharmayati Utoyo Lubis

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

   

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara penerimaan diri dan motivasi akademik intrinsik pada mahasiswa yang kuliah tidak pada jurusan yang diinginkan. Subjek dalam penelitian ini adalah 60 orang mahasiswa Universitas Indonesia tahun kedua yang menjalani kuliah tidak pada jurusan yang diinginkan. Untuk mengukur penerimaan diri digunakan kuesioner yang dibuat oleh Chamberlain dan Haaga (2006) yaitu Unconditional Self Acceptance Questionnaire, sementara itu untuk mengukur skor motivasi akademik intrinsik digunakan kuesioner Academic Intrinsic Motivation (Shia, 1998). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara skor penerimaan diri dan motivasi akademik intrinsik pada mahasiswa. Hasil analisis tambahan juga menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara motivasi dengan jenis kelamin.

Kata kunci: penerimaan diri, motivasi, motivasi akademik intrinsik, pemilihan jurusan

Abstract

This research aim to find correlation between self acceptance and academic intrinsic motivation of college student who does not study in wanted major study. The participant of this research were 60 second year college students of Universitas Indonesia who does not study in wanted major study. Questionaire founded by Chamberlain and Haaga (2006) is used to measure self acceptance, while Academic Intrinsic Motivation Scale (Shia, 1998) is used to measure intrinsic motivation. The result shows that there is a negative significant correlation between self acceptance and academic intrinsic motivation score of second year college student. Additional analysis also showed a significant correlation between academic intrinsic motivation and gender.

Key words: acceptance, motivation, academic intrinsic motivation, major decission,

(2)

Pendahuluan

Proses pengambilan keputusan untuk memilih jurusan merupakan sesuatu yang penting dan merupakan proses dari perencanaan masa depan. Pemilihan jurusan kuliah merupakan langkah awal dari pemilihan karier, dimana menurut Richardson (2001), karier adalah aspek yang memegang peran yang signifikan dalam kehidupan orang dewasa. Oleh karena itu, pemilihan jurusan yang akan diambil dalam perkuliahan tentunya harus melibatkan persiapan dan pertimbangan yang matang.

Secara umum Michael (2005), membagi faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan jurusan menjadi dua aspek, yaitu faktor internal yang mencakup nilai pribadi, penetapan tujuan, ketertarikan pribadi terhadap jurusan, dan self efficacy, serta faktor eksternal yang mencakup jenis kelamin, ras, latar belakang keluarga, status sosial ekonomi, dan tren pekerjaan. Sementara itu Taylor, Bantham, dan Mullins (2008) menambahkan bahwa faktor eksternal lainnya yang turut memengaruhi adalah ketersediaan informasi di sekitar mahasiswa serta pengaruh orang tua dan lingkungan dalam pengambilan keputusan memilih jurusan. Faktor-faktor tersebut adalah penyimpulan dari penelitian-penelitian yang dilakukan di luar negeri, namun di dalam negeri ada fenomena lain yang terjadi. Di Indonesia, terdapat beberapa sistem penyaringan tes masuk universitas dan jurusan yang berbeda-beda. Dari sekian banyak tes masuk perguruan tinggi di Indonesia, Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) adalah test yang melibatkan jumlah pendaftar paling banyak setiap tahun dengan diikuti oleh seluruh perguruan tinggi negeri di Indonesia secara serentak. Dalam tes ini, semakin favorit dan diminati suatu jurusan dan universitas, maka semakin ketat pula persaingan. Tes SNMPTN memberikan pilihan kepada peserta untuk memilih lebih dari satu universitas dan jurusan. Pada akhirnya karena ketatnya persaingan pendaftar yang tidak diimbangi dengan ketersediaan kuota jurusan yang memadai, alhasil banyak calon mahasiswa yang tidak lulus tes. Calon mahasiswa yang lulus tes pun pada akhirnya banyak yang mendapatkan pilihan kedua atau ketiga.

Selain itu terdapat faktor eksternal turut memengaruhi siswa untuk mengambil keputusan pemilihan jurusan yang tidak sejalan dengan yang diinginkan. Adam, Pryor, dan Adams (1994) dalam studinya mengungkapkan ada beberapa siswa yang mengindikasikan adanya tekanan orang tua dalam pemilihan jurusan. Selain itu kondisi status sosial dan ekonomi yang kurang memadai juga dapat menjadi hambatan dalam pemilihan jurusan sesuai yang diinginkan mahasiswa.

(3)

Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan mahasiswa melanjutkan kuliah tidak sesuai dengan jurusan yang diinginkannya. Ketidaksesuaian dengan jurusan yang semula diinginkan dengan yang dijalani saat ini dapat mengakibatkan dampak psikologis dan kekecewaan bagi mahasiswa. Persepsi individu mengenai peristiwa yang menyebabkan kekecewaan dapat memengaruhi evaluasi diri dan penilaian individu terhadap diri sendiri, dalam hal ini penerimaan diri. Penerimaan diri adalah sikap positif terhadap diri, mengapresiasi dan menerima aspek kompleks dari diri termasuk kualitas diri yang baik maupun buruk, dan memiliki sikap positif mengenai peristiwa yang telah terjadi (Ryff & Singer, 2006). Individu yang tidak memiliki sikap positif terhadap apa yang terjadi pada dirinya dan tidak menerimanya, maka dapat dikatakan individu tersebut memiliki penerimaan diri yang rendah. Seseorang dengan penerimaan diri yang rendah akan merasa kesulitan untuk mengatasi masalah hidupnya dan mengevaluasi diri. Hal ini mempersulit individu dalam melakukan penyesuaian diri dan sosial. Dalam kasus ini, mahasiswa yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap dampak kekecewaan akibat mengambil kuliah tidak pada jurusan yang diinginkan akan berpengaruh terhadap penyesuaian dirinya terhadap peran mahasiswa yang utama yaitu mencapai tujuan-tujuan akademik. Motivasi akademik intrinsik yang diperlukan mahasiswa untuk mengarahkan pada tujuan-ujuan akademik dapat terganggu oleh dampak psikologis yang dialami mahasiswa akibat menjalani kuliah tidak pada jurusan yang diinginkan. Hal ini menyebabkan rendahnya penerimaan diri dapat memengaruhi motivasi akademik intrinsik siswa, padahal motivasi akademik merupakan prediktor terkuat untuk performa akademik, baik intrinsik maupun ekstrinsik.

Pentingnya dampak motivasi akademik terhadap performa akademik yang berujung pada kesuksesan mahasiswa membuat peneliti tertarik untuk melihat korelasinya dengan penerimaan diri pada mahasiswa yang menjalani kuliah tidak pada jurusan yang diinginkannya. Peneliti ingin melihat hubungan antara penerimaan diri dengan motivasi akademik intrinsik pada mahasiswa yang menjalani kuliah tidak pada mahasiswa yang menjalani perkuliahan tidak pada jurusan yang diinginkan. Selain itu peneliti ingin melihat gambaran penerimaan diri pada mahasiswa yang menjalani perkuliahan tidak pada jurusan yang diinginkan dan juga hubungan penerimaan diri dengan motivasi akademik intrinsik pada mahasiswa yang menjalani perkuliahan tidak pada jurusan yang diinginkan.

(4)

Landasan Teori

Penerimaan Diri

Ryff dan Singer (2006) mengemukakan definisi penerimaan diri yang berarti sikap positif terhadap diri, mengapresiasi dan menerima aspek kompleks dari diri termasuk kualitas diri yang baik maupun buruk. Mereka menambahkan bahwa penerimaan diri adalah proses panjang yang melibatkan kesadaran untuk berjuang secara akurat menerima tindakan, motivasi dan perasaan (Ryff & Singer, 2008). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri adalah proses panjang yang melibatkan kesadaran untuk berjuang secara akurat menerima tindakan, motivasi, perasaan diri, dan seluruh aspek serta kualitas diri baik yang positif maupun negatif, dan memiliki sikap positif mengenai masa lalu

Mahasiswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), mahasiswa adalah individu yang sedang menjalani proses pembelajaran di perguruan tinggi. Pada umumnya mahasiswa pada jenjang sarjana reguler yang melanjutkan studinya langsung dari SMA berada dalam rentang usia 18-25. Dari rentang umur tersebut, sebagian besar mahasiswa masuk ke dalam tahap perkembangan remaja akhir (18-21 tahun), dan sebagian kecil mahasiswa tergolong ke dalam tahap dewasa awal (22-28 tahun) (Santrock, 1999). Dari segi tahap perkembangan, rentang usia tersebut memiliki beberapa tugas perkembangan, yaitu kuliah di perguruan tinggi, kerja, dan menikah, dimana urutan dan waktu dari tugas perkembangan ini berbeda-beda tiap individu (Papalia & Olds, 2001).

Motivasi

Motivasi menurut Santrock (2008) adalah proses yang akan mengarahkan, memberi semangat, dan kegigihan perilaku seseorang pada tujuan yang ingin dicapainya. Para peneliti di bidang motivasi secara umum membedakan motivasi dalam dua jenis : intrinsik dan ekstrinsik (Deci, 1975; Deci & Ryan, 1985; Lepper & Green, 1978; Malcne & Lepper, 1987 dalam Parsons, Hinson & Brown, 2001). Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang menggerakkan suatu aktivitas dimana aktivitas tersebut adalah alat untuk mencapai tujuan. Siswa yang termotivasi secara ekstrinsik akan mengerjakan tugas-tugasnya karena alasan tertentu dan yakin hal tersebut akan memberikan hasil seperti yang diinginkan, misalnya reward dan pujian. Sementara itu motivasi intrinsik adalah motivasi yang menggerakkan suatu aktivitas karena aktivitas tersebut menyenangkan. Siswa yang termotivasi secara

(5)

intrinsik akan memperoleh kepuasan dari kegiatan yang dilakukannya.

Dalam bidang akademik, motivasi siswa merupakan proses yang akan mengarahkan individu untuk mencapai target akademik. Motivasi siswa inilah yang menjadi dasar untuk mencari pengalaman belajar khususnya terkait dengan keinginan untuk ikut serta dalam kegiatan pembelajaran (Brophy, 2004). Motivasi akademik juga dibedakan atas dua kategori, yakni motivasi akademik intrinsik dan motivasi akademik ekstrinsik.

Siswa dengan motivasi akademik intrinsik tinggi menunjukkan pencapaian prestasi yang lebih tinggi, pandangan yang lebih baik mengenai kompetensi akademiknya, dan kecemasan akademik yang lebih rendah sejak masa kanak-kanak hingga usia remaja (Gottfriend, Fleming & Gottfriend, 2001). Motivasi akademik intrinsik didefinisikan sebagai kesenangan belajar di kegiatan perkuliahan yang terlihat dari orientasi penguasaan (orientation toward mastery), keingintahuan, keuletan, dan pembelajaran tugas-tugas baru yang sulit serta menantang (A. E Gottfriend, 1985, 1986; dalam Gottfriend, Fleming & Gottfriend, 2001)

Hubungan antara penerimaan diri dan motivasi akademik

Mahasiswa pada tahapan remaja akhir dalam tahap perkembangannya sudah mulai dapat membedakan seperti apa dirinya (actual self) dan ingin seperti apa (ideal self). Sedikit perbedaan dapat mendorong ke arah positif dan perbedaan besar dapat menyebabkan masalah psikologis seperti kekecewaan, ketidakpuasan, depresi, takut, terancam, dan gelisah (Sprinthall & Collins, 1995) .

Perubahan-perubahan yang terjadi pada tahap perkembangan ini juga rentan menyebabkan individu merasa kecewa dan membenci dirinya sendiri, terlebih juga individu gagal menghadapi perubahan dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan individu merasa tidak bahagia dan tidak puas dengan keadaan diri sendiri, hingga akhirnya tidak menerima dirinya sendiri (Papalia, Old, & Feldman, 2007)

Menjalani kuliah pada jurusan yang tidak diinginkan dengan berbagai faktor yang telah disebutkan dapat menyebabkan berbagai permasalahan bagi mahasiswa. Mahasiswa yang mempersepsikan peristiwa tersebut sebagai sesuatu yang mengecewakan karena yang diinginkan tidak sesuai dengan kenyataan akan memiliki dampak psikologis. Hal ini dapat memengaruhi performa akademik mahasiswa dengan memengaruhi motivasi siswa, penerapan strategi belajar dan regulasi diri, serta kesediaan untuk menggunakan sumber daya kognitifnya untuk belajar dan menampilkan performa akademik. untuk meminimalisir dampak tersebut, dibutuhkan penerimaan diri pada mahasiswa. Karena itu peneliti berasumsi

(6)

bahwa individu yang memiliki penerimaan diri yang baik akan sangat memengaruhi motivasi dan performa mahasiswa akibat menjalani perkuliahan di jurusan yang tidak diinginkan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan hasil penelitian berupa data yang akan diolah dengan menggunakan teknik perhitungan statistik. Selain itu, penelitian ini akan menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang diadaptasi oleh peneliti kemudian dihitung validitas dan reliabilitasnya. Partisipan dalam penelitian ini adalah 60 orang mahasiswa Universitas Indonesia tingkat dua berusia 18-21 tahunyang kuliah pada jurusan yang tidak diinginkan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling, yaitu accidental sampling dan snowball sampling.

Untuk mengukur penerimaan diri, peneliti menggunakan kuesioner dalam bentuk self report scale dengan menggunakan bentuk skala Likert, yaitu Unconditional Self Acceptance Questionnaire (USAQ) yang dikonstruk oleh Chamberlain dan Haaga (2001), dan setelah dilakukan uji validitas berisi 15 item. Sedangkan untuk mengukur motivasi akademik intrinsik peneliti menggunakan kuesioener Academic Intrinsic Motivation yang dikonstruk oleh Shia (1998) dan berisi 39 item setelah diadaptasi oleh peneliti.

Alat ukur Unconditional Self Acceptance Questionnaire terdiri dari item favorable dan unfavorable dan merupakan unidimensional. Sementara itu alat ukur Academic Intrinsic Motivation terdiri dari enam faktor, yaitu dua faktor intrinsik dan empat faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah mastery goals dan need for achievement yang merupakan item favorable, sementara faktor ekstrinsik adalah power motivation, fear of failure, authority exoectation, dan peer acceptance yang merupakan item unfavorable. Alat ukur ini berupa multi dimensional. Mastery merupakan keinginan untuk menambah pemahaman, kemampuan, dan pengetahuan dari materi. Sementara itu need for achievement merupakan kebutuhan untuk meraih pencapaian dan target dalam bidang akademik. Fear of failure merupakan motivasi untuk menghindar dari kegagalan. Peer acceptance merupakan tingkah laku seeorang yang didasari keinginan untuk diterima dalam kelompok. Authority expectation menggambarkan seberapa pentingnya siswa untuk memenuhi harapan yang dimiliki orang tua atau guru. Power motivation adalah kebutuhan untuk mengontrol lingkungan dengan cara menunjukkan kompetensi terhadap lingkungan.

(7)

Setelah selesai melakukan pengambilan data, peneliti selanjutnya melakukan pengolahan data dengan menggunakan perhitungan statistik. Hasil analisis data yang dilakukan menggunakan statistik deskriptif yang dilakukan adalah dengan menghitung mean, frekuensi, dan persentase penelitian berdasarkan data penelitian. Kemudian untuk melihat hubungan antara kedua variabel peneliti menggunakan korelasi Pearson. Dan untuk analisis data tambahan, peneliti menggunakan Independent sampel t-test untuk mengetahui adakah perbedaan mean diantara kedua kelompok.

Hasil penelitian

Untuk mendapatkan hasil utama dalam penelitian ini, dilakukan pengujian terhadap hipotesis dengan pengujian dengan perhitungan statistik menggunakan korelasi pearson. Pengujian hipotesis digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis null.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan teknik analisis korelasi pearson, didapat hasil korelasi sebesar -0, 406 dan signifikan pada los 0, 05 ( p= 0, 001). Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis null ditolak.

Tabel 4. 3. Tabel Total Skor Academic Motivation Intrinsic dan Self Aceptance

Skor

Pearson

Correlation -,406(**)

Sig. (2-tailed) ,001

N 60

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil yang signifikan ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan motivasi akademik. Berdasarkan nilai koefisien tersebut, didapat r2 sebesar 0,165. Berdasarkan nilai r2 ini diketahui bahwa 16,5 % varians yang ada di penerimaan diri dapat dijelaskan dengan varians motivasi akademik. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun hubungan antara motivasai akademik dengan penerimaan diri signifikan, namun hubungan tersebut tidak cukup kuat.

Selain itu dilakukan teknik perhitungan statistik untuk mengetahui gambaran skor penerimaan diri pada partisipan, yang didapatkan hasil sebagai berikut.

(8)

Total subjek Mean Skor Skor Standard terendah tertinggi deviasi 60 64,23 49 81 6,427

Dari 60 partisipan, didapatkan skor penerimaan diri yang paling rendah adalah 49, sedangkan yang paling tinggi adalah 81. Sementara itu nilai tengah dari skor penerimaan diri partisipan adalah 64, 23. Melalui perhitungan dengan standard deviasi tersebut, besar kisaran true score dari skor total penerimaan diri adalah 57, 803- 70, 567. Berdasarkan mean tersebut, peneliti mengelompokkan skor partisipan menjadi tinggi dan rendah.

Tabel 4. 4. Tabel Distribusi Skor Penerimaan Diri

Kelompok Rentang Skor Jumlah Persentase Skor partisipan

Rendah < 64 32 53, 33% Tinggi > 64 28 46, 67%

Dari hasil penghitungan statistik berdasarkan nilai mean, jumlah partisipan yang berada di bawah nilai mean tergolong individu yang memiliki penerimaan diri yang rendah, dan skor yang lebih besar dari mean dikategorikan sebagai individu yang memiliki skor penerimaan diri yang tinggi. Sebanyak 32 mahasiswa digolongkan memiliki skor penerimaan drii yang rendah, dan 28 orang sisanya memiliki penerimaan diri yang tinggi diatas rata-rata partisipan.

Sementara itu, dilakukan pula teknik statisik untuk menghitung skor motivasi akademik intrinsik dengan hasil sebagai berikut.

Jenis motivasi Mean Skor Skor Standard terendah tertinggi deviasi

Total Skor 159,68 126 183 10,741,

(9)

Dari 60 partisipan, skor total motivasi intrinsik terendah adalah 126, sedangkan skor tertinggi adalah 183. Sementara itu nilai tengah dari motivasi intrinsik partisipan adalah 159, 68. Melalui perhitungan tersebut, besar kisaran true score dari skor total motivasi intrinsik adalah 148, 939 – 170,421.

Sama halnya dengan penerimaan diri, peneliti mengelompokkan skor motivasi akademik menjadi dua kategori berdasarkan nilai mean.

Tabel 4. 2. Tabel Distribusi Skor motivasi akademik

Kelompok Rentang Skor Jumlah Persentase Skor partisipan

Rendah < 159 25 41, 67% Tinggi > 159 35 58, 33%

Dari perhitungan statistik, didapat nilai mean dari masing-masing dimensi dari variabel motivasi akademik intrinsik.

Gambaran Umum dimensi Motivasi Akademik Intrinsik partisipan DIMENSI Mean

MASTERY GOALS 41,00 NEED FOR ACHIEVEMENT 35,91 POWER MOTIVATION 15,59 FEAR OF FAILURE 24,14 AUTHORITY EXPECTATION 30,00 PEER ACCEPTANCE 36,05

Dari tabel diatas diketahui bahwa dimensi yang memiliki mean tertinggi adalah dimensi mastery goals, sedangkan dimensi yang memiliki mean terendah adalah power of motivation.

Kesimpulan

Dari paparan dan analisis yang telah peneliti lakukan, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan pada skor total penerimaan diri dengan skor total

(10)

motivasi intrinsik. Hal ini berarti semakin tinggi penerimaan diri seseorang, maka semakin rendah motivasi intrinsik seseorang. Selain itu hasil perhitungan statistik juga menemukan bahwa nilai motivasi akademik intrinsik mempunyai pengaruh sebesar 16,5% pada penerimaan diri. Hal ini menunjukkan kontribusi motivasi akademik tidak cukup besar terhadap penerimaan diri.

Dari hasil penelitian mengenai gambaran umum skor total penerimaan diri partisipan, hampir setengah dari partisipan memiliki skor penerimaan diri yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata mahasiswa memiliki tingkat penerimaan diri yang cukup tinggi. Sementara itu hasil penelitian mengenai gambaran umum skor total motivasi akademik intrinsik partisipan didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah partisipan memiliki skor penerimaan diri yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata mahasiswa memiliki motivasi akademik intrinsik yang tinggi.

Diskusi

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan yang negatif antara penerimaan diri dengan motivasi belajar intrinsik pada sampel mahasiswa UI 2011 yang menjalani kuliah di jurusan yang tidak diinginkan. Hasil ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Stephen (2008), bahwa semakin internal motivasi seorang siswa dalam pemilihan karier atau jurusan, maka akan semakin tinggi self-determined orientation, dimana hal ini memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat kepuasan terhadap pemilihan jurusan dan motivasi pencapaian akademik yang lebih tinggi. Hal ini berarti seharusnya motivasi internal mahasiswa dan kepuasan terhadap jurusan yang dipilihnya akan memengaruhi motivasi akademik secara positif.

Hasil dari penelitian ini adalah skor penerimaan diri partisipan yang kuliah tidak pada jurusan yang diinginkan rata-rata cukup baik. Skoring pada alat ukur penerimaan diri memiliki rentang nilai dari 15-105 dengan nilai tengah 55. Mean yang didapat dari hasil pengambilan data adalah 64, diatas nilai mean alat ukur itu sendiri. Namun standard deviasi tidak terlalu besar, hal ini mengindikasikan range skor penerimaan diri para partisipan tidak berbeda secara signifikan. Skor penerimaan diri dengan mean kelompok mahasiswa yang memiliki keinginan untuk pindah jurusan juga tidak signifikan, artinya belum tentu orang yang memiliki skor penerimaan diri yang rendah memiliki keinginan untuk pindah jurusan.

(11)

Alat ukur motivasi akademik intrinsik mengukur enam faktor, yaitu dua motivasi intrinsik yang terdiri dari mastery, dan need for achievement, serta empat motivasi ekstrinsik yaitu power motivation, fear of failure, authority expectation, dan peer acceptance. Dari hasil pengukuran, nilai mean tertinggi dari partisipan adalah mastery dari motivasi intrinsik. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata partisipan yang mewakili mahasiswa UI angkatan 2011 memiliki motivasi belajar intrinsik yang tinggi dengan tujuan untuk menambah pemahaman dari materi perkuliahan secara mendalam dan kemudian motivasi untuk meraih pencapaian dalam belajar itu sendiri. Sementara itu, nilai mean terendah dari dalam motivasi intrinsik adalah power motivation. Power motivation adalah faktor motivasi ekstrinsik yang mengukur tingkat need of power yang dimiliki oleh mahasiswa. Faktor ini menimbulkan adanya keinginan untuk mengontrol lingkungan, dan yang dapat dilakukan dalam lingkungan akademik adalah dengan menunjukkan kompetensi mereka pada lingkungan. Dengan begitu, mereka berharap akan mendapat reward dari lingkungan berupa pujian dan lainnya. Dari kedua hasil ini tersebut disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang menjadi partisipan penelitian memiliki motivasi akademik bukan karena keinginan utama untuk mendapat pengakuan dari lingkungan atau menunjukkan kemampuan pada lingkungan, namun lebih karena ingin mendapat pemahaman mengenai materi itu sendiri. Mahasiswa belajar karena memang ingin belajar dan mendapat ilmu yang berguna, bukan menjadikannya sebagai cara untuk menunjukkan kemampuan dan prestasi kepada lingkungan.

Hasil korelasi antara penerimaan diri dan motivasi akademik intrinsik yang signifikan namun memiliki korelasi negatif dapat terjadi karena beberapa hal. Yang pertama adalah skor rata-rata motivasi akademik mahasiswa UI memiliki nilai yang cukup tinggi dengan rentang true score yang tidak besar, sehingga memungkinkan data terkumpul di tengah. Sementara itu selisih antara partisipan yang memiliki skor penerimaan diri rendah dengan individu yang memiliki penerimaan diri tinggi tidak jauh berbeda. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara penerimaan diri dan motivasi akademik intrinsik yang signifikan secara perhitungan statistik namun memiliki nilai korelasi yang kecil ini membuktikan bahwa variabel penerimaan diri memang tidak banyak memengaruhi motivasi akademik intrinsik. Selain itu peneliti menyimpulkan bahwa konflik internal yang terdapat dalam diri mahasiswa tidak cukup memberikan dampak negatif dan berpengaruh terhadap motivasi akademik mahasiswa. Secara alamiah, sebagian besar mahasiswa UI khususnya yang menjadi sampel populasi penelitian, memiliki motivasi intrinsik yang besar untuk belajar dan berprestasi dalam akademik. Namun disamping motivasi intrinsik, ada faktor ekstrinsik yang juga cukup berpengaruh dan memiliki mean di atas rata-rata, yaitu peer acceptance. Seperti yang

(12)

diketahui bahwa budaya di Indonesia lebih condong kepada budaya kolektivisme dibandingkan individualisme. Beberapa penelitian mengenai peer acceptance, salah satunya hubungan peer acceptance terhadap psychological well being (Yorike, 2012), menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara peer acceptance dan psychological well being pada mahasiswa UI. Penulis menduga bila diteliti lebih jauh, faktor eksternal dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap motivasi dan prestasi akademik. Hal ini salah satunya juga didukung oleh alasan mahasiswa memilih jurusan yang tidak diinginkannya saat ini adalah sebagian besar karena pengaruh orang tua dan orang terdekat.

Selain itu, motivasi akademik yang tinggi dari faktor peer acceptance membuat penulis menyimpulkan bahwa motivasi mahasiswa untuk belajar cukup banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Universitas Indonesia sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik di Indonesia memiliki iklim kondusif dan suportif untuk pembelajaran dan tingkat kompetisi yang tinggi di antara mahasiswa lainnya. Hal ini otomatis membuat para mahasiswa UI termotivasi untuk meraih pencapaian akademik yang tinggi karena mendapat dorongan dari lingkungan, walaupun mungkin saja penerimaan diri individu rendah.

Saran

Dalam melakukan perhitungan statistik, item-item motivasi akademik intrinsik yang digunakan dalam penelitian ini memiliki enam faktor yang masing-masing faktornya berisi 10 nomor. Namun dari hasil uji validitas dan reliabilitas, peneliti mengeliminasi item-item yang memiliki nilai r<0,2, sehingga jumlah item yang mengukur setiap faktor kurang merata dalam alat ukur ini. Saran peneliti adalah agar alat ukur ini diteliti lebih lanjut agar dapat dilakukan perbaikan dan dilakukan penelitian lebih lanjut. Peneliti juga disaranakan memperhatikan unsur budaya dalam mengadaptasi alat ukur ini. Skor dari faktor peer acceptance yang seharusnya rendah jika ingin dikategorikan sebagai seseorang dengan motivasi akademik intrinsik tinggi menurut Shia (1998), namun di Indonesia social support dan peer acceptance dianggap sangat penting terutama untuk memotivasi dalam hal akademik. saran selanjutnya dalam penelitian, dalam melakukan pengambilan data, peneliti seharusnya dapat memperoleh lebih banyak lagi partisipan yang merata dari berbagai fakultas agar mendapat variasi subjek yang lebih beragam.

Berdasarkan data kontrol yang diberikan kepada para partisipan, sebagian besar partisipan mengaku memilih jurusan ini karena saran dan dipilihkan orang tua dan orang terdekat, dan sebagian lainnya mengaku memilih karena alasan teknis dan memilih dengan passing grade yang lebih rendah. Oleh karena itu saran peneliti ke depannya adalah agar

(13)

sekolah menengah memberikan konsultasi mengenai jurusan tidak hanya dilakukan kepada siswa, namun juga pada orang tua. Tidak hanya pengetahuan mengenai jurusan, namun juga sosialisasi dan pemberian hasil tes bakat minat anak kepada orang tua serta saran untuk memberi kebebasan memilih jurusan bagi anak.

Saran peneliti lainnya adalah agar lulusan SMA yang akan memilih jurusan di perguruan tinggi mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya agar tidak salah memilih jurusan dan mendiskusikan dengan orang tua secara asertif untuk mendapat persetujuan orang tua. Tidak hanya itu, diharapkan pihak universitas dapat memberikan informasi selengkap-lengkapnya mengenai perguruan tinggi dan jurusan melalui acara-acara seperti bedah kampus yang dilakukan dengan lebih intensif, disamping itu memberikan edukasi ke sekolah-sekolah mengenai pilihan jurusan.

Daftar Pustaka

Adam, S.H., Pryor, L. J., & Adams, S. L. (1994). Attraction and Retention of high aptitude student in accounting : An exploratory longitudinal study. Issues in acoounting education, 9(1), 45-48

Alwi, H, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.

Brophy, J. (2004). Motivating students to learn (2nd ed.). Mahwah, NJ: Erlbaum.

Chamberlain, H., Davies, M. F. (2001). Unconditional self acceptance and psychological health. Journal of Rational Emotive & Cognitive Behavioral Therapy Vol 19. No. 3. 2001

Gottfriend, F.& Gottfriend. ( 2001). Continuity of Acedemic Intrinsic Motivation of

Childhood through a late adolescence. Journal of Educational Psychology,. Vol 19. 2001

(14)

http://snmptn.wordpress.com/2011/09/27/154-ribu-peserta-nilai-tinggi-tetapi-gagal-snmptn/ diunduh pada 6 September 2012

Nurdini, D. Meningkatkan motivasi akademik intrinsik melalui program perspektif masa depan pada siswa gifted underachiever. Tesis. (Depok: Universitas Indonesia, 2011).

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2007). Human Development 10th ed. Boston: McGraw-Hill.

Pintrich, P. R & Schunk, D. H (1996). Motivation in Education. Englewood Cliffs, Nj. Prantice Hall

Pintrich, P. R., and D. H. Schunk. (2002). Motivation in education: Theory, research, and applications. 2nd ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Richardson, M. S. (2001). New perspectice for counseling psychologists. The counseling psychologist, 29, 271-278.

Ryff, C. D., & Singer, B. (2008). Know thyself and become what you are: A eudaimonic approach to psychological well-being. Journal of Happiness Studies, 9(1), 13-39.

Santrock, J. (2008). Educational Psychology (2nd edition). Singapura. Mc Graw Hill

Santrock, J. (1999). Life-span development (7th edition). New York. Mc Graw Hill

Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in education: Theory of Educational Psychology.

Shia, R. (1998). Assessing Academic intrinsic motivation : A look at student goals and personal strategy. Wheeling Jesuit University.

Sprinthall, N. A., dan Collins, W. A. (1995). Adolescent psychology: A developmental view (3th edition). USA: McGraw-Hill, Inc., 448–451

(15)

Taylor, S., Bantham, J., & Mullins, J. (2008). Distinguishing the factor influencing college student’s choice of major. College student journal; June 2008; 42, 2; Proquest psychology journal page 381. Illnois state university.

Gambar

Tabel  4.  3. Tabel Total Skor Academic Motivation Intrinsic dan Self Aceptance
Tabel 4. 4. Tabel Distribusi Skor Penerimaan Diri
Tabel 4. 2. Tabel Distribusi Skor motivasi akademik

Referensi

Dokumen terkait

Peta atau pun gambar/sketsa yang telah ada sebelumnya (mungkin dibuat orang yang terdahulu atau sebelumnya) bisa juga menjadi sumber informasi untuk GIS.. Zaman sekarang ini,

Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO TENTANG PEMBERIAN BEASISWA PROGRAM BIDIKMISI BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2016 PADA SEMESTER

Hasil perhitungan yang didapat dengan menggunakan model indeks tunggal akan menghasilkan saham portofolio optimal yang nantinya dapat.. digunakan

Ekstrak buah mahkota dewa memberikan nilai zona hambat yang tinggi karena mampu menyaring senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin lebih banyak, sehingga mampu

[r]

According to the comparison results, the increasing extent of S-G with sliding window size of 5 (S-G 5) is most significant. The reason can be explained by the

[r]

Oleh karena itu penelitian ini diharapkan mampu mendapatkan isolat mikroorganisme termofilik penghasil enzim xilanase yang memiliki karakteristik optimal pada suhu dan