• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH STUDI DESAIN DAN SIMULASI KEKUATAN PISAU DALAM ALAT PENGUPAS SABUT KELAPA SISTEM MEKANIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH STUDI DESAIN DAN SIMULASI KEKUATAN PISAU DALAM ALAT PENGUPAS SABUT KELAPA SISTEM MEKANIS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

KARYA ILMIAH

STUDI DESAIN DAN SIMULASI KEKUATAN PISAU DALAM ALAT

PENGUPAS SABUT KELAPA SISTEM MEKANIS

Naskah Publikasi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana S1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh :

MUH. FAJAR NUH PRATAMA D.200.090.105

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

1

STUDY OF DESIGN AND SIMULATION OF KNIFE’S STRENGTH ON

COCONUT HUSK PEELER WITH MECHANICAL SYSTEMS

Muh. Fajar Nuh Pratama, Tri Widodo Besar R., Nur Aklis

Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering, Muhammadiyah University of Surakarta

A. Yani street Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Sukoharjo 57102 Phone. (0271) 717417 email: pratamanuh@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to determine the characteristics of the peeler knife at coco mechanical systems include stripping force, knife design, stripping force analysis, the value of the stress and the value of deflection (displacement) through the Finite Element Method (FEM). The knife material has been middle (MS) and cast iron (CI). The research method consists of tensile test specimens to determine the material properties and subsequently incorporated into the Solidwork Premium SimulationXpress 2012 program. Variations include a contact angle of 30° and 45° vertical and horizontal directions, and variations of stripping angle 10°, 20°, 30°, 40° and 50°. The results showed higher vertical stripping force, the higher the stripping force horizontal. And the higher stress value and the vertical deflection, the lower the stress and the horizontal deflection. While the stress value and the vertical deflection occurs difference fluctuated against stripping corner. And horizontal stress and strain values decline as rising stripping corner. Style stripping knife (Fcmax) 114 N vertical direction and 132.5 N horizontal direction. In the vertical direction, the highest stress of 10.196 MPa (CI45°) and the lowest was 9.429 MPa (MS30°), the highest deflection 0.0321 mm (MS30°) and the lowest 0.0259 mm (CI30°). The highest stress 5.158 MPa at stripping angle of 50° (MS30 °) and the lowest was 3.215 MPa at stripping angle of 20° (MS30° and CI45 °), the highest deflection stripping 0.0255 mm at an angle of 50 ° (MS30 °) and the lowest at 0.0076 mm stripping angle of 10° (CI30°). In the horizontal direction, the highest stress of 24.365 MPa (MS30°) and the lowest was 24.138 MPa (CI45°), the highest deflection 0.1281 mm (MS45°) and the lowest is 0,103 mm (CI30°). The highest stress 12.806 10 MPa at stripping corner ° (CI30°) and the lowest was 6.824 MPa at stripping angle of 50° (MS30°), the highest deflection stripping 0.0882 mm at an angle of 10° (MS30° and MS45°) and lowest stripping 0.0709 mm at an angle of 50° (CI30° and CI45°).

(4)

2

STUDI DESAIN DAN SIMULASI KEKUATAN PISAU DALAM ALAT

PENGUPAS SABUT KELAPA SISTEM MEKANIS

Muh. Fajar Nuh Pratama, Tri Widodo Besar R., Nur Aklis

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Sukoharjo 57102 telp. (0271) 717417

email : pratamanuh@gmail.com

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pisau pengupas pada alat pengupas sabut kelapa sistem mekanis meliputi gaya pengupasan kelapa, desain pisau, analisa gaya pengupasan, nilai tegangan (stress) dan nilai defleksi (displacement) melalui Finite Element Methode (FEM). Material pisau dipilih middle steel (MS) dan cast iron (CI). Metode penelitian terdiri dari pengujian tarik spesimen untuk mengetahui property material dan selanjutnya dimasukkan ke SimulationXpress pada program Solidwork Premium 2012. Variasi meliputi sudut kontak 30° dan 45° arah vertikal dan horizontal, dan variasi sudut pengupasan 10°, 20°, 30°, 40° dan 50°. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi gaya pengupasan vertikal, semakin tinggi pula gaya pengupasan horizontal. Dan semakin tinggi nilai tegangan dan defleksi vertikal, maka semakin rendah nilai tegangan dan defleksi horizontal. Sedangkan nilai tegangan dan defleksi vertikal terjadi perbedaan fluktuatif terhadap sudut pengupasan. Dan nilai tegangan dan regangan horizontal terjadi penurunan seiring naiknya sudut

pengupasan. Gaya pengupasan pisau (Fcmax) 114 N arah vertikal dan 132,5 N arah

horizontal. Pada arah vertikal, tegangan tertinggi 10,196 MPa (CI45°) dan terendah 9,429 MPa (MS30°, defleksi tertinggi 0,0321 mm (MS30°) dan terendah 0,0259 mm (CI30°). Tegangan tertinggi 5,158 MPa pada sudut pengupasan 50° (MS30°) dan terendah 3,215 MPa pada sudut pengupasan 20° (MS30° dan CI45°), defleksi tertinggi 0,0255 mm pada sudut pengupasan 50° (MS30°) dan terendah 0,0076 mm pada sudut pengupasan 10° (CI30°). Pada arah horizontal, tegangan tertinggi 24,365 MPa (MS30°) dan terendah 24,138 MPa (CI45°), defleksi tertinggi 0,1281 mm (MS45°) dan terendah 0,103 mm (CI30°). Tegangan tertinggi 12,806 MPa pada sudut pengupasan 10° (CI30°) dan terendah 6,824 MPa pada sudut pengupasan 50° (MS30°), defleksi tertinggi 0,0882 mm pada sudut pengupasan 10° (MS30° dan MS45°) dan terendah 0,0709 mm pada sudut pengupasan 50° (CI30° dan CI45°).

(5)

2 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teknologi pengupasan sabut kelapa di Indonesia saat ini masih menerapkan metode tradisional dengan menggunakan alat berbentuk linggis dari besi atau kayu yang dipasang vertikal dengan ujung lancip pada bagian atasnya

Gambar 1. Pengupasan sabut kelapa

Pengupasan ini memiliki kelemahan diantaranya :

1. Membutuhkan tenaga besar dan keterampilan khusus

2. Resiko tangan terkena mata pisau atau kaki tertimpa kelapa

3. Membutuhkan waktu yang cukup lama (±1 menit / kelapa)

4. Posisi pengupasan kurang ideal (membungkuk)

Salah satu metode pengupasan pada jenis alat pengupas sabut kelapa yang sudah didesain adalah sistem

indexing menggunakan enam pisau

pengupas. Variabel yang akan diteliti adalah desain pisau pengupas meliputi sudut kontak pisau, pemilihan material dan pengujian, desain dan analisa simulasi pengupasan, dan pengujian langsung.

Tujuan Penelitian

1. Membuat inovasi alat pengupas sabut kelapa dengan prinsip kerja sederhana, efektif, efisien tenaga serta aman dalam pemakaian sehingga

dapat menghemat waktu, tenaga dan dapat dilakukan semua kalangan. 2. Mendapatkan analisa dan data

mengenai gaya-gaya yang terjadi saat proses pengupasan sabut kelapa dengan penerapan pisau pengupas pada alat pengupas sabut kelapa. 3. Mengimplementasikan teknologi tepat

guna dalam bentuk alat kepada masyarakat berdasarkan disiplin ilmu yang dipelajari dalam perkuliahan. 4. Memperoleh karakteristik pisau

pengupas meliputi pemilihan material yang sesuai, penentuan desain dan analisa simulasi pengupasan, proses pengerjaan hingga pengujian alat. 5. Mengetahui perbandingan karakteristik

pisau dengan variasi desain dan sudut kontak, tegangan dan regangan, dan pemilihan material.

6. Mengetahui proses pembuatan pisau pengupas sesuai dengan karakteristik dan gaya-gaya yang bekerja pada proses pengupasan sabut kelapa. TINJAUAN PUSTAKA

Studi Literatur

Abi Vargheser. (2014), mengkaji berbagai jenis metode mekanisasi pengupasan sabut kelapa dimana sudah banyak pengembangan alat dan mesin pengupas di berbagai daerah di dunia. Masing-masing alat dianalisa dan dibandingkan dari segi keuntungan dan kerugiannya. Pada analisa ini diperoleh kesimpulan bahwa keberadaan alat dan mesin pengupas sabut kelapa disesuaikan dengan daerah dan jenis kelapanya.

Agus Roy B. (2013), meneliti uji bentuk mata pisau pada alat pengupas sabut kelapa mekanis dengan motor penggerak bensin. Menggunakan tiga mata pisau bentuk segitiga, kerucut dan paku. Metode perancangan dipilih rancangan acak lengkap (RAL). Hasil 3

(6)

3 pengujian diperoleh perbandingan mata pisau segitiga : kerucut : paku. Untuk kapasitas efektif 231,24 : 301,97 : 192,48 kelapa/jam, presentase kelapa tidak terkupas 6,67 : 13,33 : 13,33% dan kebutuhan bahan bakar 2,37 : 2,62 : 1,85 liter/jam. Sehingga jenis mata pisau kerucut paling efektif untuk pengupasan.

B. N. Nwankwojike (2012), mengkaji pengembangan mesin pengupas sabut kelapa skala petani berpenggerak motor listrik dengan dua roller paku dan

conveyor tipe ulir. Hasil pengujian mesin

dalam kondisi normal (tanpa kerusakan mur dan distorsi dimensi) rata-rata pengupasan efektif dengan kapasitas 93,45% atau 79 butir/jam. Namun kekurangan pada alat ini adalah besarnya penggunaan listrik.

Hardik W. (2013), merancang mesin pengupas sabut kelapa berbasis ergonomik partisipasi menggunakan motor listrik. Terdapat empat bagian yaitu pengupas, penggerak, pencekam dan cover pengarah sabut. Kecepatan putaran roller ± 20 rpm dengan reducer 1/20 dan gear. Bagian bawah terdapat

roller untuk menarik sabut yang terkupas.

Pada uji kapasitas produksi, mesin mampu mengupas kelapa 28 butir/jam. Dan pada pengujian tingkat kepuasan pemakai menggunakan kuisioner dengan skala Linkert 1 sampai 5. Terdapat delapan kriteria penilaian meliputi : keamanan pengguna 3,33, kenyamanan pemakaian 3,53, kemudahan operasi 4,20, kemudahan perawatan 4,00, konstruksi yang kokoh 4,40, kemampuan mesin dalam mengupas 2,87, posisi kerja 3,53 dan tenaga operator 3,73.

Vinod P. (2014), menganalisa alat pengupasa sabut kelapa sistem hidrolik dengan silinder dan katup pengarah dengan perintah operator. Analisa dilakukan pada kebutuhan waktu yang diperlukan mengupas satu kelapa dimana

diperoleh waktu 12.1 detik. Sehingga penggunaan alat ini dapat menekan biaya tenaga kerja sampai 50% dibanding metode tradisional. Disisi lain, alat ini juga memiliki factor keamanan lebih baik dibanding alat pengupas lainnya.

Landasan Teori 1. Buah Kelapa

Buah kelapa mempunyai kulit keras dan tebal. Terdapat dua lapisan yaitu kulit luar (sabut) bersifat lunak dengan ketebalan ±3 cm, bertekstur serat berlapis-lapis dengan panjang melintang dari atas sampai pangkal bawah. Kulit dalam (bathok) bersifat keras dengan ketebalan ± 5 mm.

Gambar 2. Buah kelapa 2. Alat Pengupas Sabut Kelapa

Gambar 3. CoCoMan COM11A

(7)

4

Name : CoCoMan Coconut

Processing Machines

Model : COM11A

Capacity : 300 pcs/h

Operator : 1 operator

Power : Mesin diesel 2HP

Weight : 250 Kg

Dimension : (1,30 x 1,20 x 1,40) m

Company : Method Machine Work,

Kuala Lumpur

Gambar 4. Pisau pengupas 3. Baja Karbon Sedang (Middle Steel)

Baja karbon menengah mengandung karbon (C) 0,30-0,60%. Baja jenis ini banyak digunakan untuk berbagai keperluan alat perkakas atau juga pada bagian mesin.

Gambar 5. Struktur mikro middle steel

(AISI/SAE 1040 Steel)

Berdasarkan jumlah karbonnya, baja jenis ini dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Baja karbon sedang mengandung 0,3-0,4% C, dijadikan sebagai

connecting rods, crank pins, axis.

b. Baja karbon sedang mengandung 0,4-0,5% C, dijadikan sebagai car

axies, crankshaft, rails, boilers, auger bits, screwdrivers.

c. Baja karbon sedang mengandung 0,5-0,6% C, dijadikan sebagai

hammers dan sledges.

4. Besi Cor (Cast Iron)

Besi cor merupakan paduan besi (Fe) - karbon (C) dengan kandungan C diatas 2% (umumnya sampai 4%). Berikut klasifikasi besi cor :

a. Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron) Adalah besi cor yang kandungan karbonnya antara 2,5% - 4% sementara kandungan silikon antara 1% - 3%. Salah satu sifat yang efektif dari besi cor kelabu yaitu kemampuan meredam energi getaran dibandingkan baja

b. Besi Cor Putih (White Cast Iron) Adalah besi cor dengan kandungan silikon di bawah 1%, karbon berkisar antara 2,8 – 3,6 %. Mempunyai karakteristik keras tetapi sangat rapuh.

c. Besi Cor Nodular (Ductile Iron)

Besi ini mempunyai karakteristik seperti baja, dengan ferrite berkekuatan tarik 380 - 480 MPa dan keuletan 10 - 20%. Besi ini banyak digunakan untuk pembuat roda gigi, katup, bodi pompa dan berbagai komponen mesin lainnya.

d. Besi Cor Mampu Tempa (Malleable

Cast Iron)

Besi cor mampu tempa mempunyai sifat mirip dengan besi cor nodular yaitu keras dan ulet karena hasil dari kombinasi grafit nodular dan matrik logam yang rendah karbon mampu tempa dapat dilakukan proses pemesinan. Besi cor mampu tempa banyak digunakan untuk membuat benda-benda yang memerlukan ketahanan bentur yang besar

(8)

5 Gambar 6. Diagram fasa besi-karbon 5. Analisa Gaya Pengupasan Kelapa

a. Gaya total pengupasan

Ftot = F . n ……… [1]

dimana :

F = gaya tiap sisi (N) n = jumlah sisi b. Gaya pengupasan pisau

Fc = Ftot : np …………..…… [2] dimana : np = jumlah pisau c. Kedalaman pengupasan Tp = ¾ ∙ Øb + t ……... [3] dimana : Øb = diameter bathok (mm) Ts = tebal sabut (mm

d. Gaya pisau pada sudut pengupasan

Fc = Fc max ∙ cos α … [4]

dimana :

cosα= sudut kupas 10°-50° 6. Pengujian Tarik

Uji tarik adalah metode menguji kekuatan material meliputi kekuatan tarik, kuat luluh dan modulus elastic, dengan memberikan beban gaya statis sesumbu yang diberikan secara lambat.

a. Persamaan tegangan tarik

F = σ . A atau σ = …….[5] dimana : σ = tegangan (MPa) F = gaya (N) A = luas penampang (mm2) b. Persamaan regangan  =

lo

L

…………... [6] dimana :  = regangan (mm) ΔL = selisih panjang (mm) lo = panjang daerah ukur (mm)

(9)

6 7. Simulasi Finite Element Method (FEM)

Finite Element Method digunakan

dengan memberikan variable titik tumpu (fixture), pembebanan (load) dan jenis material. Simulasi ditampilkan dengan animasi 3D untuk mengetahui tegangan (stress) dan defleksi (displacement). Daerah merah menunjukkan nilai tegangan dan regangan maksimal, sedangkan daerah biru menunjukkan tegangan dan regangan minimal.

METODE PENELITIAN

Gambar 7. Diagram alir penelitian Jenis dan Fokus Penelitian

Jeni penelitian termasuk analisa dan perancangan pisau. Pemilihan penelitian adalah kerjasama Pre Mentoring Program

(PMP) dari Recognition And Mentoring

Program Institut Pertanian Bogor (RAMP

IPB) tanggal 17 Januari - 17 Februari 2013. Fokus penelitian pada karakteristik pisau meliputi gaya pengupasan, pemilihan material, pengujian tarik, desain dan analisa Finite Element

Method (FEM).

Lokasi Penelitian

Lokasi pertama di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), difokuskan pada permasalahan proses pengupasan sabut kelapa dan melihat model alat pengupas lain di Wokshop Alat Teknologi Pertanian (Luikopo) di Progdi Teknik Mesin dan Biosystem IPB. Lokasi kedua di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), penelitian disini meliputi desain pisau, analisa desain dan pengujian pisau. Analisa Gaya Pengupasan

1. Bahan dan Alat

Gambar 8. Kelapa

(a) (b)

(c)

Gambar 9. (a) neraca, (b) pisau, (c) mistar

(10)

7 2. Metode Eksperimen

pemberian gaya pembacaan angka

Pengukuran tebal horizontal dan vertikal

Gambar 10. Tahap pengupasan kelapa Perancangan Alat

Gambar 11. Desain alat pengupas

Keterangan gambar :

1. Frame

2. Indexing house 3. Indexing shaft 4. Upper cutter arm 5. Upper indexing cutter 6. Bottom indexing cutter 7. Bottom cutter arm 8. Bottom cylinder poke 9. Bottom lever

10. Upper lever

Pembuatan dan Pengujian Tarik

Pengujian menggunakan Universal

Testing Machine dengan specimen uji

menurut standar ASTM D 638-02 tipe 01 seperti pada gambar berikut :

Gambar 12. Dimensi spesimen uji tarik

Width of narrow section (W) : 13 mm

Length of narrow section (N) : 57 mm

Width overall (WO) : 19 mm

Length overall (LO) : 165 mm

Gage length (G) : 50 mm

Distance beetwen grips (D) : 115 mm

Radius (R) : 76 mm

Tickness (T) : 3,2 mm

Menghitung Tegangan Tarik

Gambar 13. Specimen uji

(11)

8 Desain Pisau

(a) (b)

Gambar 13. Desain pisau (a) 30°, (b) 45° Analisa Finite Element Method (FEM)

Finite Element Method digunakan

untuk menganalisa kekuatan desain pisau pengupas berdasarkan pemilihan material dan gaya yang diterima. Analisa menggunakan fitur SimulationXpress

pada Solidwork Premium 2012. Berikut tahapanpengoperasian :

1. Klik SimulationXpress Analysis

Gambar 14. Tampilan SimulationXpress

2. Pemberian fixture

Gambar 15. Penandaan letak fixture 3. Pemberian Beban (Load)

Gambar 16. Pemberian beban 4. Pemberian Material

Gambar 17. Menu SolidWork Materials

(12)

9 5. Menjalankan Program

(a) (b)

Gambar 18. (a) stress, (b) displacement

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Analisa Gaya Pengupasan

Tabel 1. Spesifikasi kelapa

Øk (mm) W (N) Fv (N) Fh (N) tv (mm) th (mm) Øb (mm) 145 19,4 251 256 31 20 110 149 21,1 252 261 35 20 115 151 22,7 252 264 34 22 121 151 24,6 254 268 37 25 126 153 26,6 257 270 39 26 129 156 28,5 260 278 43 29 139 157 31,0 258 295 50 31 134 157 34,1 261 298 52 33 140 163 36,2 262 299 57 34 144 166 37,0 265 302 62 34 144

1. Gaya pengupasan sebenarnya (Fmax) a. Fmax (vertikal) = 228 N b. Fmax (horizontal) = 265 N 2. Gaya total pengupasan (Ftot)

a. Ftot max (vertikal) = 684 N

b. Ftot max (horizontal) = 795 N

3. Gaya pengupasan tiap pisau (Fc)

a. Fc max (vertikal) = 114 N

b. Fc max (horizontal) = 132,5 N

4. Kedalaman sabut (Tp)

a. Tp max (vertikal) =113,5 mm

b. Tp max (horizontal) = 170 mm

5. Gaya pengupasan arah vertikal pada variasi sudut pengupasan

Sudut Fc y (N) Fc x (N) 10° 112,29 130,48 20° 107,04 124,51 30° 98,72 114,75 40° 87,32 101,49 50° 73,30 85,17

Gambar 19. Grafik hubungan arah gaya dengan sudut kontak

Dari grafik di atas diperoleh gaya pengupasan arah vertikal tertinggi pada sudut pengupasan 10° sebesar 112,29 N dan terendah pada sudut pengupasan 50° sebesar 73,3 N. Sedang nilai gaya pengupasan arah horizontal tertinggi pada sudut pengupasan 10° sebesar 130,48 N dan terendah pada sudut pengupasan 50° sebesar 85,17 N. Semakin tinggi gaya pengupasan arah vertikal, maka semakin tinggi gaya pengupasan arah horizontal. Sehingga hubungan gaya pengupasan arah vertikal dan horizontal berbanding lurus.

(13)

10 Pengujian Spesimen

Tabel 2. Data hasil pengujian :

Data MS / CI

Area (So) 41,60 mm2

Max. Force (Fm) 22,93 / 16,15 Kn

Modulus (E) 16.161 / 19.952 MPa

Yield Force (Fy) 19,50 / 13,20 kN

Max stress 551,2 / 388,2 MPa

Max displacement 0,034 / 0,019 mm

Yield stress 468,75 / 317,30 MPa

Analisa Finite Element Methode (FEM) 1. Pisau Middle Steel (MS)

a. Arah vertikal

Gambar 20. Stress 30° dan 45°

Gambar 21. Displacement 30° dan 45°

b. Arah horizontal

Gambar 22. Stress 30° dan 45°

Gambar 23. Displacement 30° dan 45° 2. Pisau Cast Iron (CI)

a. Arah vertikal

Gambar 24. Stress 30° dan 45° 11

(14)

11 Gambar 25. Displacement 30° dan 45° b. Arah horizontal

Gambar 26. Stress 30° dan 45°

Gambar 27. Displacement 30° dan 45°

3. Perbandingan tegangan (stress)

Gambar 28. Grafik perbandingan stress Dari grafik di atas diperoleh tegangan tertinggi arah vertikal pada pisau CI 45° sebesar 10.196 MPa, dan terendah pada pisau MS 30° sebesar 9.429 MPa. Sedangkan tegangan tertinggi arah horizontal pada pisau MS 30° sebesar 24.365 MPa, dan terendah pada pisau CI 45° sebesar 24.138 MPa. Pisau yang memiliki tegangan tertinggi arah vertikal, maka memiliki tegangan terendah arah horizontal dan begitu pula sebaliknya. Sehingga hubungan tegangan pisau dan arah berbanding terbalik.

4. Perbandingan defleksi (displacement)

Gambar 29. Grafik perbandingan

displacement

(15)

12 Dari grafik di atas diketahui defleksi tertinggi arah vertikal terjadi pada pisau MS 30° sebesar 0,0321 mm, dan terendah pada pisau CI 30° sebesar 0,0259 mm. Sedangkan defleksi tertinggi arah horizontal pada pisau MS 45° sebesar 0,1281 mm, dan terendah pada pisau CI 30° sebesar 0,1030 mm. Hal ini menunjukkan pada pisau dengan tegangan tertinggi arah vertical, maka memiliki defleksi terendah arah horizontal dan begitu pula sebaliknya. Sehingga hubungan antara defleksi pisau dan arah berbanding terbalik.

Melihat kedua grafik di atas, nilai tegangan dan defleksi vertikal dan horizontal tiap pisau tidak terlalu berbeda jauh. Sehingga penggunaan pisau MS 30°, MS 45°, CI 30° dan CI 45° sama baiknya.

5. Perbandingan tegangan (stress) arah vertikal pada variasi sudut pengupasan

Gambar 30. Grafik perbandingan

stress

Dari grafik di atas diperoleh tegangan vertikal tertinggi pada sudut kupas 50° dengan pisau MS 30° sebesar 5,158 MPa, dan terendah pada sudut kupas 20° dengan pisau MS 30° dan CI 45° sebesar 3,215 MPa. Pada pisau MS

30°, MS 45° dan CI 30° menunjukkan alur grafik sama dimana pada sudut pengupasan 20° tegangan menurun, kemudian naik pada sudut kupas 30° sampai 50°. Sedang pada pisau CI 45° tegangan turun pada sudut kupas 20°, kemudian naik pada sudut kupas 30° dan turun setelah sudut kupas 40°. Melihat grafik di atas, nilai tegangan vertikal tiap pisau tidak terlalu berbeda jauh. Sehingga penggunaan pisau MS 30°, MS 45°, CI 30° sama baiknya. 6. Perbandingan defleksi (displacement)

arah vertikal pada variasi sudut pengupasan

Gambar 31. Grafik perbandingan

displacement

Dari grafik di atas diperoleh defleksi vertikal tertinggi pada sudut kupas 50° dengan pisau MS 30° sebesar 0,0255 mm, dan terendah pada sudut kupas 20° dengan pisau CI 30° sebesar 0,0076 mm. Pada pisau MS 30°, CI 30° dan CI 45° menunjukkan alur grafik sama dimana pada sudut kupas 20° defleksi turun dan naik pada sudut 30° sampai 50°. Sedang pada pisau MS 45° defleksi menurun pada sudut kupas 20°, kemudian naik pada sudut kupas 30° dan turun setelah sudut kupas 40°.

(16)

13 Melihat grafik di atas, nilai defleksi arah vertikal tiap pisau cukup berbeda. Nilai defleksi pisau MS 30° dan MS 45° lebih besar dibanding pisau CI 30° dan CI 45°. Sehingga penggunaan dipilih pisau CI 30° dan CI 45°.

7. Perbandingan tegangan (stress) arah horizontal pada variasi sudut pengupasan

Gambar 32. Grafik perbandingan stress Dari grafik di atas diperoleh tegangan horizontal tertinggi pada sudut kupas 10° dengan pisau CI 30° sebesar 12,806 MPa, dan terendah pada sudut kupas 50° dengan pisau MS 30° sebesar 6,824 MPa. Pada pisau MS 30°, MS 45° dan CI 30° menunjukkan alur grafik sama dimana semakin besar sudut kupas, tegangan semakin kecil. Perbedaan terletak pada pisau MS 45° dan CI 45° dimana pada sudut kupas 20° tegangan turun lebih besar dibanding pisau MS 30° dan CI 30°. Melihat grafik di atas, nilai tegangan arah horizontal dari tiap pisau tidak terlalu berbeda jauh. Sehingga penggunaan pisau MS 30°, MS 45°, CI 30° dan CI 45° sama baiknya. Semakin besar sudut pengupasan, semakin kecil tegangan yang terjadi. Sehingga

hubungan sudut pengupasan dan tegangan berbanding terbalik.

8. Perbandingan defleksi (displacement) arah horizontal pada variasi sudut pengupasan

Gambar 32. Grafik perbandingan

displacement

Dari grafik di atas diperoleh defleksi horizontal tertinggi pada sudut kupas 10° dengan pisau MS 30° dan MS 45° sebesar 0,0882 mm, dan terendah pada sudut kupas 50° dengan pisau CI 30° dan CI 45° sebesar 0,0709 mm. Pada pisau MS 30°, CI 30° dan CI 45° menunjukkan alur grafik sama dimana defleksi turun seiring bertambahnya sudut kupas. Perbedaan terletak pada pisau MS 30° dan MS 45° nilai defleksi lebih besar dibanding CI 30° dan CI 45°. Melihat grafik di atas, nilai defleksi arah vertikal tiap pisau cukup berbeda. Nilai defleksi pisau MS 30° dan MS 45° lebih besar dibanding pisau CI 30° dan CI 45°. Sehingga penggunan dipilih pisau CI 30° dan CI 45.

Kesimpulan

1. Pisau yang memiliki nilai gaya pengupasan tertinggi arah vertikal, maka akan memiliki gaya pengupasan tertinggi arah horizontal. Semakin

(17)

14 Pisau yang memiliki gaya pengupasan tertinggi arah vertikal, maka akan memiliki gaya pengupasan tertinggi arah horizontal. Semakin tinggi gaya pengupasan arah vertikal, semakin tinggi pula gaya pengupasan arah horizontal. Sehingga hubungan antara gaya pengupasan arah vertikal dengan arah horizontal berbanding lurus.

2. Pisau yang memiliki nilai tegangan

(stress) dan defleksi (displacement)

tertinggi arah vertikal, maka akan memiliki tegangan dan defleksi terendah arah horizontal. Semakin tinggi nilai tegangan dan defleksi arah vertikal, semakin rendah nilai tegangan dan defleksi arah horizontal. Sehingga hubungan tegangan dan defleksi pisau dengan arah berbanding terbalik. 3. Terdapat perubahan nilai tegangan

dan defleksi arah vertikal yang fluktuatif terhadap sudut pengupasan. Pada pisau MS 30°, MS 45° dan CI 30° tegangan turun pada sudut pengupasan 20° kemudian tegangan naik sampai sudut pengupasan 50°. Sedangkan pada pisau CI 45°, tegangan turun setelah sudut pengupasan 40°. Sedangkan untuk defleksi, pada pisau MS 30°, CI 30° dan CI 45° defleksi turun pada sudut pengupasan 20° kemudian naik sampai sudut pengupasan 50°. Sedangkan pada pisau MS 45° defleksi turun setelah sudut pengupasan 40°.

4. Terdapat persamaan nilai tegangan dan defleksi arah horizontal pada pisau MS 30°, MS 45°, CI 30° dan CI 45° dimana semakin besar sudut pengupasan, maka semakin kecil nilai tegangan. Sehingga hubungan antara tegangan dan defleksi arah horizontal dengan sudut pengupasan adalah berbanding terbalik.

5. Setelah melihat analisa desain dan pengujian menggunakan Finite Element Methode (FEM), maka desain

pisau pengupas dipilih jenis Cast Iron dengan sudut kontak 45°

Saran

1. Diperlukan studi terkait desain pisau yang dibuat lebih variatif seperti pada dimensi pisau dan profil pisau untuk memperoleh karakteristik pisau yang lebih baik.

2. Mencoba menganalisa dengan program lain terkait karakterisitk pisau meliputi gaya pengupasan, tegangan dan defleksi pisau sehingga dapat dijadikan faktor pembanding.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Agus Roy B, 2013, Uji Variasi Bentuk

Pisau Pada Alat Pengupas Sabut

Kelapa Mekanis, Departemen

Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Terdaftar dalam Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian , Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013

[2] Callister Jr, W.D. Material Science

and Engineering: An Introduction.

New York: John Wiley&Sons : 2004 [3] Cocoman Coconut Processing

Machine, 2012, Operation Dehusking

Machine Model COM11, Method

Machine Works, Kuala Lumpur, Malaysia

[3] Harli Prawaningrum. 2009., Makalah

Pengetahuan Bahan Teknik Baja Paduan (Alloy Steel), Departemen

Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor

[4] Nwankwojike B. N., 2012,

Development of a Coconut

Dehusking Machine for Rural Small Scale Farm Holders, Department of

Mechanical Engineering, Michael

(18)

15 Okpara University of Agriculture, Umudike, Nigeria. Published on International Journal of Innovative Technology & Creative Engineering (ISSN : 2045 – 8711) Vol. 2 No. 3 March 2012

[9] Pristi Tita, 2012, Pembuatan Baja

Karbon, Jurusan Farmasi, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. Email: awal.anggiwibowo@ymail.com [10] Venkataramanan S, 2014, Design

and Development of Automated

Coconut Dehusking and Crown

Removal Machine, Design and

Development Engineer, Hunday Motor India Limited, Chennai and 600056, India, Publication in International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR) ISSN 2307-4531

[11] Vargheser Abi & Jacob Jippu, 2014,

A Review of Coconut Husking Machines, Department of Mechanical

Engineering, Amal Jyothi College of Engineering, Koovapally, Kanjirapally, Kottayam, Kerala, India. Published on Internatioanl Juornal of Design and Manufacturing Technology (IJDMT) ISSN 6995 (print) & ISSN 0976-7002 (online), 2014

[12] Vinod P. Sakhare, 2014, Design and

Development of Coconut De-Husking Machine, Department of Mecahnical

Engineering, Datta Meghe Institute of Engg. Technology & Research (Wardha), India, Published on International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT) ISSN: 2278-0181 Vol. 3 Issues 7, July 2014

[14] Widananto H, 2013, Rancangan

Mesin Pengupas Sabut Kelapa

Berbasis Ergonomi Pertisipatori,

Jurusan Teknik Industri, Universitas

Islam Indonesia, Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional IENACO, 2013. ISSN : 1411 – 4216

Gambar

Gambar 1. Pengupasan sabut  kelapa
Gambar 2. Buah kelapa  2. Alat Pengupas Sabut Kelapa
Gambar 4. Pisau pengupas  3. Baja Karbon Sedang (Middle Steel)
Gambar 7. Diagram alir penelitian  Jenis dan Fokus Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

TUTIK KUSWI NANTP, M.Sc.. BADRON ZAKARIA,

ini berlangsung secara kontinu adalah hal yang tidak sulit bagi koperasi untuk. berkembang

secara lebih baik terkait bentuk, fungsi, makna bangunan yang terdapat pada masjid.. (3) Afrilliani (2015) dalam skripsi berjudul Analisis Semiotik

Information of processes: The data about acceptance rate, base repetition, academic failure, suitability of teaching methods of teachers, quality of management in

Abstrak: Tujuan penelitian ini mendeskripsikan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran Akuntansi di SMK N 1 Sragen. Jenis penelitian kualitatif dengan

kawasan pecinan Pasar Baru Jakarta Pusat adalah Masjid Lautze. Masjid

Sejalan dengan peubah tinggi tanaman dan jumlah daun saat panen, peubah berat segar dan berat kering caisim menunjukkan media tanah-vermikompos (50:50),

Keluaran yang diharapka n Kriteria evaluasi hasil Hasil yang didapat kesimpulan PDHUPL- 1025 Pilih menu Master kemudian pilih Kelola Dokter -Login -pilih menu Mater