• Tidak ada hasil yang ditemukan

APA ITU REDD? NUR MASRIPATIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APA ITU REDD? NUR MASRIPATIN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

APA ITU REDD ?

2007

REDD (Reducing Emissions from Deforestation

and Forest Degradation in Developing Countries/ Pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan di negara berkembang).

REDDI (Reducing Emissions from Deforestation

and Forest Degradation in Indonesia).

(2)
(3)

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN KEHUTANAN

Pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi di negara berkembang (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation in Developing Countries/REDD) menjadi salah satu isu dominan dalam berbagai forum yang menyangkut kehutanan terutama setelah masuknya isu ini ke dalam Agenda COP-UNFCCC. Deforestasi yang berdasarkan berbagai sumber berkontribusi antara 17-18 persen emisi GHGs global (jauh lebih kecil dari kontribusi emisi dari penggunaan bahan bakar minyak) menjadi perhatian masyarakat internasional karena berbagai sebab antara lain karakteristik hutan dan kehutanan di banyak negara berkembang.

Berdasar Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC), semua negara berkewajiban mengurangi dampak negatif perubahan iklim atas dasar common but differentiated responsibilities tidak ada target kuantitatif pengurangan emisi, sedangkan Kyoto Protocol mengatur tentang kewajiban negara maju untuk mengurangi emisi sebesar rata-rata 5 % dari tingkat emisi tahun 1990 antara tahun 2008-2012, secara eksplisit terdapat target kuantitatif. Keputusan COP-13 yang dikenal dengan Bali Action Plan belum secara eksplisit menyebut target kuantitatif oleh Parties, tetapi semua negara baik negara maju maupun negara berkembang sepakat untuk meningkatkan upaya dalam mengurangi dampak negatif perubahan iklim.

Bagi sector kehutanan, upaya mempraktekkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari (SFM) dihadapkan pada banyak kendala antara lain : insentif sering tidak setara dengan biaya yang diperlukan untuk konservasi dan SFM, banyak penyebab deforestasi baik langsung maupun tidak langsung berasal dari sektor lain misal kebijakan pertanian dan pasar, dan keterbatasan kapasitas dari aspek regulasi dan institusi serta sumberdaya untuk operasionalisasi kebijakan.

Emisi dari deforestasi dan degradasi adalah isu internasional, yang memerlukan aksi nyata di tingkat nasional-lokal. Oleh karenanya, pemecahan masalah deforestasi dan degradasi hutan di tingkat nasional tidak dapat dipisahkan dari pemecahan masalah pembangunan nasional secara keseluruhan. Disamping itu, sector kehutanan adalah unik di semua negara berkembang pemilik hutan, banyak instrumen kebijakan dan program yang tidak didesain untuk menangani isu perubahan iklim

(4)

tetapi secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi terhadap upaya pengurangan dampak negatif perubahan iklim. Hanya saja banyak kendala dalam implementasinya, oleh karenanya kebijakan/program tentang REDD semestinya menjadi bagian integral dari kebijakan/program sektor dan nasional, dengan demikian pemanfaatan skema REDD adalah untuk mendukung kebijaka/program tersebut.

KEPALA BADAN,

(5)

PENGANTAR PENULIS

Tulisan ini disusun dengan maksud menyediakan informasi umum tentang isu deforestasi dan degradasi hutan dalam perubahan iklim dan sebagai sarana mengkomunikasikan perkembangan penanganannya di level nasional dan internasional kepada berbagai pihak di Indonesia.

Isu terkini dalam proses negosiasi di bawah Konvensi Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) yang menyangkut kehutanan yaitu pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi di negara berkembang (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation in Developing Countries/REDD) telah banyak menarik perhatian sebagian besar masyarakat di berbagai level baik global, nasional maupun lokal.

REDD adalah isu yang kompleks, keberagaman penyebab deforestasi, kondisi nasional pemilik hutan, dan keterkaitan yang kuat dengan kebijakan pembangunan nasional dan peluang pasar internasional baik terhadap hasil hutan maupun komoditi lain, serta fungsi sumberdaya hutan bagi setiap negara, menuntut adanya pendekatan kebijakan internasional yang benar-benar dapat mendukung negara berkembang mampu menekan deforestasi dan degradasi hutan tanpa mengorbankan pembangunan nasionalnya.

Beragamnya persepsi terhadap manfaat REDD bagi Indonesia, tingkat kesiapan Indonesia dari berbagai aspek juga menuntut upaya semua pihak tidak hanya Pemerintah, tetapi juga kalangan bisnis dan civil societies untuk bersama-sama mampu menciptakan kondisi pemungkin guna menangkap peluang dari skema REDD.

Semoga buku ini bermanfaat.

PENULIS,

(6)
(7)

DAFTAR

ISI

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN KEHUTANAN

iii

PENGANTAR PENULIS

v

DAFTAR ISI

vii

Peran hutan dalam perubahan iklim global

1

Apa yang dimaksud REDD?

2

Mengapa REDD di negara berkembang ?

3

Apa manfaat REDD bagi Indonesia ?

6

Seberapa besar potensi pasar REDD di Indonesia ?

8

REDD dalam Agenda COP dan proses sampai COP-13

10

Beberapa catatan dari kesepakatan/keputusan COP-13

tentang REDD

10

Bagaimana hasil COP-13 sebaiknya kita terjemahkan ?

12

Apa tindak lanjut COP-13 untuk REDDI ?

14

Bibliografi

16

(8)
(9)

Peran hutan dalam perubahan

iklim global

Hutan dalam konteks perubahan iklim global dapat berperan baik •

sebagai penyerap dan penyimpan carbon (sink ) maupun sebagai sumber emisi (source) (Gambar 1).

Praktik pengelolaan hutan produksi lestari, pengelolaan kawasan •

konservasi dan lindung, pembatasan konversi hutan, pemberantasan illegal logging dan penanggulangan kebakaran hutan akan mengurangi emisi CO2 dan meningkatkan resiliensi ekosistem hutan

Gambar 1. Peran Hutan Dalam Perubahan Iklim Sumber : UNFCCC Website

Plant growth

and decay

Soils and

organic matter

1 600

Terrestrial

vegetation

540 - 610

Atmosphere

750

Change in

land use

1.5 0.5

Fossil fuel

emissions

5.5

60 61

(10)

Apa yang dimaksud REDD?

REDD (

Reducing Emissions from Deforestation and Degradation in developing countries) adalah mekanisme internasional yang dimaksudkan untuk memberikan insentif yang bersifat positif bagi negara berkembang yang berhasil mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan,

REDD merupakan mekanisme internasional yang bersifat

sukarela

(voluntary) dan menghormati kedaulatan negara (sovereignty), REDD merupakan salah satu kegiatan mitigasi perubahan iklim di •

sektor kahutanan.

terhadap perubahan iklim. Rehabilitasi lahan dan hutan terdegradasi, pengembangan hutan tanaman industri dan perkebunan di lahan-lahan yang terdegradasi, akan meningkatkan kapasitas hutan dalam menyerap dan menyimpan carbon, yang pada akhirnya juga akan meningkatkan resiliensi ekosistem hutan terhadap perubahan iklim. Dengan demikian, pengelolaan hutan lestari berkontribusi positif terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Mekanisme perdagangan carbon di sektor kehutanan dalam rangka •

mitigasi perubahan iklim di bawah UNFCCC/Kyoto Protocol yang melibatkan Negara berkembang sampai saat ini baru terbatas pada A/R CDM (peningkatan kapasitas penyerapan/penyimpanan carbon melalui kegiatan tanaman menanam). Sedangkan REDD (pengurungan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan) baru dalam tahap persiapan pelaksanaan pilot percobaan/demonstration activities dan dalam proses penyiapan perangkat hukum pelaksanaan REDD. Baik A/R CDM maupun REDD merupakan kegiatan mitigasi perubahan iklim.

(11)

Mengapa REDD di negara

berkembang ?

Deforestasi sesuai data dari World Resource Institute (WRI, 2000) •

yang dikutip dalam Stern Report menyumbang sekitar 18 % terhadap emisi gas rumah kaca (Green House Gases/GHGs) global sebesar 42 Gton CO2e per tahun. Dari 18% kontribusi emisi tersebut (~ 8 Gton CO2e per tahun), 75 % diantaranya berasal dari deforestasi di negara berkembang. IPCC (2007) mencatat kontribusi dari deforestasi sebesar 17 % terhadap total emisi GHGs global. Gambar 2 dan 3 menunjukkan emisi GHGs dari berbagai sumber dan jenis GHGs.

Gambar 2. Perbandingan Emisi Gas Rumah Kaca (Green House Gases/ GHGs) global antara tahun 1990 dan 2004

(12)

Gambar 3 Sumber Emisi GHGs global (IPCC 2007)

Di lain pihak, vegetasi dan tanah menyimpan ± 7500 Gt CO2 atau •

lebih dari dua kali lipat CO2 di atmosfir, sedangkan hutan menyimpan ~ 4500 Gt CO2, lebih besar dari GHGs di atmosfir. Beberapa sumber menyebutkan bahwa mempertahankan hutan yang ada lebih murah dari pada menanam tanaman baru, disamping memerlukan waktu yang cukup lama sampai mencapai kapasitas optimal dalam menyerap dan menyimpan carbon. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa kontribusi aforestasi dan reforestasi dalam menyeimbangkan emisi dari deforestasi dan kegiatan lain, jauh lebih kecil dibandingkan dengan regenerasi alam (regrowth).

(13)

Gambar 4. Sumber emisi global akibat perubahan penggunaan lahan dan kontribusi beberapa kegiatan perubahan penggunaan lahan dalam meningkatkan serapan/mengurasi emisi global Emisi dari deforestasi di negara berkembang diperkirakan akan •

terus meningkat (sebagai konsekuensi dari pertambahan penduduk, keperluan pembangunan dan lain-lain), apabila tidak ada intervensi kebijakan yang memungkinkan negara berkembang mengurangi deforestasi dengan tetap menjamin keberlanjutan pembangunan nasional. Berdasarkan data FAO (FRA 2005, Gambar 5) terdapat penurunan stok carbon dalam biomas hutan di Africa, Asia, dan Amerika latin selama periode 1990-2005, sebaliknya terjadi kenaikan di bagian bumi lainnya terutama di Eropa, Amerika Utara dan Tengah. Secara global stok carbon dalam biomas menurun sebesar 1,1 Gton per tahun sebagai akibat dari deforestasi dan degradasi yang masih berlangsung, meskipun terdapat juga penyeimbangan/pengurangan per hektarnya yang berasal dari ekspansi hutan tanaman dan regenerasi alam di beberapa belahan dunia. Namun demikian, diperkirakan

(14)

kehutanan ke depan akan menjadi sektor yang sangat potensial dalam upaya pengurangan emisi GHGs global, apabila intervensi kebijakan (policy approaches dan positive incentives) memungkinkan negara berkembang menekan deforestasi dan degradasi hutan dengan tetap dapat memenuhi kebutuhan pembangunannya.

Gambar 5. Perubahan stok carbon dalam biomas hutan antara tahun 1990-2005 (FRA 2005)

Apa manfaat REDD bagi Indonesia ?

Manfaat REDD harus dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi tanggung jawab •

sebagai anggota komunitas internasional dan dari sisi kewajiban seluruh komponen bangsa untuk kepentingan nasional, terlepas

(15)

Berdasarkan data FAO (2005), diantara 8,22 juta ha pengurangan hutan •

per tahun di 10 negara berkembang (Tabel 1), Brazil dan Indonesia menyumbang masing-masing 3,10 juta ha/tahun dan 1,87 juta ha/ tahun. Dengan demikian Indonesia menyumbang sekitar 22,86 % pengurangan luasan hutan di 10 negara berkembang tersebut. Dalam konvensi perubahan iklim (UNFCCC), negara berkembang •

belum terikat target kuantitatif untuk mengurangi emisi GHGs, namun tetap memiliki kewajiban berkontribusi terhadap upaya pencegahan dampak negatif perubahan iklim atas dasar common but differentiated responsibilities.

Dengan peringkat di atas, meskipun secara internasional di bawah •

UNFCCC tidak berkewajiban menurunkan emisi, Indonesia sudah merasakan dampak negatif dari kerusakan hutannya baik dari sisi lingkungan (hilangnya keaneka-ragaman hayati termasuk sumberdaya genetik, bencana lingkungan sejalan dengan kerusakan hutan), sosial (rusaknya sumberdaya hutan dimana masyarakat yang tinggal di/sekitar hutan bergantung untuk sumber penghidupannya), dan ekonomi (menurunnya kontribusi sector kehutanan dalam pembangunan ekonomi nasional). Untuk itu Indonesia dituntut untuk dapat meminimalkan kerusakan hutan yang antara lain dapat dilakukan melalui pengurangan deforestasi dan degradasi hutan. REDD dalam kaitan dengan upaya pengurangan emisi dari deforestasi •

dan degradasi di negara berkembang, adalah merupakan mekanisme internasional yang dapat mendukung upaya Indonesia dalam mencapai tujuan reformasi yang telah/sedang dilakukan di sektor kehutanan, baik melalui aliran dana, peningkatan kapasitas maupun transfer teknologi.

Tabel 1. Sepuluh negara dengan deforestasi terbesar antara 2000-2005 (FAO, 2005)

No

Negara

Luas areal terdeforestasi(1000 ha/tahun)

1

Brazil 3.103

(16)

No

Negara

Luas areal terdeforestasi(1000 ha/tahun)

3

Sudan 589

4

Myanmar 466

5

Zambia 445

6

U R Tanzania 412

7

Nigeria 410

8

D R Congo 319

9

Zimbabwe 313

10

Venezuela 288

TOTAL

8.216

Seberapa besar potensi pasar REDD

di Indonesia ?

Skema REDD sampai saat ini masih dalam proses negosiasi di bawah •

COP -Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC). Dengan demikian, perdagangan carbon dalam rangka pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi yang terjadi (bila ada) adalah melalui pasar sukarela (voluntary market). Gambar 6 menunjukkan pasar carbon yang ada di tingkat global saat ini melalui berbagai mekanisme baik di bawah Kyoto Protocol (antar negara maju yaitu Joint Implementation/JI dan Emission Trading/JI, dan antara negara maju dengan negara berkembang yaitu Clean Development Mechanism/CDM), maupun pasar sukarela.

(17)

Existing Carbon Markets

Total Carbon values (US$ million) (Forestry, CDM = US$ 0.1 million) (Forestry, voluntary = US$ 13.3 million) Kyoto non-CDM (JI, ET) $24,000 Voluntary $ 92 CDM (Kyoto) $8,000

Mechanism (US$/tCO2e)Price

CDM 4 (tCER) NSW GGAS (Australia) 6 Chicago Climate Exchange (CCX) 2.5 A/R 0.5 – 45 Voluntary avoided deforestation 10 – 18

Source : IFCA studies, 2007

DSW1

Gambar 6. Pasar carbon di tingkat global (Studi IFCA, 2007)

Sampai saat ini belum jelas berapa potensi pasar REDD, namun dilihat •

dari pasar carbon yang ada dan perkembangan negosiasi di COP, potensi pasar REDD diperkirakan berkisar antara USD 2-31 milyar dengan asumsi pengurangan emisi dari deforestasi antara 10 - 50 % dan harga carbon antara USD 7-20 per ton CO2. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dana ODA yang saat ini tersedia untuk sektor kehutanan di negara berkembang sebesar USD 1.5 milyar dan pasar A/R CDM sebesar USD 100 ribu dari total CDM sebesar USD 8 milyar (Studi IFCA 2007).

Seberapa potensi Indonesia (REDDI/

Reducing Emissions from

Deforestation and forest Degradation in Indonesia), dapat dikalkulasi sebagai berikut :

Di tingkat Global

Ö , emisi tahunan dari deforestasi sebesar 4.8 Gt CO2 (1.3 Gt C), potensi pengurangan emisi antara 10-50%, dan harga $7-20/tCO2, potensi pasar sebesar US $ 2-31 milyar per tahun.

(18)

Indonesia,

Ö dengan menggunakan data laju deforestasi antara tahun 2000-2005 sekitar 1,2 juta ha per tahun, dan asumsi stok carbon antara 100-300 ton per ha (~ 368 – 1104 ton CO2 per ha), maka potensi REDDI antara USD 0.31 - 13,25 Milyar.

REDD dalam Agenda COP dan proses

sampai COP-13

PNG, Costarica, dan negara-negara yang tergabung dalam Koalisi •

Pemilik Hutan Tropis (Coalition for Rain forest Nations/CfRN) mengajukan proposal tentang insentif untuk avoided deforestation, yang kemudian masuk dalam Agenda COP-11 di Montreal pada tahun 2005 dengan nama Reducing Emissions from Deforestation in Developing Countries. Pada COP-11 disepakati negara pihak (

Parties) menyampaikan

pandangannya kepada Sekretariat UNFCCC tentang aspek-aspek scientific, teknis dan metodologi, pertukaran informasi dan pengalaman yang relevan termasuk policy approaches dan positive incentive pada bulan Februari 2006. Melalui beberapa kali pembahasan dalam Subsidiary Body on Scientific and Technical Advice (SBSTA 24-27), Workshop yang diselenggarakan oleh Sekretariat UNFCC, dan submisi dari Parties, maka pada COP-13 di Bali telah berhasil disepakati beberapa hal penting terkait dengan aspek-aspek di atas, dan diharapkan pada COP-15 (tahun 2009) di Denmark sudah dapat disepakati mengenai modality, aturan dan prosedur implementasi REDD disepakati.

Beberapa catatan dari kesepakatan/

keputusan COP-13 tentang REDD

COP-13 telah menghasilkan keputusan tentang pengurangan emisi •

(19)

Dalam ‘Bali Action Plan’, disamping negara maju yang harus memenuhi •

kewajiban peningkatan target penurunan emisi dan membantu negara berkembang (capacity building, technology transfer, financial) dalam upaya mengurangi dampak negatif perubahan iklim, negara berkembang juga didorong melakukan aksi nyata dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim dalam konteks pembangunan berkelanjutan, a.l. melalui integrasi upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim kedalam perencanaan nasional dan sectoral planning.

Beberapa butir penting dari keputusan COP-13 tentang REDD yang •

memerlukan tindak lanjut segera maupun terjemahan lebih lanjut untuk implementasinya di Indonesia antara lain :

REDD dilaksanakan atas dasar sukarela (

Ö voluntary basis) dengan

prinsip menghormati kedaulatan negara (sovereignty), Negara maju sepakat memberikan dukungan untuk

Ö capacity

building, transfer teknologi di bidang metodologi dan institusional, pilot/demonstration activities,

Untuk pelaksanaan

Ö pilot/demonstration activities dan implementasi REDD, diperlukan penguasaan aspek metodologi sesuai standar internasional. Oleh karenanya COP-13 menyepakati indicative guidance untuk pilot/demonstration activities, dimana terdapat tanggung jawab internasional, nasional (Pemerintah Pusat) dan sub-nasional (pelaksana di daerah).

Indicative guidance

untuk pilot/demonstration activities adalah sebagai berikut :

Demonstration activities

Ö harus mendapat persetujuan host Party dalam hal ini Pemerintah

Penghitungan pengurangan/peningkatan emisi harus sesuai hasil, Ö

terukur, transparan, dapat diverifikasi, dan konsisten sepanjang waktu,

Pelaporan menggunakan

Ö reporting guidelines (Good Practice Guidance for Land Use, Land-Use Change and Forestry) sebagai dasar penghitungan dan monitoring emisi,

Pengurangan emisi dari

Ö national demonstration activities dievaluasi berdasar emisi deforestasi dan degradasi nasional,

(20)

Subnational demonstration activities

Ö dievaluasi dalam batas

kegiatan tersebut, termasuk evaluasi terhadap pengalihan emisi sebagai dampak dari kegiatan dimaksud (leakage)

Pengurangan/peningkatan emisi dari

Ö demonstration activity

didasarkan pada emisi di masa lampau, dengan memperhatikan kondisi masing-masing negara,

Pemakain pendekatan sub-national harus merupakan suatu Ö

langkah menuju pendekatan national reference levels/baseline dan estimasi pengurangan emisi,

Demonstration activities

Ö harus konsisten dengan provisi di bawah

UNFF, CCD, dan CBD,

Pengalaman dari implementasi

Ö demonstration activities dilaporkan

dan tersedia melalui Web platform; Termasuk dalam pelaporan

Ö demonstration activities deskripsi

kegiatan, efektivitas, dan informasi lain yang relevan, Dianjurkan menggunakan

Ö independent expert review.

Bagaimana hasil COP-13 sebaiknya kita

terjemahkan ?

REDD masih dalam proses negosiasi di COP-UNFCCC (menyangkut •

policy approaches : REDeforestasi dan Degradasi sudah disepakati,

konservasi masuk bagian negosiasi ke depan; positive incentives : mekanisme pasar atau non-pasar; sumberdaya yang diperlukan, metodologi, tata cara implementasi REDD),

Efektivitas REDD akan sangat tergantung pada komitmen negara •

Annex B (negara industri) untuk meningkatkan target penurunan emisi GHGs.

Di tingkat nasional beberapa hal yang memerlukan penanganan •

antara lain :

Penguasaan/penyiapan metodologi/architecture dan strategi Ö

(21)

Alliance) tahun 2007, dalam proses ini juga diidentifikasi gaps serta tindak lanjut yang diperlukan : (a) REDD harus memenuhi persyaratan internasional di bawah UNFCCC dan sesuai dengan kebijakan dan prioritas nasional, (b) Metodologi untuk menentukan reference emissions level/baseline, penghitungan carbon dan monitoring sebagai dasar untuk penghitungan pengurangan emisi/penghitungan insentif, harus credible, (c) Strategi untuk implementasi REDD harus menjamin bahwa mekanisme REDD memberikan manfaat bagi Indonesia.

Institusional termasuk

Ö

governance terutama terkait dengan

jaminan pemenuhan : (a)

Standar persyaratan dalam UNFCCC dimana pengurangan emisi harus nyata, terukur, dan berdampak positif terhadap lingkungan, dengan demikian sangat terkait dengan penanganan isu leakage, risks, permanence, (b) Persyaratan Indonesia bahwa REDD dan mekanisme internasional lainnya harus mendukung upaya Indonesia menuju sustainable development maupun prioritas pembangunan nasional (misal : ekonomi, sosial :

pro-growth, pro-job, pro-poor; perbaikan pengelolaan hutan, yang

tidak hanya akan berdampak pada perbaikan lingkungan tetapi juga ekonomi dan sosial dalam jangka panjangnya), (c) Distribusi insentif, tanggung jawab dan akuntabilitas pelaksanaan REDD dan pengelolaan dana REDD.

Pemahaman dan persepsi

Ö

stakeholders yang sangat

beragam, terutama terkait dengan m

asalah kedaulatan (sovereignty) dan apa/seberapa besar manfaat bagi Indonesia. Integrasinya kedalam kebijakan nasional, sektoral, dan lokal Ö

(propinsi, kabupaten dst). Deforestasi tidak dapat dilepaskan dari konteks pengelolaan hutan secara keseluruhan dan kebijakan pembangunan nasional. Oleh karenanya kebijakan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan semestinya menjadi bagian integral dari program/perencanaan sektor dan nasional, dan pemanfaatan skema REDD adalah untuk mendukung upaya perbaikan/peningkatan pengelolaan hutan dan mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

(22)

Apa tindak lanjut COP-13 untuk REDDI ?

Sebelum COP-13, Indonesia dibawah koordinasi Departemen •

Kehutanan (melalui IFCA) telah menetapkan Road Map REDDI yang terbagi ke dalam 3 phase :

Phase Persiapan/

Ö Readiness (tahun 2007/sebelum COP-13) untuk penyiapan perangkat metodologi/architecture dan strategi implementasi REDDI, komunikasi/koordinasi/konsultasi stakeholders, termasuk penentuan kriteria untuk pemilihan lokasi pilot activities,

Phase Pilot/transisi (2008-2012) : testing metodologi dan strategi, Ö

dan transisi dari non-market (fund-based) ke mekanisme pasar (market mechanism), dan

Implementasi penuh (dari 2012 atau lebih awal tergantung Ö

perkembangan negosiasi dan kesiapan Indonesia) dengan tata cara (rules and procedures) berdasarkan keputusan COP dan ketentuan di Indonesia.

Tindak lanjut hasil IFCA 2007 dan COP-13 : •

Sosialisasi hasil IFCA 2007 dan COP-13 ke stakeholders di daerah Ö

(diselenggarakan di Propinsi-propinsi/sesuai ketersediaan dana), Penyiapan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara REDD Ö

(termasuk Pilot/demonstration activities), Pemilihan lokasi dan dimulainya

Ö pilot/demonstration activities

Penyaiapan posisi dan partisipasi aktif dalam negosiasi baik di Ö

Subsidiary Body on Scientific and Technological Advice (SBSTA) dan COP,

Penyiapan perangkat institusi dan lain lain untuk implemenatsi Ö

REDD setelah 2012 (full implementation)

Komunikasi/koordinasi/konsultasi dengan stakeholders tentang Ö

(23)

Target sampai tahun 2012 (berakhirnya periode komitmen pertama •

di bawah Protokol Kyoto) Implementasi

Ö pilot/demonstration activities dan penyiapan full implementasi REDD,

Akhir 2012 diharapkan REDD sudah full operasional (ada Ö

mekanisme trading dan non-trading). Karena tata cara di tingkat internasional diperkirakan baru disepakati paling cepat di COP-15 (tahun 2009), maka Departemen Kehutanan mulai awal 2008 menyiapkan bahan-bahan yang akan diperlukan serta partisipasi aktif dalam negosiasi-negosiasi tersebut.

Memperjuangkan isu lain dalam negosiasi di COP-COP UNFCCC Ö

(A/R CDM tentang penyederhanaan aturan internasional, isu konservasi, SFM, dan adaptasi di bidang kehutanan),

Perubahan iklim hanya merupakan salah satu dari banyak isu yang Ö

terkait dengan kehutanan dan diatur melalui berbagai Konvensi/ kesepakatan internasional lain (missal : CBD, CCD, UNFF) atau aliansi antar negara (F11, CfRN, ASEAN, AFP, APEC dll). Dengan demikian, perjuangan kepentingan kehutanan Indonesia tidak hanya melalui konvensi perubahan iklim (UNFCCC) tetapi juga melalui konvensi lain atau kesepatan internasional/regional/ aliansi antar negara.

(24)

Bibliografi

FAO 2005 : Global Forest Resource Assessment

IFCA 2007 : IFCA Report on REDD Architecture and Strategies

IPCC 2007 : Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change

Stern, N 2007 : Stern Review on the Economics of Climate Change UNFCCC 2008 : COP-13 decision on REDD

Gambar

Gambar 1.   Peran Hutan Dalam Perubahan Iklim  Sumber : UNFCCC Website
Gambar 2.  Perbandingan Emisi Gas Rumah Kaca (Green House Gases/
Gambar 3  Sumber Emisi GHGs global (IPCC 2007)
Gambar 4.   Sumber emisi global akibat perubahan penggunaan lahan  dan kontribusi beberapa kegiatan perubahan penggunaan  lahan dalam meningkatkan serapan/mengurasi emisi global Emisi  dari  deforestasi  di  negara  berkembang  diperkirakan  akan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mewujudkan kesejahteraan bersama dengan membuka kesempatan kerja, pemberdayaan penduduk setempat yang lemah, baik di bidang pendidikan dan ketrampilan hidup agar bisa bersaing

(a) Relationships between annual stem growth respiration rate and sapwood relative growth rate and (b) between annual stem maintenance respiration rates and sapwood relative

[r]

Luaran yang diharapkan dari program kreativitas mahasiswa ini adalah teknik bioflokuasi dapat dijadikan sebagai teknologi yang dapat diterapkan untuk proses pemanenan

Strategi Elaborasi adalah proses penambahan perincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu pengkodean lebih mudah dan lebih

Pada Tabel 4 pada hubungan pengalaman dengan komitmen afektif terdapat nilai CR sebesar 1,337 dan berada dibawah nilai kritis yaitu ±1,96, dengan tingkat signifikansi

tingkat kota Bogor menjadikan dana wakaf sebuah solusi ditengah permasalahan umat saat ini. Dana wakaf yang akan terkumpul secara kumulatif dari tahun ke tahun dapat

Selain itu, organisasi juga mampu menjalankan orientasi layanan organisasional sebagai suatu serangkaian kebijakan, praktek dan prosedur organisasi yang ditujukan