• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA SISWA SD NEGERI KEDUNGMUNDU SEMARANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA SISWA SD NEGERI KEDUNGMUNDU SEMARANG."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PRAKTIK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT (PHBS) PADA SISWA SD NEGERI

KEDUNGMUNDU SEMARANG

Manuscript

Oleh :

Muhammad Mahfudz Adznan

G2A009069

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Manuscript dengan judul

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Siswa SD Negeri

Kedungmundu Semarang

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, 04 Oktober 2013

Pembimbing I

Ns. Vivi Yosafianti P, S.Kep, M.Kep

Pembimbing II

(3)

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Siswa SD Negeri Kedungmundu Semarang

Muhammad Mahfudz Adznan1

,

Vivi Yosafianti Pohan2, Ulfa Nurulita3

1

Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS.

2

Dosen Keperawatan Fikkes UNIMUS.

3

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS Abstrak

Latar Belakang : Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit. Oleh karena itu, pembentukan perilaku sehat di institusi pendidikan untuk mencapai kualitas kesehatan yang lebih baik sebagai modal pelaksanaan belajar mengajar di sekolah harus selalu diupayakan. Tidak adanya program sekolah untuk mendukung PHBS seperti dokter kecil dan UKS merupakan permasalahan di SDN Kedungmundu Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran orang tua, peran guru, dan peran teman sebaya di sekolah dengan praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa SDN Kedungmundu Semarang. Jenis penelitian adalah kuntitatif korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian dilaksanakan pada Februari – Oktober 2013 di SDN Kedungmundu Semarang dengan teknik sampling jenuh. Metode analisis data menggunakan uji chi Square. Hasil penelitian menunjukkan Peran orang tua responden penelitian sebagian besar dalam kategori baik yakni sebanyak 67 orang (75,30%), peran teman sebaya responden penelitian sebagian besar dalam kategori baik yakni sebanyak sebanyak 63 orang (70,80%), peran guru responden penelitian sebagian besar dalam kategori baik yakni sebanyak 73 orang (82,00%), praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) responden penelitian sebagian besar dalam kategori baik yakni sebanyak 68 orang (76,40%), terdapat hubungan yang bermakna antara peran orang tua dengan PHBS anak di SD Negeri Kedungmundu Semarang dengan signifikansi sebesar 0,000, terdapat hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya dengan PHBS anak di SD Negeri Kedungmundu Semarang dengan signifikansi sebesar 0,000, dan terdapat hubungan yang bermakna antara peran guru dengan PHBS anak di SD Negeri Kedungmundu Semarang dengan signifikansi sebesar 0,000. Kata kunci : Peran orang tua, Peran teman sebaya, Peran guru dan Praktik PHBS

(4)

abstract

Background : School in addition to functioning as a place of learning can also be a threat of disease transmission if not managed properly . School age is also a vulnerable period to various diseases . Therefore, the practice of clean and healthy behaviors (PHBS) in educational institutions to achieve better health quality, as a main role of learning process in school should always be sought . The absence of supporting clean and healthy behaviour (PHBS) programs at school such as healthy unit (UKS) and small physician (dokter kecil) to be a problem for Kedungmundu Elementary School Semarang . The purpose of this research is to determine the correlation of parents, teachers, and classmate roles about Clean and Healthy Behavior ( PHBS ) for the students of Kedungmundu Elementary School Semarang. This type of research is a quantitative correlation with cross-sectional approach. This research was conducted in February-October 2013 used saturated sampling technique . The research variable consisted of the role of parents, peers, teachers and clean & healthy behavior (PHBS) . The method of data analysis that used is Chi Square . The results showed that roles of respondent parents are 67 people ( 75.30 % ) ,respondent peers are 63 people ( 70.80 % ) , respondent teachers are 73 people ( 82.00 %), and Practice of Clean and Healthy behavior ( PHBS ) respondents are 68 people ( 76.40 % ). All of the result are in good categories.There are showed significant correlations between parental role with children that a significance of 0.000 , the role of peers with PHBS’ children that a significance of 0.000 , and the role of teacher with children that a significance of 0.000 of the students at Kedungmundu Elementary School Semarang.

Keywords : The roles of parents, peers, teachers and Practice Clean and Healthy Behavior (PHBS)

PENDAHULUAN

Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang strategis untuk mempromosikan kesehatan sekolah juga merupakan institusi yang efektif untuk mewujudkan pendidikan kesehatan, dimana peserta didik dapat diajarkan tentang maksud perilaku sehat dan tidak sehat serta konsekuensinya (Sarafino, 2004). Peserta didik dengan umur 6-12 tahun merupakan kelompok usia sekolah dasar (Wong, 2009). Pembentukan perilaku kesehatan sejak dini di institusi pendidikan lebih mudah pelaksanaannya daripada setelah anak menginjak usia dewasa. Perilaku kesehatan yang buruk pada anak dapat mendatangkan berbagai jenis penyakit. Data penyakit yang diderita oleh anak sekolah (SD) terkait prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah penyakit kecacingan 40-60% (Profil Depkes RI, 2005), anemia anak sebesar 23,2 % (Yayasan Kusuma Buana, 2007), karies dan

(5)

periodental sebesar 74,4 % (SKRT, 2001). Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization mencatat bahwa setiap tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare. Data Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa di antara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit penyakit diare sepanjang tahun. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 menyebutkan sekitar 3% anak-anak mulai merokok sejak kurang dari 10 tahun. Persentase orang merokok tertinggi (64%) berada pada kelompok umur remaja (15-19 tahun). Hal ini berarti bahaya rokok pada masyarakat yang rentan yakni anak-anak dan berdampak pada masa remaja. Departemen Kesehatan (2006), menyatakan bahwa penderita TB anak masih 397. Data departemen kesehatan menunjukkan kasus TB pada anak di seluruh Indonesia tahun 2007 sebanyak 3.990 kasus.

Kebiasaan PHBS harus ditanamkan sejak dini agar bisa terbawa hingga usia tua. Murid Sekolah Dasar (SD) cenderung menjadi target yang tepat untuk dibekali dengan hal yang positif seperti PHBS untuk hidup lebih sehat. Usia anak sekolah adalah usia yang masih muda, mereka masih membutuhkan bantuan dan tuntunan dari orang di sekitar lingkungannya yaitu, orang tua, guru dan teman. Pada dasarnya keluarga merupakan unit terkecil bagi suatu bangsa yang memungkinkan untuk menjadi awal dari proses pendidikan dan sosialisasi budaya baik, seperti salah satunya adalah budaya PHBS. Namun, karena kesibukkan orang tua yang harus mencari nafkah, maka anak-anak cenderung lebih banyak berkomunikasi dan menghabiskan waktu bersama dengan guru dan teman-temannya di lingkungan sekolah. Dalam hal ini komunitas sekolah memegang peranan penting dalam penanaman kebiasaan PHBS (Anggraeny, 2012).

Adiwiryono (2010), menyatakan bahwa PHBS pada tatanan pendidikan adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Sasaran pembinaan PHBS di sekolah adalah siswa, warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah, dan orang tua siswa), dan masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam,

(6)

dan lain-lain). Anak yang memasuki pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar (SD) sangat tergantung kepada guru kelasnya di sekolah sehingga guru kelas merupakan faktor penting dalam pendidikan anak SD termasuk dalam pembentukan PHBS di sekolah. Sekolah selain sebagai tempat belajar bagi anak juga merupakan sarana bersosialisasi dengan teman sebaya dan lingkungan. Selain dengan guru di sekolah, seorang anak juga berinteraksi dengan temannya khususnya ketika istirahat di sekolah. Seorang anak secara psikologis cenderung meniru apa yang dilihat dalam kesehariannya termasuk juga perilaku kesehatan yang dilakukan dan ditanamkan oleh orang tuanya di rumah dan temannya di sekolah, sehingga faktor tersebut juga dapat berpengaruh terhadap PHBS anak di lingkungan sekolah.

Dwigita (2012), menyatakan bahwa orang tua dan guru adalah sosok pendamping saat anak melakukan aktifitas kehidupannya setiap hari. Peranan mereka sangat dominan dan sangat menentukan kualitas hidup anak di kemudian hari, sehingga sangatlah penting bagi mereka untuk mengetahui dan memahami permasalahan dan gangguan kesehatan pada anak usia sekolah yang cukup luas dan kompleks. Deteksi dini gangguan kesehatan anak usia sekolah dapat mencegah atau mengurangi komplikasi dan permasalahan yang diakibatkan menjadi lebih berat lagi. Peningkatan perhatian terhadap kesehatan anak usia sekolah tersebut, diharapkan dapat tercipta anak usia sekolah Indonesia yang cerdas, sehat dan berprestasi.

Beberapa penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi PHBS di sekolah telah dilakukan, di antaranya oleh Adiwiryono (2010), tentang PHBS pada anak usia dini di Kecamatan Koja Jakarta Utara, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna (p value < 0,05) peran guru, orang tua, teman, orang tua teman, dan penjaga kantin sekolah dengan praktik PHBS, sementara jenis kelamin secara statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p value ≥ 0,05) terhadap praktik PHBS. Suryadi (2012), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan PHBS pada murid SD

(7)

Negeri 1 Kota Subulussalam Tahun 2011. Hasil penelitian ditemukan bukti empiris bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan siswa dengan PHBS dengan p value = 0,009, ada hubungan antara sikap dengan PHBS dengan p value 0,002, ada hubungan antara fasilitas dan sarana dengan PHBS dengan p value 0,03, dan ada hubungan antara peran guru dengan PHBS dan p value 0,007. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sumananingrum (2006) tentang hubungan faktor individu dan pola asuh keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak sekolah dasar di 2 SD Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor individu dan pola asuh keluarga dengan PHBS pada anak sekolah dasar di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Depok.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan terhadap 10 siswa/siswi SDN 1 Kedungmundu dengan metode wawancara menggunakan kuesioner sederhana dan observasi yang berisi 10 pertanyaan tentang PHBS terdiri dari kebiasaan mandi 2 kali sehari, keramas, gosok gigi, potong kuku, membuang sampah pada tempatnya, jajan makanan sehat disekolah, cuci tangan sebelum makan, ketersediaan jamban di sekolah, dan pemeriksaan kuku rutin oleh guru, diperoleh hasil bahwa 7 orang siswa memiliki PHBS yang buruk yakni dengan memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dengan sabun, buang sampah sembarangan, makan jajanan yang tidak sehat di sekolah, memiliki rambut yang kotor serta kuku tangan dan kaki yang panjang dan kotor. Hasil wawancara dengan guru kelas didapatkan informasi bahwa pemeriksaan kuku tangan, kaki, kebersihan dan kerapian rambut dilaksanakan dengan tidak program tersecara kontinyu, pelaksanaannya kadang dilakukan dalam dua minggu sekali, sebulan sekali bahkan pernah 3 bulan tidak dilaksanakan pemeriksaan.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah korelasi karena bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan (Nursalam, 2003). Pendekatan yang digunakan adalah Cross

(8)

Sectional. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas 4 dan 5 di SD Negeri Kedungmundu Semarang yang tercatat pada tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 91 siswa. Sampel penelitian adalah seluruh anggota populasi. Penentuan sampel penelitian berdasarkan metode sampel jenuh, yaitu metode pengambilan sampel dengan seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian (Notoatmojo, 2005). Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kedungmundu Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - Oktober 2013. Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk melihat deskripsi dan distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian yang terdiri dari deskripsi karakteristik responden yang terdiri dari umur dan jenis kelamin, variabel Peran orang tua, Peran teman sebaya, Peran guru, dan PHBS. Analisis bivariat menggunakan uji chi square berfungsi untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan independen yakni hubungan antara variabel Peran orang tua dengan PHBS, Peran teman sebaya dengan PHBS dan Peran guru dengan PHBS.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden penelitian di SD Negeri Kedungmundu Semarang sebesar 10,09 tahun, umur termuda 9 tahun, tertua 13 tahun dengan standar deviasi sebesar 0,86.

Separuh lebih responden penelitian di SD Negeri Kedungmundu Semarang memiliki jenis kelamin perempuan yakni sebanyak 47 orang (52,80%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peran orang tua responden penelitian di SD Negeri Kedungmundu Semarang termasuk dalam kategori baik yakni sebanyak 71 orang (79,80%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peran teman sebaya responden penelitian di SD Negeri Kedungmundu Semarang termasuk dalam kategori baik yakni sebanyak 63 orang (70,80%). Hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar peran guru responden penelitian di SD Negeri Kedungmundu Semarang termasuk dalam kategori baik yakni sebanyak 73 orang (82,00%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar PHBS responden penelitian di SD Negeri Kedungmundu

(9)

Semarang termasuk dalam kategori baik yakni sebanyak 68 orang (76,40%). Hasil uji chi square menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p value < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara peran orang tua dengan PHBS. Hasil uji chi square menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p value < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara peran teman sebaya dengan PHBS. Hasil uji chi square menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p value < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara peran guru dengan PHBS.

Tabel 1

Distribusi Responden Berdasarkan umur di SD Negeri Kedungmundu Semarang

Tahun 2013 (n = 89)

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Peran Orang Tua di SD Negeri Kedungmundu Semarang

Tahun 2013 (n = 89)

Peran Orang Tua Frekuensi Persentase (%)

Baik Buruk 71 18 79,80 20,20 Jumlah 89 100,00 Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Peran Teman Sebaya di SD Negeri Kedungmundu Semarang

Tahun 2013 (n = 89)

Peran Teman Sebaya Frekuensi Persentase (%)

Baik Buruk 63 26 70,80 29,20 Jumlah 89 100,00

Mean Median Min Max SD

(10)

Tabel 4

Distribusi Responden Berdasarkan Peran Guru di SD Negeri Kedungmundu Semarang

Tahun 2013 (n = 89)

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Praktik PHBS di SD Negeri Kedungmundu Semarang

Tahun 2013 (n = 89) PHBS Frekuensi Persentase (%) Baik Buruk 68 21 76,40 23,60 Jumlah 89 100,00 Tabel 6

Distribusi Tiap Item Pernyataan Responden Berdasarkan Praktik PHBS di SD Negeri Kedungmundu Semarang

Tahun 2013 (n = 89)

Peran Guru Frekuensi Persentase (%)

Baik Buruk 73 16 82,00 18,00 Jumlah 89 100,00 No Pernyataan Ya Tidak f % f %

1. Siswa mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan.

60 67,40 29 32,60

2. Siswa mencuci tangan menggunakan sabun sesudah makan

40 44,90 49 55,10

3. Siswa mencuci tangan tanpa menggunakan sabun sebelum makan.

43 48,30 46 51,70

4. Siswa mencuci tangan tanpa menggunakan sabun sesudah makan.

4 4,50 85 95,50

5. Siswa mengikuti olah raga setiap jam pelajaran olahraga.

85 95,50 4 4,50

6. Siswa mengikuti senam bersama setiap hari Jumat.

85 95,50 4 4,50

7. Siswa membuang sampah pada tempatnya. 82 92,10 7 7,90 8. Siswa memakai pakaian yang bersih dan

rapih

79 88,80 10 11,20

9. Siswa memiliki kuku tangan yang bersih 82 92,10 7 7,90 10. Siswa memiliki gigi yang putih dan bersih 87 97,80 2 2,20 11 Siswa makan makanan yang tertutup. 52 58,40 37 41,60 12 Siswa melaksanakan tugas piket kebersihan

kelas sesuai jadwal.

(11)

Tabel 7

Tabulasi Silang Antara Peran Orang Tua dengan PHBS di SD Negeri Kedungmundu Semarang

Tahun 2013 (n = 89)

Tabel 8

Tabulasi Silang Hubungan Peran Teman Sebaya dengan PHBS di SD Negeri Kedungmundu Semarang

Tahun 2013 (n = 89)

Tabel 9

Tabulasi Silang Antara Peran Guru dengan PHBS di SD Negeri Kedungmundu Semarang

Tahun 2013 (n = 89) Peran Orang Tua PHBS Jumlah p value Baik Buruk

Frekuensi Prosentasi Frekuensi Prosentasi

Baik 66 98,50 1 1,50 67 0,000 Buruk 2 9,10 20 90,90 22 Jumlah 68 100 21 100 89 Peran Teman sebaya PHBS Jumlah p value Baik Buruk

Frekuensi Prosentasi Frekuensi Prosentasi

Baik 62 98,40 1 1,60 63 0,000 Buruk 6 23,10 20 76,90 26 Jumlah 68 100 21 100 89 Peran Teman sebaya PHBS Jumlah p value Baik Buruk

Frekuensi Prosentasi Frekuensi Prosentasi

Baik 68 93,20 5 6,80 73

0,000

Buruk 0 0,00 16 100 16

(12)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peran orang tua responden penelitian di SD Negeri Kedungmundu Semarang termasuk dalam kategori baik yakni sebanyak 71 orang (79,80%). Hal ini menunjukkan bahwa orang tua berperan baik dalam penanaman praktik PHBS anak di sekolah. Hasil jawaban responden tiap pernyataan dapat diketahui bahwa orang tua menganjurkan untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan merupakan jawaban terbaik dengan sebagian besar responden menjawab dengan benar (Ya) yakni sebanyak 88 siswa (98,8%) dan jawaban tidak benar adalah pernyataan tentang anjuran orang tua kepada siswa untuk mengikuti kegiatan olahraga di sekolah pada jam pelajaran dengan jawaban tidak benar (Tidak) sebanyak 11 siswa (12,4%). Hasil jawaban tiap pertanyaan tersebut di atas menunjukkan bahwa orang tua aktivitas mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan sabun merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh anak ketika dirumah dengan bimbingan orang tua sehingga orang tua lebih mudah menanamkan kebiasaan tersebut kepada anak yang dibawa sampai ke sekolah. Orang tua merupakan tokoh panutan anak, maka diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang bebas bersekolahpun sudah mau dan mampu melakukan cuci tangan dengan benar melalui model yang ditiru dari orang tuanya (Maulani, 2005). Peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah dan ibu dalam bekerja sama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh panutan anak semenjak terbentuknya pembuahan atau zigot secara konsisten terhadap stimulus tertentu, baik berupa bentuk tubuh maupun sikap moral dan spiritual serta emosional yang mandiri (Wadnaningsih, 2005).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peran teman sebaya responden penelitian di SD Negeri Kedungmundu Semarang termasuk dalam kategori baik yakni sebanyak 63 orang (70,80%). Hubungan teman sebaya responden di SD Negeri Kedungmundu Semarang memberikan dampak yang positif kepada anggotanya hal ini terbukti dengan hasil penelitian yang menunjukkan peran teman sebaya termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan hasil jawaban tiap pernyataan responden dapat diketahui bahwa jawaban yang

(13)

baik dengan sebagian besar menjawab Ya pada pernyataan tentang teman mengajak untuk melaksanakan tugas regu piket kebersihan di kelas sebanyak 86 siwa (96,6%) walaupun terdapat jawaban tentang ajakan teman untuk membuang sampah pada tempatnya dengan jawaban tidak benar (Tidak) sebanyak 19 siswa (21,3%). Jawaban pernyataan responden tersebut memungkinkan karena kegiatan pekit kebersihan kelas merupakan kegiatan harian anak yang dilaksanakan sebelum dan sesudah jam pelajaran sekolah dengan bimbingan langsung dari guru kelas sehingga anak-anak dapat berpartisipasi aktif pada kegiatan tersebut. Kelompok teman sebaya dapat memenuhi kebutuhan pribadi anak, menghargai mereka, menyediakan informasi, menaikan harga diri, dan memberi mereka suatu identitas. Anak bergabung dengan suatu kelompok teman sebaya dikarenakan mereka beranggapan keanggotaan suatu kelompok akan sangat menyenangkan dan menarik serta memenuhi kebutuhan mereka atas hubungan dekat dan kebersamaan. Mereka bergabung dengan kelompok karena mereka akan memiliki kesempatan untuk menerima penghargaan, baik yang berupa materi maupun psikologis. Kelompok teman sebaya juga merupakan sumber informasi yang penting. Saat anak berada dalam suatu kelompok belajar, mereka belajar tentang strategi belajar yang efektif dan memperoleh informasi yang berharga tentang bagaimana cara untuk mengikuti suatu ujian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peran guru responden penelitian di SD Negeri Kedungmundu Semarang termasuk dalam kategori baik yakni sebanyak 73 orang (82,00%). Hal ini menunjukkan bahwa guru memiliki peran baik terhadap anak di SD Negeri Kedungmundu Semarang karena bagi anak usia sekolah dasar guru merupakan sosok yang ditaati dan dipatuhi oleh anak sehingga dapat lebih mudah memberikan masukkan yang positif kepada anak. Hasil jawaban tiap pernyataan responden pada variabel peran guru menunjukkan bahwa pernyataan tentang anjuran untuk makan makanan tertutup yakni memiliki jawaban benar (Ya) sebanyak 88 siswa (98,9%) sedangkan jawaban pernyataan tentang ajakan untuk potong kuku jika terlihat panjang dan kotor dengan jawaban tidak benar (Tidak) sebanyak 22 siswa (24,7%). Peran guru sebagai pendamping

(14)

siswa sebagai pengajar dan pendidik untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan harapan sebagai generasi penerus, guru memiliki banyak tugas baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Peran guru sebagai pengajar, pendidik dan pelatih memiliki posisi yang strategis untuk menanamkan prinsip-prinsip PHBS di lingkungan sekolah. Sosialisasi sejak dini oleh guru kepada siswa mengenai pesan-pesan yang ada dalam PHBS melalui semua aktivitas harian di sekolah dikaitkan dengan PHBS dengan tujuan setiap anak akan terbiasa dengan hal tersebut dan dapat saling mengingatkan antar mereka untuk selalu melaksanakan praktik PHBS. Semakin besar peran guru dalam mensosialisasikan pesan PHBS maka siswa akan lebih baik dalam mempraktikkan PHBS di sekolah. Hal itu dimungkinkan karena biasanya anak-anak patuh terhadap perintah gurunya sehingga bila gurunya semakin berperan dalam mensosialisasikan PHBS maka praktiknya juga akan semakin baik (Adiwiryono, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar PHBS responden penelitian di SD Negeri Kedungmundu Semarang termasuk dalam kategori baik yakni sebanyak 68 orang (76,40%). Hal ini dapat dimungkinkan karena responden anak sekolah di SD Negeri Kedungmundu Semarang setiap hari menghabiskan waktu di sekolah selama 4-5 jam dan berinteraksi dengan guru dan temannya yang memberikan dampak positif terhadap praktik PHBS di sekolah. Jawaban responden pada tiap item pernyataan dapat diketahui bahwa jawaban responden yang baik dengan sebagian besar menjawab Ya pada pernyataan tentang siswa melaksanakan tugas piket kebersihan kelas sesuai jadwal sebanyak 89 siswa (100%), Siswa memiliki gigi yang putih dan bersih sebanyak 87 siswa (97,80%), siswa mengikuti senam bersama setiap hari Jumat sebanyak 85 siswa (95,50%), dan siswa mengikuti olah raga setiap jam pelajaran olahraga sebanyak 85 siswa (95,50%). Hal ini memungkinkan karena tugas regu piket kebersihan merupakan kegiatan harian yang di lakukan siswa sebelum dan sesudah jam pelajaran sehingga siswa lebih mudah menanamkan perilaku PHBS melalui praktik regu piket kebersihan kelas. Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar

(15)

terwujudnya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu minat orang tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Depkes RI, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara peran orang tua dengan PHBS dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p value < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa peran orang tua memiliki kontribusi penting dalam PHBS siswa SD Negeri Kedungmundu Semarang. Keteladanan orang tua yang ditampilkan dalam perilaku kesehatan yang baik memiliki pengaruh kuat dan besar terhadap perkembangan individu anak. Sebelum anak dapat berbicara, sesungguhnya ia telah melihat dan mendengar segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tuanya, hal itu menjadi syarat bahwa setiap orang tua perlu hati-hati dalam berprilaku di depan anaknya. Memberikan contoh kebiasaan-kebiasaan kesehatan yang positif melalui rutinitas keseharian di rumah karena hal tersebut merupakan media yang strategis dalam menanamkan PHBS yang kuat dalam diri anak (Maulani, 2005).

Menurut peneliti, adanya hubungan yang bermakna antara peran orang tua dengan PHBS anak di sekolah karena orang tua selalu mengingatkan dan memberikan motivasi tentang manfaat PHBS bagi anak sehingga anak memiliki PHBS yang baik di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 (p value < 0,05), hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya dengan PHBS. Hal ini mengindikasikan bahwa teman sebaya memiliki peran yang penting dalam pembentukan PHBS siswa di SD Negeri Kedungmundu Semarang. Bersama dengan teman sebaya remaja mendapatkan nilai-nilai positif yang tidak didapatkannya dari orangtuanya. Persepsi negatif berarti remaja menganggap bahwa kelompok teman sebaya adalah tempat

(16)

kompensasi terhadap kekurangan yang dimiliki atau sebagai ajang balas dendam terhadap lingkungan yang menolak atau memusuhinya (Kartono, 2006). Hurlock (2000) berpendapat bahwa persepsi remaja terhadap kelompok teman sebaya merupakan pandangan atau proses pemberian arti (makna) atas sekumpulan individu dengan usia yang relatif sama yang dapat memberikan kegembiraan bagi dirinya dan memungkinkan untuk melakukan aktivitas bersama-sama.

Menurut peneliti, teman sebaya memiliki peran yang penting dalam pembentukan PHBS anak sekolah di lokasi penelitian SD Negeri Kedungmundu Semarang karena kelompok teman sebaya dapat memberikan masukan yang positif tentang tentang mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan di sekolah, jajan makanan sehat dan berolahraga. Siswa kelas 4 dan 5 berada di lingkungan sekolah dan bertemu dengan teman sebayanya kurang lebih selama 3 - 4 jam sehari sehingga terjadi hubungan yang intens antara anak dengan kelompok teman sebayanya sehingga apa yang dilakukan oleh teman sebanya dapat mempengaruhi anak termasuk PHBS sehingga hubungan anak dengan teman sebaya dapat berdampak positif terhadap PHBS anak di sekolah (Mahfudz, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p value < 0,05), hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara peran guru dengan PHBS. Peran guru di lokasi penelitian yakni SD Negeri Kedungmundu Semarang memiliki peran besar terhadap praktik PHBS siswa. Atmidiwiro (2000) menyatakan bahwa istilah lain guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri. Seorang guru memiliki peran penting dalam pembentukan akhak, perilaku dan karakter anak. Wadnaningsih (2005), menyatakan bahwa pada tingkat pendidikan sekolah dasar, guru memiliki peran strategis dalam penanaman PHBS karena anak pada usia sekolah dasar memiliki perhatian yang besar

(17)

terhadap gurunya. Oleh karena itu, murid Sekolah Dasar (SD) cenderung menjadi target yang tepat untuk dibekali cara hidup sehat. Dalam usianya yang masih cenderung muda, mereka masih membutuhkan bantuan dan tuntunan dari orang di sekitar lingkungannya khususnya guru di sekolah. Pada dasarnya keluarga merupakan unit terkecil bagi suatu bangsa yang memungkinkan untuk menjadi awal dari proses pendidikan dan sosialisasi budaya baik hidup bersih. Namun, karena kesibukkan orang tua zaman sekarang yang harus mencari nafkah, maka anak-anak cenderung lebih banyak berkomunikasi dan menghabiskan waktu bersama dengan guru dan teman-temannya di lingkungan sekolah. Dalam hal ini komunitas sekolah memegang peranan penting dalam penanaman PHBS. Hasil penelitian sejalan dengan riset yang dilakukan oleh Adiwiryono (2010) bahwa dukungan guru di sekolah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi PHBS anak.

PENUTUP

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya adalah Peran orang tua responden penelitian sebagian besar dalam kategori baik yakni sebanyak 67 orang (75,30%), Peran teman sebaya responden penelitian sebagian besar dalam kategori baik yakni sebanyak sebanyak 63 orang (70,80%), peran guru responden penelitian sebagian besar dalam kategori baik yakni sebanyak sebanyak 73 orang (82,00%). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) responden penelitian sebagian besar dalam kategori baik yakni sebanyak sebanyak 68 orang (76,40%). Terdapat hubungan yang bermakna antara peran orang tua dengan PHBS anak di SD Negeri Kedungmundu Semarang dengan signifikansi sebesar 0,000. Terdapat hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya dengan PHBS anak di SD Negeri Kedungmundu Semarang dengan signifikansi sebesar 0,000. Terdapat hubungan yang bermakna antara peran guru dengan PHBS anak di SD Negeri Kedungmundu Semarang dengan signifikansi sebesar 0,000.

(18)

Keberhasilan pelaksanaan PHBS disekolah untuk kualitas kesehatan siswa yang lebih baik pada masa yang akan datang membutuhkan peran serta seluruh warga sekolah termasuk guru dan pengelola sekolah khususnya tentang himbauan kepada siswa untuk makan makan tertutup di kantin sekolah. Orang tua siswa di rumah sebaiknya selalu dapat dijadikan teladan bagi anak serta memberikan pemahaman dan penanaman tentang PHBS sehingga tingkat keberhasilan PHBS anak disekolah dapat lebih mudah tercapai dengan dukungan peran orang tua, khususnya tentang saran orang tua kepada anak untuk selalu mengikuti olahraga pada setiap jam pelajaran olahraga.

KEPUSTAKAAN

Adiwiryono, RM. (2010). Pesan Kesehatan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Anak Usia Dini dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka

Ahmadi, A. (2003). Psikologi Belajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Anggraeny, J. (2012). Pandangan Guru Terhadap Program Kesehatan Perusahaan (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pelaksanaan Program G21H di SDN Pondok Labu 15 Pagi). Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Jakarta. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta,

Atmodiwirio,S. (2005). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizya Jaya

Depkes, 2007. Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta Kemenkes

Depkes RI, 2008. Buku Saku Pelaksanaan PHBS Bagi Masyarakat Di Wilayah Kecamatan. Jakarta : Kemenkes

Dwigita, IC. (2012). Role Play PHBS Pada Tatanan Sekolah. DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Soetomo Surabaya

Friedmen Marilyn M. (2003). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Edisi 3. Jakarta:

Hurlock, E. (2000). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Maulani,C. (2005). Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta: PT Elex Media

Notoadmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmojo, S. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

(19)

Notoatmodjo, (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika,.

Samsunuwiyati (2005). Peran Hubungan Interaksi Kelompok Teman Sebaya terhadap Perkembangan Sosial.

Santrock, J. (2000). Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sarafino, 2004. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition.USA : John Wiley & Sons

Sugiyono, 2002. Analisis Data untuk Penelitian. Jakarta : Erlangga

Suryadi (2012). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Murid SD Negeri 1 Kota Subulussalam Tahun 2011. ISBN : 978-602-18471-0-7. Prosiding Seminar Nasional Stikes Aisyiyah Yogyakarta

Sumananingrum (2006) Hubungan faktor individu dan pola asuh keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak sekolah dasar di 2 SD Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Depok. ISBN : 978-602-18471-0-7. Prosiding Seminar Nasional Stikes Aisyiyah Yogyakarta

Wahyuni (2011). Gambaran Karakteristik Keluarga Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Desa Karangasem Wilayah Kerja Puskesmas Tanon II Sragen. Jurnal GASTER, Vol. 8, No. 2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji t untuk variabel kepercayaan atas sistem informasi akuntansi menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0.000 yang lebih kecil dari α = 0.05, maka dapat disimpulkan

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar air suatu arang briket dengan lima variasi komposisi sampah organik, selain itu kekuatan hubungan sebesar

Mahasiswa diajarkan untuk membuat persiapan mengajar berupa Rencana Pelaksanakan Pembelajaran (RPP) dan lembar kerja (LK) bagi seni rupa dan kerajinan. Pembuatan RPP, maupun

Berdasarkan dari penelitian yang telah peneliti lakukan pada bab-bab sebelumnya, maka didapatkan beberapa kesimpulan Prosedur yang dilakukan dalam pemilihan

Untuk dapat memahami cerita rakyat dengan baik, Anda akan belajar mengidentifikasi karakteristik cerita rakyat yang didengarkan, menentukan isi dan atau amanat yang terdapat

Diagnosis  pada  pasien  ini  adalah  delusional  parasitosis  yang  ditegakkan  berdasarkan  delusi  khas,  matchbox  sign,  dan  lesi  sekunder  yang  hanya 

[r]

Hawang Menjadi wil.. Abung Surapati Semula wil. Paminggir, Perda No. Paminggir, Perda No. Paminggir, Perda No. Paminggir, Perda No. Paminggir, Perda No. Paminggir, Perda No.