“KRITERIA
CALON
SUAMI”
Cari suami tuh yang rajin sholat di masjidAllah aja diutamakan, istrinya insyaAllah dimuliakan Cari suami tuh yang suka bangun malam
Dinginnya malam aja ia taklukkan,
tantangan hidup InsyaAllah ia selesaikan
Cari suami tuh yang bisa ngaji
Tajwid aja diperhatikan, apalagi kamu
Cari suami tuh yang penyayang sama ibu dan adik wanitanya
Orang terdekatnya disayangi, kamu pasti dicintai
Cari suami itu yang semangat mandiri dan berbagi
Semoga para lelaki mempunyai kriteria di atas, dan semoga para wanita beruntung mendapatkan lelaki sholeh yang menyayangi.
Memang masalah kriteria menjadi salah satu alasan kita memutuskan calon pasangan. Apakah ia sesuai kriteria atau tidak? Maksud kriteria ini adalah ukuran pertimbangan
bukan ukuran mutlak yang harus ada, sehingga jika ada salah satu kriteria yang tak ada tapi kriteria yang lain ada maka kita masih bisa menerimanya, yang penting kriteria dasar adalah baik agama dan akhlaknya. Mari kita simak uraian berikut:
--- Ada yang diuji dengan banyak pilihan
Ada yang diuji dengan tak ada yang memilih Ada yang diuji dengan banyak yang mendekati Ada yang diuji dengan tak ada yang menyukai Ada yang diuji dengan kelapangan
Ada yang diuji dengan paras rupawan Ada yang diuji dengan rupa biasa
Ada yang diuji dengan ketenaran Ada yang diuji dengan kesepian Ada yang diuji dengan harta Ada yang diuji dengan tahta
Apapun ujiannya, serahkan pada Allah Tempat menggantungkan harapan Tempat semua jawaban
Yakinlah, selalu ada harapan di setiap ujian
---
“MODALNYA
TAQWA”
Asal modalnya taqwa, profesi calon suami apapun insyaAllah mengekalkan cinta
Suami arsitek, bisa mendesain bangunan cinta bersama Suami dokter, bisa merawat cinta
Suami penulis, bisa menuliskan kata mesra untuk istri tercinta
Suami pengusaha,
bisa mencukupi kebutuhan keluarga dengan rizki yang halal
Suami konsultan,
bisa mengarahkan istri agar menjadi muslimah sejati Suami pelukis, bisa melukiskan ekspresi cinta
Suami guru, bisa mendidik istri dan anak dengan cinta Suami karyawan,
bisa mendedikasikan waktu dan energi untuk keluarga
Suami PNS, bisa membumikan semangat pengabdian untuk keluarga, bangsa dan agama
Suami prajurit,
bisa menjaga keutuhan cinta keluarga dan bangsa
Apapun profesinya, dengan cinta dan ketaqwaan keluarga yang dibangun semakin indah dan berkah.
“BEDANYA
PACARAN
DAN
TA’ARUF”
Istilah ta’aruf muncul diperbincangkan menyusul mulai ramai film dan sinetron Islami ditayangkan. Beberapa masih
bertanya apa itu ta’aruf dan bagaimana menjalankannya…..
Sebenarnya dalam bahasa Arab, istilah ta’aruf itu perkenalan
Secara umum. Namun secara khusus istilah ta’aruf juga diartikan sebagai masa perkenalan antara lelaki dan
perempuan yang bertujuan melangsungkan pernikahan.
Agar lebih jelas, berikut ini perbedaan antara Pacaran dan
Ta’aruf:
PACARAN:
Pernyataannya langsung antara kedua pihak,
Dasarnya suka sama suka
Landasannya rasa saling memiliki
Biasanya belum siap menikah
Memperlihatkan kelebihan dan menutupi kekurangan
Bebas jalan bareng berduaan Bebas sms dan telpon-telponan Bebas curhat dan marah
Tak ada batas waktu, bisa putus atau nyambung
kapan pun
Tak ada ikatan jelas, bebas pacaran dengan yang lain Tak ada tujuan jelas, santai dan hanya having fun saja Tak mengenal lebih detail, hanya lihat fisik saja
Tak begitu penting mengenal keluarga dan kerabat
TA’ARUFAN:
Pernyataannya bisa saja langsung antara kedua pihak tetapi melalui media, pihak ketiga atau perantara
Dasarnya AlQur’an dan Sunnah
Landasannya rasa saling meridhoi
Sudah siap menikah
Menunjukkan kelebihan dan kekurangan calon
pasangan
Tak boleh berduaan
Tak boleh sms dan telpon-telponan kecuali hal
penting dan mendesak
Tak boleh curhat dan marah, jika ada yang tidak disukai
sampaikan melalui perantara dengan baik karena tidak boleh menyakiti perasaan
Ada batas waktu sesuai yang disepakati (tidak
berlama-lama, biasanya 1-2 minggu mau dilanjutkan atau berhenti)
Ada etika yang jelas, tidak boleh ta’aruf ganda.
maksudnya berta’aruf dengan dua calon pasangan atau lebih. Jadi harus diselesaikan dulu prosesnya, jika tidak dilanjutkan, baru boleh berta’aruf dengan yang lain
Ada tujuan jelas yaitu menuju pernikahan
Harus mengenal lebih detail, tanyakan hal-hal pribadi
dan karakternya
Harus mengenal keluarga dan kerabat dekat
Itulah beberapa perbedaannya. Dahulu juga Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wassalam dan para sahabat Nabi
melakukan ta’aruf untuk menuju pernikahan. Tidak ada yang namanya pacaran.
Orangtua dulu pun menjalankan ta’aruf dengan waktu yang singkat. Namun semakin banyak tayangan televisi dan film dari Barat, budaya pacaran semakin menyebar sehingga menjamur sampai sekarang. Seolah jalan satu-satunya
untuk mengenal calon pasangan itu dengan pacaran padahal masih ada cara yang lebih santun dan berkah yaitu ta’aruf.
Semoga kita dapat menjalankan ta’aruf yang tidak
bertentangan dengan prinsip Islam. Ayoo..siapa yang siap
ta’aruf sekarang?
---
KENAPA
HARUS
TA’ARUF
Aduh..masih ada juga yang masih ragu dengan ta’aruf. Serius deh.. agar pernikahan kita nanti berkah maka awali dengan sesuatu yang baik. Maka dengan ta’aruf membuat
pernikahan menjadi sakinah mawaddah warrahmah. Selain itu ada juga manfaat lainnya seperti berikut ini :
Menjaga nama baik, kalo sudah sekali pacaran lalu putus
panggilan kita jadi dibilang mantan si dia, kalo ta’aruf
insyaAllah rahasia dijaga karena tidak ada kepentingan
apapun.
Menjaga pandangan, kalo pacaran kan sering ketemu
jadi ingin melihat terus, kalo ta’aruf biasanya diatur
jadwal pertemuan dan ditemani pihak ketiga.
Menjaga kemaluan, kalo pacaran hasrat untuk
menyalurkan syahwatnya meningkat karena bebas, kalo
ta’aruf justru bukan syahwat yang didahulukan tapi keimanan dan akal sehat.
Menjaga perasaan, kalo pacaran banyaknya makan hati
terus karena jadi korban perasaan yang masih labil, kalo
ta’aruf hati tenang dan ikhlas menerima ketentuan takdir dari Allah.
Melatih mental, kalo pacaran banyaknya melemahkan
pemaksaan, kalo ta’aruf menguatkan mental karena
menyerahkan keputusan pada kesepakatan bersama bukan pemaksaan.
Membangun cinta, kalo pacaran sudah jatuh cinta duluan
jadi emosional kalo ta’aruf latihan membangun dan menumbuhkan cinta sehingga lebih kuat ikatannya karena lebih rasional.
Tidak jadi fitnah, kalo pacaran apalagi terlalu lama jadi fitnah dan pembicaraan orang kalo ta’aruf menghindari fitnah dengan menyegerakan proses menuju pernikahan.
Sebetulnya masih banyak lagi keberkahan dari proses ta’aruf lainnya. Namun intinya, awali pernikahan suci itu dengan
sesuatu yang baik, niat baik, cara yang baik dan tujuan yang baik maka insyaAllah prosesnya akan berjalan dengan
Kebaikan itu menuju kepada kebahagiaan dan kebahagiaan
itu menuju surga. Semoga yang masih ragu bisa menjadi
yakin sepenuhnya bahwa ketika kita mengikuti cara yang baik sesuai Al Qur’an dan Sunnah maka Allah akan
memberikan kemudahan dan kelancaran dalam setiap
langkah kehidupan kita dan menganugerahkan keberkahan di setiap episode kehidupan kita.
Lalu Bagaimana caranya ta’aruf? Bagi yang masih bingung bagaimana sih caranya ta’aruf? Setelah ini akan dijelaskan tahap-tahapnya, berikut rinciannya :
1. Utarakan Niat Menikah Kepada Ortu 2. Cari Perantara
3. Tukar Biodata
4. Pertemuan Keluarga 5. Shalat Istikharah 6. Khitbah
7. Akad dan Walimah
CEK
DAN
RICEK
Salah satu hal yang sangat penting adalah cek dan ricek. Bukan masalah cepat atau lambatnya proses, karena ada juga yang cepat tapi tertipu. Karena terlalu percaya dan tak
mau cek ulang. Misalnya katanya calon suami punya
penghasilan bahkan mobil. Ternyata dia pengangguran dan bahkan mobil pun dikejar-kejar debt collector. Na’udzubillah.
Atau misalnya calon istri kelihatannya sholehah, rapi dan penurut. Ternyata ada kebiasaan buruk yaitu suka berhutang dan tak mau membayar. Bahkan sudah banyak yang menjadi
korban. Setelah menikah malah repot harus membayar banyak utang masa lalu dan perbaiki kebiasaan buruknya.
Na’udzubillah.
Nah, cek and ricek adalah hal yang mesti diketahui dari calon. Bahkan Al-Quran sudah memberikan petunjuk sebagai berikut :
“Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka
tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.”
(QS. Al-Hujurat: 6)
Kehati-hatian ini sangat penting. Apalagi di zaman semua bisa serba mungkin ini. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa cek and ricek dengan benar? Kemana harus cek and
ricek. Panduan di bawah ini moga bisa menjadi acuan bagi kita:
1. MINTALAH NOMOR KONTAK SAUDARA DAN KELUARGANYA
Lalu hubungi dan buatlah janji untuk bertemu di rumah
atau di luar rumah. Setelah itu, sambil bersilaturahim dan
berbincang hangat dan ringan tanyalah kepada keluarganya tentang bagaimana karakternya, bagaimana ibadahnya, serta apa saja kelebihan dan kekurangannya.
---
2. MINTALAH NOMOR KONTAK SAHABAT ATAU TEMAN SEAKTIVITASNYA
Sahabat adalah orang yang paling mengetahui kelebihan dan kekurangan sahabatnya. Bahkan Nabi memberikan isyarat,
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang
penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi
(percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.”
(HR. Bukhari)
Setelah mendapat nomor, hubungi atau kirim pesan melalui email. Lalu bertanyalah secara baik-baik pada sahabat dan
teman seprofesi atau sekampusnya tentang bagaimana
kehidupannya sehari-hari ?
Bagaimana kesannya bersahabat dengan beliau. Hal apa yang mesti diperbaiki? Apa saja hal yang disukai dan tidak disukai? Semakin rinci data yang kita dapatkan tentang
calon pasangan maka semakin bijak kita menentukan untuk melanjutkan ke proses berikutnya atau tidak.
---
3. BERTEMU, MELIHAT DAN BERTANYA LANGSUNG PADA CALON PASANGAN
Dalam proses ta’aruf penting juga untuk bertemu dan
untuk melamar dan menikahi. Bukan untuk main-main. Dan tentunya menghindari khalwat atau berdua-duaan. Maka penting mengajak mahrom seperti orangtua atau saudara yang sudah baligh.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan sekali-kali dia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa disertai mahramnya, karena setan akan menyertai keduanya.” (HR. Ahmad)
Dalam proses ini bisa ditanya tentang visi misi menikah, kelebihan dan kekurangan pasangan, cita-cita ke depan, sampai masalah khusus tentang penyakit dan lainnya. Semakin detail dan jujur maka akan semakin menghindari kekecewaan setelah menikah. Beberapa pertanyaan yang mungkin bisa ditanyakan:
BIDANG AGAMA:
“Adakah amalan sunnah yang sudah jadi kebiasaan?”
sudah hampir dipastikan amalan wajibnya tidak terbengkalai.
BIDANG AKHLAK:
“Bagaimana perhatiannya terhadap keluarganya?”
Karena dia yang sangat perhatian dengan keluarga sudah barang tentu saat menikah nanti maka keluarga akan jadi perhatian utama. “Apakah emosinya stabil?” Karena kalau emosinya stabil, maka dia sudah mulai masuk area
kedewasaan yang matang.
BIDANG PEMIKIRAN:
Menyatukan visi itu sangat penting sehingga kita mengetahui mau dibawa kemana keluarga ini? Atau pendidikan semacam apa yang diberikan kepada anak kita. Visi bisa ditanyakan langsung, “Apa visimu wahai
kecerdasannya maka selidiki sekritis apa beliau menilai sesuatu.
MELIHAT FISIK :
Foto tidak menjamin sama dengan kualitas fisiknya.
Baiknya bertemu langsung atau lihat dari kejauhan bagaimana sebenarnya fisiknya. Atau tanyakan apakah
pernah kecelakaan atau sakit parah sehingga ada yang tidak normal, punya penyakit kulit atau penyakit yang menular? Tapi tentunya bertanya secara sopan dan niatkan untuk mencari keridhoan Allah agar setelah menikah tak ada hal-hal yang ditutup-tutupi.
Lebih baik diungkap saat ta’aruf daripada setelah menikah nanti…kan gawat.
POLA PENGELOLAAN KEUANGAN:
“Bagaimana mengatur keuangannya?”, “Bagaimana
sering menghutang?”, “Apakah mempunyai cicilan dan tabungan?”.
Dalam tahap ini sahabat dan calon pasangan bisa saling
mengukur diri apakah cocok satu sama lain atau tidak.
Masing-masing pihak masih harus sama-sama membuka
options atau kemungkinan batal atau jadi.
Maka umumnya dilakukan tanpa terlebih dahulu melibatkan orangtua agar tidak menimbulkan kesan ‘harga jadi’ dan tidak ada lagi proses tawar menawar, sehingga jika pun gagal atau batal maka tidak ada konsekuensi apa-apa.
Karena jika sudah sampai menemui orangtua berarti secara samar maupun terang-terangan seorang pria sudah menunjukkan niat untuk memperistri si wanita. Yang perlu di ingat, seringkali pasangan-pasangan itu terjebak dalam aktifitas pacaran yang terbungkus sampul
Setelah membaca materi ini, apakah Anda sudah siap untuk meninggalkan pacaran yang penuh dengan kemaksiatan dengan ta’arufan yang jelas – jelas penuh dengan keberkahan ?
Materi selanjutnya masih akan berkaitan dengan proses
menuju ke gerbang pernikahan ya. Jangan lupa untuk
pahami materinya, dan kembali luruskan niat kita saat kita ingin menikah. Karena Allah kah ? Atau karena hawa
nafsu?
Semoga bermanfaat.