• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT SEMENTARA RAPAT PANITIA KERJA II DALAM RANGKA PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU N0.7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT SEMENTARA RAPAT PANITIA KERJA II DALAM RANGKA PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU N0.7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

RAPAT PANITIA KERJA II

DALAM RANGKA PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU N0.7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UU N0.7 TAHUN 1991

---~---~~---~---~---~--~---

- ---~-~--~---Masa Persidangan Tahun Sidang Rapat Jenis Rapat S i f a t Hari/tanggal p u k u l

T

e m p a t Ketua Rapat Sekretaris Rapat A c a r a H a d i r

I.

ANGGOTA PANJA

I

F. AJllli 1. LO EKMAN R. BOER 2. IR. SOEDJALMO 3 . PUDJIARTO 4. ISMU AKSOPUTRA

5 . MOH. HATTA USMAN I

1994-1995'

Ke-8

Rapat Panitia Kerja II, Ke-4 Tertutup

Jum'at;

JO

September 1994 09.00 WIB

Java Ball Room IV DR. IDA YUSI DAHLAN Drs. Mahmudi

Melanjutkan pembahasan rnateri.

1. RR. IDA YUSI DAHLAN 2. H. ABDULLAH ZAENIE, SH J. DRA. KARTINI MAYELLY

4. DRS. MANGISARA MARCOS LUBIS 5. H. ADIMIR ADIN~ BA

6. H. ALIMUDDIN OEMAR, SH 7. IR. P.A. RANGKUTI

8. H. MOCHAMAD SUPARNI

9. DRS.

SABAR KOEMBINO

10.

DR~.

LEONARD

TOMASOA 11. NOVYAN KAMAN~ SH

1. DRS. H.M. MUKROM AS'AD 2. H. URAi FAISAL HAM~D, SH

3. DRS. H.A. NANA DJUHANA SUTARYA 4. H. SYAIFUL ANWAR HUSEIN

(2)

1.

ABERSON MARLE SIHALOHO

2. DRS. MARKUS WAURAN

3. Y.B.

WIYANJONO~

SH

3. DRS. H. YAHYA NASUTION

I

I.

PEMERINTAH

1.

DR. FUAD BAWAZIER

2.

DRS. ISMAEL MANAF

3 .

DRS. RACHMANTO

4.

DR. AGUS HARYANTO

5 .

DRS. ISMAIL TAMSIR

6.

DR. GUN ADI

7 .

IGN. MAYUN WINANGUN.

SIL LL

8.

DR. SYRIFUDIN ALSAH

9.

DRS. A.A. SUP ARD I

1 0 •

DRS. SUBROTO

11.

DRS. SUDARSONO

12.

DRA. SRI RAHAYU

(3)

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN:

Mengucapkan selamat pagi, selamat datang. Kita teruskan acara kita pagi ini.

Saya kira Bapak-bapak semuanya sudah menerima risalah kesimpulan rapat tanggal 29 September 1994 kemarin dari jam 09.00 -16.30 WIB. kalau ada yang perlu perbaikan, kami mohon disampaikan pada Sekretariat. Saya kira di muka Bapak-bapak sudah ada risalah ini.

Kalau demikian kita teruskan acara kita yang kemarin ditang-guhkan dengan ini scorsing kemarin kami cabut.

ketok palu 1 x

Kami persilahkan Pemerintah dengan Pasal 17 ayat (1) dimana kemarin kita telah memintakan untuk Fraksi-fraksi meminta untuk diberikan beberapa exercise maupun dasar-dasar perhi tungan dari pada yang tercantum dalam Pasal 17 ayat (1).

Kami persilahkan Pak.

PEMERINTAH (MENTER! KEUANGAN):

Pimpinan dan para anggota Panja yang saya hormati, Assalamu'alaikum Warakhmatullahi Wabarakhatuh,

Sesuai permintaan dari pada Saudara Ketua. Kami telah mencoba untuk membuat beberapa exercise mengenai tarif pajak lapisannya kai tannya dengan penghasi lan kena pajak. Dan kami membuat 7 exercise. Dan nanti kami akan tayangkan dengan trans-paran dengan contoh kasus-kasus supaya kongkrit pada setiap alternatif exercise itu.

Konsekwensi pajak yang dibayar berapa. Tapi sebelum itu kami akan sampaikan lebih dahulu perimbangan apa yang menjadi dasar Pemerintah di dalam menetapkan tari f pajak penghasilan. Ada beberapa pertimbangan yang kami coba untuk merangkumkan di dalam menentukan besarnya tari f pajak dan lapisan kena pajak. Yang pertama adalah segi penerimaan negara. Yang ini saya kira yang paling penting.

Terus terang saja dalam segi penerimaan negara ini memang dengan penurunan dari pada tarif khususnya dari 35 ke 30 itu yang banyak terus terang saja hilang ya. Kita pada tahun-tahun perta-ma ki ta akan kehilangan 1 sampai 1, 2 trilyun rupiah. Nah kami lebih khawatir terus terang saja akan mungkin lebih besar atau

waktu ya~g dibutuhkan untuk menutup kembali kekurangan penghasi-lan ini lebih lambat untuk dicapai. Karena sebagaimana telah merupakan konsensus kita dalam pansus.

Semua yang dalam cantolan undang-undang 1959 sementara kita keluarkan. I tu berarti ki ta kekurangan a lat untuk imporsmen terus terang saja.

(4)

Ini mempunyai dampak yang lumayan terhadap kepatuhan wajib pajak. Nah karena itu dalam kaitan penerimaan negara inipun pada waktu itu di Pansus kami sampaikan bahwa kami bersedia

membicara-k~n kembali tarif dalam kaitannya juga dengan lapisan kena pajak dengan ca ta tan bahwa tari f tertinggi tidak bisa lebih dari 30 bukan kami tidak mau ..

Keadaan obyektif yang menyebabkan ita akan ketinggalan, Indonesia dalam hal ini.. Dan ki ta tahu bahwa tentunya pajak bukan suatu hal yang berdiri sendiri. Tapi sebaliknya juga karena tari f tertinggi ki ta kurangkan dengan 5,. adalah janggal jika tarif terendah tetap 15.

Jadi berarti harus diturunkan juga dengan 5. Nah ini yang kaitan dengan penerimaan negara.

Kemudian yang kedua pertimbangannya adalah dalam memikul pajak. Dan nanti akan terbukti bahwa lapisan tari f yang lebih

banyak misalnya lebih dari 4, 5, 6 dan selanjutnya belum tentu menjamin keadilan dalam membayar pajak.. Kami akan buktikan dengan langkah ..

Jadi karena i tu dengan tidak mengurangi penghormatan saya kepada ide-ide untuk meningkatkan progresifitas dan itu tercermin dalam lapisan tari f lebih banyak i tu belum tentu bisa, katakan

belum tentu. Karena itu kita tidak, jangan sekali-kali terpukau dengan teori yang mengatakan.. Kalau lapisan lebih banyak i tu otomatis lebih progresif ..

·Kemudian yang lain yang perlu dipertimbangkan juga mengenai keadilan membayar pajak ini adalah ki ta mengetahui kalau ki ta mengatakan lapisan pajak tarif ada 4, atau 3 atau berapa sekarang

15, 25,. 35 itukan tidak berarti bahwa kelompok masyarakat ini 15 %, kelompok masyarakat ini 25 %, kelompok masyarakat ini 35 %

tidak demikian. Kelompok masyarakat 15 % ada, tapi kelompok masyarakat yang 25 % dia juga akan menikmati yang 15 %. Demikian pula kelompok masyarakat yang 35 % dia akan menikmati tarif yang 25 % dan yang 15 %. Ini yang saya percaya ini kita sudah free, tapi perlu saya tekankan kembali. Jadi bukan dibagi kotak-kotak demikian.

Ini hal yang perlu kami sampaikan di dalam seal keadilan kaitannya dengan tarif dan besarnya penghasilan kena pajak .. Kemudian unsur ke tiga adalah sederhana.

Makin banyak tari f,. terus saja i tu makin tidak sederhana bagi waj i b paj ak. Dan j uga le bi h menyul i tkan pemantauan oleh tiskus. Itu memang begitu,. karena itu maka saya juga telah sampaikan dalam pansus bahwa beberapa negara banyak yang menganut

tari f tunggal untuk PPH, tapi PPH ba~an,. flat tapi kan tidak tidak mungkin,. masa PPH perseorangan flat, mungkin ..

Kemudian pertimbangan yang ke lima adalah tetap merangsang investasi, karena itu kita turunkan tarif tertinggi.

nya para investor itu tidak tanyak yang terendah. tanya berapa sih tarif yang tertinggi di negara anda.

Dan

biasa-Dia selalu Dia selalu bertanya begitu.. Terendah tidak, tidak.. Kenapa dia pasti akan kena tarif yang tertinggi, investor luar negeri itu.

(5)

Oh biar saja tidak ada urusan, ditaruh 5 %~ 10%. Yang penting bagi dia, dia tembak ujungnya, karena dia ada di situ. Dan dia pas ti kalau menerima tari f yang tertinggi akan terkena tarif terendah dan menengah. Dia katakan dia tembak saja ujung-nya.

Dia tidak pernah tanya-tanya terendah. The Hights dia selalu bertanya yang tertinggi. Kemudian dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dengan sistem self assessment. Ini sangat panting karena kita mengenal 2 tarif sebenarnya.

tarif efektif.

Tarif nominal, Sekarang kita juga jangan terlalu terpukau kepada tarif nominal. Dapat terjadi bahwa tari f nominal tinggi, tapi tari f efektifnya rendah. Tidak ada gunanya itu. Itu yang kita alami pada waktu ki ta sebelum tax avoidance i tu kan pph perseorangan bisa lebih 50 persen, pph badan 45 persen, tapi rata-rata tarif efekti fi tas separuhnya dari pada i tu, karena maki n tinggi ki ta pasang tar ff makin rangsangan untuk macam-macam makin tinggi, terus terang saja.

Itu universal dan semua negara membuktikan hal yang sama, tingkah lagi wajib pajak kita maklumi bahwa kita mempunyai reset-riset centre dari pada berbagai otoritas perpajakan di dunia yang kerjanya memantau liku-liku dan tingkah laku wajib pajak.

Dan saya katakan terus terang waktu di pansus. Kalau wajib pajaknya mencuri jumlahnya 10, 100 ribu kita masih bisa membayar, tapi kalau sudah ramai-ramai 30, 40 persen, 50 persen dia nyuru sudah kelabakan ha bis i tu, yang namanya f iskus. Masa dia mau masukkan semuanya jutaan orang di penjara kan tidak mungkin. Karena i tu maka yang lebih panting adalah tari f efekti f adalah berapa yang sebenarnya pajak yang dibayar terhadap yang seharus-nya dia bay a r i tu ra ta-ra ta. Dan i tu sangat pen ting terutama dalam self assessment.

Dengan demikian yang paling panting dalam sis tern self ad-justment adalah meningkatkan apa yang disebut kepatuhan sukarela a tau polintry coplains.

Dan Kepatuhan sukarela ( ) tercermin di

dalam besarnya tarif efektif. Berapa yang sebenarnya dia bayar t.erhadap yang seharusnya dia bayar ukurannya membandingkannya,

i tulah efekti f rich. Biar nominal tercantum sekian persen ••. sekian persen, tapi kalau membayarnya dia jauh dari pada i tu tidak ada gunanya. Itu menunjukkan self assessment i tu tidak berhasil.

Makin dekat tarif efektif nominal itu makin menunjukkan bahwa tarif self assessment belum berhasil~ Itu menunjukkan JlJga

dengan kata lain kepatuhan sukarela makin tinggi dan

itu

akibat-nya lebih lanju~ adalah

akan

menin~galkan copys rights ratiord~n selanjutnya akan meningkatkan juga :tax ·r~tio. Jadi i tu kai.ta·n satu sama lain.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran te --~ebut Bapak-bapak, Ibu sekalian tanpa sediki tpun bermaksud untuk menggurui ai au apa · ·.~_rli

(6)

hanya exercise sekali lagi hanya exercise untuk mungkin bahan renungan begin, karena saya percaya juga bukan untuk kita putus-kan pagi ini, hanya suatu renungan begin. Kami coba membuat 7 exercise, yaitu :

1. Yang berlaku sekarang, 15 persen, 25 persen, 35 persen.

2. RUU kita sudah mengetahui 10 persen, 15 persen, 20 persen, 30 persen.

3. FPDI.

4. FKP 1, karena FKP mengajukan alternatif. 5. FKP 2 kami sebut.

6. Alternatif 1, coba-coba kita hitung, merangkum-rangkum berma-cam-macam itu.

7. Alternatif ke-2 coba-coba rangkuman lagi.

Dengan demikian ada 3 exercise. Kemudian kita masukkan itu di dalam besarnya pajak yang dibayar terhadap orang yang berpeng-hasi lan perorangan dan laba-laba dan kita sama soalnya tarif kita adalah menganut uniformitas penghasilan perorangan dan badan yang perpenghasilan Rp. 10 juta, Rp. 50 juta, Rp. 100 juta dan Rp. 500 juta. bagaimana dampaknya pajak yang dibayar.

Di sini akan terlihat pasti bahwa yang tertinggi adalah yang berlaku sekarang, pasti, karena dia mengenal 35 persen dan tarif terendah 15 petsen dan lapisan kena pajaknya Rp. 10 juta, Rp. 10

50 juta.

Kemudian yang diatas 35 persen sudah pasti yang berlaku sekarang tertinggi. Kemudian yang tertinggi yang diajukkan oleh FKP. Karena FKP ada dua, dua alternatifnya masih menganut tarif 35 persen. Sebagaimana saya kemukakan tadi yang banyak hilangnya kita adalah tarif tertinggi justru. 5 persen perorangan banyak itu, bukan yang terendah. Di situlah penghasilan kita banyak di situ.

Jadi penghasilan dari pada pph i tu sudah salah bukan dari yang rendah, bukan tertinggi ternyata di sini. Kalau pada FKP hilangnya ki ta cuma 300 mil yard rupiah, karena kena lapisan 35 persen, tapi sekali lagi. Apakah i tu real is tis, i tu yang kami l<emukakan.

Bukan kami tidak suka sebagai orang fiskus, Menteri Keuan-gan, sangat senang dia itu. Makin dia hilang uang makin begini itu. Pak Dirjen ini bilang ampun ini Menteri, dihitung semiml-yar-semilyar, tapi kita · tidak mungkin. Sekali lagi kalau kami berdua kalau bisa jangan diudeg-udeg sekarang ini save sudah masa modoh.

Tapi kan tidak bisa, k~mi tidak bisa itu sangat mengurangi homework terus terang saja dalam seal penerimaan, ta pi tidak mungkin. Ki ta tidak kompeti ti f berarti ki ta mengorbankan yang lain-iain yang tidak kalah pentingnya.. Karena inplasi sangat panting untuk imployment.

Jadi kita tidak berpikir nasional. Kita berpikir sangat sektoral, jangan sampai nanti disebut Menteri Keuangan dan Dirjen Pajak sangat egoisme, kena penyaki t egoisme sektoral.. Dan kami tidak mau dicap pasti tidak Menteri Keuangan tidak boleh begitu.

(7)

Menteri Keuangan kalau cuma mikir itu saja bahaya negaranya,

pas ti bahaya. Jadi karen<.~ i tu rrnohon dimaklumi.,. mengapa justru

k~mi yang paling keras menghendaki keuntungan tarif, aneh begitu betul.

Menteri Keuangan juga yang paling keras menghendaki turun tari f bea masuk, aneh tida.k i tu. Kebetulan baru masuk Menteri Keuangan paling kencang menghendaki penurunan tari f bea masuk, Menteri yang sekarang ini. Betul orang semua tahu, untuk mening-katkan kompetitifisme kita dalam persaingan global. Inipun tidak terlepas daripada itu.. Menambah homework pasti menambah home-work, karena k.i ta orientasinya kepada nasional, semua kita lihat

kepentingan dan jangka panjang. Jadi jangan sampai

3 . . . jangka pendek dan hanya melihat satu anu saja begitu. Kaya cuma kita.

Kemudian coba kita lihat exercise ini. Saya minta maaf menyebut ini karena memang ini sudah disampaikan. Apa yang saya sampaikan tadi, l'a.pisan yang banyak belum tentu menjamin bahwa

keadilan dalam membayar pajak. Di sini terlihat, pada FPDI kita kasih tanda 1. Caba kita lihat seorang yang Rp. 100 juta

peng-hasilannya membayar pajak Rp. 17,5 juta. Pada Rp. 500 juta dia

bayar Rp. 130,5 juta. lebih kecil dari RUU. Yang lapisan

tarif-nya 4 ini fakta ini. Kalau mau dinaikkan ke atas Rp. 1 milyard nanti gapnya makin besar i tu, Pak Aberson pas ti dari sekarang,

sudah tahu kita, padahal lapisannya 5, RUU cuma 4. Itu yang saya katakan lapisan tertinggipun menikmati. Tarif-tarif sebelumnya kan akhirnya yang penting itu, how much DP, berapa yang dia

bayar. tetapi lapisan terendah menikmatinya sama. Pada tingkat Rp. 10 juta dan Rp. 50 juta yang diajukkan FPO! sama dengan RUU Rp. 1 juta. Rp. 6,25 juta sama.. Sama kan paGla tarif terendah sama keadaannya. tapi tarif tertinggi Rp. 100 juta, Rp. 500 juta, rnernbela justru senang mereka Pak Aberson justru ya kaya.

Jadi maaf ini saya bicara apa aQanya begitu lho. Tidak

apa-apa l<an ini tertutup. Jadi nah kemudian saya tidak suli t

saya mengenai FKP bukan saya tidak senang, sekali lagi pribadi oh

sangat g~mbira sekali saya dengan FKP ini. Sungguh sangat sencmg saya sangat mengLirangi pekerjaan rumah. Hilangnya cuma tinggal

Rp. 300 milyard encer itu, dengan BBM tertutup itu mudah-mudahan. Tapi keadaan obyektif saya tidak bisa begitu tidak mungkin. Ekonomi global. regional. Malaysia sudah rasain kepada saya check sudah mau turun ke 30 persen, sebentar lagi awak turun 25 persen, betul bukan among kosong, jangan Menteri keuangan jangan bicara seenaknya. Singapura 25 persen, dia itu terutama anunya trans Singapura Malaysia bukan trans kita tidak Singapura dia itu

lihat.

Itu gila itu check sudah 25 persen itu, awak tak mau kalah

lah.. Gila i tu masih Malaysia, Gimana Singapura tuh, Hongkong 17.S persen lebih gila lagi, tiap tahun 25 persen maksimum tert-inggi coba.. !tu saingan keras kita lho sekarang Vietnam hati-hati cepat i tu Vietnam berkembang, bisa lebih cepat dari RRC, Vietnam. ! ndia lagi gene a rnya tax avoidance dala.m wak tu deka t

ini juga, pasti akan menurunkan.

(8)

Itu juga saingan kita juga. Jadi tidak bisa sungguh kalau sekali lagi. ·Ini usul FKP ini wah kalau saya tidak ada urusan itu allhamdullilah. Ini paling enak tutup mata yang saya terima i tu.. Pemerintah tidak mungkin i tulah, ada kendala yang saya tidak bisa.. Kita tidak bisa secara nasional itu, bukan tidak mau 'tidak mungkin, artinya bukan berarti tidak mungkin. Mungkin . . . mungkin menjadi kita tidak realistis ..

Nah kemudian kita bikin alternatif, coba-coba bagaimana kalau kita tidak keluar dari terendah 10 persen dan tertinggi 30 persen. Sebagaimana yang saya sampaikan kepada Pansus, tetapi keadi lan tetap dapa t ki ta akomodi r. Saya tidak menga takan 100 persen terus terang saja.

Ini pertimbangan-pertimbangan, 7 pertimbangan coba kita rangkum., tapi tidak mungkin semua dapat bobot yang sama tidak mungkin terus terang saja.. Tapi jadi bahan pertimbangan terus terang saja saya katakan. Nah ternyata angkanya halaman 104 kita lihat dalam tanda kurang 4 i tu adalah rangkuman. Ki ta tetap mengenal 10 persen, 15 persen, 20 persen, 30 persen (4 lapisan), tetapi lapisannya kita persempit. Maksudnya juga supaya hilangnya juga jangan terlalu banyak terus terang saja. Dengan melihat keadaan ini.·

o -

10, 10 - 30, 30 - 50, 350.

Kemudian yang ke dua, kita bikin lebih tajam, tapi konsekwensinya tidak hanya lapisan. 10, 15, langsung 30 dia. Nah i ni bagi mereka yang sangat terpukau dengan progresifitas loncat dia dari

15 - 30 persen, yaitu sampai 25

=

10, 25

=

15, terus di atas 50

persen langsung terkam dia dengan 30 persen. Gambaran angkanya ada di sini.

Yang menunjukkan bahwa pajak yang dibayar oleh yang terting-gi, lapisan Rp. 100 juta dari Rp. 400 juta menengah ke atas memang lebih tinggi dari pada RUU, tetapi masih hampir sama dengan FKP 1 atau FKP l sama, pada lapisan Rp. 100 juta, tapi pada lapisan yang Rp. 500 juta berbeda dengan FKP yang 1, apalagi kalau FKP yang dua masih berbeda banyak.

Lebih banyak FKP yang ke 2, tetapi pada exercise ini tetap untuk lapisan Rp. 100 juta dan Rp.

,soo

juta tetap lebih tinggi dari RUU dan lebih tinggi dari FPDI yang dibayar, ini kan menen-gah ke atas Rp. 100 juta ke atas. Nc~h sekarang mengapa, jika umpamanya ini andai-andai kata 3 lapisan tarif yang lain apa ada, ada.

Tinggal dilihat keluar dari 10 persen dan tertinggi 30

persen. 10 persen, 20 persen. 30 persen. tetapi kalau ini yang kita pasang. kita tidak bisa ada close menurun kan sudah 25 persen tidak bisa. tidak masuk akal 1011 2011 25 persen tidak boleh

i'tu. karena 10 persen. 20 persennya naik. 10 rx~rsen terus 25

persennya.. 20 persen menjadi 25 persen digresi f tidak mungkin tidak mungkin. ·

Jadi kalau kita mau 10. 20. 30 persc;l misalnya ini misal ~ndai-andai kata. Close kemungkinan Pemerintah untuk menurunk~n

25 persen hapus bisa, tetapi kalau kita 10. 15 .. ,J tetap

(9)

jika Bapak-bapak menyetuju;,., hingga menjadi ~erendah-rendahndya 25 persen tetap progresi fkan. 1..0111 15 pf!rsen naiknya 5 persen, i's

P1c;,njadi 25 persen naiknya hanya J,o· per-sen te~ap progresi f.. Jadi i n i berhubungan dengan saya sampai pagi N\bis sembahyang subuh

saya gedor juga lagi Dirjen ini.. .. .}~·'..;,

.Jadi coba ki ta

rangkum.-.r~angt«unt· di;n~·~ri

.:fi..elihat berbagai

pertimbangan sekali lagi. ini cuma exef.¢is~., :·,,,'.M'tJdah-mudahan dapat membantu, terutama bagt Ibu dan Bapak.

sekai::fafri.'

.yang saya hormati

di dalam kita mengambil keputusan. kar~na_i~i~~~mang masalah yang

mendasar teru5 terang saja. Karena itu'mungkin kita bis.a

renung-renung, end.ap-endap saya dan

percaya·

musti konsultasi

dengan Pimpinan Fraksi masing-masing.

Mungkin sambil fikir-fikir, diitung-itung begitu kan Pak

Novyan kan. I n i Dirjen saya suka bi.oar.a ini. Menteri kalau

pikir-pikir ini apa betul apa yang menjad;. meneri.maan negara .. Jadi ini memenuhi tugas kami, kami sudah coba tentunya ada berapa

scena.rio banyak kali,. t.api kok makin sulit kita menghadapi

kepu-tusan, ini bisa lebih diodel-odel lagi dibikin.

Y~h kurang lebih gambarannya akan di sekitar itu. altarnatif· yang kami kemukakan ini ter•Js tera.r~g saja. Kami tidak pasang 10,. ?O,. 30 persen. karena kami tetap berpendapat oneday ki tc:~ harus

sesuaikan menjadi 25 persen terus terang sa.ja. Just a metter of

time mungkin dalam waktu yang tidak terlalu lama.. karena i tu. sekarang itu sudah tercium sudah tahu orang luar ada kemungkinan 25 per-sen, itu sudah merangsang kita seharusnya.

N-<~h karena itu kami tidak pasang 10111 20 .. 30 persen,. karena t.idak mungkin

19,

20. 25 persen kan tidak mungkin itu,, di sini

naiknya 10 di sini cuma 5 kan tidak mungkin, tetapi kalau kita

rnau stape 30 psrsen bisa 10"' 20,. 30 persen, tetapi nanti suatu

waktu kita di suruh menyaingi ke DPR lagi kita, hanya itu saja ~asal itu saja.

Kalau itu dikehendaki silahkan. Tetapi ya tentunya perlr..J

pertimbangan-pertimbangan yang lebih matang dari kita bersama. Demikian Pimpinan,

Ibu-ibu dan Bapak sekalian yang saya hormati. Sekedar ini

untuk m~mbantu beban ki ta di d.alam memecahkan soal tari ~~ .. Teri.ma ka.sih ..

~&Jassalamu11

alaikum Warakhmatullahi Wabara.katuh.

Terima kasih Bapak Menteri Keuangan.

Saya ki ra. kembali kepada Fraksi-fraksi yang kemarin sore

telah memberikan pendapatnya dan kemudian ki ta endap~<an untuk memberikan kesempatan kepada Pemerintah memberikan exercise·-·nya. Kami kembalikan kepada Fraksi ABRI.

Kami persilahkan untuk memberikan tanggapan atau ada usulan lain atau pendapat lain menganai apa yang tel.ah disampaikan oleh Pemerint.ah.

(10)

Kami persilahkan.

FABRI (SUDJALMO):

Terima kasih Bu Ketua.

Bapak Menteri beserta rekan-rekan FKP, FPP, FPDI yang kami hormati,

Kami telah mencoba dari tempata ini menyimak apa yang disam-paikan oleh Menteri tadi. Tapi sayangnya gambarnya atau slidenya tidak terbaca dari sini, namun kami mencoba menanggap penjelasan-penjelasan yang pokok-pokok tadi.

Jadi kami kira untuk masalah ini saya kira, karena memerlu-kan pengendapan kami melalui !bu Ketua kami meminta supaya dapat dibagikan kepada para anggota oh ya sudah dibagikan. Dan untuk kita pelajari secara pelan-pelan,

begi tu. Namun saya t~di menangkap hemat kami mungkin merupakan suatu suatu pemikiran yang sama.

secara lebih konsentrated beberapa hal yang menurut sarana . untuk menuj u kepada

(11)

JURU BICARA FABRI (IR. SOEDJALMO) :

Makin banyak itu tidak menjamin progresifitas, jadi makin banyak tidak tentu mesti makin progresif. Ini catatan yang kami catat dari penjelasan Menteri tadi dan ini tadi dengan angka-angka itu tadi juga sudah diperagakan dan makin banyak tarif makin akan menyulitkan para Wajib Pajak sendiri didalam menyelesaikan kewajiban perhitungan pajak-nya dan yang terpenting bukan besaranpajak-nya dalam tarif pajak ini tapi efektif tarif yang dikenakan setelah dihitung menurut lapisan masing-masing.

Jadi beberapa hal saya kira ini mungkin sudah secara matetamtis barangkali bisa kita hitung atau bisa kita.kontrol dengan angka- angka kuantitatif tadi dikemukakan oleh Bapak Menteri, sehingga dengan data ini 'kita mengharapkan kita semua nanti dapat mendalami lebih 1anjut dan dari FABRI sementara ini kami belum biso menomentari secara rinci dan kami akan mempelajari dulu barangkali diendapkan untuk satu malam aarangkali dan nanti tanpa mengurangi pembahasan RUU ini, jadi barang-kali nanti melalui !bu Ketua, kami menyarankan barangbarang-kali kalau dise-pakati kita endapkan masalah ini satu malam, besok bar~ngkali kita bi-sa menanggapi secara komplit.

Sedangkan pembahasan selanjutnya barangkali bisa lanjutkan sesuai ren-cana. Terima kasih Bapak Menteri dan Ibu Ketua dan rekan-rekan sekalia

KETUA RAPAT :

I

Terima kasih, saya kira lanjutkan saja pada FPDI, kami persilah-kan persilah-kan Pak.

JURU BICARA FPDI (DRS. YAHYA NASUTION)·

Terima kasih !bu Ketua

Bapak Menteri yang saya hormati

Kami juga berterima kasih atas penyajian exercise dari pemeri.ntah yang sudah demikian terperinci mengenai tarif-tarif ini dan lapisannya .· sama denagan FABRI juga kami tentunya harus mendalami ini di fraksi sehingga sebaiknya ki ta pending masalah ini untuk minggu depan, disam~· .,.: ping 1 tu ada masalah yang ingin kami pertanyakan, dengan usul dari pa.,. t .·

da pemerintah 4' tarif itu disini dilihat bahwa 'pengul"angannya

sekali dibandingkan denagan yang lama kami ingin mendapat penjelasan apakah dalam tahun pajak yang akan datang APBN yang akan datang keku-· l"angan penurunan dari pendapat negara itu dari PPh itu bisa dikompen.:.:,";:; sasi dari pajak lainnya terutama PPn, itu agar supaya nanti kita bisa

(12)

mempertimbangkan bagairnana pendapat dari pada fraksi.

Demlkian sementara. KETUA RAPAT :

Terima kasih rekan dari FPDI, kami lan . .,1utkan ·kepad1

a FPP., kami per

silahkan Pak.

JURU DICARA FPP (DRS. H.M. MUKROM

AS'AD)

Asslamu'alaikum wr.wb.

Rapak Menteri, Ibu Ketua Panja yang kami hormati.

Terima kasih penjelasan Bapak Menteri, jad.i dalam hal ini kam1 j Uf!,Cl U.dak menp;aj ukan WJul pa.da waktu i tu karena kami sudah mengt: itung secara ap;J yang ada denp;a.n membancti.ngkan 3 kemungkinan, kernungkinan

pertama adalah berdasarkan UU yang lama kemudJ.an be.rdasarkan RUU Peru-bahan dan juga berdasarkan kepada tarif lapis yang sama tapi penghasi-lan kena pajak jumlah yang terendahkan 20 juta da.n yang maksirnal 102

Juta. .Setelah kHa hitung umpamanya kita bandingkan antara RUU seka-rang denagan yang lama dengan asumsi pendapatan 25 juta, maka ada ratio antara yang lama denagan yang baru itu minus 50 % artinya yang

baru lebih rendah pendapatan 30 juta penghasilan 30 juta itu rasionya

r:)O %, jacli 1ebih progresif dibancLingkan dengan yang 50 ju.tat kernudLH1

75 juta itu lebih progresif la~i den~an rasio 55

%

Jadi dari minus 50

'50 clan 55 % :1pabi.la 90 juta maka ras:lonya f.ll~ % jadj_ 55 meningkat

rnen-ningkat menjadi 60

%

lebih menin~kat lagi, apabila dia 105 juta maka

ra.s:i.onya menj a.di 66 % darl 60 menj adi 66 % apab:Ua dia 1 milyar rnaka

ras.Lonya 80 % •

Dengan dem:ikian maka ch .. "flt:';.~.tn ''* lapis ta.rif sekaranp; ini progresifi tas itu betul-betul meningkat apabila pendapatan itu 10hih tinggi,jadi

mencerrninkan pemerataan kead.ilan mul2ti dari pada yang terendah sampai

kepada yang paling tlnggi, jadi dari pendapatan 2~ juta lapis tarif

pertarna i tu rri::iionya minus 50, mungk.in '+9 % kemuclian yang pendapatan 1 m1lyar maka dia F30

%

rasionya antara yang baru dengan yang lama ini saya pikir sudah mencerminkan. Nah apabila kita menggunakan tarif

la-p1~:1 yanp; .l apisan yang sama t,etapl dengan besaran yang berbeda urriparnLt.-nya ?0 Juta yang paling rendah yang tertinggi 102 juta karena ~esuai dengan angka inf'lasi, mLlka itu tingkat keadilannya jauh lebih kurang dibandingl<a.n dirnuat dalam RUU, maka kami sejak awal mendukung yang di-sampaikan clalam HUU '+ lapis tarif dengan terendah 1 O snmpat kepada 30%

dan jup;a br.gl 215 Jutci sampai kepada 75 juta dengan berdasar rasio-ri.ls1o

·ttu. Saya ldra dem.ikian lbu Ketua apa yang kami tanp_;gapl dari pen-jeln.:san Bapak Menteri ~31~strn:i dnnap::m juga exercise yang kami lakukan.

Terima ka.sih.

(13)

Terima kasih rakan dari FPP yang tidak mengusulkan ditunda tetapi dapat menyetujui kerangka dari pada RUU ini, kami persilahkan FKP.

JURU BICARA FKP (H. ABDULLAH ZAENIE, SH) :

Terima kasih Ibu Pimpinan

Bapak Menteri yang kami hormati Dan rekan-rkan anggota Panja

Enam pertimban'gan utama yang dikemukakan oleh Bapak Menteri, saya kira itu sudah merupakan pertimbangan yang obyektif yang sudah dapat memenuhi tuntutan masa kini dan juga antisipasi untuk masa akan datang Kemudian yang kedua saya kira masih berbeda antara pemerintah denaga FKP adalah implementasi dari pada enam pertimbangan itu, saya kira ini wajar saja adanya perbedaan pendapat oleh karena kita juga mengingin-kan untuk mencapai hasil yang terbaik dari pada hasil kerja kita ini Bapak Menteri telah mengajukan kepada kami beragam exercise sebanyak 7 dalam rangka menjawab pertanyaan dari pada fraksi-fraksi kemarin dan dari pihak pemerintah sendiri mengajukan ada 2 alternatif; alternatif

4 tarif dan alternatif 3 tarif dengan perincian penerimaan negara yang kira-kira bukan diperoleh pada tahun yang akan datang.

Dan karena ini baru diajukan oleh bapak Menteri dan saya kira kita semua juga ingin mempelajari kembali dan tepat seperti apa yang dikemukakan oleh Bapak Menteri bahwa kita juga tentu akan membicarakan ini secara serius dalam fraksi dan akan konsultasi juga kepada Pimpin-an Fraksi. Ini kita renungkPimpin-an dulu, kita endapkPimpin-an lebih dulu, tetapi ada satu permintaan dari kami dalam rangka untuk lebih ·memperjelas atau mempertegas dasar perhitungan ini karena 1 lembar begini saya kira bagi yang ahli pajak apalagi untuk fiscus sudah paham tapi ada juga yang awam Pak Menteri, barangkali katakanlah kita ambil salah sa-tu exercise kepunyaan pemerintah alternatif 4 kalau penghasilan 10 ju-ta 10

%

itu sekian 10 - 30 juta itu sekian sampai yang terakhir disini

500 juta, tapi ini bisa kita lihat secara persis angka-angkanya itu su paya nanti tidak menimbulkan pertanyaan lagi, kalau ini yang ahli me-mang sudah. tahu. Jadi saya kira demikian Bapak Menteri sek1.li lagi kami kemukakan disini bahwa bahan yang diajukan oleh Bapak Menteri in~ sanga~,>bfi)rmanr~at kami mengucapkan terima kasih banyak dan ij inkan

l<arni

untu~'merenungl<an ' " , . . ' -

kembali. Terima kasih.

~ \

KETU~ RAPAT

Terima kasih rekan dari FKP~ kalau kita bisa menarik pembicaraan dari fraksi-fraksi . tersimpul bahwa acuan yang dtmaj ukan oletl

i>.:;me-rintah. ini perlu kita endapkan dan telaah memerlukan waktu hanya FABRI tadi mengusulkan satu kali 24 jam kemudian dari FPDI n depan

(14)

FKP memang memerlukan waktu, hanya saya kira waktunya tadi tidak dibe-rikan ancang-ancang, minggu depan juga. Namun demikian tadi Bapak Menteri pada waktu mengantar acuan ini mengusulkan juga untuk pada weekend ini kita telaah bersama dan saya kira kembali kepada fraksi -fraksi untuk kami pertanyakan kita tunda berapa kali 24 jam dan karena pertemuan ini kita ketahui bahwa rapat ini adalah rapat tertutup, jadi saya kira perlu saya garisbawahi bahwa semua data-data yang berada ke-pada kitapun dalam keadaan tertutup, itu hanya garis bawah dari kami Kami kembalikan kepada tunda ini, kami pertanyakan lagi FABRI

berpaka-li 24 jam, dak, maksud saya karena ada yang usul satu kali ada yang dua kali ada yang weekend minggu depan.

JURU BICARA FABRI (IR, SOEDJALMO) Terima kasih Ibu Ketua

Jadi kami tadi mengusulkan untuk penundaan maksud kami supaya ka-mi bisa memberikan suatu tanggapan yang cukup proposional begitu tidak dasarnya kesusu atau emosional begitu. Jadi kami tadi dengan perkira an nanti malam barangkali bisa kita kumpul-kumpul, kami menyarankan un tuk besok dilanjutkan masalah ini, namun kami juga terbuka untuk kese-pakatan dengan rekan-rekan yang lain, kalau memang diinginkan minggu depan kami juga tidak keberatan dengan catatan bahwa Pasal~pasal beri-kutnya dapat kita lanjutkan sesuai dengan tempo yang kita lakukan, ha-nya kami ingin meha-nyampaikan menggunakan kesempatan ini kalau diijinkan oleh Ibu Ketua, untuk menambahkan tadi permintaan kami kepada pemerin-tah barangkali disamping data-data ini data perhitungan ini bisa dibe-rikan untuk sekedar untuk menambah kemantapan kami gambaran dari struk-tur komposisi lapisan-lapisan yang ada pada saat ini secara global ka-takanlah lapisan terndah itu berapa perbandingannya dengan lapisan me-nengah dan lapisan tertinggi ini untuk kita mendapatkan juga nanti gam-baran yang lebih mapan begitu pengaruhnya terr1adap penghasilan atau pe-nerimaan negara secara konkrit nantinya, kalau ini memang secara pro-sentase sudah bisa mendapatkan gambaran, namun kalau dengan tambahan data itu kami harapkan bisa memberikan suatu evaluasi yang lebih baik Jadi kami juga ingin menambahkan bahwa alternatif-alternatif ini nanti akan.tentunya belum tidak tertutup sampai disini saja, artinya hanya ada 5 exercise kemungkinan kalau nanti kita masih bisa mengusul-kan 1 exercise atau 1 tambahan exercise, ini akan kami sampaikan nanti pada kesempatan berikutnya kalau membahas masalah ini telah disepakati Terima kasih.

(15)

KETUA RAPAT :

Terima kasih-rekan dari PABRI, mungkin pemerintah ada

tambahan terhadap tangapan dari

FABRI, kami

persilahkan.

PEMERIMTAH (MENTBRI

l.BUARGM):

Pertama kami hendak menjawab

leb~h

dahulu apa yang

disampaikan oleh Pak Yahya yang

kami

hormati. _ Tadi telah

Jtami

sampaikan dan juga hilangnya kita sampai

1

trilyun, maka kami

agak pesimis bahwa itu bisa kita

tutup

satu tahun, karenan

dikaitkan yang tadi kami katakan bahwa lembaga untuk ....

Sebagai gambaran bahwa tadi waktu makan-makan pagi telah kami

singgung bahwa memang masyarakat kita masih menghendaki yang

seperti itu, contohnya BUPLN yang kredit bermasalah yang

diserahkan keapada BUPLN kalau sudah dikeluarkan surat cekal mau

dibayar dia. Ini fakta memang demikianlah masyarakat kita, jadi

ternyata memang masih perlu semacam alat untuk maksa, memang kan

Undang-undang kan begitu.

Nah ini yang berapa tahun sulit untuk

dijawab sekaran9 sampai saat ini teregantung beberapa faktor tapi

yang pasti satu tahun rasanya sulit, kami agak pesimis Pak Yahya.

Kemudian erat kaitannya dengan ini pula maka banyak usul

PTKP dinaikkan, mengapa kami pada waktu itu tidak mau langsung

saya pertimbangkan penghasilan tidak kena pajak, karena itu

suatu

pukulan sekaligus dua kali terhadap penerimaan kita, itu istilah

Dirjen ini hook kanan hook kiri sempoyongan nanti kita. Sebagai

gambaran kami telah menghitung karena itu saya tidak mau pada

waktu

itu

langsung, ya

bekas

Dirjen Pajak instuisinya

cepat,

sekian tet tet tahu dia, sekian hilangnya uang. Sebagai contoh

usulan FKP untuk menaikkan PTKP menjadi 1,8 itu kita akan hilang

108 milyar, 100 - 110 lah, FPP mengusuikan PTKP menjadi 2010

kalau kami tidak salah, itu hilangnya kita 423 milyar. Nah ini

POI paling tekor, PDI mengusulkan 2,4 hilangnya kita 1 trilyun 8

milyar, ini benar angka lho

? berdasarkan SPT terakhir yang ada

di tangan kita, jadi ini benar-benar bukan teori komputer, dak

ini minimal kata Pak Dirjen, jadi

ini

run komputer kita

berdasarkan SPT yang masuk kita rekam, ini hilang.

Jadi karena

itu saya kan geleng-geleng kepala terus, efeknya itu terlalu

berat itu dobel hook kanan hook kiri.·

Nah karena itu bukan berarti PTKP tidak perlu disesuaikan,

sangat perlu tapi tidak berarti apalagi kami sudah tunjukkan

penye~uaian

PTKP

sekarang masih lebih tinggi dari pada angka

(16)

infl.asi,

kami tela.~

inenghitung

angka-&nuka untu:~ !'a~'''>t!:.· ( . .' ":.~:~~.1bah

lagj, sekarang kita turunkan tarif apa harus juga

menai!t~'~r:·.

PTKP

lagi dengan melihat angka-angka ini.

Kemudian mengenai exercise kami gembira so:ali kalau

Bapak-bapak

Ibu

sekalian ada exercise lain silahkan, tapi tentunya kami

.pe1~caya

pertimbangan-pertimbangan yang kami ke!llukakan ini

pei:·timbangan yang valid/obyektif dan ini terus terang saja dak

salah.

Jadi ini yang kami kemukakan mengen

i

pending kami

serahkan Bapa Ibu sekalian tetapi kalau kami

oleh urun rembug

ini hari Jurn'at, Sabtu, Minggu kiranya kami meng imbau hari senin

bisa kita bicarakan kembali.

Jadi

buk~n

satu kali

24

jam tapi

hari Jum'at hari baik ini Sabtu hari baik juga, Minggu haii baik

juga kan

3

hari ini kan, jadi

3

hari ini hari ba'k, tiga-tiga ini

ahli kitab. Sambil merenung-renung ini Senin kalau bisa kita

· bicarakan kembali, karena ini soal prinsipil.

Untuk agenda ini kami nongkrongi, kalau yang ini kami hadir jam

. \

berapun kami siap diminta oleh Panj a ini, jam tengah

malampun

kami akan datang kalau soal ini.

Mengenai lapisan tadi yang diminta tontunya saudara Dirjon

sudah menyiapkan, apa kalau ada tolong bisa disampaikan

dan

atau

nanti kapan terser ah

saj a,

i tu yang diminta tehnis _ga."llbaran

i

tu

ada. ru11nya komputer tinggal keluar saja

itu. Nah jika ti¢1ak

hal

lain karena, apa boleh Pimpinan

dan Bapak

Ibu

yang t3rho~ma·c 1tami

meninggalkan tempat ini, karena ada tugas lain, kecuali ada maeih

yang

ada

uneg-uneg soal

ini.

KBTUA RAPAT :

Saya

kira akan

memutuska~1

bahwa untuk di:tunda

sa:rr·~~::.

hari

senin saya kira memang wajar sekali karena semuapun

be~pendapat

min_ggu depan, jadi saya kira bisa menerima bahwa Pasal

17 ini

kita tunda sampai hari Senin, sebetulnya ada ayat

(1) ,(2) (3) (4)

(5l

(6) (7)

Jadi secara keseluruhan kita tunda untuk hari Senin

Bisa diterima demikian.

(RAPA'!' SBTUJU)

Jacli saya kira terima kasih atas kehadiran ba·t>ak Maritei::i pada

pagi ini, dan m.udah-mudahan hari Senin bisa

membal!n: anQin

yang

cerah Pak

sehi~gga

dapat

kita

putuskan

yang

terbaik;

kami terima

kasih atas kehadiran.Bapak.

(17)

persilahkan.

PEMERIHTAH (DRS. ISMAIL TAKSIR)

Terima kasih Ibu Pimpinan

Saya bacakan dulu Pasal

18

ayat

(1)

Pasal

18

ayat

(1)

Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan

keputusan

mengenai besarnya perbandingan antara hutang dan modal

perusahaan untuk keperluan perhitungan pajak

berdasar-kan Undang-undang ini.

Ketentuan ini sama dengan ketentuan yang lama, dengan demikian

pada hakekatnya tidak terdapat perubahan. Ketentuan maksudnya

adalah untuk menangkal apa yang didalam dunia perdagangan mengenai

same capitalition perusahaan yang sengaja membuat perbandingan

hutangnya demikian besar sehingga laba perusahaan terserap dengan

membayar bunga-bunga hutang. Demikian.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, kami persilahkan dari FPP.

JURU BICARA FPP (DRS. H.M. MUKROH AS'AD)

Ibu Ketua yang saya hormati

Terutama bahwa ini tidak berubah dengan yang lama dan saya

kira memang tahapnya adalah tahap kalau kita · pada Pasal-pasal

sebelumnya menempatkan prinsip-prinsip akuntan perpajakannya,

maka sekarang ini kita berusaha untuk menegakkannya didalam

pelaksanaannya ialah dengan

ketentuan ini maka akutansi

perpajakan .dalam bidang modal dan hutang itu sangat penting

mestinya akan mempengaruhi · bila bunga itu besar karena utang,

maka akan mengurangi penghasilan, apabila dia tambah bunga karena

banyak modalnya maka dia akan memperbesar penghasilan.

Saya

kira sudah pas, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih kami lanjutkan kepada FPDI

(18)

18

JURU BICARA FPO! (ABERSON MARLE SIHALOHO)

Terima kasih Ibu Pimpinan

Pada dasarnya kami merasakan bahwa memang ayat (1) Pasal 18

i ni sangat penti ng sekal i 11 karena · apabi la tidak ada ketentuan

yang pasti antara modal sendiri dengan modal pinjaman sudah pasti nanti sangat mernpengaruhi terhadap pengahasilan kena pajak dari perusahaan itu tersebut, dan ini memang .sa,ya menjadi masalah yang sangat penting sekali dalam kehirupan dunia usaha kita yang sekaligus berkaitan erat dengan penerimaan pajak kita yang berasal dari penghasilan badan~ maka kami masih mengharapkan adanya satu penjelasan dari pernerintah tambahan, apa kira-kira kri teria a tau batasan dari kewajaran yang ki ta terirna a tau ada didalam penjelasannya itu disebutkan, dan barangkali bisa juga di berikan contoh bagaimana sesungguhnya prakteknya selama ini mengenai pelaksanaan ayat ini.. Dan j uga didalarn penjelasan ada disebut dalam hal demikian Undang-undang rnenentukan adanya modal terselubung, nah ini kami juga walaupun ini sudah ada di penjelasan tapi mohon itu dijelaskan, apa konkretnya yang dimaksud dengan menentukan adanya modal terselubung ini ..

Jadi konkritnya ada dua hal yang kami ingin memperoleh

penjelasaan; pertama bagaimana prakteknya selama ini Pasal 18

ayat (1) ini, apakah sudah ada pernah Keputusan Menteri Keuangan diberikan dan ini apakah bisa ini berlaku secara umum atau per perusahaan atau bagaimana .. Dan yang kedua tadi dalam hal demikian Undang-undang menentukan adanya modal terse! ubung i ni v~alaupun

ada didalam penjelasan tapi mohon bisa dijelaskan lagi supaya kita rnelihat lebih jelas. Sekian Bu terirna kasih.

KETUA RAPAT :

Terirna kasih, sebelurn kami lanjutkan ke

FABRI

dan FKP boleh kami mengumumkan sedikit berita duka cita telah wafat Bapak Prof.

DR. Hamit Atamirni, SH mantan Waseskab Pada hari ini Jam 07.30. Bel :iau i ni sangat besar· j asanya kepada Dewan Perwaki lan Rilkyat terutama dalam pembuatan-pembuatan UU, beliaulah yang selalu merupakan nara surnber dari seluruh anggota DPR selama ini. Dan untuk hal tersebut Kami minta kesediaan Bapak-bapak semua untuk berdoa den9..:u1 agamanya masi ng-rnasi ng 11 rnudah-·mudah arv~ah bel itHJ

(19)

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN: FABRI.

FABRI (SUDJALMO):

Dari FABRI karena.ayat ini pada dasarnya tidak merubah hanya ada satu kata yai tu "pemungutan dengan perhi tungan" secara sub-stansial kami tidak ada masalah. Hanya mohon barangkali ada

klarifikasi saja penjelasan mengenai perbedaan pemungutan dengan perhitungan di sini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN: Terima kasih.

Kami lanjutkan FKP.

H.

ABDULLAH ZAENIE. SH.: Tidak ada masalah Bu.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN: Terima kasih.

Kami kembalikan lagi kepada Pemerintah .

.e.EM.ERINTAH (Dl&I.EJtl:

Jadi ki ta sepakat sebenarnya bahwa

.

. . . .

. . .

.

. . .

. . .

. .

sangat panting dan pasal ini seharusnya ada eh ayat ini. Umumnya di negara-negara juga mempunyainya dan lagi untuk mencegah jangan sampai yang seharusnya jadi modal. tapi dibuat dalam bentuk pinjaman atau loan. seperti kita ketahui bahwa kalau dia dimasuk-kan sebagai modal tidak ada biaya. tidak ada bunga.

Sedangkan kalau modalnya ditentukan terlalu kecil yang semakin besar adalah merupakan p1nJaman paling p1nJaman yang diber.ikan saham pada hakekatnya perusahaan tersebut memberikan biaya yang terlalu besar pada peminjam saham berupa bunga. se-hingga penghasilan kena pajak dari perusahaan tersebut menjadi

tertekan.

Mengenai pertanyaan dari

FABRI,

mengenai istilah pemungutan pajak dan penghitungan pajak

sebenarnya

dia di sini memang lebih tepat untuk penghitungan pajak.. Untuk penghitungan pajak bukan untuk pemungutan pajak.

(20)

Jadi ini kami rasa istilahnya lebih tepat untuk penghitungan pajak.

Demikian jawaban kami.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN:

Terima kasih Pak.

Say a ki ra pertanyaan-pertanyaan tadi setelah terjawab dan dalam tanggapan-tanggapan , bagaimana FKP bisa diterima.

FPP (DRS. MUKROM AS'AD:

Setuju.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN:

Bagaimana FPP bisa diterima. FPO!.

FPO! (ABERSON MARLE SIHALOHO:

Terima kasih Bu.

Kami masih belum merasa terjawab apa yang ditanyakan. Tadi pertanyaan kami yang pertama adalah .. Bagaimana Keputusan Menteri Keuangan yang sudah pernah dilaksanakan selama apakah ini diber-lakukan secara umum artinya ada di dalam SK-nya itu atau Keputu-san Menteri Keuangan itu atau memang ini per Perusahaan, itu yang

pertama tadi.

Yang kedua apa yang dimaksudkan di dalam penjelasan dalam hal demikian undang-undang

dan ini apa yang dimaksud.

menentukan adanya modal terselubung Ini di dalam penjelasan RUU. Dan di penjelasan yang lama memang juga demikian. Jadi kami tolong bisa dijelaskan dulu.

KETUA RAPAT (ORA IDA YUSI DAHLAN:

Saya kira cross saja, silahkan kepada Pemerintah dulu untuk memberikan penjelasan atas pertanyaan dari FPDI.

Silahkan Pak ..

PEMERINTAH (DIRJEN):

Terima kasih.

Di dalam istilah perpajakan ini dikenal sebagai salah satu

(21)

cara yang lazim digunakan oleh wajib pajak dalam bagian yang namanya transer traysing dalam arti yang luas. Demikian juga cara yang lazim digunakan oleh fiskus yang hampir di seluruh undang-undang perpajakan di negara lain menyebutkan mengenai ini. Sekarang ini kita menyantumkan dan belum dikeluarkan SK-nya sejauh ini oleh Menteri Keuangan pada Pasal 18 ayat (1) yang sudah ada itu secara eksplisit.

Dengan belum pernah dikeluarkan secara.eksplisit yang diber-lakukan sekarang ini. Dengan dicantumkannya ini sendiri sekarang ini mempunyai ada setidak-tidaknya dua maksud. Pertama kelaziman dalam suatu undang-undang perpajakan •.

Kedua sudah memberikan suatu peringatan warning bahwa mereka yang melakukan begitu akan dikoreksi. Contoh yang paling lazim ini pada multi nasional corporation. Yang namanya dead equity ratio pada berbagai macam bidang ~saha itu lain-lain Pak. Jenis usaha yang sangat. misalnya seperti proferti memerlukan dead equity ratio yang lebih besar untuk equi tynya karena dia long run. Jasa mungkin tidak. semen lain lagi yang lagi ngotop. konstruksi lain lagi. ini lain lagi. Kejadian sehari-harinya begini.

Suatu perusahaan yang semestinya menyetorkan modalnya adalah misalnya 100 milyar rupiah, modal yang disetor hanya 10 milyar rupiah. yang 90 milyar sipendirinya misalnya di Jepang dia bilang memberi pinjaman ke perusahaan yang di Indonesia ini 50 milyar rupiah atau 90 milyar rupiah, diberi pinjaman seolah-olah begitu. Padahal dia juga yang punya tidak ada hubungan kaitannya di situ. Apa yang dimaksudkan di sini. fiskus harus mengatakan saudara harusnya menyetor saudara itu segini.

Kalau itu modal kan tidak ada biayanya, tapi keuntungannya diserahkan kepada pemegang saham. Jadi Pemerintah harusnya dapat dua dalam hal ini.

Pertama mendapat pph yang lebih baik lebih banyak. Kedua tfllaktu labanya dikirim ke luar negeri dia kena. Si perusahaan Jepang ini saya kasih contoh dia mengatkan yang dibayarkan ke sana itu bunga. Dengan bayar bunga kan dia menekan laba, menekan pajak, lha itu.

Pasal ini setiap kali menyebutkan begi tu kami menggunakan acuan 18 ini mengatakan modal saudara setor dulu. Wong saudara seharusnya menyetor belum kok tahu-tahu malah pinjam kepada si empunya. Biar bayar bunga ke sana paling juga membayar bunga terselubung. Itu namanya modal terselubung Pak Aberson seperti itu.

Jadi cuma sejauh ini, karena belum dirasa perlu untuk dike-luarkan seketika, karena ini ada kaitannya dengan bank. Bagaima-na police meneter bank dalam hal menentukan dead equity ration. Sebab bank kalau orang mau meminjam u~ang, bank menentukan you harus punya dulu 30 persen atau 25 persen atau 40 persen.

Nah pola di kita itu masih belum tertata dengan baik kaitan dengan moneter. Tapi ini dimana nanti Menteri Keuangan sudah merasa perlu terdesak oleh banyaknya manipulasi seperti itu tidak KETUA .•.•••••

(22)

I

. dikeluarkan dead equity ratio untuk industri proferty adalah sekian minimum harus sekian, di luar i tu dianggap i tu bohong. Mudah-mudahan ini menjelaskan Pak Aberson.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (OR. IDA YUSI DAHLAN: Terima kasih.

Bagaimana FPDI, bisa diterima.

F~DI (ABERSON MABLE SIHALOHO:

Kalau demikian memang ini juga belum pernah dipergunakan SK Menteri Keuangan. Dan juga tadi dikatakan ini sebetulnya untuk memberikan landasan hukum untuk mengenakan pajak. Kalau demikian apa ki ta . perlu didahului dengan Menteri Keuangan dengan kewe-nangan i tu diberikan kepada Menteri Keuangan, kenapa tidak un-dang-undang ini saja.

Memang menetapkan demikian, jadi bahwa besarnya perbandingan antara hutang dan modal perusahaan untuk keperluan penghi tungan pajak berdasarkan undang-undang ini harus berada pada tingkat yang wajar. Karena tadi SK-nya j uga tidak pernah dikeluarkan kan, karena tadi, coba kalau kita. Kami sekali lagi setuju sekali ini, setuju.

Justru yang kami suli tnya i tu lho bagaimana bentuknya SK ini, apakah berlaku secara umum, apakah memang per perusahaan, karena bentuk · SK Menteri Keuangan nyat·anya juga tidak pernah dikeluarkan sudah 10 tahun.

Tapi ini memberikan dasar kepada fiskus untuk bisa menetap-kan hai ini begini. Ini kami tidak bisa terima ini· sebagai pinjaman. Ini adalah equity. Jadi sehingga bunga yang dibayar-kan untuk pinjaman i tu ki ta . anggap i tu bukan biaya tetapi i tu adalah penghasilan kan i tu i tu penghi tungannya kan demikian. Kami setuju tadi saya katakan substansinya kita ini karena bagai-mana j uga bentuknya SK Menteri Keuangan i tu seperti apa nan ti kalau begitu.

B~gaimana bentuknya, akhirnya kan tetap fiskus saja yang menentukan secara per perusahaan kan begitu. Apa untuk mengena-kan begi tu lantas keluar SK Menteri Keuangan mengena-kan tidak. Kami hanya untuk lebih memantapkan posisi dari pada ayat ini begitu. Supaya benar-benar dia efektif. Kita jadikan dasar hukum untuk melakukan pengenaan pajak terhdap perusahaan-perusahaan itu sesuai dengan dead equity rationya itu saja. Kami setuju, kami

juga mempunyai ~onsep yang jelas rumusannya. Sekian·Bu Ida.

(23)

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN:

Terima kasih Pak Aberson.

Ini Pak Boer kasih komentar. Apakah kalau tidak ada tikus tidak perlu kucing, katanya.

Sebelum kami kembali kepada Pemerintah, kami persilahkan tanggapan atas pertanyaannya dari FABRI.

FABRI (SUOJALMO):

Terima kasih Bu.

Jadi dengan jawaban Pemerintah tadi, saya kira cukup jelas. Jadi kami bisa memahami dan untuk itu tidak ada masalah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN:

Terima kasih.

Karena tadi FKP tidak ada masalah. Boleh saya teruskan mungkin Pemerintah. Bagaimana mengenai tambahan dari FPDI tadi.

PEMERINTAH (DIRJEN):

Pemerintah pada prinsinya tetap~ karena ini memang kelaziman pada waktu dikeluarkan. Itu memang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan, nantinya dikeluarkan oleh Menteri Keuangan pada suatu saat yang relatif tetap. Kapan relatif tepat itu akan dikeluar-kan.

Saya sebetulnya tidak bisa mendahului tetapi kriterianya itu memang jelas. Dimana situasinya sudah dirasakan sangat mendesak, tetapi kalau ini tidak ada. Dengan tidak ada saja kok orang itu bisa menaruh untuk kepentingan perpajakan. Itu orang bisa menaruh modalnya satu persen saja sudah bisa, walaupun i tu tidak logis

tidak rasional.

Cuma kalau mungkin buru-buru sekarang ditetapkan dalam keadaan yang masih sangat berkembang, Pemerintah masih masih melihat itu belum perlu diatur regulasi.

Memang pemerintah tahun dulu tidak perlu diatur regulasi memang Pemerintah tahan dulu tida k usah diatur regulasinya. Negara-~egara yang sudah lebih stabil maju hampir semuanya dike-luarkan regulasinya mengenai ini. Jerman berapa Pak untuk bank dikeluarkan 91, kalau negara lain contoh lain 61, macam-macam

itu.

Ki ta karena masih merasa belum tepat di tahan, tapi waktu implementasinya kalau misalnya dikeluarkan ditetapkan dengan undang-undang terus bagaimana implementasinya kan tidak bisa dirumuskan.

(24)

I

1-Sekian, jadi jelas Pemerintah poisinya begitu Bu. Terima kasih.

KETUA RAPAT (OR. IDA YUSI DAHLAN:

Terima kasih.

Mungkin ada tambahan dari Fraksf. lain •. atau mungkin urun saran. ada dari Fraksi lain.

FABRI (SUDJALMO):

Terima kasih Ibu Ketua.

Jadi mengenai ini tadi kami sependapat sebetulnya dengan penjelasan baru saja dari Pemerintah. Jadi memang ayat (1) ini memang sebaiknya harus ada • Jadi ini sebagai salah satu upaya . atau sebagai faktor dentern untuk mencegah dan tentunya nanti Menteri Keuangan akan mengeluarkan Keputusan-keputusan pada saat yang tepat.

Saya kira demikian tambahan kami. Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. IPA YU§I PAHLAN:

Terima kasih.

Bagaimana Pak Aberson.

FPDI (ABERSON HARLE SIHALOHO:.

Terima kasih Ibu Ketua.

Jadi kami sudah semakin jelas dengan penjelasan Pak Fuad itu. Kami justru mau ingin lebih memantapkan, tapi kalau keleng-kapannya itu baru sampai begini-begini saja ya kami setuju saja. Ki ta justru tadi mau ingin lebih memberikan dasar hukum yang kuat. Karena ini ya secara terbuka saja loopholes sebetulnya. Sorry ya Pak Dirjen ini, memang inilah selalu yang banyak disorot oleh masyarakat tidak hanya selalu kolusi antara pengusaha dengan penguasa itu justru padanya yang seperti begini. Justru kita mau sebetulnya mempersempit. Undang-undang ini sebetulnya harus bisa mengurangi itu, tapi kalau baru ini maksimal ya kita bisa capai. Kami setuju saja sebagai demokrat-domokrat. Oke saja setuju Bu.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN:

Jadi kalau kita bisa simpulkan tadi FKP telah menerima tanpa masalah, FPP juga menerima dan akhirnya FPDI-pun bisa menerima hal ini.

(25)

Bagaimana FABRI juga bisa menerima.

Maka saya kira Pasal 18 ayat (1) ini bisa kita terima. Terima kasih.

Kita lanjutkan kepada Pasal 18 ayat (2). Kami parsilahkan.

PEMERINTAH (DRS. ISMAIL TAMSIR):

Ayat (2):

"Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperoleh-nya dividen oleh wajib pajak dalam negsri atas penyer-taan pada badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek dan keten-tuan sebagai berikut:

a. besarnya penyertaan wajib pajak dalam negeri but sekurang-kurangnya 50 persen dari jumlah

. yang disetor atau11

terse saham

b. Secara bersama-sama dengan wajib pajak yang lainnya

mengikuti penyertaan 50 persen atau lebih dari

jumlah saham yang disetor" ..

Ketentuan ini dimulai dengan ketentuan yang baru. Kita adakan oleh karena dalam era globalisasi ini sudah mulai beberapa pengusaha Indonesia membuat perusahaan untuk dalam rangka memi-liki saham di perusahaan yang berk~dudukan di luar negeri. Seperti kita ketahui bahwa dividen dari perusahaan tersebut merupakan penghasilan kena pajak bagi · penerima saham, tetapi apa bi 1 a s i pemega ng sa ham ·yang wa j i b pa j a k da 1 am ne ge r i i n i menanamkan modalnya di perusahaan luar negeri yang tarif pajaknya

rendah atau bahkan di tax even country dan dia bisa mempunyai visi yang menentukan di vi den kebagian a tau tidak, maka ada ke-cenderungan bahwa dividen itu tidak dibagi-bagi.

Kalau dividen tidak dibagi-bagi, maka berarti tidak ada penghasilan pemegang saham berubah dividen. Pasal ini ayat ini ki ta gunakan untuk mencegah jangan sampai dia i tu tetap saja dividen itu dari luar negeri, karena dia berkuasa untuk menentu-kan dividen i tu dibagi a tau tidak, biar saja uangnya tetap di

luar negeri.

Itulah syarat di luar negeri itu buat sebagai ukuran bahwa sebenarnya dia itu mempunyai posisi menentukan dividen bagi denda. Tapi kalau perusahaannya perusahaan go publik dengan sendirinya dividennya dibagi-bagi kelihatan jelas. Inilah guna-nya ayat ini kita adakan karena dalam era globalisasi sekarang sudah ada yang. memiliki perusahaan yang ada di luar negeri sebagai pemegang

saham

di luar negeri.

Demikian

penjelasan

kami.

(26)

Kami persilahkan dari FKP.

DRS. (MANGINSARA LUBIS):

Terima kasih !bu Ketua.

Barangkali tidak hal yang prinsip tetapi, kami mengusulkan penyempurnaan kalimat barangkali yang ayat (2) ini, yaitu setelah penyertaan.

Jadi diperjelas penyertaan apa begitu, penyertaan saham atau modal. Jadi lebih kongkrit artinya apabila itu dipertegas. Barangkali itu saja yang kami sampaikan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN:

Terima kasih dari FKP, kami persilahkan FABRI.

Kebetulan sama anu tanggapan kami, ayat ini tidak ada masa-lah substansial untuk FABRI. Kami ingin menyarankan yang sama tadi yang disampaikan oleh Pak lubis.

Hanya itu setelah kata penyertaan itu ada mungkin ada yang berlu ditambahkan supaya lebih mempertegas.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN:

Terima kasih kami persilahkan FPDI.

FPDI (ABERSON MARLE SIHALOHO:

Terima kasih Bu Pimpinan.

Kami juga pada prinsipnya tidak ada masalah mengenai ayat (2) ini, cuma kami ada mohon tambahan penjelasan. Sesudah saat diperolehnya dividen itu ditentukan oleh Menteri Keuangan. Yang menjadi persoalan adalah apakah dividen yang diperoleh itu dengan penanaman modalnya di luar negeri itu, apakah itu diperlakukan sama dengan dividen yang diperoleh yang kalau dengan di dalam negeri. Memang di ayat ini hanya menentukan saat diperolehnya saja yang ditentukan oleh Menteri Keuangan, tetapi pengenaannya apakah dia diperlakukan sama dengan dividen yang ada di dalam

negeri. Itu saja yang kami minta penjelasan.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN:

Kami teruskan kepada FPP.

(27)

FPP (DRS. MUKROM AS'AD:

Ibu Ketua, saya kira ketentuan ini adalah disesuaikan dengan perkebangnya pada kemampuan usaha nasional ki ta untuk melakukan investasi di luar negeri. Dan kami dapat memahaminya dan dapat menerimanya.

Yang menjadi masalah adalah tentang hak Pemerintah untuk menentukan itu, sehingga dibutuhkan besaran 50 persen dalam penguasaan saham. Baik secara sendiriatau lebih dari pada satu perusahaan, yang secara bersama-sama menguasai 50 persen. Di dalam prakteknya andaikata bahwa dari fihak luar juga menguasai so persen dan suaranya sama dengan yang 50 persen dalam negeri, apakah ini tidak menjadi masalah.

Saya kira tentang 50 persen yang kami tanyakan. mohon penjelasan dari Pemerintah.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN: Terima kasih.

Kami persilahkan Pemerintah.

PEMERINTAH (DIRJ'EN): Terima kasih.

Saya kira

Pertama penyertaan modal. Yang dimaksud penyertaan adalah penyertaan modal. Ya dengan di tambahkan kata modal akan lebih sempurna tidak keberatan itu. Memang dalam bahasa kami sehari-hari kalau penyertaan itu adalah modal, tapi untuk lebih clearnya saya rasa tidak ada masalah penambahan kata modal setelah kata penyertaan.

Kemudian pada pertanyaan dari FPDI mengenai perlakuan divi-den atas luar negeri tadi berbeda divi-dengan dalam negeri. Dalam negeri itu yang namanya intercorporated dividen adalah tidak dikenakan pajak, tidak dipajaki, bahasanya Pak Mukrom itu. Kalau satu PT mempunyai saham di PT lain di dalam negeri dia terima dividen tidak lagi di Pajak ini, tapi untuk yang di luar negeri tidak mendapatkan fasili tas intrcorporated dividen free tadi, karena itu Pasal ini diadakan.

J'adi kalau menanam modal terutama di tax even country i tu seperti yang sekarang yang terutama lagi digempur' sama Amarika Serikat, terutama yang paling menggempur sama tax even country i tu. Kan i tu negara untuk para penyelundup pajak biasanya di situ itu. Tapi nanti juga akan sangat bermanfaat terutama untuk tax event country itu. Kenapa, karena sekarang memang kecende-rungan dulu hanya kita pemodal luar negeri memang sekarang orang Indonesia i tu sudah menjadi pemodal di luar negeri baik yang di tax event maupun yang tidak. Sementara yang ditanyakan oleh FKP kata-kata 50 persen.

(28)

Sebetulnya begini pada umumnya dianut faham apalagi kalau di luar negeri umumnya dianut faham penentuan keputusan pembagian dividen ada ada diambil dalam keputusan RUPSD (Rapat Umum Peme-gang Saham Dividen).

Di sini sudah jelas kalau perusahaannya go public kita tidak perlu mengatur, karena jelas datanya ada di bursa-bursa luar negeri. Kalau orang Indonesia menanam di sana. dia menerima dividen kita tidak tahu. Tapi kalau perusahaannya tidak di bursa efek kan perusahaan tertutup. Perusahaan tertutup ini kita juga tidak tahu apa yang diputuskan oleh dia. Dia bisa bagi dividen selama hidup tidak pernah mau membagi dividen ..

Di situ makanya kita perlu menganggap itu sudah dibagi. Nah di situ keputusan roof pada dasarnya simple majority dulu, yaitu

50 persen pasti dia mempunyai pengaruh sekali dalam mengambil keputusan kalau 50 persen. Lha iya kalau 50, 1 saja dia sudah majoritas. Teori dalam negeri karena itu kita mengambil ancer-ancer 50 persen ..

Demikian terima kasih Pak.

Terima kasih masih ada tambahan dari FPP.

FPP (DRS. MUKROM AS'AD:

Pak Dirjen, karena ini kita berbicara masalah saham atau perusahaan tertutup. Hanya kata SO sama SO, 52 persen atau 1 persen di sini menyertakan di sana juga pemilik juga

so

persen satu orang sama kuatnya menjadi SO, SO karena perusahaan tertutup yang ki ta sangat ini kan dalam arti kalau yang terbuka mungkin kan bisa 3, 4 orang pemiliknya, maka batas 50 persen apakah sudah cukup apa tidak perlu 51 persen supaya lebih besar dari pada 50 persen.

~ETUA RAPAT (PR. IDA YUSI DAHLAN:

Kami persilahkan saja langsung Pemerintah.

PEMERINTAH {DIRJEN):

Sebetulnya bisa di. kalau mau memantapkan se~3tulnya kalau orang mempunyai saham segi tu i tu sudah sanga• berpengaruh dalam roof. tapi kalau mau memberikan mutlak adalah di at.as 50 persen ..

Itu dilaporkan 51 persen

saja

sudah

sangat, tidak usah 51 Pak.

Di atas 50 persen itu berarti 50, O itu yang dimaksudkan.

(29)

Jadi dengan demikians maka dia adalah mutlak mengambil keputusan.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI OAHLAN:

Terima kasih.

Saya kira dari FPP sudah terjawab.

FPP (DRS. MUKROM AS9

AD:

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN:

Terima kasih.

Kemudian FPDI bagaimana atas pertanyaannya sudah terjawab.

FPDI (ABERSON MARLE SIHALOHO:

Sudah.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN:

Terima kasih.

Kalau usul dari FKP tadi hanya penambahan dari pada perka-taan dibelakang penyerperka-taan demikian pula FABRI.

Jadi kalau begitu Pasal 18 ayat (2) bisa kita terima.

FKP (H. ADIMIR ADIN. MA):

Jadi ditambah di atas 50 persen begitu Bu ya.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN:

Jadi perkataan sekurang-kurangnya diganti dengan di atas. Demikian.

FKP.

Kami persilahkan komentar dari Fraksi-fraksi.

FKP mungkin ada komentar terhadap mengganti perkataan sekurang-kurangnya dengan perkataan di atas.

(30)

FKP (H. ADIMIR ADIN. MA):

Dengan tidak mengurangi usul dari FPP, saya kira kalimat sekurang-kurangnya 50 persen i tu dalam pengertian di atas 50 persen saya kira juga bisa.

Sekian dan terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN: FABRI.

FABRI (SUDJALMO): Tidak ada masalah.

Kami beranggapan juga sama tadi. Dengan kata sekurang-kurangnya 50 persen itu, ya 50 persen lebih begitu. Lebihnya berapa barangkali. 0,1 persen tadi yang dikatakan.

FPDI.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. IDA YUSI DAHLAN: Sepakat dengan perumusan dari RUU. Terima kasih.

FPDI (ABERSON MARLE SIHALOHO:

Kami kira setelah mendengar penjelasan dari Pemerintah tadi dan atas pertanyaan yang disampaikan oleh rekan dari FPP. Ya supaya ini efekti f memang harus di atas 50 persen. Kalau 50 persen saja ya wajib pajak dalam negeri kita itu ~idak mempunyai kewenangan untuk menentukan pembagian dividen bagaimana kita bisa menentukan secara sepihak.

Ya cuma masalahnya bagaimana mengetahui nya ya, tapi ki ta anggap ya kita tahu saja begitu.

Jadi kami setuju dengan usul dari FPP. Jadi di atas.

H. ABDULLAH ZAENIE. SH.:

Terima kasih. Jadi FPDI juga menerima untuk sekurang-ku-rangnya diganti dengan di atas, FPP demikian.

FKP masih menganggap, masih ada tambahan. Terima kasih, silahkan.

(31)

H. ABDULLAH ZAENIE. SH.:

Terima kasih Ibu Ketua.

Saya kira kalau kita melihat kepada konteksnya unloop dari-pada huruf a ini. Coba kita perhatikan ayat (2) Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya dividen dan seterusnya yang disebutkan di sini dengan ketentuan besarnya penyertaan wajib pajak dalam negeri tersebut sekurang-kurangnya 50 persen.

Referensi

Dokumen terkait

Ini usul Pemerintah itu memang PAW itu kalau menyelesaikan masa jabatan sangat tidak menarik sebetulnya andai sudah mengalami 4 tahun setengah tinggal mengisi 6 bulan lagi,

Yang kelima ayat (5) saya kira sama kalau kurang dari 3 bulan ini maka tidak perlu di isi memang mungkin ini maksudnya untuk efektifitas banyak kamu lihat di

Prinsip metode ELISA untuk pemeriksaan prealbumin ini adalah Protein prealbumin pada sampel akan berikatan dengan anti-prealbumin yang telah dicoating pada permukaan

1.. Walikota Bontang Nomor 39 tahun 2011 tentang pedoman pelaksanaan fasilitasi partisipasi masyarakat dalam percepatan pembangunan. Diharapkan dengan kebijakan

(Calderol) O : 50-100 mcg/hari Untuk penyakit tulang akibat ginjal kronik dan dialisis

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan, karakteristik karkas, dan persentase kematian antara

8 JADWAL PEMBELAJARAN/KULIAH MINGGU KE CAPAIAN PEMBELAJARAN (Tujuan) BAHAN KAJIAN (Pokok Bahasan) SUB BAHAN KAJIAN (Pokok Bahasan) METODE PEMBELAJA RAN ALOKASI WAKTU

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Tenaga Kerja Wanita (TKW) informal dengan tingkat pengangguran terbuka wanita di Indonesia dan menganalisis