• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 DATA DAN ANALISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 DATA DAN ANALISA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data

Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

- The World of Tattoo oleh marten hesselt van dinter - Tato oleh Hatib Abdul Kadir Olong

Website, forum : - http://www.facebook.com/groups/49155306981/ - http://www.facebook.com/pages/Mentawai-Tattoo-Revival/108531789178569 - http://www.durgatattoo.com/ind/index.php - http://asal-usul-motivasi.blogspot.com/2011/01/asal-usul-sejarah-tato.html - http://www.psb-psma.org/content/blog/4715-sejarah-tato-tertua-di-dunia-dari-mentawai

Wawancara dengan narasumber terkait : - Durga

2.2 Data Umum 2.2.1 ETIMOLOGI

Kata “tato” berasal dari kata Tahitian / Tatu sedangkan pada masyarakat mentawai disebut “Titi” dan pada masyarakat dayak ada yang menyebut “Tutang, Pantang, atau Tedak” yang memilki arti : menandakan sesuatu. Rajah atau tato (Bahasa Inggris: tattoo) adalah suatu tanda yang dibuat dengan memasukkan pigmen ke dalam kulit. Dalam istilah teknis, rajah adalah implantasi pigmen mikro. Rajah dapat dibuat terhadap kulit manusia atau hewan. Rajah pada manusia adalah suatu bentuk modifikasi tubuh, sementara rajah pada hewan umumnya digunakan sebagai identifikasi.

Rajah merupakan praktik yang ditemukan hampir di semua tempat dengan fungsi sesuai dengan adat setempat. Rajah dahulu sering dipakai oleh kalangan suku-suku terasing di suatu wilayah di dunia sebagai penandaan wilayah, derajat, pangkat, bahkan menandakan kesehatan seseorang. Rajah digunakan secara luas oleh orang-orang Polinesia, Filipina, Kalimantan, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Mesoamerika, Eropa, Jepang, Kamboja, serta Tiongkok. Walaupun pada beberapa kalangan rajah dianggap tabu, seni rajah tetap menjadi sesuatu yang populer di dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tato berarti gambar (lukisan) pada bagian (anggota) tubuh.

2.2.2 Kapan seni merajah tubuh/ tato mulai ada?

Keberadaan merajah tubuh di dalam kebudayaan dunia sudah sangat lama ada dan dapat dijumpai di seluruh sudut dunia. Menurut sejarah, ternyata rajah tubuh sudah dilakukan sejak 3000 tahun SM (sebelum Masehi). Tato ditemukan untuk pertama kalinya pada sebuah mumi yang terdapat di Mesir. Konon hal itu dianggap yang menjadikan tato kemudian menyebar ke suku-suku di dunia, termasuk salah satunya suku Indian di Amerika Serikat dan Polinesia di Asia, lalu berkembang ke seluruh suku-suku dunia salah satunya suku Dayak di Kalimantan.

(2)

Tato dibuat sebagai suatu symbol atau penanda, dapat memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi si empunya dan simbol keberanian dari si pemilik tato. Sejak masa pertama tato dibuat juga memiliki tujuan demikian. Tato dipercaya sebagai simbol keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan, dan harga diri.

2.2.3 Teknik Pembuatan Tato

Ada berbagai cara dalam pembuatan tato. Ada yang menggunakan tulang binatang sebagai jarum seperti yang dapat dijumpai pada orang-orang Eskimo, Suku Dayak dengan duri pohon jeruk, dan ada pula yang menggunakan tembaga panas untuk mencetak gambar naga di kulit seperti yang dapat ditemui di Cina. Bukannya tidak sakit dalam proses membuat tato. Sebenarnya rasa sakit pasti dialami ketika membuat tato di tubuh, namun karena nilai yang tinggi dari tato, dan harga diri yang didapatkan, maka rasa sakit itu tidak dianggap masalah.

Ada berbagai jenis dan ragam bentuk tato, tergantung dengan apa yang dipercaya oleh suku-suku bersangkutan, dan di setiap daerah umumnya memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang tato, meski pada prinsipnya hampir sama.

2.2.4 Mentawai

Nenek moyang orang Mentawai diperkirakan datang ke pulau siberut sekitar 3.000 tahun yang lalu dan menyebar ke sipora, pagai utara dan selatan. Asal mereka belum diketahui secara jelas, namun menurut para ahli ada 3 kemungkinan yaitu berasal dari Nias, Polinesian, atau Vietnam.. Menurut kepercayaan masyarakat Siberut, keseluruhan suku yang ada di sana awalnya berasal dari satu suku/uma dari daerah Simatalu yang terletak di Pantai Barat Pulau Siberut yang kemudian menyebar ke seluruh pulau dan terpecah menjadi beberapa uma/suku. Tipe kebudayaan Mentawai diperkirakan menyebar diseluruh Indonesia pada masa lampau, tetapi telah dipengaruhi oleh kebudayaan lain yang datang dari daerah luar seperti Hindu, Budha, Kristen dan Islam. Sampai saat ini kebudayaan Mentawai relatif masih asli karena keterisolasian dan belum banyak dipengaruhi oleh kebudayaan lain.

- Struktur Sosial

Masyarakat Mentawai bersifat patrinial dan kehidupan sosialnya dalam suku disebut "uma". Struktur sosial tradisional adalah kebersamaan, mereka tinggal di rumah besar yang disebut juga "uma" yang berada di tanah-tanah suku. Seluruh makanan, hasil hutan dan pekerjaan dibagi dalam satu uma. Kelompok-kelompok patrilinial ini terdiri dari keluarga-keluarga yang hidup di tempat-tempat yang sempit di sepanjang sungai-sungai besar.

Walaupun telah terjadi hubungan perkawinan antara kelompok-kelompok uma yang tinggal di lembah sungai yang sama, akan tetapi kesatuan-kesatuan politik tidak pernah terbentuk karena peristiwa ini. Struktur sosial itu juga bersifat egalitarian, yaitu setiap anggota dewasa dalam uma mempunyai kedudukan yang sama kecuali "sikerei" (atau dukun) yang mempunyai hak lebih tinggi karena dapat menyembuhkan penyakit dan memimpin upacara keagamaan. Secara tradisional uma mempunyai wewenang tertinggi di Siberut. Selama rezim Orba fungsi organisasi sosial uma kurang begitu berfungsi tetapi sejak era reformasi uma mulai digalakkan kembali dibeberapa Desa dengan dibentuknya Dewan Adat. Sejak otonomi daerah bergulir direncanakan satuan pemerintah terendah yaitu “ laggai”.

(3)

- Kepercayaan

Menurut agama tradisional Mentawai (Arat Sabulungan) seluruh benda hidup dan segala yang ada di alam mempunyai roh atau jiwa (simagre). Roh dapat memisahkan dari tubuh dan bergentayangan dengan bebas. Jika keharmonisan antara roh dan tubuhnya tidak dipelihara, maka roh akan pergi dan dapat menyebabkan penyakit. Konsep kepercayaan ini berlaku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kegiatan keseharian yang tidak sesuai dengan adat dankepercayaan maka dapat mengganggu keseimbangan dan keharmonisan roh di alam.

Upacara agama dikenal dengan sebagai punen, puliaijat atau lia harus dilakukan bersamaan dengan aktivitas manusia sehingga dapat mengurangi gangguan. Upacara dipimpin oleh para sikerei yang dapat berkomunikasi dengan roh dan jiwa yang tidak dapat dilihat orang biasa. Roh makhluk yang masih hidup maupun yang telah mati akan diberikan sajian yang banyak disediakan oleh anggota suku. Rumah adat (uma) dihiasi, daging babi disajikan dan diadakan tarian (turuk) untuk menyenangkan roh sehingga mereka akan mengembalikan keharmonisan. Selama diadakan acara, maka sistem tabu atau pantangan (kekei) harus dijalankan dan terjadi pula berbagai pantangan terhadap berbagai aktivitas keseharian.

Kepercayaan tradisional dan khususnya tabu inilah yang menjadi kontrol sosial penduduk dan mengatur pemanfaatan hutan secara arif dan bijaksana dalam ribuan tahun. Bagaimanapun juga, sekarang kebudayaan tersebut berangsur hilang. Populasi penduduk tumbuh dengan cepat dan sumberdaya alam dieksploitasi tanpa mengindahkan peraturan tradisional sehingga berdampak menurunya daya dukung lingkungan yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Mentawai. Dalam melakukan kegiatan berburu, pembuatan sampan, merambah/membuka lahan untuk ladang atau membangun sebuah uma maka biasanya dilakukan secar bersama-sama oleh seluruh anggota uma dan pembagian kerja dibagi atas jenis kelamin. Setiap keluarga dalam satu uma membawa makanan (ayam, sagu, dll) yang kemudian dikumpulkan dan dimakan bersama-sama oleh seluruh anggota uma setelah selesai melaksanakan kegiatan/upacara.

Makanan pokok masyarakat di Siberut adalah sagu (Metroxylon sagu), pisang dan keladi. Makanan lainnya seperti buah-buahan, madu dan jamur diramu dari hutan atau ditanam di ladang. Sumber protein seperti rusa, monyet dan burung diperoleh dengan berburu menggunakan panah dan ikan dipancing dari kolam atau sungai

(4)

2.2.5 Dayak Iban

Abad demi abad selalu disertai oleh tanda dan simbol. Baik dalam bentuk visual maupun non visual. Manusia merupakan pelaku utama penanda itu, ia adalah mahkluk yang penuh daya cipta, ide, estetika, kreativitas, serta rasa kemanusiaannya. Dalam kehidupan komunal, manusia menyepakati berbagai aturan dan norma, bahasa, dan akhirnya menyepakati tanda, dan lambang sebagai identitas bersama. Eksistensi identitas itulah yang menuntun manusia mengurangi, menambah, mengatur dan mengubah bagian tubuh alamiahnya.

Tato adalah contoh penanda itu, karya seni hasil peradaban itu sendiri. Sekaligus merupakan sebuah media dalam masyarakat dan kelompok tertentu untuk saling mengenal dan berkomunikasi dan menunjukkan eksistensinya.

Tato, dan tradisi yang menyertainya adalah bagian kehidupan manusia, ia ada

dalam tradisi seluruh benua dibelahan bumi ini. Afrika, Amerika, Eropa, Asia, Oceania, di benua Australia dan sekitarnya. Awalnya ia adalah konsumsi lokal kelompok masyarakat semata, namun kini dalam era global ia dapat menjadi konsumsi siapa saja yang menjadi anak jaman. Kata Tato, adalah peng-Indonesiaan dari tatto (English). Yang dapat diartikan sebagai goresan, gambar, atau lambang yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Konon kata Tato, berasal dari bahasa Tahiti, yakni “tattau”. Dan akhirnya memiliki istilah yang umumnya hampir sama diberbagai belahan dunia; tatoage, tatouage, tatowier, tattuagio, tatuar, tatuaje, tatoos, tattuaringer, tatuagens, tattoveringer, tattoos dan tatu. (Tato, Hatib abdul kadir Olong, 83) Dalam bahasa Dayak ada yang menyebutnya Tutang, Pantang, Tedak.

Pada tradisi orang Dayak, Tato adalah ritual tradisional yang terhubung

dengan peribadatan, kesenian dan juga pengayauan. Ia melekat ditubuh secara permanen sehingga ia menjadi ikatan pertalian, penanda yang tidak terpisahkan hingga kematian, selain itu juga berfungsi menunjukkan status sosial pemakai maupun kelompok tertentu. Gambar dan motif tertentu pada tato yang dikenakan orang Dayak ada yang dipercaya penggunanya merupakan cara untuk menangkal pengaruh jahat dan membawa keselamatan.

Dalam bukunya Dragon and Hornbill, Bernard Sellato mengungkapkan bahwa

selain Dayak Tunjung dan Dayak Daratan, hampir semua kelompok suku Dayak di Kalimantan mengenal Tato sebagai penanda dan identitas kelompoknya. Terutama yang mengemuka di Kalimantan Barat adalah kaum lelaki Iban, Kayan dan Taman. Pada orang Dayak Kayan dan Kenyah, wanita mengenakan lebih banyak tato pada tangan dan kakinya untuk mempercantik diri.

Menurut Sellato pula, motif yang dikenakan kaum pria Dayak pada umumnya

merupakan lambang kejantanan, keberhasilan dalam perang, dan identifikasi dalam pertempuran. Motif tato yang sering di gunakan merupakan cara untuk menangkal pengaruh jahat, penyembuhan penyakit, dan mempunyai makna religius, serta merupakan lambang alam semesta yang saling melengkapi. Seorang lelaki dewasa Dayak Iban yang telah berpengalaman dalam Mengayau, ataupun perantau dan berbagai kelebihan individu segera mengenakan lambang-lambang yang menunjukkan keperkasaannya. Ini adalah kebanggaan, prestise dan sebuah fase yang didambakan kaum lelaki saat itu.

- Pengayauan

Mengayau memang identik dengan Dayak. Namun adat mengayau tidak terdapat dalam semua subsuku Dayak.

(5)

Kenapa mengayau?

1. Jika ada anggota keluarga, pemimpin suku meninggal (digunakan sebagi pelindung bagi jiwa yang meninggal)

2. Untuk melindungi pertanian

3. Untuk mendapatkan tambahan daya, jiwa 4. Untuk balas dendam

2.2.7 Tato di Mentawai dan Dayak iban

Suku Mentawai memandang tato sebagai suatu hal yang sakral dan berfungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Saat ini tato masih dapat di temukan di beberapa daerah seperti Siberut ( di pedalaman ) tujuan utama dari tato adalah sebuah tahap penyempurnaan jiwa dan raga dalam kehidupan yang sekarang dan nanti di alam. Juga salah satu bentuk oranamen penghias tubuh.

Suku Dayak Iban percaya kalau Pantang dapat melindungi mereka baik dari penyakit atau roh jahat. Masyarakat Iban jaman dulu membuat tato pertama pada anak ketika berusia 10-11tahun untuk menandai mereka Baru Lanjau atau beranjak dewasa dan mampu melakukan aktifitas perburuan. Bagi pria merupakan simbol status sosial dan kebanggaan serta sebagai tanda berapa banyak seorang pria telah mengayau. 2.2.8 Desain tato

Pada kedua suku Mentawai dan Dayak Iban memiliki persamaan yaitu Motif-motif tato mereka diambil dari bentuk-bentuk alam seperti bentuk hewan ataupun tumbuhan, terkadang bentuk-bentuk alat-alat yang memiliki peranan penting atau hal-hal yang sering dijumpai oleh kedua suku tersebut. Tentu saja tato pada Mentawai dan Dayak Iban dibuat berdasarkan ciri khas suku masing-masing.

Perbedaanya terdapat pada elemen-elemen yang digunakan yaitu pada Mentawai cenderung menggunakan garis-garis dan pada Dayak Iban cenderung berbentuk tribal.

2.2.8 Tradisi tradisional

Terdapat tradisi-tradisi tradisional lainnya pada Mentawai dan Dayak Iban selain tato yaitu pada mentawai adanya tradisi asah gigi pada wanita dan di dayak iban ada tradisi mengayau atau memenggal kepala musuh.

2.3 Data Target

2.3.1 Consumer Behaviour

Masyarakat yang berada di era modern yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap tato tradisional.

2.3.2 Psikografi Personality

- Tertarik terhadap seni dan kebudayaan

- Senang terhadap hal-hal baru atau tidak umum

(6)

2.3.3 Demografi

Gender : Pria – Wanita

Usia : 22 – 30 tahun

Kewarganegaraan ; Indonesia

Pekerjaan : Mahasiswa, Sarjana Muda, Pekerja Muda, Seniman, tattoo artist

Kelas Sosial : A-B 2.3.4 Geografi

- Geografis

Domisili : Seluruh wilayah di kota-kota besar Indonesia

- Psikologi

Imaginatif, Penikmat seni, mereka yang senang terhadap hal- hal berbau visual dan yang memiliki nilai sejarah juga tradisional.

2.4 Analisa S.W.O.T

Strength :

- Buku ini membahas mengenai tato tradisional yang disertai dengan ilustrasi menarik sehingga tidak membosankan untuk dibaca.

- Menggunakan pemakaian bahasa yang santai dan mudah dimengerti

- Dapat menjawab rasa ingin tahu masyarakat mengenai sejarah tato tradisional - Sebagai media referensi untuk tattoo artist

Weakness :

- Harga buku mahal

Oppurtunities :

- Belum ada buku di pasaran khususnya di Indonesia yang mengangkat soal tato dengan full ilustrasi kebanyakan masih berisi teks dan foto

- Belum ada buku Indonesia yang membahas khusus dan merampungkan motif-motif tato Mentawai dan Dayak Iban

- Banyaknya peminat tato yang ada

- Memberikan tampilan visual yang menarik sehingga pembaca tidak hanya belajar mengenai perkembangan tato namun juga terhibur dengan visual yang ada.

Threat :

Referensi

Dokumen terkait

Untuk tingkat kemerataan pada hutan alam berada pada kondisi komunitas tertekan dengan nilai kemerataan 0,49, pada lokasi hutan sekunder dan agroforestry ilengi

Dari pemaparan tentang teori-teori penerjemahan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan penerjemahan bersifat intertekstual, karena tidak hanya bergerak dari TBSu

Beritahukan mereka bahwa latihan ini akan melibatkan setiap tim dalam pembuatan sebuah prototype pesawat kertas untuk evaluasi melawan pesawat tim lain, pemilihan model yang

Khusus dalam hal pemilihan kepala daerah, berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan kemudian ditegaskan dengan Undang-Undang Nomor 6

Penanggung Jawab dalam penelitian “Strategic Planning of PUSKESMAS Development in Bandung City” Bappeda Kota Bandung bekerja sama dengan Laboratorium

Metode scoring digunakan untuk mempermudah para peneliti dan pemangku kepentingan untuk menilai capaian pembentukan ULP dan UKK Imigrasi dalam pelaksanaan fungsi

Tiga pengaturan diatas yaitu pengaturan kertas, font dan spasi dalam melakukan editing hasil copas materi dari internet dapat membuat karya ilmiah kita lebih