Prosiding Perlemuan dan Presentas,: Ilmiah
P3TM-BATAN, Yogyakarla 14-1S.;'uli 1999 Buku II 153
522.
PROFIL DISTR[BUSI
KEASAMAN,
URANIUM DAN TORIUM
PADA SETIAP "STAGE"
EKSTRAKTOR
PESAWAT PENGADUK
PENGENAP
Busron Masduki, Mashudi
P3TM-Batan, J/. Babarsa...j Kotak Pas 1008. Yogyakarta 55010
ABSTRAK
PROFIL DISTRIBUSI KEASAMAN, URANIUM DAN TORIUM PADA SETIAP "STAGE" EKSTRAKTOR PESAINAT PENGADUK PENGENAP. Te/ah di/akukan ekstfTaksi /arutan simulasi bahan bakar bekas reaktor suhu tinggi yang mengandung campuran uranium-latium dengan nisbah 0,12 untuk mengamati pembentukan krad karena pengaruh keasaman. Peubah keasaman diubah den~,an mengubah-ubah keasaman umpan 1,0, 2,0 dan 3,0 N dan /etak 'stage" umpan yakni pada .stage" umpan 6,7 dan 8. Peubah proses dan operasi diikuti seperti pada percobaan lalu. Setelah keseimbangan tercapai, diambil cup/ikan di masing-masing 'stage" baik bagian eks,~raksi maupun pencucian dan diana/isis kadar keasaman, uranium dan toriumnya. Kemudian dilakukan penyusunan profit distribusi masing-masing komponen dengan peubah keasaman maupun /etak .stage" umpan. Dengan kondisi proses dan operasi ekstraksi diatas temyata geja/a teroentuknya krad tidak muncu/. Sesuai kulVa profit distribusi, kemungkinan teroentuknya krad pada 'stage" yang memi/iki keasaman, kadar uranium dan torium tertinggi, yakni pada 'stage" 6, 7 dan 8. Krad tidak teroentuk karena be/urn teroentuk senyawa torium nitrat-DBP. DBP be/urn teroentuk sebagai hasi/ hidro/isis TBP.
ABSTRACT
THE DISTRIBUTION P/~OFILE OF ACIDITY, URANIUM AND THORIUM ON EACH STAGE OF MIXER SETTLER. EKtraction of simulation solution of used fuel of HTR containing uranium-thorium with ratio of 0.12 was camed out to observe the crud fom1ation according to the influenced of acidity. Th,~ acidity was varied from 1.0 to 3.0 N and the feed stage was varied from dh to dh stage. P/1Jcess and operation variables used were process and variables from previous researr:h. After the equilibrium state was reached, the samples of every extraction and washing stage for com,Donents analyzing were taken. Then, distribution profile of acidity, thorium and uranium component was arranged according to the variables of acidity and feed stage. On the process and operation eKtraction condition that used, the crud fom1ation was not observed. According to the curve of distribution profile, the probability of crud fom1ation would occurred in the highest 6'cidity, thorium and uranium component, they were on the dh, ih and dh stages. Crud was not fom1ed since the complex of thorium nitrate-DBP was not yielding yet. DBP has not been fom1ed as product of hydrolysis TBP.
PENDAHULUAN
P
enelitian pembuatan bahan bakar reaktor harus dilakukan dalam siklus tertutup karena permasalahan yang timbul dalaln proses pemisahan dan pemurnian bahan bakar b,~kas sebagai akibat proses teknologi pembuatannya, merupakan masukan untuk penyempurnaan pembuatannya. Bahan bakar reaktor suhu titlggi dalam bentuk kernel (partikel), inti (daging) nya adalah uranium dioksida 002, atau campuran urlmium torium oksida (0, Th)02. Proses teknologi pembuatan bahan bakar reaktor suhu tinggi dimulai darii pembuatan kernel, proses pelapisan, penyiapan matriks bahan bakar(grafit) daD pembuatan elemen bahan bakar. Pembuatan kernel dengan teknologi pelapisannya dibagi menjadi dua macam kernel yaitu kernel triso daD biso. Kernel triso dilapisi PyC, SiC daD PyC, sedangkan kernel biso hanya PyC(I). Setelah digunakan dalam reaktor terjadi reaksi inti daD pembelahan sebagai berikut (2) :
Th232(n,j) 7 Th233 beta7Pa233 beta7U233 + Produk Fisi (PF) U235 7 U 235 (sisa) + PF
Untuk mengambil bahan berguna U23S (sisa) daD basil reaksi inti berupa bahan dapat belah U233 dilakukan dengan cara ekstraksi. Proses ekstraksi bahan bakar RST teriradiasi hakekatnya
ISSN 0216-3128 Teknologi Proses
Prosiding Peltemuan dan Presentasi Ilmiah P3TM-BATAN, Yogyakalta 14-15JuJi 1999 Buku II
154
memisahkan dan memumikan bahan fisil U235 (sisa), U233 dan bahan fertil Th den!~an produk fisi. Pacta proses Thorex, ekstraksi dapat dilakukan dengan alat ekstraktor normal dengan aliran arus arab
berlawanan seperti pesawat pengaduk pengenap,
kolom pulsa, ekstraktor centrifugal. Pacta penelitian ekstraksi uranium-torium dingin (cold reprocessing) menggunakan pesawat pen~~aduk pengenap 16 "stage" diperoleh data teknis operasi sbb(3) :
tinggi, sedang distribusi keasamannya
tidak merata
di tiap "stage". Data distribusi keasaman di tiap
"stage" adalah merupakan
data yang dapat dipakai
untuk memperkirakan
mulai timbulnya krad, sedang
profil distribusinya sangat dipengaruhi
pengambilan
"stage" umpan. Demikian pula distribusi untuk
logam beratnya torium dan uranium.
TATA
KERJA
WI ='266,?!8g/l [':rhl '=30,5~3g!\ [H+].=O,lN Fase organikBahan Proses
Torium nitrat, Oranil nitrat basil pelarutan 0308 ex Prancis, Asam nitrat, Tributil posfat (TBP), Merck, Normal dodekan Merck, Asam posfat, Asam sulfat, Amidosulfonic acid, Barium diphenil amiD sulfonat, NaOH, Kalium dikromat
TSP30"/. ~ 7 uomor",tag." 16
Alat
Pesawat pengaduk pengenap 16 "stage",
Regulator, Buret, Pengaduk
magnit, Alat-alat gelas
untuk analisis
Tata Kerja
Ke dalam setiap "stage" ekstraksi daTi
pesawat
pengaduk
pengenap
lebih dahulu diisi rase
air umpan ekstraksi daD rase organik. Untuk "stage"
pencucian, diisi rase air pencuci daD rase organik.
Fase air umpan ekstraksi mengandung
uranil nitrat
dengan
kadar 30,04 gUll, torium nitrat dengan
kadar
274,4 gTh/l daD keasaman
bebas 1 N, sedang rase
organik merupakan campuran 30% TBP-dodekan.
Volume rase air daD rase organik pacta pengisian
awal ini disesuaikan
dengan nisbah laju alir rase
organik daD rase air. Setelah
pengisian awal selesai,
pengaduk dihidupkan, bersamaan dengan itu
dihidupkan pula pompa-pompa
umpan rase organik,
rase air umpan ekstraksi daD rase air pencuci. Fase
organik masuk melalui "stage" pertama dengan laju
alir 181 mVjam, rase air melalui "stage" 7 dengan
laju alir 75 mVjam daD pencuci melalui "stage" 16
dengan laju alir 18,1 mVjam. Setiap 30 menit sekali
diambil sampel
rase air (rafmat) yang keluar melalui
"stage"
1. Sampel ini kemudian dianalisis untuk
mengetahui
kadar U, Th daD keasamannya.
Setelah
dicapai keadaan
ajeg operasi dihentikan, kemudian
diambil sampel
rase air dari masing-masing
"stage".
Pekerjaan
yang sarna dilakukan lagi untuk keasaman
2 daD 3N, serta untuk "stage" umpan yang lain yaitu
6 daD 8.
Faseair SkrabetO,OIN
Gambar 1. Ekstraksi Dengan Pesawat Pengaduk Pengenap 16 "stag(~"
Hasil penelitian teJ:sebut menunjukkan bahwa Th terambil = 80,84 %" U terambil = 98,79 %, rpm = 3500, dan FofF. = 2,41.
Selain diperoleh data teknis operasi yang optimal tersebut, muncul permasalahan baru. Apabila basil ekstraksi didiarnkan semalam mulai timbul kabut putih, yang disebilit krad. Dalam proses ekstraksi, pelarut dapat hilaIlg karena terjadinya "entrainment", daya larut (solubility), penguapan (evaporation), degradasi (d~:gradation), adsorpsi oleh padatan dan terbentuknya emulsi yang stabil dan krad. Selain itu dalam proses kontinyu yang memerlukan waktu yang lama, data teknis operasi dapat terganggu dengan timbuJlnya krad, yakni suatu senyawa yang terakumulasi sebagai rase ketiga. Fase ketiga ini dapat merusak perpindahan massa antara rase organik dan rase air pada saat ekstraksi. Pada pesawat pengaduk pengenap krad mengakibatkan laju alir rend~1h dan waktu tinggal (residence time) tinggi (4).
Krad adalah senyawa yang dihasilkan oleh pengadukan rase organik, rase air dan partikel padat halus yang membentuk campuran yang stabif4). Kemungkinan terbentuknya krad disebabkan/dipacu oleh keasaman proses, karena asam nitrat berfungsi sebagai agen hidrolisis TBP (di samping karena radiolisis). Zirkonium sebagai produk fisi dapat membentuk senyawa [ZrO(I)BPhl dan senyawa serupa. Senyawa tersebut dipertimbangkan sebagai pembentuk utama krad (agen emulsifIkasi) mengingat sifat hidropobik maupun hidropiliknya. Dapat diduga permasalahan krad yang ditimbulkan "leh zirkonium pada pemis:man dan pemurnian bahan bakar bekas RST makul meningkat bila burn up bahan bakar tinggi. Khusus pada proses Thorex krad dapat terbentuk sebagai endapan Th(DBP)4(S).
Keasaman total timbul dari umpan asam dan asam skraber yang digunakan, terutama pengaruh umpan asam yang normalitasnya cukup
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Data variasi keasaman dapat dilihat pada Gambar 2, 3 clan 4, sedangkan untuk variasi letak "stage" umpan dapat dilihat pada gambar 5, 6 d~ 7.
Busron Masduki, dkk Teknologi Proses
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah
P3TM-BATAN, Yogyakarta 14-15Juli 1999 Buku II
155
sebagian asam nitrat terekstraksi. Makin banyak "stage" maka makin banyak pula asam yang terekstraksi. Jadi dapat dirnengerti adanya penurunan keasaman dari "stage"7 sampai "stage" 1.
m ."'" "
,.
,.
." .
I ~'Q'
:2 ,.,
~""'."'N--""""."'N
~", 3N Penelitian menggunakan pesawat pengadukpengenap dengan jumlah "stage" 16. Dari "stage" 1 sarnpai dengan 7 ("stage" umpan) disebut "stage" ekstraksi, sedangkan dari "stage" 8 sarnpai dengan "stage" 16 disebut "stage" pencucian. Distribusi keasarnan, torium daD uranium baik pacta perubahan keasaman umpan maupun letak umpan "stage" dapat diterangkan dengan car~ yang sarna.
1,4 "",," . 1.2 .~.-K IN "'~K,,'s,,"2N ~-K 3N i 0,8 0,6 0,4 02. o.
~
-.'0 2 ,.N""",...,
Gambar
4. Distribusi Urani/ Nitrat di tiap "stage"
pada Variasi Keasaman Kadar umpan
Th = 274,4 g//, U = 30,04 gi/; kecepatan
a/ir lase air = 75 m//jam,
lase organik =
181 m//jam. Umpan masuk me/a/ui
"stage" 7.
Selain terjadi ekstraksi asam nitrat, pacta
sisi ekstraksi terjadi juga ekstraksi torium nitrat dan
uranil nitrat. Pacta
Gambar 3 dan 4 terlihat bahwa
daTi "stage" 7 ke "stage" 1 kadar U dan Th menurun. Penurunan ini terjadi karena UOz(NOJ)z dan Th(NOJ)4 terekstraksi oleh TBP.
Reaksi:
UO2(NO3)2 + 2 TBP <:::> UO2(NO3)2.2TBP..
",
.",-I .2 4 6 I 10 '2 '4 16 "-..,.,.'
Gambar 2. Distribusi keasam,7n di tiap "stage" pada variasi keasaman.. Kadar umpan Th = 274,4 gi/, U = 30,04 gi/; kecepatan a/ir Jase air = 75 mlljam, Jase organik =181 mlljam. Umpan mlzsuk me/a/ui "stage" 7 I
-
I~-I
-.~-
R~
.,
~
~
m. Th(NO3)4 + 2 TBP ~ Th(NO3)4.2TBP..c
..
I No"", "',goGambar 3. Distribusi Torium Nitrat di Tiap "stage" pada Variasi ke~iaman. Kadar umpan Th = 274,4 gil, U ,= 30,04 gll; kecapatan alir lase air = 75 ml/jam, lase organik =181 ml/jam. Umpan masuk melalui
"stage" 7
Sebagai ilustrasi dije:taskan distribusi asam nitrat. Pada gambar 2, 3 dlan 4 terlihat bahwa distribusi asam nitrat tertinggi terletak pada "stage" 7. Pada penelitian ini keasan:lan divariasi berturot-turut 1 N, 2 N, dan 3 N. Selama proses ekstraksi, asam nitrat terdistribusi ke seluruh "stage". Setelah keadaan ajeg tercapai, terlihat dari graflk bahwa dari
"stage" 7 ke "stage" 1 terjadi penurunan keasaman. Hal ini disebabkan karena "stage" 7 merupakan "stage" umpan, yaitu "stag~:" di mana rase air umpan ekstraksi, uranil nitrat, dimasukkan ke dalam pesawat pengaduk pengenap. Dari "stage" 7 uranil nitrat (fase air) dengan keasaman 3 N (salah satu titik variasi keasaman) ber!~erak ke "stage" 1, "stage" dimana tributil fosJ:at-dodekan (TBP-D) dimasukkan. Karena kontak dengan TBP maka
t2
,,'2
.., .
aDO ~i
a ODS~
-~ ~~"",'T -_.18""Gambar
5. Distribusi keasaman
di tiap "stage" pada
variasi "stage" umpan. Kadar umpan Th
= 274,4 gil, U= 30,04 g/l; kecepatan
alir
Jase air = 75 mlljam,Jase organik = 181
mlljam.
...
=-ISSN 0216-3128 Teknologi Proses Busron Masduki, dkkProsiding Perlemuan dan Presentasi llmiah P3TM-BATAN, Yogyakarla 14-15Juli1999
156 Buku II 30 25 20 ~ co
~
~'5'"
"C'"
~ 10 0 2 4 8 8 ",0 12 14 18 )8 Norror sta(!~Gambar 6. Distribusi urani/ 1Ilitrat di tiap "stage"
pada variasi "stage" umpan. Kadar
umpan Th = 274,4r g//, U = 30,04 g//;
kecepatan
a/ir lase air = 75 m//jam,jase
organik =181 m//jam
~
=
belum tampak gejala terbentuknya krad. Hal itu
disebabkan
karena belum terbentuk basil degradasi
TBP yang dapat membentuk senyawa dengan
torium. Hidrolisis TBP perlu keasaman
dan waktu
kontak antara TBP dengan asam yang cukup tinggi.
Data laju pembentukan DBP dengan satuan %
volum rase organik/menit x 105
yang mengandung
uranil nitrat, pada suhu 60°C, keasaman
2 atau 3 M
= 1,4. Data tersebut menunjukkan bahwa
pembentukan
DBP tidak terlalu sensitif terhadap
variasi komposisi
rase air dalam daerah
yang diteliti
antara 2-3 M asam nitrat.(6) Sesuai dengan reaksi
diatas karena tidak ada reaksi redox kemungkinan
kecil terbentuknya asam nitrit, sedang asam nitrit
dapat menurunkan
daya larut senyawa torium nitrat
-DBP
.(7) Sesuai kurva
profil
distribusi,
kemungkinan
terbentuknya
krad pada "stage" yang
memiliki keasaman, kadar uranium dan torium
tertinggi, yakni pada "stage" 6, 7 dan 8, tetapi
dengan kondisi proses dan operasi ekstraksi di atas
temyata
gejala terbentuknya
krad tidak muncul.
Untuk mengamati
gejala terbentuknya krad
dengan cara yang lebih efisien dari sisi pemakain
bahan dan lebih cermat dari pengamatan
terbentuknya krad diusulkan dilakukan penelitian
dengan satu "stage" pesawat pengaduk dan
pengenap
(scale up one "stage" of mixer settler)
untuk berbagai peubah yang dapat menimbulkan
terbentuknya
krad.
"§o
1~:1C!;)
i,:
I'"
i~~
~
+'Stag.. Unpan6-~'Stag.. UnpanT ~'St.g" UnpanS
4
c~
" ..m
KESIMPULAN
DAN SARAN
Dari profil distribusi keasaman,
torium clan
uranium tampak bahwa kadarkeasaman,
torium clan
uranium yang tinggi terletak pada "stage" 6,7 clan 8.
Walaupun pada daerah tersebut kemungkinan
terbentuknya krad terbesar, tetapi pada daerah
tersebut belum tampak gejala terbentuknya krad,
karena belum terbentuk
basil degradasi
sebagai
basil
hidrolisis TBP.
Untuk
menghemat bahan
maupun
kecermatan pengamatan
pembentukan krad, perlu
dilakukan penelitian ekstraksi
dengan
menggunakan
satu "stage" pesawat
pengaduk pengenap
(scale up
one "stage" of mixer settler).
Gambar 7. Distribusi torium flitrat di Tiap "stage" pada Variasi "stage" umpan. Kadar umpan Th = 274,'1 gll, U= 30,04 gil; kecepatan alirfase air = 75 ml/jam, lase organik = 181 ml/jam.
Dengan adanya perjalanan uranil nitrat dan torium nitrat dari "stage" ke "stage" berarti terjadi kontak uranil nitrat dan TBP di bagian pengadukan (mixer). Pada setiap ruang pengadukan, sesuai dengan persamaan reaksi tersebut di atas, terjadi pengikatan uranil nitrat dan torium nitrat oleh TBP. Karena terjadi pengikatan tersebut maka dapat
dimengerti adanya penurunan kadar U dan Th dari "stage" 7 ke "stage" 1.
Di sisi lain, dari "stage 8 sampai dengan "stage" 16 kadar Th dan U jllga menurun. Hal ini disebabkan karena UO2CNO3)2.2TBP dan ThCNO3)4.2TBP dikontakkan dengan asam nitrat encer dengan perbandingan 10:1. Pada kontak ini uranil nitrat dan torium nitrat 1:erdistribusi ke dalam rase organik dan rase air membentuk kesetimbangan
barn.
DAFT AR PUST AKA
Pada perubahan keasaman maupun letak "stage" umpan dari keasaman 1,2 dan 3N dan letak umpan di "stage" 6, 7 dan 8 seJ.ama operasi ekstraksi
1. MASDUKI, B.,
WARDAYA,
"Pabrikasi
Elemen Bakar Reaktor Suhu Tinggi (RST),
Pemilihan Proses Sol Gel dan Penelitian
Pembuatan Kernel
di
PPNY-BATAN",
Prosiding Teknologi dan Aplikasi Reaktor
Temperatur
Tinggi I, Jakarta,
(1994).
2. BENEDICT, M., PIGFORD, "Nuclear Chemical
Engineering",
McGraw-Hill, New York, (1981).
Busron Masduki, dkk Teknologi Proses
Prosiding Pertemuan dan Presentasi llmiah P3TM-BATAN, Yogyakarta 14 -15 ./uli 1999
~ Buku II
157
timbulnya krad dilakukan lebih lanjut
dengan "one stage mixer settler".
3. MASDUKI, B., MASHUDI, "Pengaruh
Variabel
Operasi pada Ekstraksi Uranium-
Torium Secara
Sinambung Menggunakan Pesawat Pengaduk
Pengenap", makalah PPI PPNY BATAN,
(1998).
4. RITCEY, G.M., WONG, E.W., "Influence of
Cations on Crud Fontllation in Uranium
Circuits", Nuclear Extraction Process-III.
5. ZIMMER, E., BORCHARDT, J., PRINTZ, G.,
"Crud Formation in the Purex and Thorex
Process",
KF A Julich.
6. SIDDALL III, T .H.," A Rational for the Recovery
of Irradiated Uranium and Thorium by Solvent
Extraction", Proceeding of the International
Conference on The Peacl~ful
Uses of Atomic
Energy, Held in Genewa,
8 August -20 August
1955, United Nations, New York, (1956)
7. RAINEY, R.H., MOOR~, J.G.,"Laboratory
Development of the Acid Thorex Process for
Recovery of Thorium Reactor Fuel", Nuclear
Science
and Engineering,
10,367-371 (1961)
TANYA JAWAB
Sugondo
~ Mengapa fokus penelitiall ditekankan pada variasi keasaman, tidak pada komposisi dan kondisi terbentuknya krad?
Busron Masduki
{.. Sudah dijelaskan penyaji, kemungkinan terbetuknya krad disE?babkan/dipicu oleh keasaman proses kare,ra asam nitrat dapat menghidrolisis TBP. Produk fisi zirkonium dapat membentuk senyawa Zr(DBP)4 agen pembentuk krad karena mempunyai sifat
hidrophobik dan hidr~Dhilik Khusus pada proses Torex krad d,~at terbentuk oleh senyawa Th(DBP) 4. Dari penjelasan tersebut kondisi .k:easaman proses memegang kunci pembE?ntukan krad karena agen pembentuk krad adalah DBP hasil hidrolisis TBP oleh luam nitrat. Profit distribusi keasaman, torium dan uranium akan memberikan ,sambaran daerah "stage" ekstraksi atau pencuci dengan keo~aman dan torium tinggi karena perubahan keasaman ~rmpan dan "stage"
umpan. Dari peng,zlaman penelitian pembentukan krad dengan pesawat pengaduk pengenap, untuk efisiensi penggunaan bahan, ketE?litian hasil, kondisi dan penelitian ko""posisi penyebab
Sigit
> Pada kesimpulan dikatakan bahwa terbentuknya
krad adalah pada "stage" 6, 7 daD 8. Sedang
yang lain menyatakan bahwa tidak terbentuk
krad pada stage 6, 7 dan 8. Mana yang benar,
mengapa dalam kesimpulan terdapat dua
pemyataan
yang berlawanan?
Busron Masduki
..c.. Pada penjelasan penyaji dalam pendahuluan faktor keasaman memegang kunci pembentukan krad karena senyawa pembentuk krad adalah DBP yang merupakan hasil hidrolisis TBP oleh asam nitrat. Dari hipotesis tersebut memunculkan "stage" eksotraksoi 6, 7 dan 8 sebagai daerah dengan keasaman, torium dan uranium dengan kadar tinggi. Disimpulkan "stage" ekstraksoi 6, 7 dan 8 adalah kemungkinan daerah stage eksotraksoi terbentuknya krad
Pengamatan lebih lanjut menunjukkan pada "stage" 6, 7 dan 8 belum muncul krad. Hal ini menunjukkan belum terbentuk DBP. Sekali "run" ekstraksoi dalam waktu (5-6) jam belum cukup menghasilkan DBP untuk membentuk krad. Kalimat kedua bermaksoud menjelaskan mengapa pada stage 6, 7 dan 8 belum terbentuk krad. Dengan demikian
keduanya
benar
dan
tidak
bertentanganlberlawanan jika difahami secara utuh.
Damunir
> Untuk memisahkan torium, uranium dan basil
fisi pada bahan bakar bekas (U, Th)O2 banyak
mengalami
masalah/kesulitan.
> Apakah penelitian yang penyaji kembangkan
dapat
diterapkan
pada bahan bakar diatas?
> Bagaimana
tara mengatasi
kesulitan melarutkan
bahan
bakar bekas?
Busron Masduki
..c.. Fase air yang digunakan dalam penelitian adalah larutan simulasi dengan kadar Th 8 -10 % tanpa hasil fisi. Pemisahan hasil fisi
tidak mengalami kesulitan karena Kv-nya kecil sehingga pada sik/us I langsung terpisah kecuali hasil flSi Zr, Ru dan Nb. Walaupun kecil ketiganya dapat masuk ke lase organik, tingkat radiasi akan timbul
dalam refabrikasi. Untuk memisahkan ketiganya (dari U dan Th) dengan proses khusus yakni Proses Torex dengan keasaman rendah dan atau tinggi.
..c.. Pelarutan bahan bakar bekas campuran dengan asam nitrat. Untuk memudahkan
ISSN 0216-3128 Teknologi Proses
Prosiding Perlemuan dan Presentasi llmiah P3TM-BATAN, Yogyakarla 14-15Juli 1999
158
Buku IIe~tra~i adalah beda tegangan
antar muka
lase air dan lase organik cukup, sehingga
setelah kedua lase tersebut setelah diaduk
dapat segera mengenap
dan tidak timbul
emulsi. E~traktan TBP sudah diencerkan
dengan dodekan, sehingga tegangan muka
antar lase
cukup baik
sehingga
kemungkinan emulsi kecil. Pada teori
terbentuknya krad; krad terbentuk karena
ada senyawa ZrO(DBP)] dan Th(DBP)
4.
Secara teoritis krad akan berkurang
pembentukannya
hila agen pembentuknya
(Zr/Th/DBP) berkurang. Oleh karena itu
pengendalian
pembentukan
krad lebih pada
pemanfaatan bahan bakar di teras reaktor,
serta parameter proses pemisahan dan
pemurniannya. Penyaji memperhatikan
kemungkinan
penambahan
bahan lain untuk
menghilangkan
krad; dengan catalan tidak
menimbulkan
problema baru meningkatnya
bahan
pengotor.
Sunardjo
);00 Apa yang mendasari hubungan antara tingkat
keasaman dengan "stage" pada pesawat
pengaduk
pengenap?
Busron Masduki
..t;.. Distribusi keasaman, torium dan uranium
pada setiap "stage" pesawat pengaduk
pengenap
tidak merata. Dengan menentukan
profil distribusinya, daerah pada "stage"
e~tra~i
yang tinggi kadar keasaman,
torium dan uranium diketahui. Hidrolisis
TBP terjadi dengan tingkat keasaman
tinggi
dan lama kontak. Dapat diduga daerah
"stage" e~tra~i
tersebut kemungkinan
terjadinya krad
pelarutan torium ditalnbahkan ion F untuk mencegah terbentukny'7 lapisan tipis oksida pada torium yang akan menyulitkan pelarutannya. Secara proses teknologi tidak ado kesulitan dalam pl~larutan bahan bakar
bekas.
M. Setiadji
~ Mohon penjelasan perbedaan substantif antara penelitian ini dengan penelitian sebelurnnya. Kelihatannya baik bahan (urnpan), alat dan rnetodologinya sarna.
~ Mengapa dalam penelitian ini tidak dicantumkan % rekoverinya?
Busron Masduki
.{.- Penelitian tahun anggaran 1997/1998 bertujuan meneliti pengaruh variabel operasi terhadap %; rekoveri uranium maupun torium. Karena hasil ekstraksi mulai tampak kabut (krad) maka dengan data hasil penelitum tersebut diteliti kemungkinan terbentuknya krad. Profil distribusi keasaman don torium akan menunjuk daerah "stage" ekstraksi yang mungkin timbul krad
.{.- % rekoveri sudah diperoleh pada penelitian tahun lalu, penelitian tahun ini lebih difokuskan pada pemb/~ntukan krad.
R. Subagiono
~ Krad yang terbentuk dalam suatu ekstraksi adalah rase ketiga yang dapat rnengganggu arus aliran bahan. Untuk rnenghilangkan krad tersebut apakah dapat dilakukan dengan rnenambah bahan penl~encer lain selain kerosin/dodekan rnisal aseton, untuk rnenurunkan tegangan atltar rnuka? Mohon tanggapan penyaji.
Busron Masduk;
.{.- Salah satu syarat aJ:ar suatu ekstraktan dapat digunakan ,rengan baik untuk
Busron Masduki, d~~k Teknologi Proses