• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAIFA, CLARA, FATIMAH, DAN GENTINA Gladiol merah balithi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAIFA, CLARA, FATIMAH, DAN GENTINA Gladiol merah balithi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KAIFA, CLARA, FATIMAH, DAN GENTINA

Gladiol merah balithI

Gladiol merupakan salah satu bunga potong yang sudah lama dikenal di Indonesia. Sentra produksi bunga ini di Pulau Jawa tersebar di beberapa sentra produksi, antara lain Parongpong (Bandung), Selabintana (Sukabumi), Cipanas (Cianjur), Bandungan (Semarang), dan Batu (Malang) (Komar dan Effendie 1995), di Berastagi (Sumatera) dan di Tomohon (Sulawesi).

Salah satu masalah dalam pengembangan gladiol di Indonesia adalah terbatasnya kultivar yang digunakan oleh petani, antara lain hanya kultivar Queen Occer, Salem, White Friendship, Priscilla, Holand Merah, Batik, Kupu-kupu, dan Nova Lux (Badriah et al. 2000). Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) sampai tahun 1999 telah mengintroduksi sebanyak 30 kultivar, namun

merupakan penyakit utama gladiol di Indonesia (Badriah et al. 2007).

Varietas unggul memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan produksi bunga gladiol dalam negeri. Usaha pengembangan jenis gladiol yang dapat beradaptasi secara luas dan berdaya hasil optimal antara lain dapat dilakukan melalui seleksi dan pembentukan varietas yang dapat beradaptasi di sentra produksi (Wuryaningsih et al. 2004). Oleh karena itu persilangan antara kultivar gladiol introduksi dengan kultivar gladiol yang telah beradaptasi di Indonesia mulai dilakukan pada tahun 1989 di Balithi. Tujuan persilangan tersebut adalah untuk mendapatkan varietas baru yang memiliki warna novel, adaptif, dan tahan terhadap penyakit layu Fusarium. Warna bunga

(2)

Warna merah bagi bangsa Indonesia memiliki arti tersendiri, sehingga rangkaian bunga baik pada perayaan kemerdekaan maupun upacara adat banyak menggunakan warna merah. Bunga gladiol berwarna merah masih jarang ditemukan pada kultivar gladiol di Indonesia, yaitu hanya kultivar Holand Merah. Pada tahun 2003 dan 2008, Balithi melepas varietas gladiol berbunga merah cerah dengan variasi warna pada lidah bunga yang lebih indah, yaitu varietas Kaifa (SK MENTAN No: 502/Kpts/PD.120/10/2003), Clara (SK MENTAN No: 503/Kpts/PD.120/10/2003), Fatimah (SK MENTAN No: 623/Kpts/SR.120/5/2008), dan Gentina (SK MENTAN No: 622/Kpts/ SR.120/5/2008).

Asal-usul Gladiol Varietas Kaifa, Clara, Fatimah, dan Gentina

Varietas Kaifa, Clara, Fatimah, dan Gentina merupakan hasil persilangan antara kultivar Holand

Merah (GC68) (Gambar 1) dengan GC69 (Gambar 2) yang dilakukan pada tanggal 3 April 1994 di Kebun Percobaan Cipanas dengan ketinggian tempat 1.100 m dpl. Kultivar Holand Merah sebagai tetua betina banyak dibudidayakan petani gladiol di Selabintana – Sukabumi. Kultivar ini mempunyai keunggulan yaitu letak kuntum bunga tegak, susunan bunga simetris, dengan kerapatan bunga mekar saling bersentuhan. Kultivar GC69 sebagai tetua jantan adalah varian dari kultivar Holand Merah berasal dari petani gladiol di Selabintana – Sukabumi. Kultivar ini mempunyai keunggulan letak kuntum bunga tegak, susunan bunga simetris dengan kerapatan bunga mekar saling bersentuhan. Kultivar GC69 memiliki kombinasi warna yang menarik, yaitu variasi warna pada daun mahkota atas dan bawah serta lidah bunga.

Tahapan kegiatan pemuliaan varietas Kaifa, Clara, Gentina, dan Fatimah sebagai berikut :

Persilangan (1994) X

Seleksi ke-1 (1997)

Seleksi ke-2 (1998)

Uji kestabilan hasil (1998-2002)

Clara, Kaifa, HX7, Fatimah, Gentina, dan HX31

Gambar 1. Kultivar Holand Merah (GC68)

(3)

Seleksi pertama dilakukan terhadap karakter kualitatif yaitu warna bunga, posisi bunga, letak kuntum bunga, dan kerapatan bunga, sedangkan pada seleksi kedua selain dilakukan verifikasi karakter kualitatif juga berdasarkan karakter kuantitatif, yaitu panjang tangkai bunga, jumlah kuntum bunga per tangkai, dan diameter bunga mekar. Seleksi karakter kuantitatif mengacu pada standar mutu bunga potong gladiol nasional berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-4479-1998) dan internasional yang ditetapkan oleh The North American Gladiolus Council (Wilfret 1992). Verifikasi karakter kuantitatif dilakukan sampai lima kali penanaman untuk melihat kestabilannya.

Dari mulai persilangan sampai dilakukan uji kestabilan genetik diperlukan waktu kurang lebih enam tahun untuk mendapatkan calon varietas yang akan dilepas. Varietas Kaifa, Clara, Fatimah, dan Gentina dilepas sebagai varietas baru gladiol pada tahun 2003 dan 2008. Klon HX7 dan HX31 tidak dapat diperbanyak karena terinfeksi F.

oxysporum.

Keunggulan Varietas

Keunggulan varietas Kaifa, Clara, Gentina, dan Fatimah dibanding kultivar gladiol yang dibudidayakan oleh petani terletak pada warna bunga, penampilan bunga pada tangkai bunga, ketebalan daun mahkota bunga, serta sesuai standar mutu bunga potong gladiol nasional maupun internasional.

Warna bunga varietas Kaifa sangat menarik, yaitu bunga merah cerah dengan variasi pada lidah berwarna merah tua pada bagian pangkal sampai tengah, kemudian kuning cerah, dan tepi merah cerah. Variasi seperti ini belum ada pada kultivar gladiol yang ditanam di Indonesia. Susunan bunga simetris, posisi pada tangkai tegak, dan kerapatan bunga mekar pada tangkai saling bersentuhan (rapat) yang merupakan tipe ekshibisi modern, sehingga penampilan bunga secara keseluruhan

1992) untuk diameter bunga mekar termasuk jenis dekoratif (≥ 8,9 - < 11,4 cm), kelas spesial (≥ 14) untuk jumlah kuntum per tangkai, dan kelas Fancy untuk panjang tangkai bunga (>107 cm) yang merupakan kelas tertinggi.

Varietas Clara dan Fatimah warna bunganya hampir sama, yaitu bunga merah cerah dengan variasi pada lidah yang berwarna merah tua dengan tepi kuning cerah. Variasi pada lidah seperti ini belum ada pada kultivar gladiol yang ditanaman di Indonesia. Selain itu susunan bunga simetris, posisi pada tangkai tegak dan kerapatan bunga mekar pada tangkai saling bersentuhan (rapat) yang merupakan tipe ekshibisi modern. Berdasarkan SNI 01-4479-1998 varietas Clara dan Fatimah termasuk kelas mutu AA, tetapi menurut standar mutu yang dikeluarkan oleh The North American Gladiolus Council untuk diameter bunga mekar varietas Clara termasuk jenis dekoratif sedangkan varietas Fatimah jenis Standard (≥11,4-14 cm), panjang tangkai dan jumlah kuntum varietas Clara bisa masuk kelas Fancy (≥ 16), sedangkan varietas Fatimah untuk jumlah kuntum per tangkai masuk kelas spesial.

Warna bunga varietas Gentina sangat menarik, yaitu berwarna oranye menyolok, pada ujung lidah berwarna oranye, di tengah merah cerah, dan pada pangkal berwarna kuning. Variasi ini belum ada pada kultivar gladiol yang ditanam di Indonesia. Susunan bunga simetris, posisi pada tangkai tegak, dan kerapatan bunga mekar pada tangkai saling bersentuhan (rapat) yang merupakan tipe ekshibisi modern. Berdasarkan SNI termasuk kelas mutu AA, dan menurut standar mutu yang dikeluarkan oleh The North American Gladiolus Council untuk diameter bunga mekar termasuk tipe dekoratif, jumlah kuntum bunga per tangkai masuk pada kelas spesial, dan panjang tangkai bunga pada kelas Fancy.

Keunggulan lain dari varietas Kaifa, Clara, Gentina, dan Fatimah adalah memiliki ketebalan bunga yang lebih tebal dibanding kultivar yang dibudidayakan

(4)

Teknik Budidaya

Gladiol dapat tumbuh dengan baik di daerah pada ketinggian tempat antara 600-1.400 m dpl, pH berkisar antara 5,8-6,5, suhu 10-25oC. Suhu rerata kurang dari 10oC akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat. Jika suhu rendah berlangsung lama, maka pertumbuhan tanaman terhenti. Suhu maksimal untuk pertumbuhan gladiol adalah 27oC, namun kadang-kadang dapat menyesuaikan diri sampai suhu 40oC, bila kelembaban tanah dan tanaman relatif tinggi (Badriah 1995).

Subang gladiol siap tanam apabila sudah melalui masa dormansinya, dengan dicirikan munculnya calon akar berupa tonjolan kecil berwarna putih melingkar di bagian bawah subang, dan munculnya tunas. Bila tunas mencapai 1 cm, maka subang siap tanam (Badriah et al. 2007).

Subang bibit ditanam pada bedengan dengan jarak tanam 20 x 20 cm dengan kedalaman tanam 10 cm. Jarak antarbedengan 50 cm. Lubang tanam diberi pupuk K2O dan P2O5 sebanyak 5 g per lubang, tutup pupuk dengan sedikit tanah dan masukkan subang bibit kemudian tutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua dilakukan setelah daun kedua atau ketiga terbentuk dengan pupuk Urea sebanyak 5 g per tanaman dengan cara dibuat lubang di sekitar tanaman, pemupukan ini

dilakukan setelah penyiangan gulma. Pemupukan ketiga dilakukan pada saat primordia bunga muncul ±60 hari setelah tanam dengan pupuk Urea dan K2O sebanyak 5 g per tanaman dengan cara dibuat lubang di sekitar tanaman, pemupukan ini dilakukan setelah penyiangan gulma. Dan pemupukan keempat dilakukan setelah panen bunga semua pertanaman, yaitu dengan pupuk Urea sebanyak 5 g per tanaman dengan cara dibuat lubang di sekitar tanaman, pemupukan ini dilakukan setelah penyiangan gulma. Pemberian pestisida dilakukan seminggu sekali.

Pelaksanaan panen bunga dan subang gladiol dilakukan secara manual. Panen bunga dilakukan setelah satu atau dua kuntum bunga terbawah menampakkan warnanya, tetapi belum mekar. Tangkai bunga dipotong dengan menyisakan daun pada pertanaman, kira-kira 15 cm dari permukaan tanah, karena daun-daun tersebut masih diperlukan untuk perkembangan subang baru dan anak subang.

Panen subang dilakukan sekitar delapan minggu setelah panen bunga, dicirikan dengan daun yang mulai menguning. Subang dibersihkan dari tanah, daun, dan sisa subang induk pada bagian bawah, kemudian dikeringanginkan sekitar dua minggu, simpan di gudang penyimpanan sampai masa dormansi berlalu.

(5)

Deskripsi Varietas

KAIFA

Asal : Balai Penelitian Tanaman Hias Silsilah/kode pemurnian : Holand Merah (GC 68) x GC 69 Golongan varietas : Klon

Umur mulai berbunga : 40 – 45 hari setelah tanam Umur panen bunga : 67 – 80 hari setelah tanam Tinggi tanaman : 117,5 ± 6,7 cm

Bentuk daun : Seperti pedang

Ukuran daun : Panjang 10 – 60 cm, lebar 1,5 – 5,0 cm Warna daun : Hijau (green group 137C)

Tepi daun : Rata Bentuk ujung daun : Lancip Permukaan daun : Bergaris Jumlah daun : 6 – 7 helai

Warna mahkota bunga atas : Merah (Red groups 45C/D + Merah 54B + C) Warna mahkota bunga bawah : Merah cerah (Red groups 45C/D + 41C) + kuning

(Yellow group 4C) + Merah (Red groups 53A +36A) Warna lidah bunga : Merah cerah (red group 41C) + kuning (yellow group

4C) + merah (Red group) 45A Keadaan tepi bunga : Keriting

Letak bunga pada tangkai : Tegak Susunan bunga mekar : Simetris

Kerapatan bunga mekar : Rapat, antarkuntum bunga saling bersentuhan Diameter bunga mekar : 8,1 – 9,9 cm

Jumlah bunga per tangkai : 8 – 16 kuntum

Ukuran tangkai bunga : Panjang 80 – 110 cm, diameter 0,8 – 1,2 cm Warna tangkai bunga : Hijau (Green group 143C) bintik coklat Bentuk subang : Pipih berkerut sedang

Diameter subang : 2,5 – 7 cm

Warna subang : Kuning (Yellow group 16C) bercak greyed-red

group181C

Berat subang : 10 – 50 g Masa dormansi subang : 2,5 – 3 bulan

Warna anak subang : Kuning (Yellow group 4D) Hasil bunga : 1 – 2 tangkai/tanaman/musim tanam Hasil subang : 1 – 3 subang/tanaman/musim tanam Hasil anak subang : 2 – 10 anak subang/tanaman/musim tanam Bunga mekar serentak : 5 – 7 kuntum per tangkai

Lama kesegaran bunga : 3 – 4 hari setelah dipotong 10 – 15 hari di lapangan

Keterangan : Beradaptasi dengan baik pada ketinggian 600-1.400 m dpl

Identitas populasi induk : Tanaman milik Balai Penelitian Tanaman Hias Nomor populasi induk : 050010317

Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Hias

Peneliti : Dedeh Siti Badriah, Toto Sutater, Risna Sri Rahayu, dan Erlina Setiawati

(6)

CLARA

Asal : Balai Penelitian Tanaman Hias Silsilah/ kode pemurnian : Holand Merah (GC 68) x GC 69 Golongan varietas : Klon

Umur mulai berbunga : 40 – 45 hari setelah tanam Umur panen bunga : 67 – 80 hari setelah tanam Tinggi tanaman : 124,6 ± 16,5 cm Bentuk daun : Seperti pedang

Ukuran daun : Panjang 10 – 60 cm, lebar 1,5 – 5,0 cm Warna daun : Hijau (Green group 137C)

Tepi daun : Rata Bentuk ujung daun : Lancip Permukaan daun : Bergaris Jumlah daun : 6 – 7 helai

Warna mahkota bunga atas : Merah (Red groups 44A + 41B) bergaris putih Warna mahkota bunga bawah : Merah (Red groups 44A+46D)+

kuning (Yellow group 4D) Warna lidah bunga : Merah (red groups 45A+46A)+

tepi kuning (yellow group 4D) Keadaan tepi bunga : Keriting

Letak bunga pada tangkai : Tegak Susunan bunga mekar : Simetris

Kerapatan bunga mekar : Rapat, antarkuntum bunga saling bersentuhan Diameter bunga mekar : 8,3-10,9 cm

Jumlah bunga per tangkai : 7-16 kuntum

Ukuran tangkai bunga : Panjang 80-125 cm, diameter 0,8-1,2 cm Warna tangkai bunga : Hijau (Green group 144A) bintik merah Bentuk subang : Pipih berkerut sedang

Diameter subang : 2,5-7 cm

Warna subang : Greyed-red group 179A

Berat subang : 10-50 g Masa dormansi subang : 2,5-3 bulan

Warna anak subang : Violet 84C bintik red-purple group 72A Hasil bunga : 1-2 tangkai/tanaman/musim tanam Hasil subang : 1-3 subang/tanaman/musim tanam Hasil anak subang : 2-10 anak subang/tanaman/musim tanam Bunga mekar serentak : 5-7 kuntum per tangkai

Lama kesegaran bunga : 3-4 hari setelah dipotong 10-15 hari di lapangan

Keterangan : Beradaptasi dengan baik pada ketinggian 600-1.400 m dpl

Identitas populasi induk : Tanaman milik Balai Penelitian Tanaman Hias Nomor populasi induk : 050010316

Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Hias

Peneliti : Dedeh Siti Badriah, Toto Sutater, Risna Sri Rahayu, dan Erlina Setiawati

(7)

FATIMAH

Asal : Balai Penelitian Tanaman Hias Silsilah/ kode pemurnian : Holand Merah (GC 68) x GC 69 Golongan varietas : Klon

Umur mulai berbunga : 40 – 45 hari setelah tanam Umur panen bunga : 67 – 80 hari setelah tanam Tinggi tanaman : 100 – 130 cm

Bentuk daun : Seperti pedang

Ukuran daun : Panjang 10 – 60 cm, lebar 1,5 – 5,0 cm Warna daun : Hijau (Green group 137C)

Tepi daun : Rata Bentuk ujung daun : Lancip Permukaan daun : Bergaris Jumlah daun : 6-7 helai

Warna mahkota bunga atas : Merah (Red group 53B + 54B) garis putih (White

group 155D) di tengah

Warna mahkota bunga bawah : Merah (Red group 46A + 53A) + Kuning (Yellow group 2D) Warna lidah bunga : Merah (Red group 46A + 53A) +

Kuning (Yellow group 2D) Keadaan tepi bunga : Keriting

Letak bunga pada tangkai : Tegak Susunan bunga mekar : Simetris

Kerapatan bunga mekar : Rapat, antarkuntum bunga saling bersentuhan Diameter bunga mekar : 10,0-13,5 cm

Jumlah bunga per tangkai : 10-15 kuntum

Ukuran tangkai bunga : Panjang 80-115 cm, diameter 0,8-1,2 cm Warna tangkai bunga : Hijau (Green group 143 B)

Bentuk subang : Pipih berkerut sedang Diameter subang : 2,5-7 cm

Warna subang : Kuning oranye (Yellow – orange group 15B) Berat subang : 10-50 g

Masa dormansi subang : 2,5-3 bulan

Warna anak subang : Kuning (Yellow group 4D) Hasil bunga : 1-2 tangkai/tanaman/musim tanam Hasil subang : 1-3 subang/tanaman/musim tanam Hasil anak subang : 2-10 anak subang/tanaman/musim tanam Bunga mekar serentak : 5-7 kuntum per tangkai

Lama kesegaran bunga : 3-4 hari setelah dipotong 10-15 hari di lapangan

Keterangan : Beradapatasi dengan baik pada ketinggian 600-1.400 m dpl

Identitas populasi induk : Tanaman milik Balai Penelitian Tanaman Hias Nomor populasi induk : 050010319

Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Hias

Peneliti : Dedeh Siti Badriah, Toto Sutater, Risna Sri Rahayu, dan Erlina Setiawati

(8)

GENTINA

Asal : Balai Penelitian Tanaman Hias Silsilah / kode pemurnian : Holand Merah (GC 68) dengan GC 69 Golongan varietas : Klon

Umur tanaman berbunga : 40 – 50 hari setelah tanam Umur panen bunga : 67 – 80 hari setelah tanam Tinggi tanaman : 100 – 130 cm

Bentuk daun : Seperti pedang

Ukuran daun : Panjang 10,0 – 60,0 cm, lebar 1,5 – 5,0 cm Warna daun : Hijau (Green group 137C)

Tepi daun : Rata Bentuk ujung daun : Lancip Permukaan daun : Bergaris Jumlah daun : 6 – 7 helai

Warna mahkota bunga atas : Oranye-merah (Oranye – red group 33A) + (Red group 40C) + garis putih (White group 155D) Warna mahkota bunga bawah : Oranye-merah (Oranye – red group 33A)+

(Red group 46A+ 40C) + Kuning (Yellow group 4D) + garis putih (White group 155D)

Warna lidah bunga : Oranye-merah (Oranye – red group 33A) + (red group 46A) + kuning (Yellow group 4D) Keadaan tepi bunga : Keriting

Letak bunga pada tangkai : Tegak Susunan bunga mekar : Simetris

Kerapatan bunga mekar : Rapat, antarkuntum bunga saling bersentuhan Diameter bunga mekar : 10,0-11,5 cm

Jumlah bunga per tangkai : 10-15 kuntum

Ukuran tangkai bunga : Panjang 85,0-115, 0 cm, diameter 0,8-1,2 cm

Warna tangkai bunga : Hijau (green group 143 B) bintik merah (red-purple group 56A)

Bentuk subang : Pipih berkerut sedang Diameter subang : 2,5-7 cm

Warna subang : Kuring oranye (Yellow – orange group 15A) Berat subang : 10-50 g

Masa dormansi : 2,5-3 bulan Warna anak subang : Kuning (Yellow 4D)

Hasil bunga : 1-2 tangkai/tanaman/musim tanam Hasil subang : 1-3 subang/tanaman/musim tanam Hasil anak subang : 5-20 anak subang/tanaman/musim tanam Bunga mekar serentak : 3-7 kuntum

Lama kesegaran bunga : 4 hari setelah dipotong 10-15 hari di lapangan

Keterangan : Beradapatasi dengan baik pada ketinggian 600-1.400 m dpl Identitas populasi induk : Tanaman milik Balai Penelitian Tanaman Hias

Nomor pop[ulasi induk : 050010320

Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Hias

Peneliti : Dedeh Siti Badriah, Toto Sutater, Risna Sri Rahayu, dan Erlina Setiawati

(9)

PUSTAKA

1. Badriah, D.S. 1995. Botani dan Ekologi Gladiol.

Dalam A. Muharam, T. Sutater, Sjaifullah dan S.

Kusumo (Eds.). Gladiol. Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakata. p. 3-10.

2. __________, A.H. Permadi, T. Sutater, D. Herlina, dan I Djatnika. 2000. Gladiol Dayang Sumbi. J.

Hort. 9(4):385-389.

3. __________, T. Sutater dan R. S. Rahayu. 2007. Kualitas Bunga dan Produktivitas Subang Beberapa Kultivar Introduksi Gladiol Selama Dua Generasi Tanam. J. Hort. (Edisi Khusus) : 183-188.

4. Komar, D. dan K. Effendie. 1995. Agroekonomi

Gladiol dalam A. Muharam, T. Sutater, Sjaufullah,

dan S. Kusuma (Eds.) Gladiol. Balai Penelitian Tanaman Hias. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Hlm. 21-28

5. Wilfret, G. J. 1992. Gladiolus. Dalam: Larson, R.A., (Ed) Introduction to Floriculture. New York-London: Acad Press. Inc. p. 143-157.

6. Wuryaningsih, S., D.S. Badriah, dan N. Solvia. 2004. Evaluasi Pertumbuhan dan Daya Hasil Be-berapa Klon Terpilih Gladiol. Prosiding Seminar

Nasional Florikultura/Membangun Industri Flo-rikultura yang Berdaya Saing melalui Penerapan Inovasi Teknologi Berbasis Potensi Nasional. Balai

Penelitian Tanaman Hias. Bogor, 4-5 Agustus 2004. Hlm. 197-206.

Badriah, D.S.

Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Ciherang-Segunung, Pacet, Kotak Pos 8 Sdl Cianjur 43253

Referensi

Dokumen terkait

Donor ASI dengan mengikuti langkah-langkah penapisan dan penanganan ASI donor sesuai dengan standar kesehatan yang direkomendasikan (dalam pengawasan tenaga kesehatan). Ibu

Bagian-bagian lain yang diservis yang tidak menggunakan penggantian parts (pelepasan/pemasangan, penyetelan, pemeriksaan/pengukuran, dan pekerjaan lain) tercantum secara bersama

138) Savaş sonrası beslenme koşullarının hayli güçlüğüne karşın ağabeyinin etkisiyle Ottla da bir vejetaryen olmuştu. 1919'da David'e şöyle yazar Ottla: «İnan bana, yine

Sebagai perusahaan pemain baru dalam bisnis kartu perdana (sim card) CDMA, perusahaan harus dapat menawarkan produk kartu perdana (sim card) CDMA yang benar-benar

Pengolahan data dilakukan secara manual, disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan gambar yang diperoleh dari hasil penelitian untuk mengetahui pengaruh paparan

Pengadilan Negeri Koto Baru merupakan lingkungan peradilan umum dibawah Mahkamah Agung RI sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk

Pengujian secara simultan, Uji F ini digunakan untuk menunjukkan semua variabel bebas (X) yang dimasukkan dalam model yang mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap