• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Gracilariagigas Harvey YANG DI TANAM DENGAN TEKNIK SEMPOT DAN METODE APUNG PADA SISTEM PENANAMAN BERTINGKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Gracilariagigas Harvey YANG DI TANAM DENGAN TEKNIK SEMPOT DAN METODE APUNG PADA SISTEM PENANAMAN BERTINGKAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

470

Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Gracilariagigas Harvey YANG DI

TANAM DENGAN TEKNIK SEMPOT DAN METODE APUNG PADA

SISTEM PENANAMAN BERTINGKAT

Oleh

A. IlalqisnyInsan, Dwi Sunu Widyartini, Christyani.

Bagian Biologi Lingkungan, Jurusan Biologi, Fakultas Biologi,

Universitas Jenderal Soedirman

Jl. dr. Soeparno 63 Karangwangkal, Purwokerto 53122

e-mail : insan.ilal@yahoo.com

ABSTRAK

Gracilaria gigas Harvey merupakan salah satu komoditas hasil perikanan penghasil agar-agar.

Penelitian bertujuan : mengetahui pertumbuhan Gracilaria gigas Harvey yang ditanam dengan teknik semprot dan metode apung pada sistem penanaman bertingkat serta mengetahui sistem penanaman dan teknik atau metode mana yang menghasilkan pertumbuhan Gracilaria gigas yang tinggi di perairan Randusangga Brebes.. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola petak terbagi (Split Plot Design), dan ulangan 3 kali. Perlakuan yang dicobakan teknik semprot dan metode apung serta sistim tanam. Data pertumbuhan

Gracilaria gigas dianalisis dengan Uji F, apabila hasilnya nyata, dilanjutkan dengan Uji lanjut

Beda Nyata Terkecil untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan yang dicobakan. Hasil penelitian menggunakan teknik semprot dan metode Apung maupun sistim tanam bertingkat mempengaruhi pertumbuhan Gracilaria gigas Harvey. Pada teknik semprot dan metode Apung dengan sistem tanam yang berbeda menghasilkan pertumbuhan Gracilaria gigas Harvey yang berbeda pada umur 7-14, 14-21, 21-28, 28-35, dan 35-42 hst . Pertumbuhan teringgi diperoleh menggunakan teknik semprot dengan sistim tanam jaring tabung bertingkat sebesar 2.800 g/hr pada umur 28-35 hst Kata Kunci : Jaring Tabung bertingkat, teknik semprot, Gracilaria gigas Harvey

ABSTRACT

Gracilaria gigas Harvey is one of the results of the fishery commodities producers of gelatin. Research aim: know the growth of Gracilaria gigas Harvey planted with floating method and spray techniques on cultivation system of multilevel and know the system of planting and techniques or methods which produce growth of Gracilaria the high waters of the Gigas Randusangga Brebes.. Research using the method of Random Design Group (RAK) and a pattern of hide split (Split Plot Design), and repeat 3 times. Treatment for customers and the spray technique method of buoyancy as well as the system of cultivation. Data growth of Gracilaria gigas analyzed with F-test, if the result is real, followed by further Testing the smallest Real Difference to know the difference between treatment for customers. The results of research using the techniques of spray and cropping systems or Floating method of multilevel affects the growth of Gracilaria gigas Harvey. Spray technique and method of Buoyancy with different cropping systems produce growth of Gracilaria gigas Harvey are different at the age of 7-14, 14-21, 21-28, 28-35, and 35-42 hst. Growth of the teringgi are obtained using a spray technique with the system of multilevel tube NET cropping of 2,800 g/hr at 28-35 hst

(2)

471

PENDAHULUAN

Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan pada kegiatan revitalisasi perikanan yang memiliki pasar yang prospektif. Permintaan pasar dunia akan rumput laut ke Indonesia terus mengalami peningkatan mencapai rata-rata 21,8% tetapi sampai sekarang hanya terpenuhi sekitar 13,1%. Pada saat sekarang, pemenuhan untuk memasok permintaan tersebut masih sangat kurang, data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2004 yaitu dari 1,2 ha lahan yang berpotensi untuk budidaya hanya baru termanfaatkan sekitar 2,2% (26.700 ha). Yusuf et al. (2005) menyatakan bahwa Indonesia hanya dapat mengekspor rumput laut sebesar 250.000 ton atau hanya memenuhi 15% dari total permintaan dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara pengekspor rumput laut masih belum dapat memenuhi permintaan dunia.

Menurut Ratnawati, dkk., (2008) Gracillaria gigas merupakan jenis rumput laut penghasil agar yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti sebagai bahan baku gelatin, roti, keju, susu, es krim, sabun, dan kosmetik. Kegunaan lainnya adalah sebagai media agar untuk medium penumbuhan dan kultur mikroorganisme, serta campuran dalam pembuatan pasta gigi (Pratiwi dan Ismail , 2004). Rumput laut Gracilariagigas sebagai sumber makanan untuk manusia dan hewan laut, serta bahan baku pokok pada perusahaan agar-agar . Rumput laut jenis Gracilaria

gigas sangat penting untuk dibudidayakan karena lebih dari 60% produksi agar-agar di dunia

adalah berasal dari Gracilaria (Tegar, dkk., 2014).

Menurut Mohammad, dkk., (2015) dan Setiyanto, dkk (2008), faktor-faktor pendukung yang di perlukan untuk mencapai pertumbuhan dan produksi yang maksimal diantaranya adalah jenis rumput laut yang bermutu, teknik/metode budidaya yang produksi intensif dan pengaruh kondisi lingkungan seperti suhu air, salinitas, intensitas cahaya dan pH perairan. Umumnya, rumput laut hidup pada kondisi perairan yang mempunyai salinitas optium 250/00. Persyaratan budidaya

Gracilaria, (Widyartini dan Insan., dkk. 2007) yaitu perairan harus jernih dan harus terlindung dari

hempasan ombak secara langsung dan ombak tersebut tidak besar, pergerakan airnya cukup yaitu 20-40 cm/detik.

Metode / teknik dan sistim budidaya merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya rumput laut. Menurut Insan, dkk., (2006), metode dan sistim budidaya yang digunakan selain harus memperhatikan kondisi perairan, juga memperhitungkan persedian material yang akan digunakan dalam pembuatan konstruksi seperti jaring, bambu, dan tali. Keberhasilan budidaya rumput laut di lapangan (field culture) sangat tergantung metode / teknik yang hendaknya disesuaikan dengan lahan budidaya. Menurut Insan, dkk., (2012), salah satu metode budidaya berdasarkan posisi tanam terhadap dasar perairan adalah metode apung. Hal ini berkaitan intensitas sinar matahari. Intensitas sinar matahari di permukaan akan berbeda dengan intensitas sinar

(3)

472

matahari di dasar perairan dan perbedaan ini sangat mempengaruhi dalam proses fotosintesis.Tehnik budidaya semprot merupakan suatu cara budidaya rumput laut yang mensirkulasikan kembali air laut yang digunakan sebagi media budidaya. Teknik ini lebih menguntungkan karena pengontrol kualitas air lebih mudah, pertukaran gas lebih efisien, relatif bebas dari predator, lumut dan hama, serta mudah dipanen. Menurut Irawati MW., (2015), faktor-faktor pendukung yang di perlukan untuk mencapai pertumbuhan dan produksi yang maksimal diantaranya adalah jenis rumput laut yang bermutu, teknik budidaya yang intensif dan pengaruh kondisi lingkungan seperti suhu air, salinitas, intensitas cahaya dan pH perairan.

METODE PENELITIAN

Materi penelitian yang digunakan adalah rumput laut Gacilaria gigas. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: hand refraktometer, pH meter, termometer, gunting, bambu, waring, tali tambang, tali rafia, plastik, pompa air, timbangan, bak plastik, pelampung,

Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan rancangan pola petak terbagi (Split Plot Design), dan ulangan sebanyak tiga kali. Perlakuan-perlakuan yang dicobakan sebagai main plot adalah teknik semprot dan metode apung , sedangkan sebagai sub plot yang terdiri dari sistem jaring tabung bertingkat, sistem jaring tubuler bertingkat, dan sistem tali tunggal bertingkat yang diulangan masing-masing 3 kali. Bibit rumput laut yang telah ditimbang seberat 20 g diikatkan pada masing-masing tali tunggal dengan menggunakan tali raffia atau dimasukan kedalam jaring tubuler maupun jaring tabung bertingkat. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada 7, 14, 21, 28, 35 dan 42 hari setelah tanam (hst). Rumput laut Gracilaria gigas ditimbang berat basahnya untuk mengetahui pertumbuhan.

Data hasil penimbangan berat basah dimasukkan ke dalam rumus pertumbuhan sebagai berikut:

g hari

t t t t W / W G 1 2 1 2    Keterangan : G = Pertumbuhan (g/hari)

Wt1 = Berat rumput laut pada umur t1 (g)

Wt2 = Berat rumput laut pada Umur t2 (g)

t 1 = Waktu pengambilan sampel ke-1

t2 = Waktu pengambilan sampel ke-2

Pengukuran parameter pendukung pertumbuhan dilakukan pada pagi hari waktu penanaman, pengambilan sampel dan waktu panen yang diulang sebanyak 3 kali. Parameter pendukung meliputi temperatur, salinitas, dan pH.

Data pertumbuhandianalisis dengan menggunakan uji F untuk mengetahui perbedaan teknik semprot dan metode apung serta sistem penanaman terhadap pertumbuhan rumput laut

(4)

473

Gracilaria gigas , bila berbeda, maka dilanjutkan dengan uji BNT untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pertumbuhan rumput laut Gracilaria gigas Harvey pada semua perlakuan menunjukkan peningkatan dengan bertambahnya waktu penanaman baik menggunakan teknik semprot dan metode Apung pada sistem jaring tabung bertingkat, jaring tubuler bertingkat atau tali tunggal bertingkat (Gambar 1). Hasil pengamatan pertumbuhan rata-rata tertinggi pada semua umur menggunakan sistim jaring tabung bertingkat dengan teknik semprot antara 0.85 – 2.80 g/hr, sedangkan pertumbuhan yang paling rendah pada pada semua umur adalah pada perlakuan sistem tali tunggal bertingkat dengan metode apung. Bayu, dkk., . (2011) menyatakan bahwa semakin bertambahnya umur, pertambahan berat basah semakin meningkat serta rumpun rumput laut menjadi lebih rimbun dan padat. Kepadatan talus yang tinggi menyebabkan terjadinya persaingan antar talus dalam perolehan unsur hara maupun cahaya matahari. Ruang tumbuh yang luas mengakibatkan persaingan antar titik tanam semakin kecil, sehingga dapat mengoptimalkan penyerapan unsur hara dan cahaya matahari. Penyerapan unsur hara dan cahaya matahari yang optimal mengakibatkan fotosintesis berjalan optimal, sehingga pertambahan berat basah meningkat. Mansyur, dkk., (2003), menambahkan bahwa meningkatnya pertambahan berat basah rumput laut karena didukung oleh adanya penyerapan cahaya matahari optimal, unsur hara, O2serta

stabilnya faktor lingkungan. Penyerapan unsur hara dan cahaya matahari yang optimal mengakibatkan fotosintesis berjalan optimal, sehingga pertambahan berat basah meningkat.

Gambar 3.1. Grafik pertumbuhan Gracilaria gigas Harvey yang ditanam menggunakan tehnik semprot (M1) dan metode apung (M2) dengan sistem penanaman; jaring tabung bertingkat (S1), Tabung tubuler bertingkat (S2) dan Tali Tunggal bertingkat (S3) . Keterangan : Teknik semprot dengan jaring tabung bertingkat (M1S1) , Teknik semprot dengan

Jaring tubuler bertingkat (M1S2), Teknik semprot dengan tali tunggal bertingkat (M1S3) ; Metode Apung dengan jaring tabung bertingkat (M1S1) , Metode Apung

(5)

474

dengan Jaring tubuler bertingkat (M1S2), Metode Apung dengan tali tunggal bertingkat (M1S3)

Tjaronge (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan rumput laut sangat erat kaitannya dengan kondisi faktor lingkungan perairan. Lingkungan yang stabil dapat memberikan pertumbuhan rumput laut yang baik. Kondisi perairan Tambak Randusangga Brebes sangat mendukung bagi budidaya G. gigas karena secara umum memiliki suhu berkisar antara 27-30 0C, salinitas berkisar 24-26‰, derajat keasaman (pH) berkisar 7-8, dan kecerahan 95-120 cm.. Rohama, dkk., (2014), menyatakan bahwa Gracilaria dapat tumbuh pada kisaran salinitas 15-35 ‰ dengan salinitas optimum 25 ‰, sedangkan suhu yang baik untuk pertumbuhan Gracilaria berkisar antara 23-28 0C.

Hasil analisis ragam pada umur 0-7 hst Tabel 1), budidaya dengan teknik semprot dan metode apung serta sistim tanam menunjukan pertumbuhan rumput laut G. gigas yang seragam. Menurut Utojo et al, (2008), Rumputlaut yang dipindahkandarihabitataslikehabitat yang barumakatumbuhantersebutakanmengalamiadaptasiterhadaplingkungan yang baru. Farah D., dkk. (2014), menambahkan bahwa proses penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungan, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Jika penyesuaian diri terhadap lingkungan lebih cepat, maka rumput laut akan tumbuh dengan baik.

Pada umur 7-14, 14-21, 21-28, 28-35 dan 35-42 hst menunjukkan adanya perbedaan baik pertumuhan menggunakan teknik semprot dengan metode apung maupun sistim tanam (Tabel 1). Penanaman menggunakan teknik semprot menghasilkan pertumbuhan yang

pertumbuhan yang lebih tinggi dari pada mengunakan metode Apung (tabel 2)

Tabel 1. Analisis ragam pertumbuhan rumput laut G. gigaspada umur 0-7, 7-14, 14-21, 21-28, 28-35 dan 35-42 hst

Umur hst

Sumber ragam Derajat

Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) F Hitung F Tabel 0.05 0-7 Ulangan 3 0.0683 0.0228

Main Plot A : Tehnik Semprot dan Metode Apung

1

0.0207 0.0207 7.667ns 10.13

Galat a 3 0.0081 0.0027

Sub Plot B : Sistim Penanaman 2 0.1058 0.0529 2.844ns

3.89 Interaksi A x B 2 0.0008 0.0004 0.032ns 3.89 Galat b 12 02233 0.0186 Total 23 0.4183 7 - 14 Ulangan 3 0.1433 0.0478

Main Plot A : Tehnik Semprot dan Metode Apung

1

0.0817 0.0817 29.400* 10.13

Galat a 3 0.0083 0.0028

Sub Plot B : Sistim Penanaman 2 0.4008 0.2004 14.724* 3.89 Interaksi A x B 2 0.0358 0.0179 1.316ns 3.89

(6)

475

Total 23 0.8333

14-21

Ulangan 3 0.0733 0.0244

Main Plot A : Tehnik Semprot dan Metode Apung

1

0.1667 0.1667 18.750* 10.13

Galat a 3 0.0267 0.0089

Sub Plot B : Sistim Penanaman 2 0.5508 0.2754 27.541* 3.89 Interaksi A x B 2 0.0158 0.0079 0.791ns 3.89

Galat b 12 0.1200 0.0100

Total 23 0.9533

21-28

Ulangan 3 0.0833 0.0278

Main Plot A : Tehnik Semprot dan Metode Apung

1

0.4817 0.4817 14.213* 10.13

Galat a 3 0.1017 0.0339

Sub Plot B : Sistim Penanaman 2 1.2233 0.6117 30.583* 3.89 Interaksi A x B 2 0.0033 0.0017 0.083ns 3.89

Galat b 12 0.2400 0.0200

Total 23 2.1333

28-35

Ulangan 3 0.0713 0.0713

Main Plot A : Tehnik Semprot dan Metode Apung

1

0.4017 0.4017 14.714* 10.13

Galat a 3 0.08217 0.0273

Sub Plot B : Sistim Penanaman 2

1.0233 0.5116 16.1388 * 3.89 Interaksi A x B 2 0.0026 0.0013 0.410ns 3.89 Galat b 12 0.3800 0.0317 Total 23 2.1333 35-42 Ulangan 3 0.0536 0.0536

Main Plot A : Tehnik Semprot dan Metode Apung

1

0.3412 0.3412 11.224 10.13

Galat a 3 0.0914 0.0304

Sub Plot B : Sistim Penanaman 2 0.8725 0.4362 20.101* 3.89 Interaksi A x B 2 0.0019 0.0008 0.036ns 3.89

Galat b 12 0.2624 0.0217

Total 23 2.1333

Keterangan: * : Berbeda sangat nyata Ns: Tidak berbeda nyata

Tehnik budidaya semprot merupakan suatu cara mensirkulasikan air laut yang digunakan sebagi media budidaya (Pickering et al., 1994). Teknik ini lebih menguntungkan karena pengontrol kualitas air lebih mudah, pertukaran gas lebih efisien, relatif bebas dari predator, lumut dan hama, serta mudah dipanen (Tegar., dkk..,2014). Kondisi lingkungan yang terkontrol selama budidaya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi rumput laut.

(7)

476

Tabel 2. Uji BNT pertumbuhan G. gigas Harvey berdasarkan teknik semprot dan metode Apung

.Perlakuan Pertumbuhan (gram/hari)

7-14 hst 14-21 hst 21-28 hst 28-35 hst 35-42 hst

M1 ( Teknik

Semprot) 1.223b 1.660b 2.045b 2.160b

2.057b M2 (Metode Apung) 1.107a 1.452a 1.660a 1.793a 1.747a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata antar

perlakuan pada uji BNT 5 %.

Menurut Irawati, MW., (2011), faktor-faktor pendukung yang di perlukan untuk mencapai produksi yang maksimal diantaranya adalah jenis rumput laut yang bermutu, teknik budidaya yang intensif dan pengaruh kondisi lingkungan seperti suhu air, salinitas, intensitas cahaya dan pH perairan.

Hasil uji lanjut BNT (Tabel 3), pada umur 7 sampai 42 hst budidaya menggunakan sistim tanam menunjukan pertumbuhan yang tidak sama. Sistim jaring tabung bertingkat, pertumbuhan rumput laut Gracilaria gigas berbeda dengan sistim tali tunggal bertingkat. Hal ini terkait dengan ruang tumbuh, penyerapan cahaya matahari, unsur hara yang cukup, dan juga faktor lingkungan (suhu, alinitas, pH dan kecerahan) yang stabil. Cahaya matahari dan unsur hara yang lebih baik mengoptimalkan proses fotosintesis sehingga pertumbuhan meningkat. Menurut Insan, dkk., (2012), ruang tumbuh yang luas menyebabkan talus rumput laut tidak saling menutupi, sehingga penyerapan cahaya matahari dan zat hara menjadi lebih baik dan pertumbuhan rumput laut optimal. Menurut Mohammad RH, dkk. (2015), salah satu proses fisiologis yang penting pada rumput laut adalah fotosintesis yang menghasilkan cadangan makanan dan oksigen. Cadangan makanan pada jaringan meristematik lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan yang diawali dengan morfogenesis. Morfogenesis pada rumput laut dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa kondisi lingkungan perairan dan faktor internal yaitu komunikasi antar sel dan produksi hormon pertumbuhan. Kepadatan talus dan penyerapan cahaya matahari mempengaruhi pertumbuhan berat basah rumput laut, sehingga rumput laut yang memiliki kepadatan lebih rendah dan rumput laut yang memiliki ruang lebih luas dalam menyerap cahaya matahari akan tumbuh lebih baik.

Tabel 3. Uji BNT pertumbuhan G. gigas Harvey berdasarkan sistim penanaman yang berbeda

Perlakuan Pertumbuhan (g/hari)

7-14 hst 14-21 hst 21-28 hst 28-35 hst 35-42 hst

S1 1.468a 2.033a 2.423 a 2.580 a 2.490 a S2 1.143a 1.495b 1.830 a 2.010 a 1.950 a S3 0.885b 1.140b 1.305 b 1.340 b 1.265 b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata antar

(8)

477

Penggunaan sistem tanam yang tepat dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut, pada penggunaan sistem jaring tabung bertingkat dapat memberikan kelebihan yaitu rumput laut mempunyai ruang yang cukup untuk pertumbuhan, terlindungi oleh jaring sehingga dapat terhindar dari predator tetapi pada sistem tali tunggal bertingkat tidak ada tempat dan tidak terlindung faktor lingkungan , yang mengakibatkan pertumbuhan rumput laut terhambat (Insan., AI dkk, 2012).

Hasil pertumbuhan yang baik didukung oleh kondisi perairan yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi. Faktor lingkungan seperti kecerahan, derajat keasaman (pH), dan suhu akan mempengaruhi pertumbuhan rumput laut Gracilaria gigas. Salah satu faktor lingkungan adalah sinar matahari. Banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam perairan berhubungan erat dengan kecerahan perairan tersebut. Menurut Sri, dkk., (2015) kecerahan ini menentukan banyaknya cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan yang nantinya cahaya tersebut digunakan untuk proses fotosintesis. Pratiwi dan Ismail (2004), menyatakan bahwa dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis, karena itu rumput laut hanya dapat tumbuh pada perairan yang memiliki kedalaman tertentu dengan cahaya matahari yang mencapai dasar perairan.

Nilai pH yang terdapat di Tambak Randusangga Brebes mempunyai kisaran 7-8 Menurut Insan AI., (2012), toleransi rumput laut terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain suhu air, oksigen terlarut daya menggabung asam dan adanya kation serta jenis dan stadia organisme. Nilai pH yang rendah dapat meningkatkan konsentrasi CO2 bebas. Rumput laut

menggunakan CO2 karena tingginya laju fotosintesis saat nilai pH turun.

Suhu menyatakan bahwa suhu mempunyai pengaruh terhadap kecepatan fotosintesis, sampai pada suatu titik tertentu kecepatan fotosintesis akan meningkat seiring meningkatnya suhu (Insan, dkk 2002). suhu yang sesuai untuk pertumbuhan Gracilaria berkisar antara 20-30°C.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Teknik Semprot dan metode Apung pada sistim tanam yang berbeda menunjukkan adanya perbeda pada pertumbuhan Gacilaria gigas

2. Budidaya dengan Teknik Semprot yang menggunakan sistem jaring tabung bertingkat menghasilkan pertumbuhan teringgi sebesar 2.8 g/hari

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada DRPM Kemenristekdikti yang telah mendukung penelitian ini dengan skim Produk Terapan tahun 2017.

(9)

478

DAFTAR PUSTAKA

Bayu. DP., R. Aryawati dan Isnaini, 2011. Laju Pertumbuhan Rumput Laut Garilaria sp dengan Metode Penanaman yang Berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan. Maspari J. 03(2011). 36-41.

Farah D., K. Nirmala dan DT Soelistyowati, 2014. Analisis Kulitas Rumput Laut Gracilaria gigas pada Habitat Laut dan Tambak, Nusa Tenggara Barat. J.Ris. Akuakultur. 9 (1): 59-65. Insan, A I , D. S. Widyartini, Sarwanto, 2012. Posisi Tanam Rumput Laut Dengan Modifikasi

Sistim Jaring terhadap Pertumbuhan dan Produksi Eucheuma cottonii di Perairan Pantura Brebes. Jurnal Litbang Jawa Tengah., 11 (1): 125-133.

Insan, A I , D. S. Widyartini, Sarwanto, 2006. Budidaya Gracilaria vericossa dengan Berbagai Metode pada Perairan Tambak dan Pantai di Kecamatan Ayah-Kebumen. Majalah Ilmiah UNSOED, (1) : 0126-2475.

Insan, A.I., Sulastri, A., dan Dwi, S.W. 2002. Pengaruh Metode Budidaya Rumput Laut terhadap Produksi dan Kandungan Karaginan Kappaphycus alvarezii Dotty di Perairan Cilacap. Biosfera, 19: 45-49.

Irawati MW., 2011. Produksi Gracilaria verrucusa yang Dibudidayakan di Tambak dengan Berat Bibit dan Jarak Tanam yang berbeda. J. Agrisains. 12(2): 57-62.

Mansyur, A., Utojo dan Muharijadi, A. 2003. Pengaruh Perbedaan Metode Penanaman Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut G. verrucosa di Tambak Percobaan Marana, Maros, Sulawesi Selatan. Balai Penelitian PerikananBudidaya Pantai, Maros.

Mohammad RH, S Rejeki dan R Wisnu, 2015. Pengaruh bobot Awal Terhadap Pertumbuhan Gacilaria sp yang dibudidayakan dengan Metode Long Line Di Perairan Tambak Terabrasi Deda KaliKwiling Kabupaten Brebes.Aquaculture Management and Technology; Vol. 4 (2): 92-99

Pratiwi, E., dan W. Ismail. 2004. Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Pulau Pari. Warta. X (2) : 11-15.

Pickering, T. D., M. E. Gordon and L. J. Tong. 1994. A. Preliminary Trial of Spray Culture Technique for Growing The Agorophyte Gracilaria chilensis. Aquaculture 130: 43-49. Ratnawati., E., A. Mustofa dan Rachmansyah. 2008. Faktor Status Pembudidaya, Kondisi dan

Pengelola tambak yang berpengaruh terhadap Produksi Rumput Laut (Gracilaria virrucosa) di Tambak Tanah Sulfat masam, Kabupaten Lawu Utara, Proprinsi Sulawesi Selatan. J. Ris. Akuakultur 3 (2) : 275-287.

Rohama D, SRH Mulyaningrum dan M Tjaronge. 2014. Analisa Kualitas Air yang Berpengaruh Terhadap Pertumbuha Rumput Laut Gracilaria verrocosa Hasil Kultur Jaringan di Tambak. Proseding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur : 479-483

Sri RHM, A Parenrengi dan E Suryati., 2015. Pertumbuhan dan Perkembangan Eksplan Rumput Laut Gacilaria verrucosa dan Gacilaria gigas pada Aklimatisasi di Tambak . Ilmu Kelautan . 20(3): 135-142

Setiyanto D, I Efendi dan KJ Antara., 2008. Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii var Maumare, var Sacol dan Eucheuma cottonii di perairan Musi Buleleng. J Ilmu Kelautan. 13 (3): 171-176.

(10)

479

Tegar AS, S Rejeki dan RW Aryati., 2014. Pengaruh cara memperoleh Bibit hasil Seleksi, Non seleksi dan Kultur jaringan terhadap Pertumbuhan, Kandungan Agar dan Gel StrengtRumput Laut Gracillaria vericosa yang dibudidayakan dengan Metode Broadcast di Tambak, Journal of Aquaculture Management and Technologi., 3 (2). 18-24,

Tjaronge, M. 2005. Polikultur Rumput Laut Gracilaria sp. dan Ikan Bandeng Chanos chanos dengan Padat Penebaran yang Berbeda. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.11 : 79-85. Utojo., A. Mansyur., B. Pantjara dan AM. Pirzan., 2008. Kondisi Lingkungan Perairaan Teluk

Mallasoro yang Layak untuk Lokasi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Eucheuma sp. J. Ris. Akua. 2 (2) : 243-255.

Widyartini, D. S. dan A. I. Insan,. 2007. Meningkatkan pertumbuhan dan produksi rumput laut

Gracilaria gigas Melalui Modifikasi Sistem Jaring (Studi kasus: di Perairan Nusakambangan

Cilacap). Oseana XXXII (4) : 13-20.

Yusuf, R., Mira, dan A. Zamroni. 2005. Analisis Potensi Pasar Rumput Laut di Indonesia. Jurnal

Gambar

Gambar  3.1.  Grafik  pertumbuhan  Gracilaria  gigas  Harvey  yang  ditanam    menggunakan  tehnik  semprot  (M1)    dan  metode  apung  (M2)  dengan  sistem  penanaman;    jaring  tabung  bertingkat (S1), Tabung tubuler bertingkat  (S2) dan Tali Tunggal b
Tabel 1. Analisis ragam pertumbuhan rumput laut G. gigaspada umur 0-7, 7-14, 14-21, 21-28,  28-35 dan 35-42 hst
Tabel  3.  Uji  BNT  pertumbuhan  G.  gigas  Harvey  berdasarkan  sistim  penanaman    yang  berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan algoritme post pruning pada pohon keputusan untuk mendapatkan pohon keputusan dengan nilai akurasi yang lebih tinggi atau

3HQHUDSDQ 7LJD 0RWLI 'HVDLQ 7URSLFDO :DWHUFRORU \DQJ GLWUDQVIRUPDVLNDQ SDGD NDLQ EHUXSD SURGXN MDGL VFDUI PHODOXL WHNQLN GLJLWDO SULQWLQJ 3HQHOLWLDQ LQL EHUWXMXDQ XQWXN PHQJHWDKXL

Bukan hanya karena biaya yang harus dikeluarkan untuk mengenyam pendidikan yang tidak murah, tetapi juga karena pragmatisme masyarakat umum yang menganggap bahwa

Pembangunan Belia di Malaysia Pembangunan Belia Positif Aplikasi Pembangunan Belia Positif Pembangunan Belia Positif Sebagai Proses Pembangunan Semula Jadi Pendekatan Pembangunan

Dengan melihat fenomena yang terjadi pada perusahaan peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan sistem distribusi yang terjadi pada PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun suatu sistem pendukung keputusan dalam proses pemilihan terapi jus (buah dan sayuran) yang tepat sebagai penunjang terapi

• Bisnis tidak bisa lepas dari faktor hukum, tetapi hukum saja belum cukup untuk mengatur bisnis, dalam hal ini pula didukung faktor lain seperti etika. Bahkan pada taraf