• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan bagian integral dari dinding sel tumbuhan. Lignin adalah bahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. merupakan bagian integral dari dinding sel tumbuhan. Lignin adalah bahan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Lignin

Lignin merupakan senyawa kimia yang umumnya diperoleh pada kayu dan

merupakan bagian integral dari dinding sel tumbuhan. Lignin adalah bahan

polimer alam terbanyak kedua setelah selulosa. Lignin merupakan polimer yang

sukar larut dalam asam dan basa kuat dan sulit terdegradasi secara kimiawi

maupun secara enzimatis. Lignin pada kayu terdapat pada lamela tengah antara

selulosa, hemiselulosa, dan pektin yang berfungsi sebagai perekat atau penguat

dinding sel. Lignin berperan sangat penting bagi tumbuhan sebagai pengangkut

air, nutrisi, dan metabolist dalam sel tumbuhan. Lignin sulitdidegradasi karena

strukturnya yang kompleks danheterogen yang berikatan dengan selulosa

danhemiselulosa dalam jaringan tanaman.Lebih dari 30persen tanaman tersusun

atas lignin yang memberikanbentuk yang kokoh dan memberikan proteksi

terhadapserangga dan patogen (Orth et al., 1993).Disampingmemberikan bentuk

yang kokoh terhadap tanaman, ligninjuga membentuk ikatan yang kuat dengan

polisakaridayang melindungi polisakarida dari degradasi mikroba danmembentuk

struktur lignoselulosa.

Struktur lignin pada kayu daun lebar memiliki komposisi yang lebih

kompleks dibandingkan kayu daun jarum.Jenis kayu daun lebar disusun oleh unit

siringil dan guaiasil dengan perbandingan tertentu, sedangkan lignin kayu daun

jarum didominasi oleh unit guaiasil dengan sedikit tambahan p-hidroksiphenil

(Agustina, 2009).

Polimer alam kedua ini sangat melimpah dan membentuk 15sampai 30

(2)

(hardwood). Lignin yang terdapat pada dinding sel, mendukung bentuk struktural,

impermeabilitas, pertahanan terhadap mikroba dan oksidative stress.Secara

struktural, lignin memiliki bentuk heteropolimer yang amorf, tidak larut dalam air

danterdiri atas 3 jenis fenilpropana yaitu coniferyl alcohol (guaiacyl propanol),

coumaryl alcohol (p-hydroxyphenylpropanol), and sinapyl alcohol (syringyl propanol).Coniferyl alcohol adalah komponen utama dari softwood lignin,

sementara, guaiacyl and syringyl alcohols konstituen utama dari hardwood lignin

(Perez et al., 2002).

Degradasiligninoleh jamur pelapuk

putihmelibatkanenzimsepertiligninperoksidase(LiP), manganperoksidase(MnP)

danlakase (Kerem & Hadar,1998). Degradasi lignin tergantung kepada kehadiran

metabolit ko-substrat seperti glukosa. Disamping itu, adanya peningkatan dari O2

di dalam kultur memiliki efek aktivasi yang kuat pada laju degradasi dari lignin.

Sebuah bukti juga menunjukkan bahwa mangan sangat penting dalam degradasi

lignin. Endapan MnO2 terakumulasi di dalam kayu setelah dibusukkan oleh

beberapa jamur pelapuk putih, dan degradasi lignin oleh beberapa jamur pelapuk

putih sangat dipengaruhi oleh kehadiran dari Mangan (Gold dan Alic, 1993).

Fungi

Jamur (fungi) merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak mempunyai

zat hijau (klorofil).Untuk dapat bertahan hidup jamur berperan sebagai parasit

atau saprofit pada mahluk hidup lainnya, jamur tidak dapat menghasilkan

makanannya sendiri (Tambunan dan Nandika, 1989).

Fungi merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga

(3)

multiseluler.Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat

membentuk anyaman bercabang-cabang (miselium).Fungi pada umumnya

multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri fungi berbeda dengan organisme lainnya

dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya (Gandjar

et al., 1999).

Tiga karakteristik utama fungi adalah: (1) pembentukan struktur unit dasar

yaitu hifa, (2) pembentukan propagul reproduksi yang sebagian besar adalah spora

(biasanya bersel satu) dan (3) penyerapan makanan secara heterotrofik (fungi

menghasilkan enzim yang dihasilkan untuk menguraikan bahan-bahan organic,

sehingga dapat diserap dalam bentuk larutan (Widyastuti dkk, 2005).

Bagian vegetatif pada jamur umumnya berupa benang-benang halus

memanjang, bersekat (septa) atau tidak, dinamakan dengan

hifa.Kumpulan-kumpulan benang-benang hifa tersebut dinamakan miselium.Miselium dapat

dibedakan menjadai dua tipe pokok.Pertama mempunyai hifa senositik

(coenocytic), yaitu hifa yang mempunyai banyak inti dan tidak mempunyai sekat

melintang, jadi hifa ini berbentuk tabung halus yang berbentuk protoplas dengan

banyak inti.Pembelaan intinya tidak diikuti oleh pembelaan sel. Kedua

mempunyai hifa seluler (celluler), hifa terdiri dari sel-sel, yang masing-masing

mempunyai satu atau dua inti (Semangun, 1996).

Pada umumnya pertumbuhan fungi dipengaruh oleh beberapa faktor

seperti substrat yang tersedia, suhu yang baik dan sesuai dengan pertumbuhan

fungi, derajat keasaman substrat (pH), dan senyawa-senyawa kimia yang ada di

(4)

semua faktor-faktor tersebut fungi akan mengalami pertumbuhan yang baik

(Gandjar et al., 2006).

Proses Pelapukan Kayu

Peristiwa pelapukan kayu pada umumnya dipengaruhi oleh reaksi

biokimia antara komponen kimia kayu atau biomassa dengan enzim yang

diproduksi oleh mikroorganisme.Kemampuan mikroorganisme untuk

menguraikan komponen kimia bahan tersebut sangat dipengaruhi oleh genetik dan

kondisi lingkungan. Fungi pelapuk umumnya berfungsi sebagai pembuka jalan

pelapukan lain oleh mikroba yang lebih rendah tingkatannya seperti mikroba.

Pada umumnya mikroba yang sangat berperan dalam pendegradasi kayu adalah

fungi-fungi pelapuk putih (whiterotfungi) dan fungi pelapuk coklat

(brownrotfungi), dan keduanya sebagian besar tergolong Basidiomycetes.Fungi

pelapuk putih mempunyai peran utama dalam mendegradasi lignin, sedangkan

fungi pelapuk coklat banyak mendegradasi selulosa dan hemiselulosa daripada

lignin.Hemiselulosa merupakan komponen yang paling mudah didegradasi,

sedangkan lignin dan selulosa lebih sulit didegradasi dan sangat bergantung pada

jenis funginya (Prasetya, 2005).

Berdasarkan tingkat urutan-urutan penguraian komponen kimia biomassa,

degradasi dapat dibagi kedalam tiga katagori.Pertama lignin yang didegradasi

kemudian diikuti dengan selulosa dan hemiselulosa.Kedua, sebaliknya degrdasi

diawali selulosa dan hemiselulosa kemudian degradasi lignin.Ketiga, degradasi

lignin dan selulosa berjalan bersamaan. Proses degradasi pada umumnya berjalan

bertahap dan pada umumnya terjasi pemotongan rantai panjang dari polimer

(5)

Keterlibatan Mikroorganisme Dalam Pelapukan Kayu

Dekomposisi kayu/tanaman adalah bagian terpenting dalam siklus karbon

di alam. Proses dekomposisi disebabkan oleh jamur, insektan yang menggunakan

kayu sebagai makanan atau shelter. Kandungan lignin dalam kayu menjadi bahan

utama untuk proses dekomposisi enzim dari selulosa dan hemiselulosa. Pada

prinsipnya, kayu mengandung bahan organik tertinggi, dan kayu tidak dapat

dipisahkan dari tanaman yang selalu mengikuti siklus dan proses fotosintesis

alam. Ketika kayu sudah mati, maka jamur dan organisme pengurai lainnya

berperan dalam penguraian bahan kayu tersebut melalui proses biosintetik dan

biodekomposisi (Murtihapsari, 2008).

Pelapukan yang mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan kayu pada

umumnya disebabkan oleh mikroorganisme (jamur) yang disebut sebagai jamur

pelapuk kayu. Agen-agen biologis seperti fungi yang menyebabkan pembusukan

atau pewarna kayu dan bahan-bahan selulosa yang lain adalah tumbuh-tumbuhan

yang tidak mengandung klorofil. Karena tidak dapat memproduksi makanannya

sendiri, fungi harus memperoleh energinya dari bahan-bahan organik lain

(Haygreen dan Bowyer, 2000).

Menurut Khan (1954) jamur pelapuk kayu tidak dapat memproduksi

makanannya sendiri dari substansi yang sederhana seperti karbondioksida, air dan

mineral.Oleh karena itu, jamur pelapuk kayu hidup dari bahan organik yang

terdapat pada kayu mati sebagai saprofit atau memperoleh makanan dari pohon

(6)

Kumpulan hifa yang disebut miselium jamur pelapuk kayu menembus

kedalam kayu, serta tumbuh dan merombak substansi dinding sel kayu yang

secara utama terdiri atas hemiselulosa, selulosa serta lignin menjadi bahan yang

sederhana. Jamur pelapuk kayu hidup dan memperoleh makanan utama dengan

cara merombak bahan organik penyusun dinding sel kayu dengan pertolongan

enzim yang dihasilkannya (Manion, 1991).

Terjadinya pelapukan pada pohon sangat dipengaruhi oleh adanya

pelukaan pada pohon, kepekaan pohon terhadap serangan organisme pelapuk,

interaksi antara mikroorganisme dengan pohon serta kondisi lingkungan yang

mendukung untuk periode waktu yang lama (Manion, 1991).

Berdasarkan tipe pelapukan kayu akibat serangan jenis-jenis jamur,

terdapat 3 (tiga) macam jamur perusak kayu antara lain :

1. Brown-rot Fungi

Jamur tingkat tinggi dari kelas Basidiomycetes. Golongan jamur ini

menyerang hemiselulosa dan selulosa kayu dan meninggalkan residu

kecoklatan yang kaya akan lignin.

2. White-rot Fungi

Spesies jamur dari kelas Basidiomycetes, juga mendegradasi hemiselulosa,

selulosa dan lignin.Menyebabkan warna kayu lebih muda dari warna

normal.

3. Soft-rot Fungi

Jenis-jenis jamur dari kelas Ascomycetes atau fungiimperfectie,

menyerang selulosa dan komponen dinding sel lainnya. Akibat serangan

(7)

(Tambunan dan Nandika, 1989)

Pelapukan oleh fungi Pelapuk Putih

Tahap awal dalam pelapukan kayu yang dilakukan oleh white rot

fungiakan menyebabkan perubahan warna dan pengerasan pada permukaan kayu.

Hifa berkembang pada permukaan kayu atau bagian-bagian kayu yang retak

kemudian miselium menghisap zat makanan. Sifat fisik kayu, warna kayu dan

strukturnya akan berubah. Tahap ini disebut pelapukan tingkat lanjut (Advanced

decay) yang ditandai dengan berkurangnya kekuatan kayu sehingga mudah

hancur. Jamur pelapuk putih akan meninggalkan warna putih pada kayu (Hardjo

et. al., 1989).

Fungi Pelapuk Putih (FPP) dari kelas Basidiomycetes merupakan

organisme yang bekerja efisien dan efektif dalam proses biodelignifikasi. Ada

jenis jamur lain yang juga mampu mendegradasi lignin, seperti fungi pelapuk

coklat (brown-rotfungus) namun enzim yang dihasilkan oleh jenis jamur ini tidak

bekerja se-efektif enzim yang dihasilkan FPP. Proses biodelignifikasi ini mulai

saat FPP menembus dan membentuk koloni dalam sel kayu lalu mengeluarkan

enzim yang berdifusi melalui lumen dan dinding sel. Hal ini menyebabkan

terjadinya penurunan kekuatan fisik kayu dan pembengkakan jaringan kayu.

Intinya fungi pelapuk putih (FPP), yang menggunakan selulosa sebagai sumber

karbon, memiliki kemampuan yang unik untuk mendegradasi lignin secara

keseluruhan membentuk karbon dioksida untuk memperoleh molekul selulosa

(8)

Jamur yang paling efisien dalam mendegradasi lignin dalam tanah ialah

Abortiporusbiennis, Bjerkanderaadusta, Dichomitussqualens, P.chrysosporium, Phanerochaetesordida, P. radiata, Pleurotusostreatus, Trameteshirsuta, danTrametesversicolor (Toumela, 2002).

Fungi pelapuk putih menyerang kayu lunak dan terutama kayu keras

dengan pilihan pada lignin. Ada beberapa enzim-enzim pendegradasi lignin

berkembang biak dan enzim-enzim pendegradasi pectin, poliosa dan bahkan

selulosa. Hifa fungi masuk ke dalam jaringan kayu melalui selaput noktah dan

melalui dinding-dinding sel dengan membentuk lubang-lubang pengeboran

(Murtihapsari, 2008).

Fungi pelapuk putih diketahui memiliki kemampuan ligninolitik yang

memiliki kemampuan dimana jamur mengeluarkan enzim yang dapat

mendegradasi lignin.Pada jamur pelapuk putih, enzim yang dikeluarkan adalah

enzim peroksidase (Johjima et al., 1999).

Berdasarkan tingkat urut-urutan penguraian komponen kimia biomassa,

degradasi dapat dibagi dalam tiga kategori.Pertama, lignin yang didegradasi

diikuti oleh degradasi selulosa dan hemiselulosa.Kedua, sebaliknya degradasi

diawali pada selulosa dan hemiselulosa kemudian degradasi lignin.Ketiga,

degradasi lignin dan selulosa berjalan secara bersamaan. Proses degradasi pada

umumnya berjalan secara bertahap (Widjaya, 2004).

Terdapat tiga jenis enzim ligninolitik yang mampu mendegradasi lignin

yaitu fenol oksidase (lakase), lignin peroksidase (LiP), dan mangan peroksidase

(9)

mikroorganisme.LiP tidak diproduksi oleh semua jenis fungi pelapuk putih

(Akhtar et al., 1997).

Lignin Peroksidase (LiP)

Lignin Peroksidase (LiP) merupakan enzim yang mengandung gugus

heme dengan potensial redoks yang tinggi dan disekresikan keluar sel. Lignin

Peroksidase mengoksidasi gugus metoksil pada cincin aromatik non fenolik

dengan menghasilkan radikal bebas.Enzim LiP memiliki pH optimum dibawah

3.0 tetapi enzim LiP menunjukkan ketidakstabilan apabila berada pada kondisi

yang asam, mendekati pH 4. LiP memerlukan dua jenis metabolit agar dapat

berfungsi dengan baik. Kedua jenis metabolit tersebut adalah hidrogen peroksida

yang juga diperlukan oleh MnP dan veratil alkohol (VA) yang digunakan sebagai

mediator dalam reaksi redoks(Sigit, 2009). Veratil alkohol merupakan substrat

dari enzim LiP dan dihasilkan untuk meningkatkan kerja enzim LiP dan

melindungi LiP dari inaktivasi akibat kelebihan H2O2 (Gadd, 2001).

LiP ditemukan pertama kalipada jamur P.

chrysosporium.P.chrysosporiummerupakan jamur pelapuk putih yang

palingbanyak dipelajari, merupakan perwakilan dari kelompok LiP-MnP. P.

chrysosporiummemiliki kemampuan mendegradasi paling efisien, dan beberapa strain sering digunakan secara industrial, seperti pada degradasi lignin dan biopulping (Kerem &Hadar,1998). Seperti peroxidase lainnya, LiP

mampu dalam oksidasi dari berbagai jenis senyawa fenolik (guaicol, vanillyl

alcohol, cathecol, syringic acid, acetosyringone, dan lainnya) (Wong, 2008).

Referensi

Dokumen terkait

Demikian juga gempa dengan magnitude 8,8 yang terjadi tahun lalu di Chile, waktu dalam satu hari telah dipangkas sebesar 1,26 mikrodetik dan menggeser poros Bumi sekitar 8 cm..

Guru memberikan waktu kepada siswa + 10-20 menit untuk mengulang hafalan.. Guru meminta siswa untuk menyetorkan hafalan

Pada pelaksanaan pembelajaran, guru harusnya memiliki suatu pendekatan, teknik, strategi, model serta metode yang akan ia pertimbangkan pada proses pembelajaran.. Dari

Untuk itu suatu organisasi yang berkecimpung dalam teknologi Internet yaitu Internet Engineering Task Force (IETF) telah mengembangkan protokol baru yang

[r]

PADAT POPULASI DAN INTENSITAS SERANGAN HAMA WALANG SANGIT ( Leptocorisa Acuta Thunb.) PADA TANAMAN.. PADI SAWAH DI KABUPATEN

Hasil analisa grafik panjang mooring line dan kedalaman memiliki korelasi yang sangat kuat, begitu juga pada hasil analisa grafik tension maximum dan kedalaman

Sistem juga menerima masukan dari pengguna untuk menentukan posisi kamera sehingga browser web dapat menampilkan gambar sesuai dengan posisi kamera yang