• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Beton Pracetak

Sistem beton pracetak dapat diartikan sebagai suatu proses produksi elemen struktur atau arsitektural bangunan pada suatu tempat atau lokasi yang berbeda dengan tempat atau lokasi dimana elemen struktur atau arsitektural tersebut akan digunakan (Wulfram I.E, 2006).

Pembuatan elemen beton pracetak dapat dilakukan di pabrik maupun di lapangan. Pembuatan elemen di pabrik biasanya bersifat permanen dan dapat dilaksanakan dengan berbagai metode yang menyangkut proses produksi dan peralatan yang digunakan. Metode yang digunakan disesuaikan dengan jumlah elemen yang akan diproduksi, agar didapat suatu produk yang ekonomis. Sedangkan pada pelaksanaan di lapangan, kerena bersifat sementara maka metode yang digunakan juga terbatas.

2.2 Sistem Konvensional

Sistem konstruksi beton konvensional (cast in situ atau cast in place) adalah sistem konstruksi dari suatu bangunan yang pengecorannya dilakukan di tempat dimana elemen elemen struktur tersebut harus berada. Untuk bangunan bertingkat banyak di Indonesia, biasanya kontraktor pelaksana memberikan pekerjaan ini kepada perusahaan beton ready-mix. Jarang sekali kontraktor mau mengerjakan pekerjaan ini sendiri. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko yang bisa timbul akibat beton tidak sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Selain itu juga untuk menghindari penumpukan material beton (semen, pasir dan kerikil) di lokasi proyek.

2.3 Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan, keterampilan, alat dan teknik dalam aktivitas-aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek (PMBOK, 2004). Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan proses manajeman proyek yaitu initiating, planning, executing, monitoring dan controlling serta akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut. Dalam pelaksanaannya, setiap proyek selalu dibatasi oleh kendala-kendala yang sifatnya saling mempengaruhi dan biasa disebut sebagai segitiga project constraint

(2)

yaitu lingkup pekerjaan, waktu dan biaya. Dimana keseimbangan ketiga konstrain tersebut akan menentukan kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu atau lebih faktor tersebut akan mempengaruhi setidaknya satu faktor lainnya. (PMBOK Guide, 2004). Dalam pelaksanaan proyek ada tawar-menawar tradeoff antara berbagai pembatas. Jika kualitas hasil ingin dinaikkan, akan membawa konsekuansi kenaikan biaya dan waktu. Sebaliknya, jika biaya ditekan agar lebih murah dengan waktu pelaksanaan tetap sama, maka konsekuensinya adalah kualitas bisa turun.

Untuk situasi sekarang, perusahaan perlu juga menjaga agar pencapaian yang diperoleh dalam pelaksanaan proyek tetap menjaga hubungan baik dengan pelanggan (customer relation). bahwa dalam pencapaian tujuan proyek, kita perlu memperhatikan batasan waktu, biaya, lingkup pekerjaan dengan memanfaatkan sumber yang kita punyai.

Gambar 2.1 Pembatas-pembatas dalam pelaksanaan proyek Sumber : (Kerzner,2003)

Menurut H. Fayol, fungsi manajemen proyek dibagi menjadi 5, yaitu : 1. Merencanakan

Merencanakan berarti memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Ini berarti langkah pertama adalah menentukan sasaran yang hendak dicapai, kemudian menyusun urutan langkah kegiatan untuk mencapainya. Berangkat dari

(3)

pengertian ini, maka perencanaan dimaksudkan untuk menjembatani antara sasaran yang akan diraih dengan keadaan atau situasi awal. Salah satu kegiatan perencanaan adalah pengambilan keputusan, mengingat hal ini diperlukan dalam proses pemilihan alternatif.

2. Mengorganisir

Mengorganisir dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan cara bagaimana mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumber daya kepada para peserta kelompok (organisasi) agar dapat mencapai sasaran secara efisien. Hal ini berarti perlunya pengaturan peranan masing-masing anggota. Peranan ini kemudian dijabarkan menjadi pembagian tugas, tanggung jawab, dan otoritas. Atas dasar pembagian tersebut selanjutnya disusun struktur organisasi.

3. Memimpin

Kepemimpinan adalah aspek yang penting dalam mengelola suatu usaha, yaitu mengarahkan dan mempengaruhi sumber daya manusia dalam organisasi agar mau bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Mengarahkan dan mempengaruhi ini erat hubungannya dengan motivasi, pelatihan, kepenyeliaan, koordinasi, dan konsultansi. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah gaya kepemimpinan yang hendak diterapkan karena berpengaruh besar terhadap keberhasilan dalam proses mencapai tujuan.

4. Mengendalikan

Mengendalikan adalah menuntun dalam arti memantau, mengkaji, dan bila perlu mengadakari koreksi agar hasil kegiatan sesuai dengan yang telah ditentukan. Jadi, dalam fungsi ini, hasil-hasil pelaksanaan kegiatan selalu diukur dan dibandingkan dengan rencana. Oleh karena itu, umumnya telah dibuat tolak ukur, seperti anggaran, standar mutu, jadwal penyelesaian pekerjaan, dan lain-lain. Bila terjadi penyimpangan, maka segera dilakukan pembetulan. Dengan demikian pengendalian merupakan salah satu upaya untuk meyakini bahwa arus kegiatan bergerak ke arah sasaran yang diinginkan.

(4)

5. Staffing

Staffing sering dimasukkan sebagai salah satu fungsi manajemen, tetapi banyak yang menganggap kegiatan ini merupakan bagian dari fungsi mengorganisir. Staffing meliputi pengadaan tenaga kerja, jumlah ataupun kualifikasi yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan, termasuk perekrutan (recruiting), pelatihan, dan penyeleksian untuk menempati posisi-posisi dalam organisasi.

Sedangkan menurut H. Kerzner apabila melihat manajemen dari fungsi dan apabila digabungkan dengan pendekatan sistem, maka pengertian manajemen proyek merupakan merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perushaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh lagi, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan arus kegiatan yang vertikal dan horizontal.

Dari definisi tersebut terlihat bahwa konsep manajemen proyek mengandung hal – hal pokok sebagai berikut:

• Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan yang berupa manusia, dana, dan material. • Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah

digariskan secara spesifik. Ini memerlukan teknik yang sangat khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.

• Memakai pendekatan sistem.

• Mempunyai hierarki (arus kegiatan) horizontal disamping hierarki vertikal.

2.4 Rencana Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya merupakan estimasi biaya yang dilakukan dalam pembuatan proposal proyek sekaligus pengelolaan proyek. Jika estimasi biaya dilakukan dengan kurang hati-hati dapat menyebabkan perkiraan biaya yang terlalu tinggi (overestimate) atau perkiraan biaya yang terlalu rendah (underestimate). Dalam proyek besar hal inilah yang akan menjadi peranan penting dalam suatu proyek dimana dalam proses tender apabila terlalu tinggi akan kalah dari pesaing atau terlalu rendah juga akan menyebabkan margin keuntungan yang sedikit. Oleh

(5)

sebab itu diperlukan seorang estimator yang dapat menyusun anggaran biaya secara tepat dan efisien dimana seorang estimator harus membuat work breakdown structure dalam setiap pekerjaan sehingga didapatkan hasil yang optimal. Ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan dalam perkiraan anggaran biaya, dilihat dari cara pengumpulan informasinya, yaitu :

a. Perkiraan Biaya Secara Top-Down

Dalam pendekatan ini pertimbangan dan pengelaman diperoleh dari manajer tingkat atas, manajer menengah dan data masa lampau yang berhubungan dengan aktivitas yang serupa. Para manajer tersebut akan memperkirakan biaya seluruh proyek. Selanjutnya hasilnya diberikan kepada manajer di bawahnya. Para manajer di tingkat lebih bawah diharapkan akan melakukan estimasi biaya untuk paket kerja lebih kecil yang merupakan bagian dari proyek. Hal ini diteruskan sampai tingkat paling bawah. Dengan demikian ketika manajer di tingkat tertentu melakukan estimasi biaya untuk beberapa kegiatan dia harus berpikir bahwa biaya maksimal yang bila dia usulkan haruslah lebih kecil atau sama dengan apa yang sudah diperkirakan oleh manajer di atasnya.

b. Perkiraan Biaya Secara Bottom-Up

Dengan perkiraan biaya secara Bottom-up, hal yang harus dilakukan pertama kali adalah merinci pekerjaan menjadi paket kerja yang lebih detail. Orang-orang yang akan terlibat dalam pengerjaan paket kerja tersebut diminta pendapatnya mengenai biaya yang dibutuhkan dan waktu penyelesaiannya. Untuk lebih mudahnya, perkiraan awal dimulai dari sumber daya baik itu material dan jam-pekerja yang diperlukan untuk suatu paket kerja. Kemudian hasilnya bisa dikonversikan ke nilai rupiah. Pendekatan top-down secara luas banyak digunakan dalam proses perkiraan biaya ini. Sedangkan pendekatan bottom-up murni jarang digunakan. Para manajer senior akan merasa sangat riskan jika harus menerapkan pendekatan ini. Karena para manajer cenderung untuk tidak percaya sepenuhnya kepada bawahannya yang mungkin akan melebih-lebihkan perkiraan biaya yang diperlukan di bagiannya untuk menjamin keberhasilan di bagiannya serta membangun semacam kerajaan kecil.

(6)

c. Kombinasi Top-down dan Bottom-up

Pedekatan inilah yang banyak digunakan oleh estimator dimana dalam pendekatan ini manajer tingkat atas mengundang bawahannya untuk memberikan usulannya mengenai perkiraan biaya untuk pekerjaan yang akan datang. Kepala divisi akan menyampaikan permintaan ini melalui departemen, departemen, seksi, subseksi. Kemudian akan mengumpulkan hasil yang diberikan para estimator muda.

Dalam menyusun anggaran biaya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. Anggaran Biaya Kasar

Anggaran biaya kasar biasa digunakan sebagai pedoman terhadap anggaran biaya yang dihitung secara teliti. sebagai pedoman dalam penyusunan anggaran biaya kasar, digunakan harga satuan tiap meter persegi luas lantai dimana nilai dari anggaran biaya tiap meter persegi tidak terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti.

b. Anggaran Biaya Teliti

Yang dimaksud dengan anggaran biaya teliti adalah anggaran biaya bangunan proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat, sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat perhitungan anggaran biaya. Pada anggaran biaya kasar sebagaimana diuraikan.

Berdasarkan keputusan direktur jendral Cipta Karya, ditetapkan bahwa untuk menentukan harga bangunan atau anggaran biaya yang dapat dimaklumi dan diterima oleh kontraktor maupun pemilik bangunan, diantaranya :

1. Bangunan 2 lantai = 1,090 X 2. Bangunan 3 lantai = 1,120 X 3. Bangunan 4 lantai = 1,135 X 4. Bangunan 5 lantai = 1,162 X 5. Bangunan 6 lantai = 1,197 X 6. Bangunan 7 lantai = 1,236 X 7. Bangunan 8 lantai = 1,265 X

Dalam hal ini X merupakan nilai atau harga dasar gedung bertingkat per m2, dengan tinggi bangunan bertingkat gedung pemerintahan tidak boleh lebih dari 8 lantai, termasuk lantai dasar.

(7)

2.5 Definisi Beton Pracetak

Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang. Precast Concrete atau Beton pra-cetak menunjukkan bahwa komponen struktur beton tersebut tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan dipasang. Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pra-cetak dipasang sebagai komponen jadi, kemudian disambung dengan bagian struktur lainnya menjadi struktur utuh yang terintegrasi.

Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel pabrikasi), maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pra-cetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk yang typical mencapai angka minimum tertentu, sehingga tercapai break event point. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif, dalam jumlah besar.

2.5.1. Sistem Pracetak Beton

Pada pembangunan struktur dengan bahan beton dikenal 3 (tiga) metode pembangunan yang umum dilakukan, yaitu sistem konvensional, sistem formwork dan sistem pracetak.

Sistem konvensional adalah metode yang menggunakan bahan tradisional kayu dan triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat. Sistem formwork sudah melangkah lebih maju dari sistem konversional dengan digunakannya sistem formwork dan perancah dari bahan metal. Sistem formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain sistem Outinord dan Mivan. Sistem Outinord menggunakan bahan baja sedangkan sistem Mivan menggunakan bahan alumunium.

Pada sistem pracetak, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi lalu dipasang di lapangan. Proses pembuatan komponen dapat dilakukan dengan kontol kualitas yang baik.

(8)

2.5.2. Sistem Koneksi a. Sambungan

Pada umumnya sambungan – sambungan bisa dikelompokkan sebagai berikut :

• Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban ( biasanya beban vertikal ) akibat beban sendiri dari komponen .

• Sambungan yang pada keadaan akhir akan harus menerima beban-beban yang selama pemasangan diterima oleh pendukung pembantu.

• Sambungan dimana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus memenuhi persyaratan lain seperti : kekedapan air, kekedapan suara.

• Sambungan-sambungan tanpa persyaratan konstruktif dan semata-mata untuk menyediakan ruang gerak untuk pemasangan .

b. Ikatan

Cara mengikatkan atau melekatkan suatu komponen terhadap bagian komponen konstuksi yang lain secara prinsip dibedakan sebagai berikut : 1. Ikatan Cor ( In Situ Concrete Joint )

• Penyaluran gaya dilakukan lewat beton yang dicorkan

• Diperlukan penunjang atau pendukung pembantu selama pemasangan sampai beton cor mengeras

• Penyetelan berlangsung dengan bantuan adanya penunjang atau pendukung pembantu. Toleransi penyusutan diserap oleh Coran Beton. 2. Ikatan Terapan

• Cara menghubungkan komponen satu dengan yang lain secara tersusun disebut ikatan terapan.

• Dimulai dengan cara hubungan peletakan, kemudian berkembang menjadi saling menggigit.

• Proses pemasangan dimungkinkan tanpa adanya pendukung atau penunjang pembantu.

3. Ikatan Baja

Bahan pengikat yang dipakai : plat baja dan angkur. Sistem ikatan ini dapat dibedakan sebagai berikut :

Menyambung dengan cara di las ( Welded Steel )

(9)

4. Ikatan Tegangan

Merupakan perkembangan lebih jauh dari ikatan baja dengan memasukan unsur Post Tensioning dalam sistem koneksi.

• Memerlukan penunjang atau pendukung bantu selama pemasangan • Perlu tempat atau ruang yang relatuf besar untuk Post Tensioning • Angkur cukup mahal

c. Simpul

Merupakan kunci dalam struktur yang memakai komponen pracetak dan merupakan tempat pertemuan antara 2 atau lebih komponen struktur. Secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Simpul primer, pertemuan yang menghubungkan kolom dengan balok dan juga terhadap plat lantai. Disisni beban dari plat akan diteruskan ke pendukung-pendukung vertikal.

2. Simpul pertemuan kolom, pertemuan dimana beban-beban vertikal dan sewaktu momen-momen juga disalurkan.

3. Simpul penyalur sekunder-primer (pelat balok) untuk menyalurkan beban vertikal.

4. Simpul pendukung sesama plat dengan balok dan kolom, untuk menyalurkan beban horizontal dalam bentuk tegangan tekan – tarik dan geser

5. Simpul yang mampu menahan momen yang secara statis bisa membentuk komponen pendukung tapi oleh alasan tertentu.

2.5.3. Pembuatan Beton Pracetak

Proses produksi atau pabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan yaitu :

1 Tahap design

Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa layannya.

(10)

2 Tahap produksi

Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi : 1. Kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk

2. Mutu dari bahan baku 3. Mutu dari cetakan

4. Mutu atau kekuatan beton

5. Penempatan dan pemadatan beton 6. Ukuran produk

7. Posisi pemasangan 8. Perawatan beton (curing)

9. Pemindahan, penyimpanan dan transportasiasi produk 10. Pencatatan ( record keeping )

Tahap produksi terdiri dari : 1. Persiapan

2. Pabrikasi tulangan dan cetakan 3. Penakaran dan pencampuran beton 4. Penuangan dan pengecoran beton 5. Transportasiasi beton segar 6. Pemadatan beton

7. Finishing atau repairing beton 8. Curing beton

3 Tahap pasca produksi

Terdiri dari tahap penanganan ( handling ), penyimpanan ( storage ), penumpukan ( stacking ), pengiriman ( transportasiasi dan tahap pemasangan di lapangan ( site erection )

Yang perlu diperhatikan dalam sistem transportasiasi adalah :

1. Spesifikasi alat transportasi : lebar, tinggi, beban maks, dimensi elemen 2. Rute transportasi : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas

bawah jembatan, perijinan dariinstansi yang berwenang.

Pemilihan alat angkut dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Macam komponennya : linier atau plat

2. Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ketinggian bangunan yang akan dibangun

(11)

4. Kondisi lokal : pencapaian lokasi dan topografi Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi 2 yaitu :  Dicor di tempat disebut Cast In Situ

 Dicor di pabrik

Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu :  Beton pracetak biasa

 Beton prategang pracetak

Ada 2 prinsip yang berbeda pada beton prategang ;  Pre-tensioned Prestressed Concrete

 Post-tensioned Prestressed Concrete • Transportasiasi Dan alat angkut

Transportasiasi adalah pengangkatan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi pemasangan. Sistem transportasiasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi dan biaya transportasi.

Yang perlu diperhatikan dalam sistem transportasiasi adalah : • Spesifikasi alat transportasiasi

• Rute transportasiasi • Perijinan

Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke posisi penyambungan ( perakitan ).

4 Pelaksanaan Konstruksi ( Ereksi )

Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah : a) Dirakit per elemen

b) Lift – Slab sistem

Adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak hidrolis. Prinsip konstruksinya sebagai berikut :

• Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah

• Kolom merupakan penyalur beban vertikal dapat sebagai elemen pracetak atau cor di tempat.

• Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak hidrolis.

(12)

c) Slip – Form Sistem

Pada sistem ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat bergerak memanjat ke atas mengikuti penambahan ketinggian dinding yang bersangkutan.

d) Push – Up atau Jack – Block Sistem

Pada sistem ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian diangkat ke atas dengan hidraulic jack yang dipasang di bawah elemen pendukung vertikal.

e) Box Sistem

Konstruksi menggunakan dimensional berupa modul-modul kubus beton.

2.6 Identifikasi Kelebihan dan Kelemahan Metode Pracetak Dengan Konvensional

Dari studi yang telah dilakukan beton praccetak memiliki keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan metode konvensional. Hal inilah yang membuat tidak semua poyek konstruksi menggunakan satu metode saja namun dipertimbangkan metode mana yang lebih efisien apabila digunakan pada proyek tersebut.

2.6.1. Studi Literatur

Berdasarkan studi melalui berbagai referensi yang telah dilakukan penelitian sebelumnya didapatkan kelemahan dan keunggulan dari metode pracetak dengan konvensional. Keunggulan dan kelemahannya adalah sebagai berikut :

1. Keunggulan

Metode pracetak memiliki control quality yang lebih baik dibandingkan dengan konvensional. Karena dengan metode pracetak masa curing beton akan lebih diperhatikan dibandingkan dengan konvensional.

• Mutu dari beton pracetak yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan konvensional, karena proses pengecorannya dilakukan di tempat khusus.

• Dari segi biaya beton pracetak akan lebih menguntungkan bila diproduksi dalam jumlah dan bentuk dengan typical yang sama,

(13)

sehingga tercapai break event point. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk repetitive dalam jumlah yang besar.

2. Kelemahan

• Tidak ekonomis apabila diproduksi dalam jumlah yang sedikit.

• Panjang dan bentuk elemen yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat angkat dan alat angkut.

• Tidak efektif dipergunakan di daerah yang belum tersedia peralatan untuk handling (mobilisasi) dan erection.

• Memerlukan lahan yang cukup luas untuk proses pabrikasi dan penimbunan hasil jadi dari beton pracetak.

• Apabila dipergunakan di daerah dengan tingkat gempa yang cukup intensif perlu diperhatikan dalam proses konstruksinya, karena cukup berbahaya terutama pada daerah sambunga

2.7 Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular

Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian – bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan – satuan yang masing – masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.

Berdasarkan SNI 03-2845-1992 tentang tata cara perencanaan rumah susun modular, rumah susun harus memenuhi syarat dalam perencanaan design agar dapat diperoleh suatu perancangan bangunan rumah susun yang optimal dan memenuhi syarat bagu kelayakan suatu hunian.

Perencanaan rumah susun harus memperhatikan faktor-faktor kenyamanan, kesehatan, ekonomis, efisien, keamanan dan disesuaikan dengan perencanaan menyeluruh dari perencanaan lingkungan rumah susun. Ukuran komponen dan elemen harus mengikuti SNI yang berlaku, yaitu SNI 03-2845-1992 tentang tata cara perencanaan rumah susun modular.

Penerapan koordinasi modular harus memenuhi ketentuan bahwa:

• Pengelompokan modul satuan rumah susun dapat menggunakan beberapa cara dalam penentuan ukurannya dan bahan modul fungsi dipertimbangkan pada bahan struktur, dinding pengisi atau partisi dan lantai pengisi.

(14)

• Ukuran sambungan antar komponen dan ukuran penampang komponen dan elemen baik struktural maupun non struktural tidak harus modular. • Dalam beberapa hal diperbolehkan adanya penyela dan tidak harus

modular.

• Ukuran arah vertikal dan horizontal harus berdasarkan multi modal.

• Ukuran tinggi tingkat minimum 26m dan tinggi perubahan tingkat harus berkisar antara 3 m dari 12 m dengan kelipatan 3 m.

Gambar 2.2 Standard Eleveasi Minimal Pada Rusunawa Sumber : SNI 03-2845-1992, Tata Cara Perencanaan Rumah Susun

(15)

• Koridor dapat ditempatkan pada tengah dan pinggir massa bangunan dengan lebar minimum 5 x 3 m. Pada bangunan kurang dari atau sama dengan lima lantai dipersyaratkan menggunakan tangga.

Untuk luas bangunan yang di syaratkan harus berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dimana dalam merencanakan perbandingan keseluruhan luas lahan yang tertutup bangunan dan atau bangunan pada setiap peruntukan bangunan gedung bertingkat yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian. Ketentuan umum perencanaan kepadatan bangunan lingkungan ditentukan dari koefisien luas dasar lantai bangunan dan koefisien luas seluruh lantai bangunan terhadap lahan. Perbandingan penggunaan lahan adalah penggunaan lahan 60% dari luas total lantai bangunan untuk ruang terbuka.

Table 2.1 Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan

Sumber : SNI 03-2845-1992, Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular.

2.8 Persamaan Regresi Linier

Regresi linier merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel. Ada dua jenis regresi yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda, dimana regresi linier sederhana dupergunakan untuk menghasilkan persamaan yang bersifat linier dengan variabel bebas dan terikat yang jumlahnya satu. Sedangkan regresi linier berganda dipergunakan untuk menghasilkan persamaan yang bersifat linier dengan variabel bebas yang jumlahnya lebih dari satu. Untuk perhitungan statistik biasa dipergunakan persamaan garis regresi linier sederhana karena jumlah variabel bebas yang dipergunakan hanya satu.

Menurut Usman dan Akbar (2006), analisis regresi linier berguna untuk mendapatkan hubungan fungsional antara dua variabel atau lebih. Selain itu analisis regresi linier berguna untuk mendapatkan pengaruh antar variabel predictor terhadap

(16)

variabel kriteriumnya atau meramalkan pengaruh variabel predictor terhadap variabel kriteriumnya.

Untuk menentukan persamaan garis linier yang sederhana dengan variabel bebas sebanyak 1, persamaan garis liniernya dirumuskan sebagai berikut :

Y = AX + B

Persamaan regresi linier diatas dapat pula dirumuskan dengan persamaan :

y=(

∑ XY ∑ x2) dimana : Y = variabel terikat X = variabel bebas A = konstanta

B = koefisien regresi (kemiringan), besaran respon yang ditimbulkan oleh predictor

Nilai nilai dari A dan B dapat dihitung dengan mempergunakan rumus :

A = (∑ Y∑ X

2-∑ X∑ XY

n∑ X2-∑ X2 

B = ((n)∑ XY-∑ X∑ Y n∑ X2-∑ X2 

Untuk menentukan persamaan garis linier sederhana ada beberapa tahap yang harus dilakukan, diantaranya :

1 Tentukan tujuan dari melakukan analisis regresi linier.

2 Identifikasikan variabel faktor penyebab (predictor) dan variabel akibat (response).

3 Lakukan pengumpulan data.

4 Hitung nilai dari x2,y2, xydan total dari masing-masingnya. 5 Hitung a dan b berdasarkan rumus.

6 Buatkan model persamaan garis linier sederhana

7 Lakukan prediksi terhadap variabel faktor penyebab atau variabel akibat. 2.9 Efisiensi

Secara umum efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan atau pekerjaan yang sedang dijalankan. Hasil yang dicapai merupakan perbandingan antara output

(17)

fisik dan input fisik. Semakin tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi efisiensi yang dicapai. Efisiensi juga dapat dijelaskan sebagai pencapaian output maksimum dari penggunaan sumber daya tertentu. Jika output yang dihasilkan lebih besar daripada sumber daya yang dipergunakan maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi yang dicapai.

Efisiensi maupun produktivitas keduanya dapat digunakan sebagai bahan untuk mengukur kinerja suatu unit kegiatan ekonomi, meskipun secara prinsip kedua pengukuran tersebut berbeda. Konsep efisiensi lebih berkaitan dengan seberapa jauh suatu proses mengkonsumsi masukan untuk menghasilkan keluaran tertentu, sementara konsep produktivitas berkaitan dengan seberapa jauh suatu proses menghasilkan keluaran dengan mengkonsumsi masukan tertentu.

Efisiensi dan produktivitas merupakan suatu ukuran tentang seberapa efisien suatu proses mengkonsumsi masukan dan seberapa produktif suatu proses menghasilkan keluaran. Efisiensi merupakan rasio antara keluaran dengan masukan suatu proses, dengan fokus perhatian pada konsumsi masukan. Produktivitas merupakan rasio antara masukan dengan keluaran, dengan fokus perhatian pada keluaran yang dihasilkan oleh suatu proses.

Efisiensi ekonomi terdiri dari efisiensi teknis (technical effisiency) dan efisiensi alokasi (allocative effisiency). Efisiensi teknis merupakan kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit kegiatan ekonomi untuk memproduksi sampai tingkat output maksimum dari input-input dan teknologi yang tetap. Efisiensi alokasi merupakan kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroperasi pada tingkat nilai produk marjinal (marginal value product) sama dengan biaya marjinal (marginal cost).

Efisiensi teknis sebenarnya mencerminkan seberapa tinggi tingkat teknologi dalam proses produksi. Pada umumnya teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi dapat digambarkan dengan mempergunakan kurva isokuan (isoquand), fungsi produksi (production function), fungsi biaya (cost function), dan fungsi keuntungan (profit function).

Gambar

Gambar 2.1 Pembatas-pembatas dalam pelaksanaan proyek  Sumber :  (Kerzner,2003)
Gambar 2.2 Standard Eleveasi Minimal Pada Rusunawa  Sumber : SNI 03-2845-1992, Tata Cara Perencanaan Rumah Susun
Table 2.1 Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karakteristik yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran program power point dan hasil belajar siswa dengan anggota

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa pada kegiatan pelaksanaan penemuan kasus Avian Influenza di wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas

Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru jalur umum dilakukan oleh calon peserta secara langsung pada loket Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Universitas Muhammadiyah Mataram, dan

Biosekuriti yang dilakukan pada peternakan unggas sektor 4 terdiri dari 3 (tiga) kelompok besar yaitu: isolasi, pengawasan lalu lintas dan sanitasi (SC Ag- Watch 2006; FAO

dengan melakukan pengukuran tingkat kecemasan khususnya pasangan infertil yang sedang menjalani pengobatan infertilitas, dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi

Tugas akhir ini adalah aplikasi deteksi kematangan dan kelayakan buah pepaya secara otomatis dengan bantuan webcam eksternal dan pengolahan citra.. Teknik ini berguna

Hasil akhir setelah peneliti melakukan kegiatan identifikasi kebutuhan di SMP Negeri 3 Candi Sidoarjo untuk mengembangkan buku panduan perilaku prososial maka dapat

Jawaban saudara saksi “Atas informasi yang saya terima dari saudara Margo Santoso, kemudian saya memanggil saudara Budi Harsono, yang selanjutnya setelah saya bertemu dengan