• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 2 Manfaat Penelitian ... 2 Hipotesis ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Biosekuriti ... 3

Biosekuriti pada Peternakan Unggas Sektor 4 ... 4

Isolasi ... 5

Pengawasan Lalu Lintas ... 5

Sanitasi ... 5

Virus Avian Influenza ... 6

Diagnostik Avian Influenza ... 7

Transmisi Avian Influenza ... 7

Transmisi Horizontal secara Langsung dari Hewan ... 8

Transmisi Horizontal secara tidak Langsung ... 9

Transmisi Horizontal dari Hewan ke Manusia ... 10

Studi Kasus Kontrol ... 11

Prevalensi dan Insidensi ... 12

Relative Risk dan Odds Ratio ... 12

Faktor Konfaunding ... 13

METODE PENELITIAN ... 14

Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

Kerangka Pemikiran ... 14

Pemilihan Kasus dan Kontrol ... 14

Populasi dan Sampel ... 15

Kriteria Sampel Inklusi dan Eklusi ... 16

Pengelompokkan Tingkat Biosekuriti ... 16

Kerangka Pendekatan Studi ... 16

Kriteria dan Pembobotan Kuisioner ... 20

(2)

v

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Kondisi Umum Wilayah Penelitian ... 26

Keragaman Populasi, Produksi dan Kelembagaan ... 26

Kondisi Tingkat Biosekuriti secara Umum ... 28

Distribusi Tingkat Biosekuriti Berdasarkan Kelompok ... 29

Identifikasi dan Hubungan Tingkat Biosekuriti ... 29

Hubungan Kondisi Perkandangan dan Pemaparan AI ... 30

Hubungan Sanitasi dan Pemaparan AI ... 32

Hubungan Pakan dan Pemaparan AI ... 37

Hubungan Pengawasan Lalu lintas dan Pemaparan AI ... 38

Analisis Multivariat Faktor-faktor Biosekuriti ... 40

Karakteristik Peternak Responden secara Umum ... 41

Distribusi Karakteristik Peternak Berdasarkan Kelompok ... 43

Hubungan Tingkat Biosekuriti dan Karakteristik Peternak ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel dasar kasus kontrol ... 13

2. Prevalensi Serologis AI pada Unggas Air ... 15

3. Pembobotan kuisioner ... 22

4. Definisi operasional peubah penelitian ... 24

5. Rekapitulasi populasi ternak dan luas lahan ... 27

6. Perkembangan populasi ternak di Kabupaten Sukabumi ... 28

7. Kondisi umum tingkat biosekuriti peternakan unggas air ... 28

8. Tingkat biosekuriti secara umum menurut kelompok ... 29

9. Nilai OR dari tingkat biosekuriti peternakan unggas air... 29

10. Hubungan kondisi perkandangan dan pemaparan AI ... 31

11. Hubungan sanitasi dan pemaparan AI pada peternakan ... 33

12. Hubungan pakan dan pemaparan AI ... 37

13. Hubungan pengawasan lalu lintas dan pemaparan AI ... 38

14. Nilai OR dari analisis multivariat faktor-faktor biosekuriti ... 41

15. Karakteristik responden peternak unggas air sektor 4 ... 42

16. Distribusi tingkat biosekuriti berdasarkan karakteristik ... 43

(4)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kemungkinan transmisi AI diantara unggas ... 9

2. Kemungkinan transmisi penyakit avian influenza ... 10

3. Bagan studi kasus kontrol ... 11

4. Bagan alur disain penentuan kasus dan kontrol ... 15

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Kuisioner untuk peternak ... 52 2. Foto-foto kandang kasus ... 63 3. Foto-foto kandang kontrol ... 64

(6)

1 Akhir tahun 2003, dunia perunggasan di Indonesia dihebohkan dengan adanya wabah avian influenza (AI) / flu burung. Penyakit ini banyak menimbulkan kematian unggas (hampir 90%), penurunan produksi telur dan penurunan persentase penjualan daging dan telur yang mengakibatkan banyak peternakan perunggasan di Indonesia ”gulung tikar ” (Dharmayanti et al. 2005).

Keadaan ini sangat menghawatirkan terlebih lagi dengan adanya penemuan mutasi virus AI pada ayam yang terinfeksi. Virus yang bermutasi ini dapat menular ke manusia sehingga penyakit ini termasuk penyakit zoonosis. Virus AI yang paling cepat bermutasi dan merupakan virus epidemic of highly

pathogenic avian influenza (HPAI) disebabkan oleh H5N1 (Dharmayanti et al.

2005).

Diantara unggas domestik yang ada, unggas air lebih resisten terhadap AI daripada unggas lainnya. Virus AI tidak menyebabkan penyakit yang nyata pada unggas air (asymptomatic) namun dapat menyebabkan dampak yang sangat fatal pada unggas lainnya. Unggas air juga dinyatakan sebagai reservoar alami virus AI (Charlton et al. 1996; Cardona 2005; WHO 2005; Dharmayanti et al. 2006).

Virus HPAI oleh H5N1 sudah terjadi secara endemis pada perunggasan Indonesia (Songserm et al. 2006). Oleh karena itu, Indonesia melakukan upaya penanganan AI berupa 9 (sembilan) langkah strategis, yang salah satunya adalah peningkatan biosekuriti (Deptan RI 2006).

Namun pada kenyataanya, pelaksanaan biosekuriti masih sulit dilakukan terutama di peternakan sektor 4 /back yard /non komersil. Hal ini disebabkan pemeliharaan unggas air masih banyak yang bersifat tradisional dan populasinya juga sedikit. Menurut WHO (2005), pemeliharaan unggas yang masih tradisional dan sistem back yard dengan biosekuriti yang rendah menjadi kendala untuk menangani AI di Asia. Songserm et al. (2006) menambahkan, pemeliharaan bebek dengan sistem penggembalaan bebas merupakan faktor resiko outbreak H5N1 pada ayam.

Tiga komponen besar dari tindakan biosekuriti yaitu: isolasi ternak dari lingkungan luar, pengawasan lalu lintas dalam peternakan dan sanitasi (Ryder

(7)

dengan tingkat prevalensi yang rendah /hasil jadi yang langka, maka dilakukan studi kasus kontrol. Studi ini dapat juga digunakan untuk menganalisis sekaligus beberapa faktor penyebab/ faktor resiko terhadap pemaparan AI (Basuki 2000).

Menurut laporan Deptan RI (2006), salah satu propinsi tertular AI dengan populasi unggas air tertinggi di Indonesia adalah propinsi Jawa Barat. Berdasarkan laporan akhir FKH IPB dan Deptan RI (2006), Kabupaten Bogor dan Sukabumi merupakan kabupaten yang tertular AI. Kedua kabupaten ini juga memberikan kontribusi terhadap penyediaan produk unggas bagi masyarakat di Ibu Kota Republik Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor dan Sukabumi.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1). Identifikasi tingkat biosekuriti pada peternakan unggas air sektor 4 di Kabupaen Bogor dan Sukabumi

2). Analisis pengaruh tingkat biosekuriti terhadap pemaparan AI

3). Mengetahui magnitude dalam biosekuriti yang mempengaruhi eksistensi penyakit

4). Analisis karakteristik peternak yang mempengaruhi tingkat biosekuriti. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kejadian penyakit AI pada unggas air dihubungkan dengan tingkat biosekuriti yang diterapkan di Kabupaten Bogor dan Sukabumi.

Hipotesis

Adapun beberapa hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1). Terdapat hubungan yang nyata antara tingkat biosekuriti dengan pemaparan AI pada unggas air

2). Terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik peternak (pengetahuan, pendidikan, tujuan usaha, status kepemilikan dan pengalaman) dengan tingkat biosekuriti.

(8)

3 Biosekuriti adalah suatu usaha pencegahan penularan penyakit di peternakan dengan cara menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme. Jika peternak melakukukan biosekuriti di peternakan maka dapat menjauhkan mikroorganisme dari ternak unggas dan menjauhkan ternak unggas dari mikroorganisme (Jeffrey 2006). Tujuan biosekuriti adalah mengeluarkan penyakit yang potensial dari peternakan sehingga membantu memelihara kesehatan, kesejahteraan dan produksi ternak (TAS 2006).

Biosekuriti merupakan suatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya wabah penyakit melalui pengawasan masuknya kuman patogen. Biosekuriti yang dilakukan harus praktis, dapat dilakukan dan efektif harganya (Morris 2005). Biosekuriti merupakan pengawasan penyakit yang termurah dan paling efektif (Deptan 2006). Cardona (2005) menambahkan, biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit.

Tiga komponen besar dari tindakan biosekuriti yaitu: isolasi ternak dari lingkungan luar, pengawasan lalu lintas dalam peternakan dan sanitasi (Ryder 2005 dan Jeffrey 2006). Biosekuriti merupakan semua usaha yang meliputi program manajemen, perkandangan, dekontaminasi, kontrol serangga dan vaksinasi yang secara langsung dapat mempengaruhi produktifitas dan pendapatan (Shane 1995). Menurut TAS (2006), jika penyakit sudah masuk ke peternakan, namun bila biosekuriti dilakukan, maka penyebaran penyakit ke peternakan yang lain dapat dicegah.

Songserm et al. (2006) melakukan penelitian di Thailand pada Tahun 2004 untuk melihat pengaruh biosekuriti terhadap prevalensi AI pada bebek. Mereka menempatkan kandang bebek yang berdekatan dengan kandang ayam dengan 4 (empat) sistem peternakan yang berbeda yaitu kandang sistem tertutup, sistem terbuka, sistem digembalakan (grazing) dan sistem backyard. Adapun hasil penelitian mereka adalah 23,5% ayam terinfeksi H5N1 pada sistem terbuka; 45,96% bebek dan 56% ayam terinfeksi H5N1 dengan sistem digembalakan dan 47% bebek terinfeksi H5N1 dengan sistem backyard. Bebek yang terinfeksi H5N1

(9)

Berdasarkan klasifikasi sektor peternakan (Apriyantono 2006), sistem biosekuriti pada peternakan dan sistem penjualan produksi (FAO 2004), terdapat 4 (empat) sektor peternakan yaitu:

1. Sektor 1 (satu) dengan kriteria :

a) Industri peternakan besar terintegrasi dengan biosekuriti tingkat atas b) Unggas ataupun penjualan produk bersifat komersil

c) Peternakan pengembang dan eksportir d) Populasi berjuta-juta ekor

2. Sektor 2 (dua) dengan kriteria :

a) Produksi peternakan besar bersifat komersil dengan biosekuriti tingkat menengah sampai tingkat atas

b) Unggas ataupun penjualan produk bersifat komersil c) Peternakan pengembang

d) Populasi 1 juta ekor 3. Sektor 3 (tiga) dengan kriteria :

a) Produksi peternakan bersifat komersil dengan biosekuriti yang rendah sampai minimal

b) Unggas ataupun penjualan produk bersifat komersil c) Populasi lebih dari 10.000 ekor

4. Sektor 4 (empat) dengan kriteria :

a) Produksi peternakan bersifat lokal dengan biosekuriti yang rendah b) Unggas ataupun penjualan produk bersifat non komersil/ rumah tangga c) Manusia tinggal / berada di dekat unggas yang dipelihara atau hewan

lainnya

d) Populasi kurang dari 10.000 ekor

Biosekuriti pada Peternakan Unggas Sektor 4 (empat)

Biosekuriti yang dilakukan pada peternakan unggas sektor 4 terdiri dari 3 (tiga) kelompok besar yaitu: isolasi, pengawasan lalu lintas dan sanitasi (SC Ag-Watch 2006; FAO 2005; Jeffrey 2006; USDA 2006).

(10)

5 2) Adanya jarak antara peternakan dengan rumah penduduk

3) Adanya pemisahan antara kandang unggas air dan kandang ayam, ternak ataupun hewan kesayangan yang lainnya

4) Adanya konstruksi kandang yang baik dan kokoh untuk menghindari unggas air dari tikus, kecoa, burung liar ataupun hewan pengganggu lainnya

5) Adanya rentang waktu (2-4 minggu) ketika akan menyatukan unggas air yang baru dengan unggas air yang lama

Pengawasan Lalu lintas

Tindakan pengawasan lalu lintas meliputi: 1) Pengawasan terhadap pengunjung

2) Peternak tidak meminjamkan peralatan kandang 3) Peternak tidak meminjam peralatan kandang

4) Peternak tidak membawa unggas air miliknya ke kandang tetangga atau sebaliknya

5) Isolasi terhadap unggas air yang sakit

6) Adanya tindakan desinfeksi terhadap pengunjung yang keluar masuk area peternakan

Sanitasi

Beberapa tindakan dalam sanitasi meliputi: 1) Kebersihan tempat pakan

2) Kebersihan tempat minum 3) Kebersihan kandang

4) Kebersihan peralatan kandang 5) Kebersihan lingkungan kandang

6) Kebersihan air minum (sumber air minum) 7) Kebersihan tempat penyimpanan pakan

Referensi

Dokumen terkait

1) Berdasarkan validasi pada ahli media, media pembelajaran memperoleh nilai 82%, sehingga berdasarkan interprestasi skala likert media pembelajaran masuk dalam kategori

Sedangkan menurut Wicaksono (2014, hal. 175) menyatakan bahwa konflik sosial adalah konflik yang terjadi karena adanya kontak sosial antarmanusia. Berdasarkan pendapat diatas dapat

WLD2 Bulak Banteng-Dukuh Kupang PP

Penelitian ini secara umum bertujuan menganalisis pengaruh pola asuh belajar, lingkungan pembelajaran, motivasi belajar, dan potensi akademik terhadap prestasi akademik siswa

Menurut Ryder (2005) dan DAR (2006), usaha untuk mengurangi vektor penyakit (seperti hewan pengerat, burung liar dan insekta) secara signifikan dapat mengurangi transmisi

Metode ceramah bervariasi dengan metode tanya jawab, pemberian tugas, latihan dan demonstrasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang konduktif dengan

Mengamati video yang dimuat dalam aplikasi Moodle tentang pengertian, fungsi dan jenis-jenis pencatatan keuangan sederhana.. Guru memberikan pertanyaan stimulus terhadap

Setelah melalui proses evaluasi dan analisa mendalam terhadap berbagai aspek meliputi: pelaksanaan proses belajar mengajar berdasarkan kurikulum 2011, perkembangan