• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN KELUHAN PADA WANITA MENOPAUSE SECARA NON FARMAKOLOGIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENATALAKSANAAN KELUHAN PADA WANITA MENOPAUSE SECARA NON FARMAKOLOGIS"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

204|

PENATALAKSANAAN KELUHAN PADA WANITA MENOPAUSE

SECARA NON FARMAKOLOGIS

Ni Wayan Wahyu Korina1, Ida Sofiyanti,S.Si.T.,M.Keb.2 1

D-IV Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo email: wahyukorina@gmail.com

2

D-IV Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo email: idasofiyanti@gmail.com

Abstrak

Menopause adalah periode menstruasi terakhir (Rebecca dan Pam, 2010). Menopause terjadi karena penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium (Rebecca dan Pam, 2010). Penurunan kadar hormon tersebut menyebabkan terjadinya perubahan baik secara anatomis maupun fisiologis.

Adapun keluhan yang terjadi yaitu perubahan siklus menstruasi dan pola perdarahan semakin bervariasi, hot flashes, gangguan tidur, atrofi jaringan vagina/saluran kemih, pertambahan rambut wajah, uban, kadang – kadang kerontokan rambut, peningkatan insiden hipotiroidisme (M. Kriebs dan Carolyn, 2010). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan pada menopause adalah dengan cara non farmakologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya non farmakologis yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan (keluhan) pada masa menopause. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah literatur review. Penelusuran artikel dilakukan pada pangkalan data (data base) PubMed, EBSCO, dan Google Schoolar. Artikel yang dipilih adalah artikel berbahasa Inggris dan berbahasa Indonesia yang dipublikasikan sejak tahun 2007 sampai dengan 2014 yang dapat diakses fulltext dalam format pdf. Artikel yang ditemukan secara signifikan menyatakan bahwa intervensi secara non farmakologis dapat menurunkan keluhan pada menopause.

Kata kunci: Keluhan menopause, menopausal symptoms, menopause, treatment of menopausal symptoms.

(2)

PENDAHULUAN

Menopause adalah periode menstruasi terakhir (Rebecca dan Pam, 2010). Menopause dikenal sebagai waktu penghentian menstruasi secara permanen yang menyusul hilangnya aktifitas ovarium (Maisi, 2014; Mulyani; 2013). Menopause terjadi karena penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium (Rebecca dan Pam, 2010). Penurunan kadar hormon tersebut menyebabkan terjadinya perubahan baik secara anatomis maupun fisiologis. Adapun perubahan yang terjadi yaitu penurunan jumlah folikel matur dan resistansi folikel terhadap FSH, produksi androstenedion dan testosteron terus – menurus di ovarium, perubahan estradiol menjadi estron sebagai estrogen sirkulasi primer, siklus menstruasi dan pola perdarahan semakin bervariasi,

hot flashes (periode berulang pengeluaran

keringat, flushing, palpitasi, ansietas), gangguan tidur (penyakit organik, hot

flashes, gangguan emosi, masalah

pernapasan, menurunnya kadar hormon serotonin), atrofi jaringan vagina/saluran kemih, pertambahan rambut wajah, uban, kadang – kadang kerontokan rambut, peningkatan insiden hipotiroidisme (M. Kriebs dan Carolyn, 2010).

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan yang terjadi pada masa menopause. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi

keluhan pada menopause adalah dengan cara non farmakologis. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan selama masa menopause secara non farmakologis maka dilakukan penelitian literature review. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah literatur review. Penelusuran artikel dilakukan pada pangkalan data (data base) PubMed, EBSCO, dan Google Schoolar dengan kata kunci menopause, keluhan menopause,

menopausal symptoms, treatment of menopausal symtoms. Artikel yang dipilih

adalah artikel berbahasa Inggris dan berbahasa Indonesia yang dipublikasikan sejak tahun 2007 sampai dengan 2014 sebanyak lima artikel yang dapat diakses

fulltext dalam format pdf.

HASIL

Pencarian artikel dilakukan pada pangkalan data (data base) dengan menggunakan kata kunci tertentu. Artikel yang digunakan dan memenuhi kriteria sebanyak 5 artikel yang terdiri dari 3 artikel jenis penelitian quasi experiment, 1 penelitian analitik korelasional, dan 1 penelitian pra experiment. Berikut daftar artikel yang ditemukan diuraikan dalam bentuk tabel.

(3)

206|

Tabel 1 Ekstraksi Data Penelitian

No Peneliti Metode penelitian Hasil

1 Cheng, Brigitte, Margaret, Jan, dan Britth (2007)

Desain penelitian yang digunakan prospective

study pada wanita menopause usia 49 – 69

tahun. Dibagi kedalam dua kelompok, kelompok pertama diberikan isoflavone 60 mg dan kelompok kedua diberikan placebo selama 12 minggu. Hasil penelitian menunjukkan 51 orang yang mengkonsumsi isoflavone selama 12 minggu mengalami penurunan hot flashes (57 %) dan penurunan berkeringat di malam hari (43 %). 2 Sunay, Muruvvet, Huseyin, Ali, dan Yalcin (2011)

Desain penelitian yang digunakan quasi

eksperiment pada 53 wanita menopause usia 39

– 58 tahun. Dibagi kedalam dua kelompok, kelompok pertama diberikan acupuncture dan kelompok kedua diberikan sham acupuncture dua kali dalam seminggu dengan jumlah pemberian 10 sesi pemberian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

acupuncture efektif dalam

meringankan keluhan menopause dibandingkan dengan sham acupuncture. 3 Dwi dan Sugi (2013)

Desain penelitian yang digunakan quasi

eksperiment pada 32 wanita menopause usia 45

– 54 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan menilai sebelum dan sesudah wanita menopause mengikuti pengajian Majelis Taklim Nurul Hikmah dengan perlakuan satu kali setiap minggunya selama tiga minggu.

Hasil penelitian menunjukkan spiritual healing efektif terhadap

penurunan kecemasan pada wanita menopause kelompok pengajian Majelis Taklim Nurul Hikmah.

4 Maghfiro (2014)

Desain penelitian yang digunakan cross

sectional dengan jenis penelitian analitik

korelasional pada 60 wanita menopause usia 40 – 55 tahun. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara terkait aktivitas fisik.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi pada wanita menopause.

5 Sulistiyowati dan Khoirun (2014)

Desain penelitian yang digunakan pra experiment pada 28 wanita menopause usia 40 –

58 tahun. Dilakukan pada satu kelompok dengan menganalisa perbedaan sebelum dan sesudah mandi air hangat terhadap insomnia selama tujuh hari.

Hasil penelitian menunjukkan wanita menopause yang mengalami insomnia sesudah diberikan perlakuan mandi air hangat sebagian besar sudah tidak mengalami insomnia.

(4)

DISKUSI

Berdasarkan hasil dari kelima artikel didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa cara non farmakologis dalam penatalaksanaan perubahan dalam masa menopause yaitu:

Isoflavone

Menurut penelitian dari Cheng, Brigitte, Margaret, Jan, dan Britth (2007) dengan judul ―Isoflavone treatment for

acute menopausal symptoms‖ menyatakan

bahwa isoflavon dapat menurunkan keluhan hot flashes pada wanita menopause. Isoflavon merupakan senyawa

phytoestrogen atau estrogen alami yang

berasal dari tumbuhan. Menurut hasil uji laboratorium, senyawa isoflavon terdiri dari genistein, daidzein, dan glycitein, dimana ketiga zat ini mempunyai efek estrogenik.

Dewasa ini, sebagian besar wanita menopause memilih terapi hormon, namun terapi hormon memiliki banyak efek samping, diantaranya meningkatkan risiko kanker payudara, stroke, dan masalah jantung. Disamping itu banyak pula wanita yang mempunyai kontraindikasi untuk melakukan terapi hormon. Dengan adanya isoflavon, penanganan keluhan menopause menjadi lebih alami dan merupakan alternatif yang tepat (Cheng, Brigitte, Margaret, Jan, dan Britth, 2007; Kronenberg dan Fugh, 2002).

Acupuncture

Menurut penelitian Sunay, Muruvvet, Huseyin, Ali, dan Yalcin (2011) dengan judul ―The effect of acupuncture on

postmenopausal symptoms and

reproductive hormones: a sham controlled

clinical trial‖ menyatakan bahwa

acupuncture efektif dalam meringankan

keluhan menopause dibandingkan dengan

sham acupuncture.

Banyak penelitian menyatakan bahwa akupuntur dapat menyebabkan berbagai respon secara biologis. Akupuntur diaplikasikan pada bagian neuron sensorik/persarafan dan dapat memengaruhi berbagai sistem fisiologis di otak maupun bagian lainnya, dapat merubah sekresi dari neurotrasmiter, neurohormon, regulasi aliran darah pusat maupun tepi (Sunay, Muruvvet, Huseyin, Ali, dan Yalcin, 2011; Kim, Wang, Le, et al, 2009).

Spiritual healing

Menurut penelitian Dwi dan Sugi (2013) dengan judul ―Efektivitas spiritual

healing terhadap penurunan tingkat kecemasan pada wanita menopause‖ menyatakan bahwa spiritual healing efektif terhadap penurunan kecemasan pada wanita menopause kelompok pengajian Majelis Taklim Nurul Hikmah.

Spiritual healing adalah proses

penyembuhan yang dilakukan dengan pendekatan rohani atau cara untuk menetralisir dan melarutkan pola bathin yang mengandung gangguan penyakit, fisik dan kondisi pikiran, yang bertujuan untuk menumbuhkan kegembiraan, keamanan, ketenangan pikiran, dan bimbingan timbulnya keyakinan. Inti metode spiritual

healing sesungguhnya sangat sederhana

yaitu dengan kunci mengubah semua hal positif seperti mengubah rasa bersalah dengan taubat, marah dengan memaafkan, sedih dengan tawakal, kecewa dengan ikhlas, kehilangan dengan sabar, putus asa dengan roja‘, sombong dengan syukur (Dwi dan Sugi, 2013; Yulianto, 2012).

(5)

208|

Aktivitas fisik

Menurut penelitian Maghfiro (2014) dengan judul ―Aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi pada wanita menopause di Desa Balung Situbondo Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo‖ menyatakan bahawa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi pada wanita menopause.

Aktivitas fisik adalah segala kegiatan menggerakkan anggota tubuh. Salah satu cara mengatasi konstipasi adalah dengan melakukan aktivias fisik secara rutin setiap hari, karena dengan aktivitas fisik dapat merangsang aktivitas usus sehingga memperlancar proses buang air besar (Maghfiro, 2014; Yuliani, 2009). Mandi air hangat

Menurut penelitian Sulistiyowati dan Khoirun (2014) dengan judul ―Perbedaan insomnia sebelum dan sesudah mandi air hangat pada wanita menopause di Dusun Laren Desa Laren Kecamatan Laren – Lamongan‖ menyatakan bahwa wanita menopause yang mengalami insomnia sesudah diberikan perlakuan mandi air hangat sebagian besar sudah tidak mengalami insomnia.

Mandi air hangat adalah suatu media yang dapat membuat sirkulasi darah menjadi lancar dan memperlancar sistem pernapasan karena efek hidrostatik dan hidrodinamik, yang secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh yang dapat menghilangkan rasa nyeri, menenangkan jiwa dan merileksasikan tubuh. Dan efek lain yang dimanfaatkan adalah efek panas dan efek kimia yang dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah, meningkatnya sirkulasi darah dan

oksigen jaringan sehingga mencegah kekakuan otot, menghilangkan rasa nyeri, menenangkan dan menimbulkan efek relaksasi (Sulistiyowati dan Khoirun, 2014; Syaiful, 2012). Mandi air hangat yang dilakukan 30 menit pada waktu malam hari sebelum tidur dapat menyebabkan efek sedasi atau merangsang tidur dan mengurangi ketegangan tubuh (Sulistiyiwati dan Khoirun, 2014; Nyotorahardjo, 2011).

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa cara non farmakologis, antara lain isoflavone, akupuntur, spiritual

healing, aktivitas fisik, dan mandi dengan

air hangat efektif dalam menurunkan keluhan menopause.

DAFTAR PUSTAKA

Cheng, Brigitte, Margaret, Jan, dan Britth. 2007. Isoflavone Treatment For Acute Menopausal Symptoms.

Menopause: The Journal of the

North American Menopause

Society; 14(3): 1-6.

Dwi dan Sugi. 2013. Efektivitas Spiritual Healing Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Wanita Menopause. Jurnal Kebidanan; 5(2): 33-40.

M. Kriebs dan Carolyn. 2010. Varney‘s Pocket Midwife, 2nd Ed. Jakarta: EGC.

Maghfiro. 2014. Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Konstipasi Pada Wanita Menopause Di Desa Balung Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Jurnal Kebidanan; 0(0): 1-6.

(6)

Maisi. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Wanita tentang Menopause di Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. [Skripsi]. Universitas Ngudi Waluyo.

Rebecca dan Pam. 2010. Simple Guide Menopause. Jakarta: Erlangga. Sulistyowati dan Khoirun. 2014. Perbedaan

Insomnia Sebelum Dan Sesudah

Mandi Air Hangat Pada Wanita Menopause Di Dusun Laren Desa Laren Kecamatan Laren – Lamongan. Surya; 3(29): 1-10. Sunay et al. 2011. The Effect Of

Acupuncture On Postmenopausal Symptoms And Reproductive Hormones: A Sham Conrolled Clinical Trial. Acupuncture Med; 29(5): 27-31.

Referensi

Dokumen terkait

Uji t-test tidak berpasangan menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kadar 17 β estradiol saliva pada wanita menopause dengan dan tanpa keluhan (p =0.000)..

Ketidaksiapan dalam menghadapi menopause dapat menimbulkan masalah pada wanita menopause sehingga perlu dilakukan penelitian: ”Bagaimanakah Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan

Lampiran 11 Hasil Uji Analisis Statistik Perbedaan Tingkat Depresi Pada Wanita Usia 45 – 60 Tahun yang Belum Menopause dan yang Sudah Menopause Di Kartasura. Lampiran 12

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden menurut lama penggunaan daun sambiloto , menunjukkan bahwa wanita menopause penderita hipertensi pengguna daun

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Gambaran Sikap Tentang Menopause Pada Wanita Premenopause Di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Tahun 2014. Kategori sikap

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perilaku Seksual wanita menopause di posyandu lansia Desa Selur, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo Bulan

Uji t-test tidak berpasangan menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kadar 17 β estradiol saliva pada wanita menopause dengan dan tanpa keluhan (p =0.000).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dukungan penilaian suami terhadap wanita premenopause menghadapi menopause di Dusun Depok Ambarketawang Gamping