• Tidak ada hasil yang ditemukan

Human Relations. Mendengar dan Merespon dalam Human Relations. Amin Shabana. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Human Relations. Mendengar dan Merespon dalam Human Relations. Amin Shabana. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Modul ke: Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Amin Shabana

Human Relations

Mendengar dan Merespon dalam Human Relations

(2)

Pendahuluan

Dale Carnegie dalam 9 Principles of Human Reltion menempatkan ketrampilan mendengar mendahului ketrampilan berbicara. Sebab jika seseorang terlebih dahulu mendengar maka dia dapat memahami dan mengenal siapa lawan bicara, apa keinginannya, apa obsesinya, dan apa suka dukanya. Ketika giliran berbicara, kita dapat berbicara tentang hal-hal yang dia sukai sesuai

kebutuhannya. Dengan demikian, hubungan kita akan semakin dekat.

Kemampuan mendengar menjadi faktor penting dalam komunikasi dan human

relation untuk membangun hubungan antar manusia. Ketrampilan mendengar

telah menjadi ajang penelitian dan pembelajaran para tokoh dan peneliti

dunia, baik di bidang komunikasi, organisasi maupun manajemen. Jack Welch sendiri mengatakan bahwa tugas utama dari seorang pimpinan adalah

mendatangi dan mendengarkan bawahannya. Delapan puluh persen tugas seorang CEO adalah berinteraksi bersama anak buahnya dari segala level, dan banyak mendengar dan menyimak.

(3)

Sebenarnya, apa tujuan dasar dari mendengar?

Steven Covey membedakan dengan tegas mendengar untuk

menilai atau mendengar untuk memahami. Mendengar untuk

menyimpulkan atau mendengar untuk mengenal orang lain,

tanpa memberikan kata-kata penilaian, anda beginim kamu

begitu, kamu ini atau itu. Mendengar untuk menilai atau

menyimpulkan sepotong-potong hanya memperburuk hubungan.

Memahami orang lain, tidak serta-merta membuat kita setuju

dengan orang lain. Kita bisa memahami jalan pikiran orang lain

meskipun kita tidak setuju dengan dia.

(4)

Lima Level Mendengar

Menurut ahli komunikasi, termasuk Steven Covey sendiri,

sebenarnya ada lima tingkat ketrampilan mendengar yaitu:

Mendengar acuh. Hanya mendengar secara fisik, tapi

sedikitpun tidak masuk ke pikiran orang yang mendengar.

Mendengar pura-pura. Sikapya seolah-olah mendengar,

padahal pikiran dia tidak sedang dalam situasi pembicaraan

yang sedang berlangsung.

Mendengar selektif atau otobiografis, yaitu mendengar

berakhir dengan penilaian dan tuduhan. Sebab si pendengar

langsung membandingkan jawaban orang lain dengan dirinya

sendiri, dan tentu saja dirinya yang benar.

(5)

• Mendengar dengan sungguh-sungguh,

sering disebut dengan simpati. Berakhir

dengan pemahaman yang mendalam.

• Mendengar dengan telinga, mata dan hati,

sering disebut mendengar dengan empati.

Berakhir dengan sebuah tindakan konkrit

positif dari si pendengar untuk merespon

pemahamannya yang mendalam.

(6)

Pengertian Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi secara etimologis atau menurut

asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus, dan

perkataan ini bersumber pada kata communis yang memiliki

makna ‘berbagi’atau ‘menjadi milik bersama’. Komunikasi

secara terminologis merujuk pada adanya proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang

lain. Jadi dalam pengertian ini actor utama dalam

berkomunikasi adalah manusia.

Ruben dan Steward (1998:16) menyatakan bahwa komunikasi

manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu

dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat

yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi

dengan lingkungan satu sama lain.

(7)

Proses komunikasi di dalamnya melibatkan berbagai unsur yang saling terkait satu sama lain. Unsur-unsur atau komponen-komponen

komunikasi itu adalah:

Source (sumber), bisa berupa orang, lembaga, buku dan

sejenisnya.

• Komunikator, yaitu berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi (pers) dan sebagainya.

• Pesan, yaitu keseluruhan daripada yang disampaikan oleh komunikator.

Saluran (channel), yaitu bisa berupa panca indera atau media massa.

(8)

Proses dalam Komunikasi

1. Initiator – contributor: peran yang memberikan ide baru bagi

kelompoknya.

2. Information seeker : anggota ini akan mencari informasi

yang detail pada kelompoknya

3. Opinion seeker : ia akan berusaha mencari opini tentang

suatu hal dari anggota kelompoknya.

4. Information giver : ia berusaha untuk memberikan informasi

yang didapatkannya kepada kelompoknya

5. Opinion giver : berusaha memberikan pendapatnya dan

disampaikannya kepada kelompoknya tentang sesuatu hal.

6. Elaborator : berusaha untuk menjelaskan secara rinci

beberapa hal tentang sesuatu kepada anggota kelompoknya,

walaupun kadang sudah jelas dan tidak perlu.

7. Sumarizer : memberikan kesimpulan atau ringkasan dari

pendapat teman-teman di kelompoknya.

8. Effect (hasil), yaitu hasil akhir dari suatu komunikasi,

yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak

sesuai dengan keinginan komunikator.

(9)

Sementara Cangara mencatat tujuh hal yang dapat mengganggu proses komunikasi, yaitu:

Gangguan teknis, terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam

berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan. Misalnya gangguan pada stasiun televisi atau radio, gangguan jaringan telepon, dan sebagainya.

Gangguan semantik, yakni gangguan komunikasi yang disebabkan karena

kesalahan bahasa yang digunakan. Misalnya: (1) kata-kata yang

digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu, (2) bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima, (3) struktur

bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, sehingga

membingungkan penerima, (4) latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-simbol bahasa yang digunakan.

Gangguan psikologis, terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh

persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya, rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna.

(10)

Rintangan fisik atau organik, yaitu rintangan yang disebabkan karena kondisi

geografis, misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak ada sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transfortasi, dan sebagainya. Dalam komunikasi antar manusia, rintangan fisik juga bisa diartikan karena adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indera pada penerima.

Rintangan status, yaitu rintangan yang disebabkan karena jarak sosial di antara

perserta komunikasi. Misalnya, adanya jarak antara senior dan junior, atasan atau bawahan. Perbedaan ini pada gilirannya menuntut perilaku komunikasi yang selalu memperhatikan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yakni bawahan cenderung hormat kepada atasannya, mahasiswa cenderung manut

kepada dosennya, dan seterusnya.

Rintangan kerangka berpikir, yaitu rintangan yang disebabkan adanya perbedaan

persepi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan

pendidikan antara peserta komunikasi berbeda. Semakin jarak perbedaan ini lebar, maka komunikasi yang dibangun semakin kurang bagus atau lancar. Sebaliknya semakin perbedaan diantara pesrta komunikasi ini kecil atau bahkan tidak ada, maka komunikasi semakin lancar dan efektif. Schramm, menyatakan bahwa field of

experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk

terjadinya kominikasi.

Rintangan budaya, ialah rintangan yang terjadi disebabkan karena adanya

perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Di negara-negara sedang berkembang masyarakat cenderung menerima informasi dari sumber yang banyak memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti bahasa, agama dan kebiasaan-kebiasaan lainnya.

(11)

Mendengarkan, yang perlu diperhatikan dalam mendengarkan

terhadap pembicaraan konseli adalah mendengarkan dan memahami seluruh pesan-pesan konseli, memelihara perhatian yang terpusat pada konseli, serta mengarahkan diri terhadap apa yang telah

dinyatakan oleh konseli.

a. Kemampuan effective listening konselor, klien dapat

mengekspresikan apa yang harus diekspresikannya baik melalui kata, perasaan dan tingkah laku.

b. Effective listening bukan sikap diam sammbil memikirkan

informasi yang disampaikan

c. Effective listening merupakan upaya untuk memahami:

•Kata-kata yang diucapkan konseli •Perasaan dibalik kata-kata konseli

•Ekspresi wajah dan tingkah laku konseli

(12)

Effective listening sama dengan discipline listening

Kesadaran dan sensitivitas konselor terhadap

sikapnya sendiri yakni mendorong konselor agar

konseli mengekspresikan kata-kata, perasaan secara

wajar.

Kemampuan untuk menangkap inti kata-kata yang

diucapkan konseli secara obyektif

Kemampuan konselor menahan diri dari dorongan

(13)

Merespon

Memberikan respon yang baik dan positif respon

konselor dikatakan tepat dan positif bila

bahasanya jelas, singkat dan tepat, tidak memakai

kata-kata “tapi”. “namun” karena dapat

melemahkan posisi konseli. Respon yang tepat

dan positif bagi konseli menjadi respon yang

menerima dengan baik dan berdampak positif.

Respon yang tepat dan positif akan menciptakan

suasana yang kondusif dengan:

Warmth (kehagatan)

Support (dukunan)

Genuineness (kemurnian)

(14)

Ciri-ciri respon yang tepat dan positif misalnya juga bila

menjadikan klien senang sehingga dapat mendorongnya

untuk berbicara lebih banyak tentang masalahnya dan

dapat membantu klien mendalami perasaan yang

berhubungan dengan measalahnya. Ini dapat

mengarahkan klien untuk mengubah sikap, pandangan,

kebiasanaan dan tingkah laku yang menyebabkan

timbulnya masalah.

(15)

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

Pengasumsiannya bahwa pengertian dari teori ini adalah masyarakat yang membutuhkan informasi atau berita, lalu dapat di ketahui pula bagaimana dengan Kecukupan