• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA KALI KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA KALI KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA TAHUN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA KALI KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2017

Sandy K. Mamuaya*, Afnal Asrifuddin*, Angela F.C. Kalesaran*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Hipertensi adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang umumnya terjadi seiring bertambahnya umur. Data Puskesmas Pineleng menunjukan hipertensi berada pada posisi ketiga dari sepuluh penyakit menonjol tahun 2016 dan lebih banyak terdapat pada umur ≥60 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Kali Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa. Penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional study yang dilaksanakan di Desa Kali Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa pada bulan April – Juli 2017. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel 127 responden. Alat ukur pada penelitian ini yaitu tensimeter dan kuisoner. Uji statistik yang digunakan yaitu chi square dengan α = 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada lansia ( p = 0,000), ada hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi pada lansia (p = 0.002), dan tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia (p = 0,238) tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada lansia (p = 0,233), tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia (p = 0,956).

Kata kunci: Riwayat Keluarga, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Konsumsi Alkohol, Aktivitas Fisik, Stres, Hipertensi

ABSTRACT

Hypertension is a public health problem that commonly happens as the age increased. Data from public health centre in Pineleng hypertension is on the third position of ten prominent diseases in 2016 and mostly found at the age of ≥60 years old. This research is aimed to found out the factors that are related with the hypertension occurrences on the elders in Kali Village Pineleng Subdistrict Minahasa Regency.

This research was an analytical survey research with cross sectional study design in Kali Village Pineleng Subdistrict Minahasa Regency in April – July 2017. Number of samples were 127 respondents which was chosen by simple random sampling technique. The research instruments were sphygmomanometer and questionnaires. Data was analyzed with chi square test with α = 0,05 and Cl = 95%.

The results of this research were there are correlations between family medical history and the hypertension occurrences on elders (p= 0,000), there are correlations between stress and hypertension occurrences on elders (p = 0.002), there is no correlation between smoking habit and hypertension occurrences on elders (p = 0,238), there is no correlation between consuming alcohol habit and hypertension occurrences on elders (p = 0,233), there is no correlation between physical activities and hypertension occurrences on elders ( p = 0,956).

Keywords: Family Medical History, Smoking Habit, Consuming Alcohol habit, Physical Activity, Stress, Hypertension

(2)

2 PENDAHULUAN

Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Pada tahun 2016 kasus hipertensi pada laki-laki 34,1% dan pada perempuan 32,7%. World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa pada tahun 2025 nanti akan ada sekitar 29% atau sekitar 1 milyar penduduk dunia akan menderita hipertensi. Semakin besar prevalensi penderita hipertensi maka akan semakin besar risiko terkena penyakit kardiovaskular (WHO, 2015; CDC 2016).

Data yang diperoleh dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2016, semakin tinggi kelompok umur maka akan semakin besar pula prevalensi hipertensi. Menurut data yang ada prevalensi hipertensi terbesar pada kelompok umur ≥75 dengan prevalensi pada laki-laki berjumlah 66,7% dan pada perempuan 78,5%. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya umur maka kemampuan fungsi organ pun akan menurun. (CDC, 2016).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, penyakit tidak menular untuk prevalensi hipertensi, selain berdasarkan hasil wawancara, ditentukan juga berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran pada umur ≥18 tahun adalah sebesar 25,8 persen. Terbanyak di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi juga jika didasarkan pada terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran terlihat adanya peningkatan

dengan bertambahnya umur (Riskesdas, 2013), Pada tahun 2016 mengalami peningkatan kasus dengan jumlah 33093 dan masih menempati posisi yang sama dengan jumlah kasus penyakit tidak menular terbanyak (P2P Dinkes Provinsi Sulut, 2016).

Berdasarkan data dari Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, pada tahun 2015 hipertensi di Kabupaten Minahasa menempati posisi ketiga dari 15 Kabupaten/Kota dengan jumlah 4581 kasus Menurut data Puskesmas Pineleng pada tahun 2016, dari 10 Penyakit Menonjol didapatkan bahwa Hipertensi menempati urutan ketiga Penyakit terbanyak berjumlah 2180 kasus dengan jumlah penderita pada kategori umur ≥60 atau masuk pada kategori lansia berjumlah 859 kasus (Puskesmas Pineleng, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Kali Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa Tahun 2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional study untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Kali Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa pada bulan Mei-Juli 2017. Total populasi lansia tahun 2016 pada penelian ini adalah 186 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling dengan jumlah sampel 127. Instrumen dalam

(3)

3 penelitian ini menggunakan tensimeter dan kuisoner.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Responden n (127) % Umur 60-70 >70-80 >80-90 >90 Pendidikan SD SMP SMA PT Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 80 32 13 2 65 22 31 9 44 83 63 25,5 10,2 1,6 51,2 17,3 24,4 7,1 34,6 65,4

Berdasarkan karakteristik responden dapat dilihat bahwa untuk kategori umur lansia pada penelitian ini paling banyak pada umur 60-70 tahun berjumlah 80 responden atau 63% sedangkan kategori umur >90 tahun paling sedikit yaitu berjumlah 2 responden atau 1,6%. Data menunjukan untuk tingkat pendidikan sebagian besar responden berpendidikan sekolah dasar yaitu sebanyak 65 responden atau 51,2% sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi adalah paling sedikit yaitu sebanyak 9 responden atau 7,1%. Penelitian yang dilakukan untuk jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 84 responden dibandingkan dengan responden laki-laki hanya 44 responden.

Responden yang mengalami hipertensi yaitu berjumlah 78 responden atau 61%, dan untuk responden yang tidak mengalami

hipertensi disaat pengukuran yaitu berjumlah 49 responden atu 38,6%. ( Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2)

Tabel 2. Analisis Univariat

Variabel n (127) % Hipertensi Hipertensi Tidak Hipertensi Riwayat Keluarga Ya Tidak Kebiasaan Merokok Perokok Ringan Perokok Berat Kebiasaan Konsumsi Alkohol Ya Tidak Aktivitas Fisik Aktif Kurang Aktif Stres Ya Tidak 78 49 54 73 109 18 13 114 67 60 35 92 61,4 38,6 42,5 57,5 85,8 14,2 10,2 89,8 52,8 47,2 27,6 72,4 Untuk Responden yang tidak dengan riwayat keluarga hipertensi paling banyak yaitu 73 responden atau 57,2%, dibandingkan dengan responden yang dengan riwayat hipertensi lebih sedikit yaitu 54% atau 42,2%. Wawancara yang dilakukan kepada responden didapatkan perokok ringan yaitu 109 responden atau 85,8%, sedangkan perokok berat hanya 18 responden atau 14,2%. Responden yang tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol jumlahnya sangat signifikan yaitu 114 responden atau 89,8%, dibandingan yang memiliki mengkonsumsi alkohol jumlah jauh lebih sedikit yaitu 114 responden atau 89,8%.

(4)

4 Tabel 3 Analisis Bivariat

Hipertensi

Variabel

Hipertensi

Tidak Hipertensi

Total

p

n

%

n

%

n

%

Riwayat Keluarga

Ya

47

37,0

7

5,5

54

42,5

0,000

Tidak

31

24,4

42

33,1

73

57,5

Kebiasaan

Merokok

Perokok Ringan

Perokok Berat

Kebiasaan

Konsumsi Alkohol

Ya

Tidak

Aktivitas Fisik

Aktif

Kurang Aktif

Stres

Ya

Tidak

69

9

6

72

41

37

29

49

54,3

7,1

4,7

56,7

32,3

29,1

22,8

38,6

40

9

7

42

26

23

6

43

31,5

7,1

5,5

33,1

20,5

18,1

4,7

33,9

109

18

13

114

67

60

35

92

85,8

14,2

10,2

89,8

52,8

47,2

27,5

72,5

0,238

0,233

0,956

0,002

Karakteristik Responden

Penelitian yang telah dilakukan pada lansia di Desa Kali Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa didapatkan hasil untuk karakteristik responden kategori umur, terdapat umur responden yang bervariasi diantara 60-93 tahun. Penelitian ini yang menjadi responden paling banyak terdapat pada umur 62 tahun yaitu 13 responden dan yang paling sedikit pada umur 86,89,92, dan 93 masing-masing hanya 1 responden, dan untuk umur responden termudah pada penelitian ini yaitu umur 60 tahun dan paling tua umur 93 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Mahmudah dkk, 2016) untuk karakteristik responden berdasarkan umur paling banyak didapatkan pada kategori 60-70 tahun.

Hasil yang didapatkan untuk kategori pendidikan paling banyak responden berpendidikan sekolah dasar yaitu 65

responden sedangkan paling sedikit perguruan tinggi hanya 9 responden. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan (Siringoringgo dkk, 2013) didapatkan untuk krakteristik responden berdasarkan pendidikan lebih banyak responden berpendidikan sekolah dasar dan paling sedikit Perguruan Tinggi. Hasil wawancara dan pengumpulan data yang telah dilakukan banyaknya responden berpendidikan sekolah dasar disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pada waktu itu yang sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani mengakibatkan anak-anak mereka sudah tidak pergi ke sekolah dan hanya mengikuti untuk membantu orang tua berkebun, hal lain juga keadaan geografis

(5)

5 Desa Kali yang memiliki jarak yang jauh dengan akses pendidikan selanjutnya menjadikan penghalang bagi masyarakat pada saat itu untuk melanjutan pendidikan mereka pada tahap yang lebih tinggi, selain itu juga akses transportasi baik angkutan umum dan pribadi masih sangat kurang dan sarana jalan raya yang belum memadai.

Karakteristik responden untuk ketogori jenis kelamin pada penelitian ini paling banyak adalah responden perempuan yaitu 33 responden dan laki-laki 44 responden, hal utama yang mengakibatkan besarnya responden perempuan dibandingkan laki-laki karena populasi lansia pada saat dilakukan pengambilan data di Kantor Desa Kali paling banyak adalah perempuan yaitu 96 responden sdan laki-laki hanya 90 responden. Hal lain juga yang mengakibatkan perbedaan ini adalah saat dilakukan pengambilan data responden laki-laki sedang bekerja dan pergi ke kebun. Ini sejalan dengan peneltian (Lewa dkk, 2010) didapatkan bahwa untuk karakteristik responden lebih banyak berjenis kelamin perempuan dibandingkan laki-laki. Penelitian lainnya (Mahmudah dkk, 2016) juga didapatkan hasil yang sama yaitu sebagian besar responden pada peneltian ini adalah perempuan.

Hubungan antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Hasil yang diperoleh dari uji statistik hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Kali ada hubungan yang bermakna dengan nilai probabilitas 0,000≤0,05. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Siringiringo dkk, 2013) dan (Mahmuda dkk, 2015) bahwa ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori dari (Suiraoka, 2012) yaitu bahwa jika seorang mempunyai orang tua yang salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut berisiko lebih besar terkena hipertensi.

Hasil wawancara yang diperoleh menyebutkan bahwa riwayat keluarga hipertensi pada umumnya diturunkan oleh orang tua (ayah, ibu, Kakek, Nenek Kandung), beberapa hal yang memastikan orang tersebut terdiagnosa hipertensi yaitu dalam pola makan mereka yang tidak boleh mengkonsumsi seperti daging atau minuman beralkohol karena secara lansung dapat meningkatkan tekanan darah mereka, dengan gejala yang ditemui adalah sakit pada kepala.

Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Hasil uji statistik hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Kali tidak ada hubungan dengan nilai probabilitas 0,238>0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Wahyuningsih dkk, 2013) bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rondonuwu, 2016) pada lansia rawat jalan di Puskesmas Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara bahwa tidak ada hubungan antara

(6)

6 kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia. Kesamaan hasil penelitian ini terjadi karena desain penelitian yang dilakukan sama yaitu cross sectional. selain itu, kesamaan karakteristik yang diteliti yaitu jenis kelamin dan kategori umur responden juga mempengaruhi kesamaan hasil yang didapat. Berdasarkan hasil wawancara dan pengukuran menggunakan kuisoner yang dilakukan peneliti, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil didapat diantaranya, sebagian besar responden pada penelitian ini tidak merokok yaitu berjumlah 85 responden dan juga dalam pembagian kategori menggunakan Indeks Brinkman dijelaskan untuk yang tidak merokok termasuk pada kategori perokok ringan sehingga mempengaruhi besarnya populasi perokok ringan, hal lainnya juga yaitu sebagian besar responden laki-laki yang dulunya pernah merokok tapi pada umunya berhenti merokok lebih dari satu tahun saat dilakukan pengukuran. Berbagai hal yang membuat mereka berhenti merokok adalah faktor usia yang semakin lanjut dan terdiagnosa oleh dokter mengidap suatu penyakit.

Hasil wawancara yang dilakukan sebagian besar responden yang memiliki kebiasaan perokok berat masih aktif dalam melakukan aktivitas berat seperti bekerja ke kebun dalam seminggu 3-6 kali dengan lamanya waktu 6-8 jam sehari, hasil yang didapat membuktikan bahwa responden yang merupakan perokok berat namun diimbangi dengan kebiasaan aktivitas fisik yang berat tidak dapat meningkatkan tekanan darah, ini juga dimungkinkan dengan melakukan aktivitas

fisik berat dapat membuat tubuh kita lebih aktif, jantung dapat memompah darah dengan baik untuk mengalirkannya ke seluruh tubuh, dan juga racun-racun dalam tubuh seperti kandungan-kandungan kimia dalam rokok dapat dikeluarkan melalui keringat.

Hubungan antara Kebiasaan Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia

Hasil uji statistik antara hubungan kebiasaan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Kali tidak ada hubungan dengan nilai probabilitas 0,233>0,05. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anggraeny, 2013) bahwa konsumsi alkohol bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pattinggalloang Kota Makasar.

Tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi ini dimungkinkan karena dilihat dari pola kebiasaan hidup lansia mengenai kebiasaan konsumsi alkohol, sebagian besar lansia pernah mengkonsumsi alkohol ketika masih usia muda dan ada berbagai variasi minuman yang dikonsumsi yaitu bir, captikus, dan saguer. Namun semua kebiasan itu seiring berjalannya usia mulai dikurangi dan karena menyadari faktor usia yang semakin tua, terdiagnosa oleh dokter mengidap suatu penyakit, dan bahkan ada responden yang sudah jatuh sakit beberapa diantaranya stroke. Beberapa responden lansia yang didapati masih mengonsumsi alkohol setiap hari, mengonsumsi 1-2 kali dalam seminggu, dan

(7)

7 menkonsumsinya <1 kali dalam seminggu dikarenakan pekerjaan yang setiap harinya sebagai petani dan ada juga yang mengonsumsi karena kebiasaan atau pola perilaku adat istiadat di desa setempat yang menyediakan captikus dalam acara sukacita dan menyediakan saguer dalam ibadah-ibadah atau rukun-rukun keluarga yang dilaksanakan setiap minggunya.

Pengumpulan dan analisis data yang telah dilakukan ada responden yang mengonsumsi alkohol namun tidak menderita hipertensi. Perlu diketahui bahwa sebagian besar responden yang mengonsumsi alkohol hanya meminum 1-2 sloki dalam sehari yang kebanyakan mengkonsumsi cap tikus dan saguer dan ini di konsumsi ketika mereka pergi berkebun, dengan alasan untuk menghangatkan badan. Hal ini memungkinkan bahwa responden yang mengkonsumsi alkohol 1-2 sloki dalam sehari yang disertai dengan melakukan aktivitas fisik berat tidak dapat mempengaruhi kenaikan tekanan darah.

Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia

Hasil uji statistik antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Kali tidak ada hubungan dengan nilai probabilitas 0,956>0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kurniasih, 2011) bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Srondol Semarang. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Siringoringo, 2013) diperoleh tidak ada hubungan antara aktivitas fisik

dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir.

Penelitian yang dilakukan dari hasil wawancara sebagian besar responden adalah perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, adapun hal-hal yang biasa dilakukan ketika di rumah yaitu kegiatan memasak, membersihkan rumah dan halaman, mencuci baju, ini tergolong suatu pekerjaan atau aktivitas fisik yang sedang dan tidak terlalu membutuhkan tenaga yang besar, ada juga responden lain yang berjenis kelamin laki-laki sebagian besar sudah tidak melakukan aktivitas fisik yang berat, disebabkan karena terdiagnosa suatu penyakit dan ada juga yang dilarang oleh anak-anaknya untuk beraktivitas lebih, dari hasil wawancara juga disebutkan bahwa ada yang melakukan aktivitas fisik berat seperti pergi ke kebun untuk mencangkul atau membersihkan kebun, memanen hasil pertanian yang kebanyakan dilakukan 1-3 kali dalam seminggu, namun ini hanya sebagian kecil dari responden yang ada.

Menurut data yang ada terdapat responden yang aktif melakukan aktivitas fisik namun menderita hipertensi, dalam penelitian ini sebagian besar responden aktif melakukan aktivitas fisik namun perlu diketahui sebagian besar responden hanya aktif melakukan aktivitas fisik di dalam rumah dan itu termasuk dalam ketegori aktivitas fisik sedang yang memungkinkan ini tidak cukup efektif untuk menetralkan tekanan darah. Salah satu hal yang memungkinkan dapat menetralkan tekanan darah adalah dengan melakukan aktivitas fisik yang lebih berat dan teratur di luar rumah seperti jalan pagi, mencangkul,

(8)

8 membersihkan halaman. Karena dengan hal ini memungkinkan dapat membuat tubuh lebih aktif dan dapat melancarkan sistem peredaran darah.

Hubungan antara Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Kali

Berdasarkan hasil uji statistik hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Kali ada hubungan yang bermakna dengan nilai probabilitas 0,002≤0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Seke dkk, 2016) bahwa ada hubungan antara Stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di Balai Penyantunan Lanjut Usia Senjah Cerah Kecamatan Mapanget Kota Manado. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Andria, 2013) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan kejadian hipertensi di Posyandu lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya hal yang sama juga didapatkan dari Penelitian yang dilakukan oleh (Lewa, 2010) menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara stres psikososial terhadap kejadian hipertensi sistolik terisolasi pada lansia di Kalibawang dan hasil lainnya juga didapat bahwa lansia yang mengalami stres psikososial dapat berisiko 2,33 kali lebih besar dibandingkan lansia yang tidak stres.

Penelitian yang dilakukan dari hasil wawancara dan pengukuran menggunakan kuisoner didapatkan bahwa sebagian besar lansia mengalami sakit kepala, nafsu makan berkurang, kesulitan untuk tidur, sering merasakan gelisah, khawatir, dan takut, terjadi gangguan pada sistem pencernaan dan mudah

merasa lelah, ini sejalan dengan teori stres dapat meningkatkan tekanan darah.

Penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa ada beberapa responden yang mengalami stres tapi tidak menderita hipertensi. Hasil yang didapat melalui observasi dan pengumpulan data diketahui bahwa responden-responden yang mengalami stres memiliki gejala-gejala yang bervariasi, jawaban yang umumnya dipilih dalam kuisoner diantaranya sakit kepala, tidak nafsu makan, gangguan pada pencernaan, dan mudah merasa lelah dari jawaban-jawaban yang ada memungkinkan bahwa gejala-gejala ini karena faktor penyakit sebelumnya pada responden tersebut atau karena umur yang semakin tua yang mulai menurunnya fungsi fisiologis dari manusia, dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa orang yang mengalami gejala-gejala demikian jangan terlalu cepat disimpulkan sebagai sesuatu yang disebabkan oleh stres, karena ada responden lain pada penelitian ini yang selain menjawab gejala-gejala tersebut tapi mereka juga menjawab sulit menikmati kegiatan sehari-hari, mudah takut, tidak mampu melakukan hal-hal bermanfaat, merasa tegang, cemas dan kuatir. Hasil yang didapatkan ini membuktikan bahwa pengkategorian seseorang mengalami stres atau tidak dapat dilihat dari variasi jawaban dengan gejala-gejala yang dialami.

KESIMPULAN

1. Ada hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Kali

(9)

9 Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa.

2. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Kali Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa.

3. Tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Kali Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa.

4. Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Kali Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa.

5. Ada hubungan yang bermakna antara Stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Kali Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa.

SARAN

Masyarakat dapat meningkatkan kesadaran untuk hidup sehat dan dapat menghindari faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan darah, selain itu juga masyarakat agar dapat lebih rutin dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah.

DAFTAR PUSTAKA

Andria KM, 2011. Hubungan antara perilaku olahraga, stress, dan pola makan dengan tingkt hipertensi pada lanjut usia di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukulilo Kota Surabaya. Surabaya. (Online) http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jupr

omkes562e04d4f1full.pdf, diakses tanggal 3 Juli 2017)

Anggraeny R, Wahiduddin, Rismayanti. 2013. Faktor risiko aktivitas fisik, merokok,

dan konsumsi alkohol terhadap

kejadian hipertensi pada lansia di

wilayah kerja Puskesmas

Pattingalloang Kota Makasar.

Makasar. Universitas

Hasanudin.(online)

(http://repository.unhas.ac.id/bitstream /handle/123456789/9513/RINI%20A NGGRAENY%20K11110310.pdf?seq uence=1, diakses tanggal 5 Maret 2017).

CDC, 2016. High blood pressure Facts. Centers for Disease Control and Prevention.(online)

(https://www.cdc.gov/bloodpressure/f acts.htm, diakses tanggal 27 maret 2017)

Kementrian Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta

Lewa FA, Pramantara IDP, Rahayujati FHB. 2010. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Sistolik Terisolasi pada Lamjut Usia

di Kalibawang. (Online)

(https://journal.ugm.ac.id/bkm/article/ view/3456, diakses tanggal 3 Juli 2017)

Mahmudah S, Maryusman T, Arini FA, dan Malkan I. 2015. Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di

(10)

10 Kelurahan Sawangan Baru Kota

Depok Tahun 2015(Online)

(http://journals.ums.ac.id/index.php/bi omedika/article/download/1899/1343, diakses tanggal 3 Juli 2017)

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2016. Penyakit hipertensi. Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Manado.

Puskesmas Pineleng. 2016. 10 Penyakit Menonjol di wilayah kerja Puskesmas Pineleng. Minahasa.

Rondonuwu SP, Kandou GD, Kaunang PJK. 2016. Faktor Risiko Hipertensi pada Lansia yang di rawat jalan di

Puskesmas Toulaan Minahasa

Tenggara. Manado, Universitas Sam Ratulangi.(online)

(https://ejournalhealth.com/index.php/ paradigma/article/download/25/25, diakses tanggal 4 April 2017).

Siringoringo M, Hiswani, dan Jemadi. 2014.

Faktor-faktor yang Berhubungan

dengan Hipertensi Pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten

Samosir Tahun 2013. Medan.

Universitas Sumatera Utara. (online) (http://download.portalgaruda.org/arti cle.php?article=154328&val=4108&tit le=FAKTOR%20-%20FAKTOR%20YANG%20BERH UBUNGAN%20DENGAN%20HIPE RTENSI%20PADA%20LANSIA%20 DI%20DESA%20SIGAOL%20SIMB OLON%20KABUPATEN%20%20S AMOSIR%20TAHUN%202013, diakses tanggal 5 Maret 2017).

Seke PA, Bidjuni HJ, Lolong J. 2016. Hubungan kejadian stres dengan penyakit hipertensi pada lansia di Balai penyantunan lanjut usia senjah cerah Kecamatan Mapanget Kota Manado. (online). Manado. Universitas Sam Ratulangi. (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ jkp/article/viewFile/12880/12470, diakses tanggal 5 Maret 2017).

Wahyuningsih, Astuti G. 2013. Faktor yang mempengaruhi Hipertensi pada Lanjut

Usia. (Online)

(http://ejournal.almaata.ac.id/index.ph p/JNKI/article/download/9/8, diakses tanggal 3 Juli 2017)

WHO. 2015. Q&As on hypertension. World Health Organization. (online) (http://www.who.int/features/qa/82/en / diakses tanggal 10 Maret 2017)

Gambar

Tabel 2. Analisis Univariat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari metode DPPH umumnya dibuat dalam bentuk IC 50 ( Inhibitor concentration 50 ), yang didefinisikan sebagai konsentrasi larutan substrat atau sempel yang

Gagne dalam Mariana, (1999:25) menyatakan untuk terjadinya belajar pada siswa diperlukan kondisi belajar, bak kondisi internal maupun kondisi eksternal. Yang

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatakan motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa kelas VII

Dengan demikian di Korea Selatan keberhasilan pemberantasan korupsi tidak bisa lepas dari fungsi masyarakat yang umumnya tergabung dalam NGO (non- governmental organization),

Pentingnya penanaman karakter kebangsaan secara dini terhadap siswa sekolah dasar merupakan sikap yang harus selalu dikembangkan. Karakter kebangsaan melalui lagu-lagu karya Ibu Soed

Universitas Sumatera

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Menggunakan fungsi perintah dalam perangkat lunak Menjelaskan konsep dasar sheet metal sesuai keilmuan yang mendukung mata

tentang musik gereja jemaat dapat bernyanyi dengan tempo dan not yang benar. Pemusik juga harus memperhatikan lagu dan dapat diaransement dengan baik,.. sehingga