• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya seperti acara seminar seperti acara insentif Tupperware. Acara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lainnya seperti acara seminar seperti acara insentif Tupperware. Acara"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Medan sering dijadikan tempat untuk mengadakan berbagai acara misalnya seperti pameran mobil yang dinamakan Pameran Otomotif Medan ataupun acara-acara lainnya seperti acara-acara seminar seperti acara-acara insentif Tupperware. Acara seperti ini biasanya diadakan di seluruh Indonesia dan biasanya di Kota Medan jumlah atau intensitas acara menjadi lebih kecil. Hal ini dikarenakan jumlah ruang konvensi yang dapat menampung jumlah yang banyak sekaligus masih sangat sedikit dan kalau ada terdapat banyak masalah pada fasilitas pendukung seperti jumlah parkir.

Jumlah parkir sering menjadi masalah dari bangunan konvensi di Kota Medan dan akhirnya sering menimbulkan macet. Kemacetan disebabkan karena mobil sering parkir sembarangan di jalan. Selain itu dari standar desain seperti dari segi kebakaran, maintainance, dan lain sebagainya sering tidak terpenuhi. Kebanyakan bangunan konvensi di Kota Medan adalah banquet hall yang diperuntukkan untuk pernikahan.

Menurut Ketua Badan Pariwisata Daerah Sumatera Utara (Sumut) Henry Hutabarat, saat ini yang paling dibutuhkan Kota Medan adalah pembangunan gedung convention centre. "Untuk mendukung pengembangan Medan sebagai salah satu destinasi MICE di Indonesia, kami memang membutuhan pembangunan conference and exhibition centre dalam skala besar. Minimal berkapasitas 3.000

(2)

orang. Saat ini gedung yang ada hanya bisa menampung paling banyak 1.000 hingga 2.000 orang,"

Kepala Dinas Badan Penanaman Modal Kota Medan, Rismaria Hutabarat menyebutkan program ke depan Badan Penanaman Modal Kota Medan adalah mencari investor yang siap membangun gedung pertemuan yang mampu menampung 10 ribu orang. "Hal ini tentunya bisa menarik minat tamu dan wisatawan asing yang mungkin memiliki niat membuat acara atau event di Kota Medan. Ini tentu akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),"kata Rismaria

1.1.1 Medan Sebagai Salah Satu Kota Terbesar Di Indonesia Memiliki Potensi Menjadi Destinasi MICE

Medan, sebagai salah satu kota terbesar ketiga di Indonesia, yang saat ini sedang berkembang, menjadikannya sebagai kota dengan segudang kegiatan, mulai dari yang bertaraf lokal hingga internasional. Kota Medan merupakan pusat pemerintahan, industri, perdagangan, bahkan sebagai pusat bisnis di Sumatera Utara. Sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik, Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Utara memiliki tingkat pertumbuhan sekitar 2.33 % per tahun dan pertumbuhan ekonomi sekitar 14.7 % pertahun. Tentu semua ini berpengaruh terhadap perkembangan sektor perdagangan, industri, hiburan, dan pendidikan.

(3)

Berkembangnya wilayah-wilayah kerjasama ekonomi di berbagai belahan dunia, termasuk ASEAN diperkirakan akan menumbuhkan iklim persaingan antar wilayah. Wilayah Provinsi Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan secara khusus yang merupakan bagian dari NKRI sangatlah perlu untuk memperhatikan aspek strategis dari adanya kerjasama ekonomi tersebut dalam upaya menumbuhkan daya saing wilayah.

Dari kecenderungan di atas, Kota Medan memiliki potensi yang kuat untuk menyelenggarakan konvensi dan eksibisi yang berskala nasional bahkan berskala internasional. Meskipun begitu Kota Medan memiliki keterbatasan untuk meningkatkan pembangunan bangunan-bangunan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan untuk masyarakat Kota Medan maupun kegiatan yang berskala internasional seperti pertemuan dalam negeri maupun luar negeri, eksibisi , dan lain-lain.

Sejak tahun 2011 lalu Kota Medan Medan oleh pemerintah Indonesia telah ditetapkan sebagai kota metropolitan baru sekaligus sebagai salah satu dari 10 kota utama sebagai tujuan wisata MICE di Indonesia. Penetapan Kota Medan sebagai kota metropolitan baru menegaskan semakin penting dan strategisnya posisi Kota Medan dalam perpektif pembangunan dan pengembangan infrastruktur. Metropolitan dapat diartikan sebagai pusat populasi besar yang terdiri atas satu metropolis besar dan daerah sekitarnya, atau beberapa kota sentral yang saling bertetangga dengan daerah sekitarnya. Satu kota besar atau lebih dapat berperan sebagi hub-nya, Kota Medan misalnya, sejak lama menjadi hub

(4)

bagi kota-kota penting lainnya di Sumatera Utara, seperti Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo (Mebidangro).

Seiring dengan ditetapkannya Kota Medan sebagai kota metropolitan strategis, Kota Medan juga menjadi prime mover bagi pengembangan usaha dan industri MICE di kawasan barat Indonesia. Kota Medan diharapkan menjadi pendamping MICE destination lainnya seperti Bali, Jakarta, Manado, Makasar dan lain-lain. Apalagi bila ditinjau dari sisi capaian PDRB Kota Medan juga didominasi oleh sektor terkait MICE yakni sektor perdagangan, hotel dan restoran, dimana kontribusi sektor ini mencapai 26% dari PDRB Kota Medan, terbesar dari 9 sektor yang ada.

Pertimbangan penting lain yang menguatkan potensi Kota Medan sebagai kota MICE adalah keberadaan posisi Kota Medan yang strategis, sebagai salah satu pusat perdagangan baik regional maupun internasional. Kota Medan dapat dikatakan sebagai pintu gerbang wilayah barat Indonesia yang menjadi salah satu pilihan utama para wisatawan mancanegara yang akan berkunjung ke Danau Toba, Bukit Lawang, Berastagi dan Pulau Nias, sebagai 4 (empat) destinasi wisata yang sudah sangat dikenal di mancanegara.

Pada Tahun 2010 tidak kurang dari 150 ribu orang wisatawan mancanegara datang ke Kota Medan dan tahun 2011 jumlahnya diperkirakan tidak kurang dari 160 ribu orang. Angka ini terus bergerak postif dari tahun-tahun sebelumnya. Bila dilihat dari variasi kebangsaan jumlah wisatawan yang berasal dari negara-negara ASEAN untuk kurun waktu 2006 hingga 2011 cenderung lebih

(5)

dominan, terutama dari Malaysia, Singapura, dan Thailand yang menempati urutan pertama. Disusul wisatawan dari Eropa dan Asia masing-masing sebesar 15% dan 10%. Dilihat dari lamanya menginap wisatawan mancanegara di hotel bintang dan melati yang berada di Kota Medan, rata-rata menginap selama 1,5 hari. Angka ini menunjukkan bahwa Kota Medan masih hanya sebatas pintu masuk bagi wisatawan mancanegara ke daerah wisata yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan Aceh.

1.1.2 Tersedianya Fasilitas Pendukung Seperti Hotel Berbintang Banyak Dan Bandara Baru

Kota Medan yang menjadi salah satu kota MICE ini tidak main-main dalam menyambut para pengunjung yang akan datang dan yang pernah datang ke kota yang cukup padat ini. Pada catatan Pemko Medan, tak kurang ada 22 hotel berkelas dengan menyandang predikat sebagai hotel berbintang 5, 4, 3, 2 maupun hotel kelas melati.

Di antara hotel-hotel yang telah disiapkan pihak Pemko Medan tersebut telah mempunyai nama yang cukup terkenal, seperti, Hotel Grand Angkasa, Hotel Grand Aston Medan, Hotel Grand Swiss Belhotel Medan (bintang 5), Hotel Grand Antares, Hotel Emerald Garden yang berbintang 4, Hotel Inna Dharma Deli, Hotel Garuda Plaza, Hotel Asean International nan berbintang 3, dan Hotel Grand Sirao International nan berbintang 2.

(6)

Selain fasilitas penginapan, pihak Pemko Medan juga berusaha untuk membuat semua fasilitas lokal makanan dan minuman yang ada di kota Medan tidak mengecewakan. Taraf kebersihan dan penampilan makanan dan minuman menjadi salah satu hal yang sangat dipedulikan. Demi mendukung terciptanya kelancaran penyediaan yang berurusan dengan perut ini, Pemko Medan berusaha menjamin tersedianya pasokan listrik, air, dan gas yang memadai dan selalu cukup.

Hal ini diharapkan bahwa semua hal nan berhubungan dengan bisnis akomodasi, makanan, dan minuman tak akan tersendat. Urusan makan dan minum memang tidak bisa dipandang remeh. Demi sebuah makanan atau minuman, orang dapat melakukan perjalanan yang panjang dan melelahkan. Pemko Medan sangat tahu itu, dan berupaya buat menjadi tuan rumah yang baik.

Sejak 1928, Bandara Polonia menjadi gerbang masuk wisatawan menuju Medan, Sumatera Utara. Kini, kesibukan di bandara tersebut resmi terhenti setelah Bandara Kualanamu beroperasi. Bandara menjadi salah satu aspek penting dalam perkembangan pariwisata suatu daerah. Kini, Sumatera Utara telah memiliki bandara baru yang megah dan canggih, Bandara Internasional Kualanamu. Bandara ini telah resmi beroperasi untuk menggantikan Bandara Polonia Medan yang sudah tidak sanggup lagi menampung jumlah wisatawan yang semakin meningkat.

(7)

Dengan adanya bandara baru maka akan semakin banyak penerbangan dari luar negeri maka semakin banyak wisatwan yang bisa datang maka akan semakin mendukung program MICE.

1.1.3. Program Mice Akan Sangat Mendukung Aspek Pariwisata Kota Medan

Sejumlah penyelenggaraan kegiatan MICE di Indonesia terbukti memberi kontribusi konkret dalam pembangunan ekonomi, antara lain berbentuk penerimaan cadangan devisa dalam waktu relatif singkat, penerimaan pajak, penyerapan tenaga kerja dan pengembangan infrastruktur di kota besar seperti Batam, Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Bali, Makassar, dan Manado.

Meski istilah Meetings, Incentives, Conventions and Exhibitions (MICE) telah populer, namun tidak semua orang tahu benar apa sebenarnya MICE itu. Pada dasawarsa 90-an, MICE telah menjadi bagian penting dalam perkembangan kepariwisataan di tanah air, meskipun di negara-negara industri maju pariwisata jenis ini telah berkembang jauh sebelumnya. Pesatnya perkembangan ini seiring dengan semakin terbukanya perdagangan internasional dan berkembang pesatnya teknologi informasi dan transportasi.

MICE merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari usaha jasa pariwisata yang meliputi usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran dalam suatu rangkaian kegiatan pelayanan bagi pertemuan/berkumpulnya orang-orang atau sekelompok orang-orang (negarawan, usahawan, cendekiawan, publik, dan

(8)

sebagainya) pada suatu tempat yang terkondisikan oleh suatu permasalahan, pembahasan atau kepentingan bersama.

Penyelenggaraan MICE selalu melibatkan banyak sektor usaha/industri dan banyak pihak, hal itu menyebabkan pengaruh ekonomi yang dihasilkannya efek berlipat ganda atau berdampak luas (multiplier effect) yang menguntungkan dan dapat dirasakan banyak pihak. Apalagi spending power segment MICE sekitar 8 – 10 kali wisatawan biasa. Dukungan bagi berkembangnya sektor MICE belakangan ini juga didukung oleh kondisi keamanan di Indonesia makin kondusif sehingga memberi image yang positif sebagai destinasi wisata.

1.2 Fungsi Yang Diusulkan

Dari penjelasan diatas maka diperlukan sebuah fungsi yang dapat menampung kegiatan M.I.C.E. Fungsi dari M.I.C.E. sendiri adalah meeting, incentive, confrence dan exhibition

1.2.1 Fungsi Pertama (M.I.C.E Convention)

Dengan latar belakang yang telah dijabarkan maka fungsi pertama yang disusulkan adalah pusat konvensi. Sebuah pusat konvensi adalah sebuah bangunan besar yang dirancang untuk mengadakan konvensi, di mana individu dan kelompok berkumpul untuk mempromosikan dan berbagi kepentingan bersama. Pusat konvensi biasanya menawarkan luas lantai yang cukup untuk menampung beberapa ribu peserta. Tempat yang sangat besar , cocok untuk pameran dagang utama , kadang-kadang dikenal sebagai pusat pameran.

(9)

Ada beberapa tipe convention :

1. Hall Convention

Tipe ruangan ini adalah ruang serbaguna yang dapat disekat

2. Banquet Hall

Tipe ruangan ini adalah yang didesain khusus untuk mengadakan acara pernikahan

3. Exhibition Hall

Bedanya adalah pada ruangan ini biasanya tidak memiliki plafon dan tampak ruangan biasanya hampir menyerupai gudang

4. Auditorium

Pada ruangan ini bangku-bangku disusun berderet menyerupai bangku pada teater dan biasanya ditujukan untuk pertunjukkan musik

5 . Confrence Hall

Bentuknya hampir sama dengan convention hall tetapi sound system dan proyektor disesuaikan khusus untuk kegiatan confrence

Tipe ruangan yang paling cocok adalah convention hall atau yang biasa disebut ruang serbaguna. Ruangan ini memiliki ukuran besar dan dapat disekat menggunakan partisi menjadi ruangan-ruangan kecil. Untuk kegiatan M.I.C.E. kurang cocok menggunakan exhibition hall karena suasana ruangan tidak cocok

(10)

untuk konferensi. Begitu juga untuk confrence maupun banquet hall. Untuk auditorium kurang fleksibel dari segi ukuran ruang sedangkan dalam peraturan M.I.C.E. ruangan harus fleksibel.

1.2.1.1 Fungsi Mix Use

Masalah yang timbul pada bangunan konvensi pada umumnya adalah bahwa jika tidak ada acara atau tidak ada yang menyewa maka seluruh gedung akan menjadi kosong maka diperlukan fungsi kedua yang bisa mendukung ketika bangunan sedang tidak ada acara. Fungsi yang kedua ini juga bukan hanya sebagai alternatif ketika tidak ada acara satupun di fungsi konvensi tapi juga harus bisa mendukung fungsi pertama dan harus bisa menjadi katalis dari fungsi pertamanya.

Dalam konteks urban, bangunan tinggi multi fungsi, dikenal dengan istilah "mixed-use building" adalah suatu bangunan yang mengakomodasi beberapa fungsi sekaligus, umum-nya fasilitas komersial yang meliputi mall, perkantoran, perbankan, perhotelan, kondominium, apartemen, rekreasi, auditorium, sineplex, studio radio/TV, ruang observasi dan restoran. Kesemua fungsi tadi disusun secara vertical dalam wujud suatu bangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, menciptakan citra (image) dan identitas spesifik serta integrasi maksimal semua elemen system dalam bangunan.

(11)

Tujuan utama dari mixed use building ini adalah menuju bangunan tinggi sebagai sinergi antar multi fungsi, dimana semua fasilitas yang dirancang sebagai sumber pendapatan harus saling mendukung dan melengkapi dengan menghindari kompetisi antar fasilitas sehingga secara kolaboratif dapat memberikan kontribusi pendapatan yang baik.

Penerapan bangunan tinggi ini diutamakan pada area strategis yang hanya menempati lahan yang relatif kecil, umumnya di pusat kota atau di CBD/kota2 mandiri yang banyak bermunculan. Pada beberapa kota, implementasi konsep mixed-use dapat merupakan strategi yang tepat untuk menggerakkan momentum revitalisasi kota, terutama pada beberapa bagian kota yang cenderung tertinggal.

1.2.2 Fungsi Kedua (Leisure For Businessman)

MICE = BUSINESSMAN LEISURE GOLF SIMULATOR FOODCOURT CINEMA RESTAURANT(LO UNGE) MONEY CHANGER ,TICKETING ,

(12)

Leisure for businessman adalah sebuah tempat hiburan/santai yang diperuntukkan untuk para pebisnis. Ruang konvensi yang dirancang untuk program M.I.C.E mendatangkan orang-orang yang dari kalangan atau golongan pebisnis. Jadi fungsi yang kedua adalah faslitas yang bisa dinikmati oleh para pebisnis di sela acara. Juga bisa mendukung ketika tidak ada acara di ruang konvensi karena terbuka untuk umum.

1.2.2.1 Golf Simulator

Golf Simulator adalah sebuah permainan simulasi golf. Golf merupakan tipe permainan yang umum dikenal di kalangan pebisnis tetapi kalau untuk golf outdoor membutuhkan area yang sangat besar

Gambar 1.1 Contoh Golf Simulator 1

1.2.2.2. Food Court

Suasana foodcourt yang mau dirancang adalah yang memiliki suasana serius tapi sekaligus santai

(13)

Gambar 1.2 Contoh Food Court

1.2.2.3. Mini Cinema

Bentuknya hampir sama dengan cinema sebelumnya tetapi dengan ukuran lebih kecil sehingga menghasilkan suasana yang lebih private. Kalau untuk cinema besar selain membutuhkan area yang lebh besar juga tidak bisa dijadiikan tempat untuk diskusi. Mini cinema masih bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk bertemu klien.

(14)

1.2.2.4. Restaurant

Restaurant yang dirancang adalah lebih ke tipe lounge. Restaurant ada beberapa jenis ada fast food restaurant , lounge, family type restaurant dan lain-lain. Yang paling tepat adalah lounge yang memang diperuntukkan untuk kegiatan bisnis seperti bertemu dengan klien , diskuasi dan lain-lain.

Gambar 1.4 Contoh Lounge

1.3 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dihadapi dalam mendesain bangunan ini adalah :

1. Cara pendirian sebuah pusat eksebisi yang juga berfungsi sebagai ikon pariwisata sehingga mampu menarik minat para wisatawan.

2. Menciptakan suatu sarana yang dapat mewadahi aktivitas dalamnya seperti menyalurkan kegiatan yang ada, memamerkan, dan menginformasikan. 3. Bagaimana mendesain bangunan yang sesuai dengan kondisi tapak dan

(15)

4. Bagaimana memahami dan menerapkan tema yang ada ke bangunan dalam bentuk desain

5. Bagaimana menentukan kebutuhan akan ruang untuk diwujudkan dalam perancangan.

6. Penerapan kebutuhan dan besaran ruang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar, serta sirkulasi ruang luar dan dalam bangunan yang terintegrasi.

7. Bagaimana mengatur arus sirkulasi ruang luar yang terkait dengan kendaraan dan pejalan kaki agar tercipta ruang gerak yang nyaman dan efisien.

8. Bagaimana menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan perlengkapan bangunan seperti pencahayaan dan pengaturan akustik dalam bangunan, perencanaan sistem utilitas yang mampu mengakomodir fungsi-fungsi di dalam bangunan.

1.4 Tujuan Perancangan

Maksud dan tujuan yang akan dicapai dari proyek yaitu:

− Menciptakan fasilitas yang dapat mewadahi dan mengakomodir semua kegiatan pertemuan dan pertunjukan bagi masyarakat Medan;

− Melengkapi fasilitas komersil perdagangan yang dapat memperlancar dan meningkatkan pertumbuhan regional maupun nasional.

(16)

− Meningkatkan kualitas lingkungan sekitar, adanya bangunan M.I.C.E.Convention akan menjadi suatu Landmark baru Kota Medan yang dapat menciptakan karakteristik dan image kota.

− Mengetahui fungsi-fungsi kegiatan yang dapat jadikan fasilitas pendukung pada M.I.C.E.Convention sehingga memiliki karakter yang berbeda dengan Convention pada umumnya.

1.5 Batasan Perancangan

Batasan-batasan lingkup kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah Convention Center dan tempat santai (leisure)

(17)

1.6 Kerangka Berfikir

Gambar 1.5 Kerangka berpikir

Latar Belakang Masalah + Potensi + Prospek

Judul Proyek

Studi Banding Tema

Arsitektural Struktur M.E

.

Analisa

Konsep

Pra Rancangan

Arsitektural Struktur M.E

. Desain Akhir

Maksud dan Tujuan Perumusan Masalah

Penentuan Lokasi

Masalah + Potensi + Prospek

(18)

1.7 Struktur Penulisan Laporan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang, tujuan perancangan, permasalahan perancangan, batasan perancangan, sistematika laporan

BAB II DESKRIPSI PROYEK yang terdiri dari lokasi perancangan dan kondisi eksisting kawasan perancangan, dan studi banding proyek sejenis

BAB III ELABORASI TEMA yang terdiri dari pengertian tema, interpretasi tema, analisa proyek dengan tema sejenis, dan penerapan tema dalam kawasan perancangan

BAB IV ANALISA yang terdiri dari analisa kasus proyek sejenis, kelayakan proyek, analisa Undang-Undang Bangunan untuk pelaksanaan proyek, penggunaan tanah, sistem sirkulasi dan parkir, intensitas pembangunan, analisa Arsitektur, ruang terbuka dan sistem vegetasi, signage system, dan activity support serta utility system, program kegiatan, kebutuhan ruang, persyaratan teknis, dan hubungan fungsional.

BAB V KONSEP PERANCANGAN yang terdiri dari konsep penggunaan tanah, sistem sirkulasi dan parkir, intensitas pembangunan, konsep Arsitektur, ruang terbuka, signage system, dan activity support serta konsep utility system

BAB VI HASIL RANCANGAN yang terdiri dari representasi dokumen gambar yang disebutkan di atas dan pembahasannya

Gambar

Gambar 1.1 Contoh Golf Simulator 1
Gambar 1.2 Contoh Food Court
Gambar 1.4 Contoh Lounge
Gambar 1.5 Kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Kota Medan yang merupakan ibu kota Propinsi Sumatera Utara dan juga sebagai pintu gerbang Indonesia bagian Barat, dengan jumlah penduduk 1.909.700 jiwa dengan luas wilayah 26.500

satu-satunya kantong wisatawan di Yogyakarta yang hampir semuanya merupakan wisatawan mancanegara, berbeda dengan kantong wisatawan lainnya di Yogyakarta, seperti Kampung

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sarana water sport terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara

Produk wisata ini diharapkan dapat menarik para wisatawan untuk melakukan keputusan berkunjung, dan pada akhirnya dapat menciptakan keputusan berkunjung wisatawan

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan beberapa wisatawan menyatakan bahwa berkunjung ke Cipanas Galunggung merupakan pilihan yang tepat untuk

Pelabuhan Panjang (Lampung) merupakan pintu gerbang ekspor kopi robusta Indonesia, pelabuhan Belawan (Sumatera Utara) merupakan pintu gerbang kopi arabika Sumatera, sedangkan

Danau toba dan pulau samosir terbentuk karena letusan gunung toba pada zaman tersier dan zaman kuarter pada kisaran 74.000 tahun yang lalu dengan melontarkan sekitar

Renovasi terhadap museum keraton beserta benda-benda sejarahnya diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara sehingga Keraton