• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN LABA-LABA (ORDO ARANEAE) DI DAERAH MANGROVE ESTER PAULINA NABABAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKARAGAMAN LABA-LABA (ORDO ARANEAE) DI DAERAH MANGROVE ESTER PAULINA NABABAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEANEKARAGAMAN LABA-LABA (ORDO ARANEAE) DI DAERAH

MANGROVE

ESTER PAULINA NABABAN

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

ABSTRAK

ESTER PAULINA NABABAN. Keanekaragaman Laba-laba (Ordo Araneae) di Daerah Mangrove. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan TRI ATMOWIDI.

Laba-laba (Ordo Araneae, Filum Artropoda) memiliki adaptasi tinggi terhadap berbagai jenis lingkungan. Laba-laba dapat ditemukan di habitat terestrial, arboreal, dan beberapa di akuatik. Salah satu daerah akuatik adalah mangrove. Di setiap ekosistem, laba-laba merupakan komponen penting dalam rantai makanan yaitu sebagai predator. Dengan demikian penelitian ini bertujuan mempelajari keanekaragaman laba-laba di mangrove Suaka Marga Satwa dan kawasan Hutan Lindung Muara Angke di Jakarta dan di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Pengambilan laba-laba dilakukan dengan teknik jaring (sweeping) dan penadah (beating) pada transek garis di tiap-tiap spesies tumbuhan mangrove. Laba-laba yang terdapat pada dua lokasi yaitu Suaka Margasatwa dan Hutan Lindung Muara Angke, Jakarta ditemukan sebanyak 21 famili dan 32 genus. Famili Ordo Araneae yang dominan di Suaka Margasatwa dan Hutan Lindung Muara Angke adalah Mimetidae, Tetragnathidae, Salticidae, dan Oecobidae. Mimetidae merupakan yang memiliki kelimpahan tertinggi dari semua famili yang ditemukan. Diantara keempat famili tersebut terdapat dua genus yang paling dominan yaitu Mimetus dan Tetragnatha. Laba-laba yang ditemukan di Kolaka sebanyak dua famili dan lima genus. Famili laba-laba yang dominan adalah Tetragnathidae. Secara berturut-turut, genus laba-laba yang dominan pada tumbuhan Sonneratia,

Rhizopora, dan Avicennia yang berada di Suaka Margasatwa Muara Angke dan Kolaka, Sulawesi Tenggara adalah Mimetus, Tetragnatha, dan Ebo.

ABSTRACT

Ester Paulina Nababan. Diversity of spider (Order Araneae) in the Mangrove Region. Supervised by RIKA RAFFIUDIN and TRI ATMOWIDI.

Spider (Order Araneae, Phylum Arthropod) has high adaptation to different types of environments. Therefore, spider is a cosmopolitan animal due to their ability to live anywhere. The spider can be found in terrestrial, arboreal, and some aquatic habitat. One of the aquatic habitat is mangrove. In every ecosystem, spider is an important component in the food chain i.e. as a predator. Thus, this research was aimed to study the diversity of spider in the mangrove vegetation in Wildlife Reserve and Protected Forest of Muara Angke in Jakarta and the mangrove vegetation in Kolaka, Southeast Sulawesi. Spider was collected using sweeping and beating techniques on the transect lines in each species of mangroves. There were 21 families and 32 genus of spider in two different locations which were Wildlife Reserve and Protected Forest Muara Angke, Jakarta. The dominant families of Araneae in Wildlife Reserve and Protected Forest were Mimetidae, Tetragnathidae, Salticidae, and Oecobidae. Mimetidae has highest abundance from all of the spider families found. Among the four families above, two most dominant genera were existed, i.e.

Mimetus and Tetragnatha. Two families of spider which were found in Kolaka were in five genera and the dominant family was Tetragnathidae. The dominant genera spiders in Sonneratia

(3)

iii

KEANEKARAGAMAN LABA-LABA (ORDO ARANEAE) DI

MANGROVE

ESTER PAULINA NABABAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains Pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(4)

Judul : Keanekaragaman Laba-laba (Ordo Araneae) di Daerah Mangrove

Nama : Ester Paulina Nababan

NIM : G 3405 0374

Menyetujui

Pembimbing I,

Pembimbing II,

(Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si.)

(Dr. Tri Atmowidi, M.Si.)

NIP: 19670617 1992032 001

NIP: 19670827 199303 1 003

Mengetahui:

Ketua Departemen,

(Dr. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.)

NIP: 19641002 1998903 1 002

(5)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 22 juni 1987 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, anak dari pasangan Poltak Nababan, SH dan Dra. Tiurma Aritonang.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tebingtinggi, Medan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.

Selama perkuliahan, penulis mengikuti studi lapang di Wana Wisata Cangkuan dengan judul Keanekaragaman Artropoda di Wana Wisata Cangkuang, Sukabumi, dan mengikuti praktek lapang di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE) pada tahun ajaran 2008/2009 dengan judul Pengolahan Mutu Karet di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate.

Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi asisten mata kuliah Perkembangan Hewan, Avertebrata, Mikroteknik, Ekologi Dasar, serta Biologi dasar.

(6)

PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, anugerah, dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2009. Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah Keanekaragaman Laba-laba (Ordo Araneae) di Daerah Mangrove.

Terima kasih saya ucapkan kepada Dr. Ir. Rika Raffiudin, M. si. dan Dr. Tri Atmowidi selaku pembimbing yang memberi bimbingan dengan sabar dan tulus dalam penyelesaian karya ilmiah ini, serta Dr. Aris Tri Wahyudi, M.Si. yang telah memberikan saran.

Ucapan terima kasih kepada orangtua saya tercinta, adik-adik saya Evi Damayanti dan Samuel Halomoan orang yangs elalu memberi saya semangat, serta Dmitry Arditya orang yang selalu setia mendampingi saya sampai penelitian ini selesai dengan baik. Selain itu, saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dra. Taruni Prasasti, Dr. Ir. RR. Dyah Perwitasari, serta seluruh dosen biologi bagian Biosistimatika dan Tingkah Laku Hewan yang telah memberikan ilmu, dukungan, serta pengalaman yang tidak ternilai harganya. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Rini, Ika, Ria, Ayu, Frahel, Lamtiur, Robert, Luria, Olivia, Waisak serta semua teman-teman biologi 42 yang telah memberikan semangat.

Semoga karya ilmiah saya ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2010

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

Waktu dan Tempat ... 1

BAHAN DAN METODE ... 2

Alat dan Bahan ... 2

Metode ... 2

Pembuatan Transek ... 2

Pengambilan Laba-laba (Ordo Araneae) ... 2

Pengawetan Spesimen Laba-laba ... 2

Identifikasi Laba-laba ... 2 Analisis Data ... 2 HASIL ... 3 Keanekaragaman laba-laba ... 3 Deskripsi Laba-laba ... 5 PEMBAHASAN ... 5 Perilaku Laba-laba ... 5 Keragaman Laba-laba ... ... . 6 SIMPULAN ... 7 DAFTAR PUSTAKA ... 7

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah individu laba-laba yang dikoleksi di dua lokasi ... 4

2. Jumlah individu laba-laba yang dikoleksi di Kolaka ... 5

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Peta Muara Angke Jakarta ... 1

2. Peta Kolaka Sulawesi Tenggara ... 2

3. Teknik Jaring ... 2

4. Teknik Beating ... 2

(9)

ix

PENDAHULUAN

Latar belakang

Laba-laba (Ordo Araneae) merupakan anggota Filum Artropoda yang memiliki adaptasi tinggi terhadap berbagai jenis lingkungan. Laba-laba merupakan hewan predator bagi serangga-serangga yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, laba-laba mempunyai peranan penting dalam rantai makanan. Laba-laba juga memiliki peran dalam pertanian, perkebunan, dan perumahan yaitu untuk melindungi dari serangga-serangga perusak (Brunet 2000). Laba-laba merupakan hewan kosmopolitan yang dapat hidup dimana saja. Laba-laba dapat ditemukan di habitat terestrial, arboreal, dan beberapa di akuatik. Salah satu habitat akuatik adalah mangrove.

Mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Beberapa spesies tumbuhan yang ada di mangrove adalah Rhizopora,

Sonneratia, Bruguiera, Avicennia. Rhizopora biasanya tumbuh di bagian terluar dari mangrove yang berhubungan langsung dengan laut. Sonneratia tumbuh diatas pasir yang berlumpur. Bruguiera merupakan tumbuhan yang berada di bagian lebih kedalam yang masih tergenang pasang tinggi, sedangkan

Avicennia merupakan tumbuhan yang masih tergenang pasang (Nursal et al. 2005).

Mangrove mempunyai fungsi fisik dan ekologi yang penting bagi kelestarian ekosistem di daerah pesisir. Secara fisik, mangrove berfungsi sebagai pelindung pantai dari pengararuh gelombang laut. Secara ekologi, mangrove berfungsi sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah pemijahan (spawning ground), dan tempat mencari makan (feeding ground) bagi beranekaragam biota seperti ikan, udang, kepiting, dan burung-burung (Nursal et al. 2005).

Laba-laba yang paling banyak ditemukan di mangrove Morib, Semenanjung Malaysia yang ditemukan pada tanaman Avicennia yang meliputi laba-laba pelompat (jumping spiders) famili Salticidae, Oxyopidae, Pisauridae, dan Tetragnathidae (Rashid et al. 2009). Selain itu, terdapat empat spesies baru laba-laba yang ditemukan dari famili Clubionidae (Clubiona

meraukensis), Pisauridae (Dolomedes

mizho-anus), Lycosidae (Pardosa zhanjiangensis), dan Salticidae (Telamonia dimidiata) di

daerah mangrove tersebut (Rashid et al. 2009).

Mangrove di Muara Angke yang terletak di kawasan Suaka margasatwa Muara Angke (SMMA) merupakan kawasan mangrove yang berada di sekitar aliran sungai dan telah mengalami reklamasi menjadi pemukiman Pantai Indah Kapuk. Stasiun penelitian lain yang digunakan adalah mangrove di Kolaka, Sulawesi Tenggara dijadikan stasiun

penelitian karena kondisi mangrove

memperlihatkan zonasi mangrove, yaitu

Sonneratia, Rhizopora, dan Bruguiera (Dakir 2009). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mempelajari keanekaragaman laba-laba di Suaka Margasatwa dan Hutan Lindung (Jakarta) dan Kolaka (Sulawesi Tenggara).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari keanekaragaman laba-laba (Ordo Araneae) di

mangrove Muara Angke, Jakarta dan

Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan tempat

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2009. Pengambilan sampel di SMMA (06o06’52,8” S - 106o46’06,5” E) dilakukan pada tanggal 3 April 2009 sedangkan di Hutan Lindung Muara Angke (06o06’12,8” S - 106o45’52,5” E), Jakarta pada tanggal 13 Juni 2009 (Gambar 1) dan di Kolaka, Sulawesi Tenggara (Gambar 2). Untuk identifikasi laba-laba dan analisis data dilakukan di bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan Departemen Biologi FMIPA IPB.

(10)

Alat dan Bahan

Laba-laba yang dikoleksi dari mangrove SMMA, Jakarta dan spesimen koleksi dari Kolaka, Sulawesi Tenggara yang merupakan koleksi Dakir (2009) yang disimpan di Departemen Biologi FMIPA IPB. Bahan untuk mengawetkan menggunakan etanol 70%. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah mikroskop stereo dan mikroskop cahaya.

Metode

Pembuatan transek

Daerah mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke dan Hutan Lindung Muara Angke, Jakarta dibuat satu transek dengan panjang 50 meter. Setiap transek dibagi menjadi empat plot, sebagai lokasi pengambilan ontoh. Pembuatan transek juga dilakukan di Kolaka, sulawesi Tenggara.

Pengambilan contoh laba-laba

Pengamblan laba-laba dilakukan antara pukul 09.00 sampai dengan 12.00 WIB karena dalam waktu tersebut laba-laba aktif mencari makan. Laba-laba diambil dengan cara mengayunkan jaring di sekitar dedaunan sebanyak 90 kali ayunan dalam waktu tiga menit (Gambar 3). Pengambilan laba-laba juga dilakukan dengan cara beating, yaitu dengan menempatkan kain penadah yang berukuran 1 m2 dibawah tangkai/ ranting pohon, kemudian tangkai/ ranting pohon tersebut digoyangkan sebanyak 180 kali pukulan selama tiga

menit(Gambar 4).

Pengawetan contoh

Pengawetan laba-laba dilakukan dengan pengawetan kering (mounting), spesimen diletakkan pada kertas segitiga dengan ujung runcing dengan perekat (Borror et al. 2005).

Identifikasi spesimen

Identifikasi laba-laba dilakukan sampai genus menggunakan kunci identifikasi Kaston (1978).

Analisis data

Data dianalisis dengan menghitung

indeks-indeks keanekaragaman, kemerataan,

dominansi, dan kesamaan yang menggunakan rumus sebagai berikut:

Gambar 2 Peta Kolaka, Sulawesi Tenggara (Ket: 1. Latambaga; 2. Samaturu;

3. Wolo) (Dakir 2009) Gambar 3 Pengambilan laba-laba dengan teknik

jaring

Gambar 4 Pengambilan laba-laba dengan teknik

beating

Kain penadah Jaring

(11)

3

D' = ∑ (ni/N)2 E’ = H’/ln (s) IS = ―― Keterangan :

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener; D' = Indeks Dominansi Simpson; E’ = Indeks Kemerataan; IS = Indeks Similaritas; s = Jumlah genus/ spesies yang ditemukan; Pi = ni/N; ni = Jumlah individu dari Jenis I; N = Jumlah seluruh individu yang ditemukan; w = Jumlah jenis yang ditemukan pada lokasi A dan B; A = Jumlah Jenis dalam Komunitas A; B = Jumlah Jenis dalam Komunitas B.

HASIL

Keanekaragaman laba-laba

Laba-laba yang diperoleh dari dua lokasi (SMMA dan Hutan Lindung Muara Angke, Jakarta) berjumlah 497 individu, yang terdiri atas 21 famili dan 32 genus (Tabel 1). Sedangkan laba-laba yang diperoleh dari Kolaka, Sulawesi Tenggara berjumlah sembilan individu, yang terdiri atas dua famili dan lima genus (Tabel 2).

Berdasarkan Tabel 1, terdapat empat

famili yang paling dominan adalah

Mimetidae, Tetragnathidae, Salticidae, dan Oecobiidae di SMMA dan Hutan Lindung Muara Angke, Jakarta. Pada Sonneratia di SMMA terdapat 409 individu laba-laba, genus laba-laba yang dominan adalah Mimetus sebanyak 223, Tetragnatha sebanyak 70,

Oecobius sebanyak 30, Peckhamia sebanyak 16, dan Hentzia sebanyak 14 individu. Genus laba-laba yang hanya terdapat di Sonneratia, yaitu Sarinda, Phlegra, Hentzia, Synemosyna,

Heteropoda, Steatoda, Dyctyna, Meioneta,

Pholcus, Psysocyclus, dan Megahexura. Pada

Rhizopora di Hutan Lindung ditemukan 44 individu laba-laba, genus laba-laba yang dominan adalah Tetragnatha dan Mimetus sebanyak 10 individu. Genus laba-laba yang

hanya terdapat di Rhizopora adalah

Orchestina, Cyclosa, dan Synema. Pada

Avicennia di Hutan Lindung ditemukan 44 individu laba-laba, genus laba-laba yang dominan adalah Ebo sebanyak 9, Mimetus sebanyak 6, dan Peckhamia sebanyak 6 individu. Genus laba-laba yang hanya terdapat di Avicennia adalah Marpissa, Theridion,

Allocosa, Hahnia, dan Antrodiaetus.

Genus laba-laba yang terdapat pada ketiga jenis pohon (Sonneratia, Rhizopora, dan

Avicennia) adalah Mimetus, Tetragnatha,

Oecobius, Peckhamia, Metacyrba, Plexippus, dan Hypochilus. Famili Mimetidae memiliki kelimpahan 51,91% dan genus yang paling melimpah adalah Mimetus sebesar 48,09%. Famili Tetragnathidae memiliki kelimpahan 17,10% dari genus Tetragnatha. Famili Salticidae memiliki kelimpahan sebesar 13,07% dan genus yang paling melimpah

adalah Peckhamia 4,63%. Oecobidae

memiliki kelimpahan 7,04% dari genus

Oecobius.

Berdasarkan hasil perhitungan keaneka-ragaman (H’), kemerataan (E’), dan dominansi (D’), di SMMA dan Hutan Lindung menunjukkan nilai yang berbeda (Tabel 1). Tingkat keanekaragaman laba-laba di Hutan Lindung lebih tinggi dibandingkan di SMMA. Hal ini dapat diketahui dari indeks keanekaragaman (H’) di Hutan Lindung sebesar 2,52 dan SMMA sebesar 1,66. Hasil

perhitungan indeks dominansinya

menunjukkan bahwa di SMMA paling tinggi yaitu sebesar 0,34 sedangkan di SMMA sebesar 0,11. Jika dilihat dari indeks kemerataannya. Hutan Lindung paling tinggi yaitu sebesar 0,84 dan SMMA 0,54.

Pada Tabel 2, Tetragnathidae merupakan famili yang paling dominan di Kolaka, yaitu sebesar 55,56%. Indeks Keanekaragaman, dominansi, dan kemerataan di Kolaka, Sulawesi Tenggara masing-masing sebesar 1,30, 0,36, dan 0,81.

Berdasarkan perhitungan indeks kesamaan (similaritas) Sorensen, dapat dilihat penyebaran genus yang sama pada dua lokasi yang berbeda. Lokasi Hutan Lindung dan

Suaka Margasatwa memiliki indeks

similaritas sebesar 0,48. 2w A+B s i = 1 (pi ln pi) H’= -∑

(12)

Gambar 5 Morfologi laba-laba yang ada di ketiga lokasi (SMMA, Hutan Lindung, dan Kolaka); A. Mimetus; B. Tetragnatha; C. Peckhamia; D. Oecobius skala dalam gambar adalah 1 mm Tabel 1 Jumlah individu laba-laba yang dikoleksi di dua lokasi (Suaka Margasatwa dan Hutan

Lindung, Muara Angke, Jakarta).

Famili Genus

Jumlah Individu

Jumlah Persentase (%) Suaka Margasatwa Hutan Lindung

Sonneratia Rhizopora Avicennia

Salticidae Marpissa 0 0 1 1 0,20 Metaphidippus 1 1 0 2 0,40 Sarinda 1 0 0 1 0,20 Peckhamia 16 1 6 23 4,63 Phlegra 3 0 0 3 0,60 Hentzia 14 0 0 14 2,82 Synemosyna 2 0 0 2 0,40 Metacyrba 1 3 2 6 1,21 Plexippus 9 3 1 13 2,61 Sparassidae Heteropoda 6 0 0 6 1,21 Scytotidae Scytodes 5 2 0 7 1,41 Mimetidae Mimetus 223 10 6 239 48,09 Ero 17 0 2 19 3,82 Tetragnathidae Tetragnatha 70 10 5 85 17,10 Plectreuridae Plecterurys 1 0 0 1 0,20 Theridiidae Steatoda 1 0 0 1 0,20 Theridion 0 0 1 1 0,20 Dyctynidae Dyctyna 2 0 0 2 0,40 Oecobiidae Oecobius 30 1 4 35 7,04 Linyphiidae Meioneta 1 0 0 1 0,20 Pholcidae Pholcus 1 0 0 1 0,20 Psysocyclus 1 0 0 1 0,20 Hypochilidae Hypochilus 2 6 4 12 2,41 Mecicobothriidae Megahexura 2 0 0 2 0,40 Philodromidae Ebo 0 1 9 10 2.01 Pisauridae Allocosa 0 0 1 1 0,20 Uloboridae Uloborus 0 3 0 3 0,60 Oonopidae Orchestina 0 1 0 1 0,20 Hahniidae Hahnia 0 0 1 1 0,20 Araneidae Cyclosa 0 1 0 1 0,20 Thomisidae Synema 0 1 0 1 0,20 Antrodiaetidae Antrodiaetus 0 0 1 1 0,20 Total 409 44 44 497 100 H' 1,66 2,52 D' 0,34 0,11 E' 0,54 0,84

(13)

5

Deskripsi laba-laba

Famili Mimetidae

.

Laba-laba dari famili ini memiliki ciri-ciri yaitu memiliki tubuh berwarna kuning, dibagian mata terdapat empat garis hitam yang memanjang sampai bagian galur dorsal. Mimetidae juga memiliki kelisera diaxial, tanpa cribellum dan

calamistrum, serta tibia dan metatarsus I dan II dengan dua berbaris prolateral. Salah satu genus dari famili ini adalah Mimetus. Genus ini memiliki ketinggian clypeus antara sepertiga hingga setengah dari daerah okular median, tungkai pertama setengah kali lebih panjang dari tungkai keempat, serta kelisera mencolok dengan rambut yang tebal dibagian dalam sekitar dua per tiga dari gigi taring dari dasar.

Famili Tetragnathidae. Laba-laba dari

famili ini memiliki kelisera diaxial dan berukuran besar, tibia dan metatarsus I dan II tanpa duri, tarsi dengan tiga cakar tanpa

trichobothria, tarsus keempat tidak berbentuk seperti sisir, delapan mata, mata tidak berbentuk segienam, clypeus jauh lebih rendah, serta letak spinneret tidak teratur. Salah satu contoh genus yang ditemukan adalah Tetragnatha. Tetragnatha memiliki endite yang paralel melebar, mata lateral tidak bersebelahan, tungkai berduri serta abdomen yang panjang.

Famili Salticidae. Laba-laba dari famili

ini memiliki kelisera diaxial, tanpa cribellum dan calamistrum, tibia dan metarsus I dan II tanpa duri, tarsal dengan dua cakar yang bergigi, delapan buah mata dan tersusun dalam tiga baris, baris pertama tersusun vertikal dan berukuran besar, baris kedua berukuran kecil, dan baris ketiga berukuran sedang. Salah satu genus yang ditemukan yaitu Peckhamia. Peckhamia memiliki tibia dan patella ketiga lebih pendek daripada yang keempat, bentuknya seperti semut dengan tubuh yang sempit dengan pedisel yang jelas, bagian toraks tidak menyempit, serta lebar

karapas hampir dua pertiga dari panjang tubuh.

Famili Oecobidae. Famili Laba-laba ini

memiliki Kelisera diaxial, memiliki cribellum di depan spinneret, satu pasang paru-paru, anal tubercula besar dan menonjol, dan mata di bagian tengah posterior berbentuk segitiga dan tidak teratur. Salah satu genus yang ditemukan adalah Oecobius. Oecobius

memiliki tibia I berukuran enam atau tujuh kali panjang tubuh, calamistrum berukuran satu setengah sampai dua pertiga panjang metatarsus keempat.

PEMBAHASAN

Perilaku laba-laba

Berdasarkan pengamatan, Mimetidae merupakan laba-laba yang tidak memiliki

cribellum dan calamistrum. Selain itu, pada bagian tibia dan metatarsus pertama dan kedua terdapat rambut-rambut yang panjang

(spines). Cribellum dan calamistrum

merupakan organ yang dapat menghasilkan benang / jaring laba-laba. Dalam hal ini, Mimetidae merupakan laba-laba yang tidak dapat membuat jaring, karena tidak memiliki

cribellum dan calamistrum. Mimetidae memiliki cara tersendiri untuk mendapatkan jaring, yaitu dengan merebut benang jaring laba-laba lain secara perlahan-lahan dan menarik perhatian laba-laba tersebut (Roberts 1995).

Mimetidae juga merupakan laba-laba yang memiliki bagian tubuh yang relatif kecil dan mudah dibedakan dari laba-laba lain, karena memiliki mata yang heterogen yang telah diatur dalam dua baris, kelisera yang cukup ramping (Barrion & Litsinger 1995). Mimetus merupakan salah satu genus dari Mimetidae.

Mimetus memiliki bintik-bintik hitam

dibagian abdomen. Mimetus biasanya

menangkap mangsanya dengan cara

mendekatinya secara perlahan-lahan.

Tabel 2 Jumlah individu laba-laba yang dikoleksi dari Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Famili Genus Jumlah individu di Kolaka Persentase (%)

Salticidae Maevia 1 11,11 Marpissa 1 11,11 Metaphidippus 1 11,11 Sarinda 1 11,11 Tetragnathidae Tetragnatha 5 55,56 Jumlah 9 100 H' 1,30 D' 0,36 E' 0,81

(14)

Mangsanya dimatikan seketika dengan racun yang dihasilkannya. Mangsanya tidak dikunyah tetapi hanya mengisap cairan tubuh mangsanya sampai kering, sama seperti Theridiidae.

Mimetus tidak ditemukan pada tumbuhan rendah, semak-semak, dan di tanah (Barrion & Litsinger 1995). Distribusi Mimetus terdapat di Filipina (Barrion & Litsinger 1995), Inggris, Kanada Selatan, Amerika bagian Georgia, dan Kansas (Kaston 1978).

Tetragnathidae merupakan famili laba-laba yang memiliki kelisera yang besar, tungkai dan abdomen yang panjang. Selain itu, Tetragnathidae juga memiliki spinneret yang tidak teratur. Spinneret merupakan organ yang berfungsi untuk mengeluarkan benang yang kemudian berubah menjadi jaring. Selain memiliki spinneret, Tetragnathidae juga memiliki cribellum dan calamistrum. Tetragnathidae disebut juga predator,

berdasarkan ciri yang dimilikinya.

Tetragnathidae merupakan laba-laba predator yang membuat perangkap untuk menangkap mangsanya kemudian menggigit dengan rahangnya (Yoshida 2000). Pada umumnya

Tetragnathidae memangsa serangga.

Serangga-serangga yang menjadi mangsanya biasanya serangga yang ditemukan didekat air (Brunet 2000). Salah satu genus yang paling sering ditemukan adalah Tetragnatha.

Tetragnatha merupakan laba-laba yang memiliki abdomen dan tungkai yang panjang.

Tetragnatha tersebar luas di seluruh dunia dan umumnya di lingkungan lahan basah dan beberapa spesies sering ditemukan di vegetasi yang berada dekat air (Barrion & Litsinger 1995). Tetragnatha merupakan spesies yang dapat menempati hampir di semua habitat (kosmopolitan), diantaranya daerah tropik, Arctic (Kutub utara: Denmark, Norwegia, Amerika Serikat, dan Kanada) (Aiken & Coyle 2000).

Salticidae merupakan famili laba-laba yang banyak ditemukan didaerah mangrove. Menurut Brunet (2000), di Australia Salticidae terdiri dari 76 genus dan 252 spesies. Famili ini merupakan laba-laba yang tidak memiliki cribellum dan calamistrum. Walaupun tidak memiliki cribellum dan

calamistrum, karena memiliki perilaku pelompat, Salticidae memiliki cara memburu mangsanya yaitu dengan cara mendekati mangsanya secara perlahan-lahan lalu melompat dengan cepat. Perilaku ini merupa-kan cara untuk menangkap mangsanya (Richman 1992). Famili ini juga memiliki karakteristik mata yang sangat unik. Pada

mata bagian depan yang berukuran besar dan tengah yang berukuran kecil dapat berfungsi untuk tetap fokus terhadap sesuatu yang rumit serta mengenali warna. Mata bagian belakang yang berukuran sedang dapat digunakan untuk mendeteksi pergerakan mangsa (Roberts 1995). Salticidae dapat ditemukan didaerah hutan basah, batang pohon, dan batu-batu yang besar (Taylor & Jackson 1999). Distribusi yang luas Salticidae misalnya di seluruh Australia. Jumlah spesies yang terbesar banyak ditemukan di wilayah tropis Queensland (Brunnet 2000). Salah satu contoh genus yang ditemukan di mangrove adalah

Peckhamia. Peckhamia merupakan genus laba-laba yang memiliki bentuk tubuh mirip seperti semut. Akibat bentuk tubuh yang mirip seperti semut, Peckhamia dapat menyamar dan masuk kedalam sarang semut untuk mencari makan.

Oecobidae juga salah satu famili laba-laba yang dominan ditemukan di mangrove. Karakteristik famili ini adalah memiliki

cribellum dan calamistrum. Oecobidae memiliki rambut-rambut (bristles) pada metatarsus keempat. Menurut Kaston (1978),

cribellum pada Oecobidae belum sempurna dan calamistrum hanya ada pada laba-laba jantan. Berdasarkan karakteristik yang dimilikinya, famili ini menangkap mangsanya dengan membuat perangkap. Oecobidae merupakan laba-laba yang dapat hidup dimana saja (kosmopolitan). Akan tetapi, pada penelitian ini Oecobidae tidak begitu banyak ditemukan, karena diduga laba-laba tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan habitat/ lingkungannya. Salah satu genus yang ditemukan adalah Oecobius.

Keragaman laba-laba

Hasil penelitian di mangrove di SMMA, Hutan Lindung, dan Kolaka menghasilkan empat famili Araneae yang paling dominan adalah Mimetidae, Tetragnathidae, Salticidae, dan Oecobidae. Berdasarkan hasil pengamatan pada Sonneratia di SMMA ditemukan famili laba-laba yang dominan, yaitu Mimetidae dari genus Mimetus. Pada Rhizopora famili laba-laba yang dominan, yaitu Tetragnathidae dari genus Tetragnatha. Pada Avicennia famili laba-laba yang dominan, yaitu Philodromidae dari genus Ebo. Kesamaan genus laba-laba hasil penelitian Rashid (2009) yang meneliti laba-laba di mangrove Morib, Semenanjung Malaysia pada Avicennia adalah Tetragnatha.

Keragaman laba-laba di Suaka

Margasatwa (SM), Hutan Lindung (HL), dan Kolaka (K) tinggi dengan nilai indeks

(15)

7

Shannon-Wiener masing-masing 1,66, 2,52, dan 1,30. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman di Hutan Lindung memiliki nilai yang paling tinggi. Hal ini diduga karena pada daerah tersebut spesies tumbuhannya lebih banyak dari Suaka Margasatwa. Sedangkan nilai indeks Keanekaragaman laba-laba di Kolaka rendah. Hal ini disebabkan karena sampel laba-laba yang diperoleh rusak dan tidak dapat diidentifikasi dengan baik. Jika dilihat dari nilai dominansi di Suaka Margasatwa, Hutan Lindung, dan Kolaka meliputi 0,34, 0,11, dan 0,36. Jika dilihat dari indeks kemerataan di Suaka Margasatwa, Hutan Lindung, dan Kolaka, meliputi 0,54, 0,84, dan 0,81. Hal ini menunjukkan bahwa di ketiga lokasi pengambilan contoh spesimen kelimpahannya tidak merata. Umumnya keragaman spesies akan meningkat apabila keragaman struktur habitat juga meningkat (Suana & Haryanto 2007). Indeks similaritas antara Suaka Margasatwa dan Hutan Lindung sebesar 0,48. Hal ini menunjukkan pada kedua lokasi tidak memiliki nilai kesamaan yang tinggi.

Hasil penelitian ini penting sebagai data dasar salah satu hewan yang menjadi bagian dalam rantai makanan di ekosistem mangrove terutama di Muara Angke, Jakarta dan Kolaka, Sulawesi Tenggara.

SIMPULAN

Laba-laba yang terdapat pada dua lokasi yaitu Suaka Margasatwa Muara Angke dan Hutan Lindung Muara Angke ditemukan sebanyak 21 famili dan 32 genus. Famili dari Ordo Araneae yang dominan di SMMA dan

Hutan Lindung adalah Mimetidae,

Tetragnathidae, Salticidae, dan Oecobidae.

Mimetidae merupakan yang memiliki

kelimpahan tertinggi dari semua famili yang ditemukan. Diantara keempat famili tersebut terdapat dua genus yang dominan yaitu

Mimetus dan Tetragnatha. Laba-laba yang ditemukan di Kolaka sebanyak dua famili dan lima genus. Famili yang dominan adalah Tetragnathidae.

Berdasarkan tumbuhan mangrove, pada tumbuhan Sonneratia yang berada di SMMA ditemukan famili laba-laba yang dominan, yaitu Mimetidae dari genus Mimetus. Pada

Rhizopora famili laba-laba yang dominan, yaitu Tetragnathidae dari genus Tetragnatha. Pada Avicennia famili laba-laba yang dominan, yaitu Philodromidae dari genus Ebo.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken M, Coyle FA. 2000. Habitat

distribution, life history and behavior of

Tetragnatha spider species in the great smoky Mountains National Park. J

Arachnol 28: 97 – 106.

Barrion AT & Litsinger JA. 1995. Riceland

Spiders of South And Southeast Asia. Manila: Entomology Research Intitute. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 2005.

An Introduction to the Study of Insect. Edisi ke-7. Belmont: Thomson Learning, Inc.

Brunnet B. 2000. Spider Watch: Aguide to

Australian Spiders. Sydney: Reed New Holland.

Dakir. 2009. Keanekaragaman dan komposisi

spesies semut (Hymenoptera: Formici-dae) pada vegetasi mangrove Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara dan Muara Angke Jakarta [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Taylor PW, Jackson RR. 1999. The biology of

Jacksonoides queenslandica, a jumping spider (Araneae: Salticidae) from Queensland: intraspecific interactions, web-invasion, predators, and prey. J

Zoology 15: 1 - 37.

Kaston BJ. 1978. How to Know the Spider. Edisi ke-3. Lowa: Wm. C. Brown Company Publishers.

Krebs CJ. 1999. Ecological Methodology. Edisi ke-2. Sand Hill: An Imprint of Addison Wesley Longman, Inc.

Magurran AE. 1987. Ecologycal Diversity and

Its Measurement. New Jersey: Princeton University Press.

Rashid YN, Rahman NA, Li D. 2009.

Mangrove spiders (Araneae) of

Peninsular Malaysia. Int J Zoo Res 5: 9 - 15.

Richman DB, Jackson RR. 1992. A review of the ethology of jumping spiders (Araneae, Salticidae). J Bull Br Arachnol. Soc 9: 33 - 37.

Roberts MJ. 1995. Collins Field Guide Spiders of Britain and Northern Europe. Ramsbury: The Bath Press.

Suana IW, Haryanto H. 2007.

Keanekaragaman laba-laba pada

ekosistem sawah monokultur dan polikultur di pulau Lombok [naskah suana laba-laba]. Mataram: Fakultas Pertanian dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

(16)

Nursal, Fauziah Y, Ismiati. 2005. Struktur dan komposisi vegetasi mangrove Tanjung Sekodi Kabupaten Bengkalis Riau. J

Biogenesis 2: 1 – 7.

Yoshida M. 2000. Predatory behavior of

Leucauge magnifica (Araneae: Tetragnathidae). J Acta Arachnologica 49: 117 - 123

.

Gambar

Gambar 1 Peta Muara Angke, Jakarta
Gambar  2  Peta  Kolaka,  Sulawesi  Tenggara  (Ket:  1.  Latambaga;  2.  Samaturu;
Tabel  1  Jumlah  individu  laba-laba  yang  dikoleksi  di  dua  lokasi  (Suaka  Margasatwa  dan  Hutan  Lindung, Muara Angke, Jakarta)
Tabel 2 Jumlah individu laba-laba yang dikoleksi dari Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Referensi

Dokumen terkait

indica yang diduga resisten-glifosat dikumpulkan dari perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Langkat (Tabel 1 dan Gambar 1), dilakukan dengan cara mengambil biji

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa penggunaan enceng gondok fermentasi dalam ransum sampai taraf 10 persen berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot

Perilaku kurang kooperatif dari masyarakat ini dapat diminimalisir dengan regulasi yang diciptakan oleh pemerintah daerah kabupaten Sikka manakala saat ini belum

Menjaga postur tulang belakang dalam periode yang lama menjadi sangat tidak nyaman, karena kebanyakan dari tekanan otot harus dipertahankan untuk menjaga tubuh dalam posisi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus campak banyak terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dan cakupan imunisasi kelurahan yang rendah, insiden

Oleh itu, kesedaran tentang hak dan tanggungjawab wanita dalam keluarga dan kerjaya adalah amat penting kerana kajian mendapati bahawa antara faktor utama yang menjadi punca

Kepala seksi Perdata dan Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Negeri Jantho, Evan Munandar menyebutkan kewenangan jaksa sebagai pihak yang berwenang membatalkan