BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1.1
1.1 Latar BelakangLatar Belakang
Minyak bumi adalah sumber energi yang paling banyak digunakan dalam Minyak bumi adalah sumber energi yang paling banyak digunakan dalam pengolahan
pengolahan bahan bahan bakar bakar minyak. Minminyak. Minyak mentah yak mentah yang byang berasal dari erasal dari kilang kilang di seluruhdi seluruh Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi terutama kebutuhan suatu Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi terutama kebutuhan suatu kendaraan. Secara teoritis, minyak bumi merupakan
kendaraan. Secara teoritis, minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang dihasilkanbahan bakar fosil yang dihasilkan dari proses penguraian material-material organic, baik tumbuhan maupun hewan yang dari proses penguraian material-material organic, baik tumbuhan maupun hewan yang tertimbun dalam tanah dalam kurun waktu jutaan tahun dan terkonversi menjadi tertimbun dalam tanah dalam kurun waktu jutaan tahun dan terkonversi menjadi senyawa hidrokarbon. Minyak bumi atau yang dikenal sebagai crude oil dapat diproses senyawa hidrokarbon. Minyak bumi atau yang dikenal sebagai crude oil dapat diproses dengan berbagai metode menjadi berbagai macam produk, berupa bensin yang dengan berbagai metode menjadi berbagai macam produk, berupa bensin yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis, yaitu Premium, Pertamax, dan Pertalite, avtur, dan dihasilkan terdiri dari tiga jenis, yaitu Premium, Pertamax, dan Pertalite, avtur, dan minyak solar.
minyak solar.
Kualitas produk tersebut akan secara langsung mempengaruhi kemampuan operasi Kualitas produk tersebut akan secara langsung mempengaruhi kemampuan operasi dan efisiensi mesin. Hal dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari bahan bah dan efisiensi mesin. Hal dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari bahan bah anan baku
baku (minyak men(minyak mentah) sampai tah) sampai proses distribusinya. proses distribusinya. Oleh kOleh karena itu arena itu perlu perlu dilakukandilakukan pengujian
pengujian atau atau analisis analisis mutu mutu bahan bahan bakar. bakar. Adapun Adapun metode metode yang yang digunakan digunakan didi laboratorium PT. Pertamina (Persero) RU VII Makassar, yaitu metode standar ASTM laboratorium PT. Pertamina (Persero) RU VII Makassar, yaitu metode standar ASTM (American Society for Testing and Materials)
(American Society for Testing and Materials) yang ditentukan oleh beberapa parameteryang ditentukan oleh beberapa parameter antara lain warna, distilasi, densitas, titik nyala, titik didih, kadar air, titik beku, dan antara lain warna, distilasi, densitas, titik nyala, titik didih, kadar air, titik beku, dan Msep.
Produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, dalam Produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, dalam penggunaanya akan mengakibatkan kerusakan pada mesin. Apabila ditemukan produk penggunaanya akan mengakibatkan kerusakan pada mesin. Apabila ditemukan produk yang tidak memenuhi standar, produk tersebut harus segera ditarik dari peredaran yang tidak memenuhi standar, produk tersebut harus segera ditarik dari peredaran untuk diolah atau diproses kembali.
untuk diolah atau diproses kembali.
1.2
1.2 Kegiatan Praktek Kerja LapanganKegiatan Praktek Kerja Lapangan
1.2.1
1.2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja LapanganWaktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Kerja praktek dilaksanakan di PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassae, Kerja praktek dilaksanakan di PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassae, selama satu bulan dari tanggal 26 Juli 2016 hingga 26 Agustus 2016.
selama satu bulan dari tanggal 26 Juli 2016 hingga 26 Agustus 2016. 1.2.2
1.2.2 Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja LapanganTujuan dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Pelaksanaan program kerja praktek bagi mahasiswa dalam lingkup program studi Pelaksanaan program kerja praktek bagi mahasiswa dalam lingkup program studi D3 Teknik Kimia, antara lain:
D3 Teknik Kimia, antara lain: 1.
1. Mahasiswa melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai salah satuMahasiswa melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai salah satu program
program wajib wajib di di Jurusan Jurusan Teknik Teknik Kimia Kimia yang yang merupakan merupakan prasyarat prasyarat bagibagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Ahli Madia.
mahasiswa untuk memperoleh gelar Ahli Madia. 2.
2. Mahasiswa dapat memahami, mendeskripsikan, dan menjelaskan diagram alirMahasiswa dapat memahami, mendeskripsikan, dan menjelaskan diagram alir proses dan
proses dan sistem pemroses sistem pemroses yang ada yang ada dalam dalam pabrik pabrik tempat tempat pelaksanaan pelaksanaan kerjakerja praktek.
praktek. 3.
3. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran nyata mengenai susunan organisasiMahasiswa dapat mengetahui gambaran nyata mengenai susunan organisasi perusahaan,
perusahaan, jenjang jenjang karir karir di di industri, industri, dan dan penerapannya penerapannya dalam dalam rangkarangka mengoperasikan atau membangun suatu sarana produksi, termasuk pengenalan mengoperasikan atau membangun suatu sarana produksi, termasuk pengenalan terhadap praktek-praktek pengelolaan dan peraturan-peraturan kerja.
4.
4. Mahasiswa mendapatkan gambaran nyata mengenai wujud dan pengoperasianMahasiswa mendapatkan gambaran nyata mengenai wujud dan pengoperasian sistem pemroses atau fasilitas yang berfungsi sebagai sarana produksi.
sistem pemroses atau fasilitas yang berfungsi sebagai sarana produksi.
Sedangkan manfaat dari pelaksanaan kerja praktek ini bisa dirasakan oleh pihak Sedangkan manfaat dari pelaksanaan kerja praktek ini bisa dirasakan oleh pihak yang terkait, antara lain:
yang terkait, antara lain: A.
A. Bagi MahasiswaBagi Mahasiswa 1.
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman kerja yang sebenarnya secaraMenambah pengetahuan dan pengalaman kerja yang sebenarnya secara praktis.
praktis. 2.
2. Sebagai latihan bagi mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja yangSebagai latihan bagi mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
sebenarnya. 3.
3. Melatih pemahaman tentang aplikasi pengetahuan teknik kimia yangMelatih pemahaman tentang aplikasi pengetahuan teknik kimia yang diterapkan di industri.
diterapkan di industri. B.
B. Bagi Perguruan TinggiBagi Perguruan Tinggi 1.
1. Mengetahui sejauh mana ilmu yang diserap oleh mahasiswa selama kuliah.Mengetahui sejauh mana ilmu yang diserap oleh mahasiswa selama kuliah. 2.
2. Memperoleh gambaran nyata tentang perusahaan sebagai bahan informasiMemperoleh gambaran nyata tentang perusahaan sebagai bahan informasi untuk mengembangkan kurikulum yang ada.
untuk mengembangkan kurikulum yang ada. C.
C. Bagi PerusahaanBagi Perusahaan 1.
1. Merupakan wujud nyata tentang perusahaan dalam mengembangkan bidangMerupakan wujud nyata tentang perusahaan dalam mengembangkan bidang pendidikan.
pendidikan. 2.
1.2.3
1.2.3 Ruang Ruang Lingkup Lingkup Praktek Praktek Kerja Kerja LapanganLapangan
Ruang lingkup kerja praktek di PT.Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar , Ruang lingkup kerja praktek di PT.Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar , meliputi kegiatan orientasi umum, studi literatur, diskusi dengan pembimbing, dan meliputi kegiatan orientasi umum, studi literatur, diskusi dengan pembimbing, dan evaluasi di satuan kerja
evaluasi di satuan kerja Quality Control Quality Control .. 1.2.4
1.2.4 Tugas Tugas Praktek Praktek Kerja Kerja LapanganLapangan
Tugas praktek kerja lapangan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: Tugas praktek kerja lapangan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1.
1. Tugas umumTugas umum
Bagian ini membahas mengenai seluruh proses yang terjadi di PT. Pertamina Bagian ini membahas mengenai seluruh proses yang terjadi di PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar dalam proses pengolahan minyak bumi menjadi (Persero) UPMs VII Makassar dalam proses pengolahan minyak bumi menjadi BBM dan BBK.
BBM dan BBK. 2.
2. Tugas Tugas KhususKhusus
Bagian ini berisi laporan tugas khusus yang diberikan pembimbing di satuan Bagian ini berisi laporan tugas khusus yang diberikan pembimbing di satuan kerja
kerja Quality ControlQuality Control PT PT. Pertamina (Persero) UPMs VPT PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar meliputiII Makassar meliputi sample
sample preparationpreparation,, analizing (Instrument Laboratory and Chemicalanalizing (Instrument Laboratory and Chemical Laboratory).
Laboratory).
1.3 Sistematika Laporan 1.3 Sistematika Laporan
Laporan praktek kerja lapangan ini disusun sesuai dengan sistematika penulisan Laporan praktek kerja lapangan ini disusun sesuai dengan sistematika penulisan yang diuraikan sebagai berikut:
yang diuraikan sebagai berikut:
Bab pendahuluan berisi latar belakang pelaksanaan praktek kerja lapangan, waktu dan tempat pelaksanaan praktek kerja lapangan, tujuan dan manfaat praktek kerja lapangan, ruang lingkup pelaksanaan praktek kerja lapangan,
tugas saat pelaksanaan praktek kerja lapangan dan sistematika laporan. BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Bab tinjauan umum membahas sejarah singkat PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar, lokasi dan tata letak pabrik, profil perusahaan, struktur organisasi dan manajemen perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta perjelasan umum tetang nikel.
BAB III DESKRIPSI PROSES
Bab ini berisi mengenai proses pengolahan minyak bumi. Pembahasan berfokus pada satuan kerja Quality Control yang dilakukan di Laboratorium
Terminal BBM dan LPG Makassar. BAB IV PEMBAHASAN
Sesuai dengan judul laporan“Analisis Mutu BBM & BBK di PT. Pertamina
(Persero) UPMs VII Makassar”. Bab ini berisi perjelasan mengenai hasil analisis parameter kualitas BBM pada satuan kerja Quality Control yang dilakukan di Laboratorium Terminal BBM dan LPG Makassar.
BAB V PENUTUP
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Sejarah Singkat Pertamina
Sejarah awal terbentuknya PT. Pertamina tidak lepas dari sejarah berdirinya Negara Republik Indonesia.Diawali pada tahun 1945, ketika Jepang menyerahkan
instalasi minyak pangkalan Brandan kepada pemerintah Indonesia.Selanjutnya oleh pemerintah Indonesia terbentuk PTMRI (Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia). Pada tahun 1956, nama PTMRI diganti menjadi TMSU(Tambang Minyak Sumatera Utara) dan kolonel Dr. Ibnu Sutowo diberikan mandat oleh Kasad Jenderal A. H Nasution untuk memimpin di TMSU. Tanggal 10 Desember 1957, TMSU berubah status menjadi Perseroan Terbatas dan nama TMSU berubah menjadi PT. TMSU dan diganti lagi menjadi PT. Pertamina (Perusahaan Minyak Nasional) sampai sekarang dan setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari jadi PT. Pertamina.
Dengan membaiknya kondisi politik dan stabilitas nasional, pemerintah mulai melakukan pembenahan pada pembangunan sosial ekonomi. Sehubungan dengan hal tersebut dikeluarkan dua UU yang mana keduanya merupakan pelaksanaan makna dari UUD 1945 pada pasal 33 ayat 2 dan 3, yaitu UU nomor 19/1960 mengenai Pendirian Perusahaan Negara dan UU nomor 44/1990 mengenai Pertambangan Minyak dan Gas Minyak sebagai tindak lanjut dari kedua UU tersebut. Tahun 1961 dikeluarkan Peratuan Pemerintah (PP) yaitu PP nomor 03/1961 megenai Perusahaan Negara (PN) dengan alasan efisiensi. Pada tahun 1968 dikeluarkan PP NOMOR 27/1968 mengenai
penggabungan perusahaan Negara Pertmamina menjadi Pertamina (Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Negara).Menurut PP nomor 27/1968 diperkuat dengan undang-undang.
2.1.1 Visi dan Misi PT. Pertamina
Adapun visi dan misi yang dirancang dan diterapkan PT. Pertamina adalah sebagai berikut :
2.1.1.1 Visi Pertamina
Visi PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar adalah “Menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia”.
2.1.1.2 Misi Pertamina
Misi PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar adalah “ Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara te ritegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat”.
2.1.2 Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar
Laboratorium iniberoperasi mulai Juni 1984 dengan kegiatan awal dipersiapkan untuk melakasanakan pemeriksaan mutu BBM di Indonesia bagian timur (wilayah Pertamina UPMs VII dan VIII) terutama untuk contoh-contoh Avitation Fu el.
Laboratorium ini berlokasi di jalan Hatta No.1 Makassar di areal Terminal BBM & LPG Makassar. Laboratorium pertamina difungsikan untuk pemeriksaaan contoh BBM dari tangki timbun untuk penjualan dan tangker discharge serta tangker loading .
Luas laboratorim ini yakni (20 x 8)m terdiri dari 1 lantai.Peranan Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar dari tahun ketahun menjadi sangat penting khususnya di daerah bagian timur Indonesia.
2.1.3 Tugas dan Tanggungjawab Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar
Laboratorium adalah tempat melaksanakan penelitian, pemeriksaan serta pengujian sampel baik kimia ataupun fisika untuk mengetahui sifat atau karakteristik
suatu sampel.
Tugas dan tanggung jawab Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar adalah melakukan pemeriksaan secara kimia maupun fisika terhadap sampel BBM dan non-BBM yang dikirim oleh instalasi, depot DPPU dan penjualan di seluruh wilayah Indonesia bagian timur (UPMs VI, UPMs VII DAN UPMs VIII). Kemudian hasil pemeriksaan disampaikan kepada bagian yan berwenang dalam bentuktest report . Jadi kesimpulannya, laboratorium hanya melaksanakan pemeriksaan sesuai sesuai dengan prosedur (ASTM, IP, API dll) yang telah ditetapkan.
2.1.4 Sampel Pemeriksaan Uji Laboratorium
Sampel adalah sejumlah contoh yang mewakili jumlah yang lebih besar yang dikirim ke laboratorium untuk diadakan pemeriksan uji laboratorium.Mengingat pentingnya contoh yang dikirimkan ke laboratorium untuk menentukan hasil uji
laboratorium yang representative, maka pengambilan sampel harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan di dalam buku panduan pengendalian mutu BBM Pertamina dan ASTMD-4057.
Adapun macam-macampengambilan contoh/sampel yang lazim dilakukan:
2.1.4.1 Berdasarkan Titik Pengambilan Contoh 1) Top sample (contoh teratas)
Contoh yang diambil pada lapisan atas suatu jenis bahan dan tidak melebihi 15 cm dari permukaan bahan tersebut.
2) Upper sample (contoh atas)
Contoh bahan yang diambil dari 1/6 dari permukaan bahan. 3) Middle sample (contoh tengah)
Contoh bahan yang diambil dari pertengahan tinggi bahan. 4) Lower sample (contoh bawah)
Contoh bahan yang diambil dari ketinggian 5/6 dari permukaan bahan. 5) Bottom sample (contoh dasar)
Contoh bahan yang diambil dari dasar suatu penimbunan. 6) Drain sample (contoh saluran penurasan)
Contoh bahan yang diambil dari seluruh penurasan suatu penimbunan maupun penyaluran.
7) Hoppler sample (contoh saluran pengeluaran)
Contoh yang diambil dari seluruh pengeluaran pada saluran pipa tetap (fixed pipe) maupun pipa ayun (swing pipe).
2.1.4.2 Berdasarkan Penggabungan atau Pencampuran 1) Average sample (campuran rata-rata)
Campuran bahan yang diambil dari contoh bawah, contoh tengah, dan contoh atas dari sarana penimbunan bahan tersebut dengan perbandingan yang sama. Contoh rata-rata diambil melalui suatu lubang bagi yang atas dari sarana penimbunan dengan menggunakan sampling dan kemudian contoh dipindahkan ke beaker gelas atau botol sample.
2) All level sample (contoh semua lapisan)
Contoh yang diambil dari semua lapisan pada suatu sarana penimbunan.Contoh diambil pada lubang disuatu penimbunan.Dengan
menggunakan botol pengambilan sampel (sampling bottle) dengan volume 2/3. 3) Composite Sample (contoh penggabungan)
Contoh yang diambil dari beberapa komponen atau container.Contoh gabungan dapat berupa composite upper sample, composite middle sample, dan composite lower sample.
2.1.4.3 Berdasarkan Kepentingan 1. Contoh pemeriksaan visual
Contoh diambil untuk pemeriksaan appearance, kejernihan kadar air, dan kotoran serta specivic gravity (S.g)/densitas.
2. Contoh uji lengkap (completed test sample)
Contoh diambil untuk pemeriksaan laboratorium dengan tujuan uji lengkap dari bahan tersebut.Contoh diambil dan disimpan dalam kaleng khusus (botol
bewarna gelap).Kaleng atau botol tersebut (dalam kondisi baik, bersih, dan tertutup rapat).
2.1.4.4 Berdasarkan Alasan Pengambilan 1) Initial batch sample(IBS)
Contoh pertama pada tiap-tiap batch dari suatu bahan dalam tangki timbun.Umumnya ditujukan untuk uji lengkap.
2) Routine corosien test sample (RCTS)
Contoh rutin uji korosi yaitu bahan yang di ambil dari bagian bawah (lower sample). Untuk avtur pengujian copper strip dan silver strip corosine. Untuk avgas pengujian copper strip corosine.
3) Periodic complete test sample (PCTS)
Contoh yang diambil secara berkala dari dalam stock yang statis untuk pengujianlengkap di laboratorium.
4) Umpumpable Stock Sample (USS)
Contoh bahan dari dalam tangki yang tidak dapat dipompakan lagi, diambil dari contoh tengah untuk uji lengkap. Hal ini dilakukan pada saat akan memanfaatkan umpumpable stock avtur/ avgas.
5) Retained sample
Contoh dari semua lapisan (all level sample) yang diambil dari tanker umumnya selalu membawa master sampel sebagai referensi terhadap bahan yang dimuat.
6) After tank cleaning
Contoh yang diambil pada pengisian pertama setelah dilakukan pembersihan tangki. Umumnya ditujukan untuk uji lengkap di laboratorium.
7) Contoh Permintaan Khusus
Contoh bahan yang diambil berdasarkan permintaan tertentu karena adanya keperluan khusus.
Hal yang perlu diperhatikan pada setiap pengiriman sampel ke laboratorium: 1) Kemasan sampel harus baik dan bersih
2) Cara pengambilan contoh sampel harus dilakukan sesuai prosedur. 3) Label harus meliputi:
a. Jenis produk
b. Nomor kode atau contoh
c. Asal sampel ex drum/ tangki/ tangker d. Tangker supply dan ATA tangker e. Nota pengiriman contoh
Tata cara pengiriman contoh ke laboratorium:
Untuk BBM penerbangan telah ada prosedur yang berlaku, ditangani oleh bagian aviasi UPMs VII baik pengiriman contoh maupun penerimaan laporan hasil pemeriksaan dari laboratorium.Namun dalam hal ini, yang berwenang untuk merilis adalah aviasi UPMs VII.Untuk sampel BBM non penerbangan dan pelumas dari pabrik atau industri besar dan konsumen lainnya harus melalui bagian penjualan UPMs VII SE (Sales Engineer). Kemudian SE akan mengirim contoh
tersebut ke laboratorium dengan menyertakan memo atau surat pengantar berisikan tes yang diminta.
2.1.5 Kontaminasi Produk
Kontaminasi adalah suatu peristiwa terjadinya pencampuran dari suatu produk dengan produk lainnya yang tidak diinginkan yang mana akan mempengaruhi sifat kimia dan fisika produk yang terkontaminasi, sehingga produk tersebut mengalami penurunan mutu/ rusak (off specification).
Kontaminasi BBM dapat terjadi karena:
1) Tercampurnya suatu produk dengan produk lainnya (product to product).
2) Tercampurnya suatu produk BBM dengan kotoran-ko toran yang terdiri dari benda- benda diluar BBM, seperti karat, debu, pasir, dan lain-lain yang dibawa oleh produk tersebut pada saat perpindahan tempat.
3) Tercampurnya suatu produk dengan air. Hal ini dapat terjadi karena kondensasi pada penyimpanan di tangki, flushing produk dengan air atau penyegelan yang
kurang baik.
Tercampurnya suatu produk dengan mikroorganisme.
2.1.6 Jenis Pemeriksaan Laboratorium
Jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan di Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar, sebagai berikut:
1) Appereance Visual
2) Ash Content ASTM D 482
4) API Gravity ASTM D 1298
5) Acidity ASTM D 3243
6) Aniline Gravity Product (AGP) ASTM D 611
7) Condrason carbone Residue ASTM D 189
8) Colour ASTM ASTM D 1500
9) Colour Lovibond IP 17
10) Colour saybolt ASTM D 156
11) Copper strip corosine ASTM 130
12) Silver Strip Corosine IP 227
13) Cetane Index ASTM D 976
14) Char value IP 10
15) Conductivity unit ASTM D 2624
16) Density at 15oC ASTM D 1298
17) Destillition ASTM D 86
18) Doctor Test ASTM D 484
19) Estimate net heat combustions/heat combustions ASTM D 270
20) Exsistent Gum ASTM D 381
21) Flash Point Able IP 170
22) Flash Point COC (clevenland open cup) ASTM D 92 23) Flash Point PMcc (Pensky Martens close cup) ASTM D 93
24) Fuel Diluent IP 16
26) Gas Diluent ASTM D 322
27) Insolubles ASTM D 893
28) Metal Content (Calcium, Zink, Magnesium) AAS 29) Odour
30) pH
31) Phospor Content ASTM D 91
32) Pour Point ASTM D 97
33) Reid Vapor Pressure ASTM D 323
2.1.7 Standard Test Method
Setiap pemeriksaan laboratorium harus berdasarkan pada standard test method yang berlaku. Untuk pemeriksaan petroleum eter (BBM atau non BBM) pada umumnya menggunakan :
1) ASTM Method (American Society for testin Material) 2) IP Method (Institute of Petroleum)
3) Shell Method Series (SMS) 4) Mobile Oil Method
Pada setiap pemeriksaan laboratorium selalu dicantumkan standard metod yang digunakan karena setiap standard method memiliki kepekaan atau ketelitian yang berbeda.Untuk menjamin ketelitian dari hasil pemeriksaan laboratorium maka tiap-tiap alat ukur laboratorium harus selalu dikalibrasi secara rutin, disamping itu perlu mengikuti program kolerasi tes antar laboratorium sehingga dapat diketahui apakah
ketelitian hasil analisis peralatan atau bahan pereaksi kimia yang dipakai masih memenuhi syarat (Repeatibility dan dan Reproducibility).
Untuk laboratorium terminal BBM dan elpigi Makassar UPMs VII, program korelasi yang telah diikuti adalah :
1) ASCOPE (Asean Coorperation Petroleum) 2) LEMIGAS (Lembaga Minyak dan Gas Bumi) 3) South East Asia-Mobil Oil
4) LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
2.1.8 Test Report (Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium)
Setiap pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium harus dibuat tes reportnya. Test report tersebut dikirim kepada yang berwenang. Untuk hal-hal yang bersifat mendesak informasi hasil pemeriksaan laboratorium disampaikan melalui telepon terlebih dahulu sebelum dibuat test reportnya.
Didalam test report tersebut, umumnya terdapat informasi-informasi berikut : 1) Nomor Test Report
2) Tanggal Test Report 3) Jenis Product
4) Nomor Contoh/Kode Contoh
5) Keterangan yang berupa informasi identitas contoh yang di ambil 6) Jenis pemeriksaan yang dilakukan
8) Hasil pemeriksaan
9) Spesifikasi jenis pemeriksaan (Khusus BBM) 10) Tanda Tangan Kepala Laboratorium
Test Report merupakan dokumen penting yang harus disimpan dengan baik, dimana hal-hal tertentu harus dijamin kerahasiaannya.
2.1.9 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar dikenal sebagai perusahaan kelas dunia yang senantiasa berusaha meningkatkan kinerja perusahaan ke arah yang lebih baik. Untuk mencapai harapan tersebut, PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar mempunyai komitmen untuk selalu mematuhi setiap peraturan hukum pemerintah, menjaga standar etika, menjaga lingkungan yang sehat bagi karyawan dan keluarganya, menjaga lingkungan hidup dan menopang masyarakat sekitar serta menerapkan perbaikan kualitas hidup.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu kebijakan yang dibuat oleh PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar untuk menunjang terpenuhinya nilai-nilai dan tujuan perusahaan. PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar sejak lama telah menerapkan program keselamatan kerja dalam strategi bisnisnya, namun dengan adanya isu baru mengenai dampak lingkungan maka PT.
Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar pun turut berperan aktif dalam menerapkan kebijakan yang menyangkut lingkungan hidup dan lingkungan kerja.
2.2 Tinjauan Umum Tentang Minyak Bumi 2.2.1 Proses Terjadinya Minyak Bumi
Minyak bumi adalah hasil dari peruraian (dekomposisi) materi tumbuhan dan hewan di suatu daerah yang subsidence (turun) secara perlahan. Daerah tersebut biasanya berupa laut,batas lagoon (danau) sepanjang pantai ataupun danau dan rawa di
daratan. Sedimen diendapkan bersama-sama dengan materi tersebut dan kecepatan pengendapan sedimen harus cukup cepat sehingga paling tidak bagian materi organik tersebut dapat tersimpan dan tertimbun dengan baik sebelum terjadi pembusukan. P ada kondisi sirkulasi dan reduksi tertentu akumulasi hidrokarbon banyak ditemukan pada bagian air laut dalam.
Waktu berjalan terus secara geologis dan daerah pengendapan semakin terbenam ke dalam permukaan bumi yang lebih dalam, karena bertambahnya berat oleh sedimen sedimen dan material yang menimbun di atasnya, atau karena gaya gaya tektonik yang menimbulkan efek subsidence. Material organik terbenam semakin dalam sehingga mengalami tekanan dan suhu yang semakin tinggi. Proses tersebut akan menimbulkan perubahan perubahan kimiawi dari material organik tersebut. Perubahan material ini merupakan cikal bakal terbentuknya campuran bahan hidrokarbon yang komposisinya sangat kompleks, baik hidrokarbon yang berupa cairan maupun yang berbentuk gas.
Kenaikan suhu terhadap kedalaman rata rata di dunia ini sekitar 20 - 55 derajat celsius per kilometer. Di Sumatera sendiri dapat mencapai kurang lebih sekitar 100 °C/km. Sedangkan habitat minyak baru akan terbentuk pada suhu sekitar 65
-150 °C yang biasanya berada pada kedalaman 1.5 – 3 km. Pada kedalaman 3 – 6 km batuan reservoar akan lebih didominasi oleh gas daripada minyak. Untuk kedalaman
yang lebih dalam lagi suhu akan menjadi lebih tinggi sehingga gas akan menjadi lebih tinggi sehingga gas akan mengalami dekomposisi lebih lanjut.
Pada umumnya, minyak bumi biasanya terendapkan dalam batuan sedimen berpori baik yang memiliki nilai porositas 45% (reservoar yang sangat baik). Karena semakin lama batuan tersebut terendapkan dan tertimbun material di atasnya, maka batuan tersebut akan terkompaksi dan hal ini mengakibatkan nilai porositasnya berkurang. Minyak, gas, dan air akan terkumpul atau tersimpan di ruang pori pori dari batuan berpori tersebut. Oleh karena tekanan gravitasi, maka fluida tersebut bergerak di dalam batuan perlahan-lahan. Batuan yang dapat meloloskan fluida disebut sebagai batuan yang permeabel. Permeabilitas batuan dapat memisahkan gas, minyak, dan air secara fisis, yaitu akibat perbedaan densitasnya. Minyak dan gas yang berdensitas lebih ringan daripada air akan bergerak naik sampai ke permukaan sebagai rembesan atau terperangkap di dalam jebakan lalu berhenti terakumulasi sampai perangkap itu penuh.
2.2.2 Komposisi Minyak Bumi
1. Komposisi Hidrokarbon pada Minyak Bumi
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa dalam minyak bumi terdiri atas bermacam-macam senyawa hidrokarbon. AlkanaGolongan alkanana yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah
n-alkana dan ison-alkana. n-n-alkana adalah n-alkana jenuh berantai lurus dan tidak bercabang, contoh n-oktana.CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
Isoalkana adalah alkana jenuh yang rantai induknya mempunyai atom C tersier dan bercabang,contoh isooktana.
CH3
CH3 - C - CH2 – CH - CH3
CH3 CH3
Alkana disebut juga parafin. Parafin adalah senyawa hidrokarbon tersatuasi yang mengandungrantai lurus atau bercabang yang molekulnya hanya terdiri atas atom karbon (C) dan hidrogen(H).
2. Sikloalkana
Sikloalkana adalah senyawa hidrokarbon berantai tunggal dan berbentuk cincin. Golongan sikloalkana yang terdapat dalam minyak bumi
adalah siklopentana seperti metil siklopentana dan sikloheksana seperti etil sikloheksana.
Sikloalkana juga dikenal dengan nama naptena. Naptena adalah senyawa hidrokarbon tersaturasiyang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada
karbonnya. Naptena memiliki rumus umum CnH2n dan mempunyai ciri-ciri mirip alkana tetapi mempunyai titik didih yang lebih tinggi.
3. Hidrokarbon Aromatik
Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon yang tidak tersaturasi, memiliki satu atau lebih cincin planar karbon-6 atau cincin benzena. Pada struktur ini, atom hidrogen berikatan dengan atomkarbon dengan rumus umum CnHn. Jika hidrokarbon aromatik dibakar, akan menimbulkan asaphitam pekat dan beberapa bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Senyawa hidrokarbon aromatik yang terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa benzena, contoh etil benzena.
2.2.3 Hasil dari Minyak bumi
Hasil dari distilasi minyak bumimenghasilkan beberapa fraksi minyak bumi seperti berikut.
1. Residu
Saat pertama kali minyak bumi masuk ke dalam menara distilasi, minyak bumi akan dipanaskandalam suhu diatas 500oC. Residu tidak menguap dan digunakan sebagai bahan baku aspal, bahan pelapis antibocor, dan bahan bakar boiler (mesin pembangkit uap panas). Bagian minyak bumiyang
menguap akan naik ke atas dan kembali diolah menjadi fraksi minyak bumi lainnya.
2. Oli
Oli adalah pelumas kendaraan bermotor untuk mencegak karat dan mengurangi gesekan. Olidihasilkan dari hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 350-500oC. Itu dikarenakan oli tidakdapat menguap di antara suhu tersebut.
3. Solar
Solar adalah bahan bakar mesin diesel. Solar adalah hasil dari
pemanasan minyak bumi antara250-340oC. Solar tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akanterbawa ke atas untuk diolah kembali.
4. Kerosin dan Avtur
Kerosin (minyak tanah) adalah bahan bakar kompor minyak. Avtur adalah bahan bakar pesawatterbang bermesin jet. Kerosin dan avtur dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhuantara 170-250oC. Kerosin dan avtur tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.
5. Nafta
Nafta adalah bahan baku industri petrokimia. Nafta dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu antara 70-170oC. Nafta tidak dapat
menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.
6. Petroleum Eter dan Bensin
Petroleum eter adalah bahan pelarut dan untuk laundry. Bensin pada umumnya adalah bahan bakar kendaraan bermotor. Petroleum eter dan bensin dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu antara 35-75oC.
Petroleum eter dan bensin tidak dapat menguap pada suhu tersebutdan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.
7. Gas
Hasil olahan minyak bumi yang terakhir adalah gas. Gas merupakan bahan baku LPG ( Liquid Petroleum Gas) yaitu bahan bakar kompor gas. Supaya gas dapat disimpan dalam tempat yang lebih kecil, gas didinginkan pada suhu antara -160 sampai -40oC supaya dapat berwujud cair.
2.2.4 Pemeriksaan Mutu BBM
BBM adalah bahan bakar yang dibagi dalam dua kelompok: 2.2.4.1 BBM penerbangan :
a. AVTUR b. AVGAS
2.2.4.2 BBM non penerbangan a. Premium
b. Kerosine c. Solar d. MDF e. MFO
Setiap BBM ini mempunyai persyaratan atau spesifikasi tersendiri. Persyaratan ini dikeluarkan oleh ditjen MIGAS. Pemeriksaan mutu BBM tersebut disesuaikan dengan spesifikasinya. Setiap BBM yang diterima dari pengolahan atau yang akan dipasarkan selalu diperiksa mutuya. Pemeriksaan yang paling ketat dilaksanakan oleh pengawas mutu terhadap BBM penerbangan, karena menyangkut aspek keselamatan jiwa manusia.
Jenis test yang dilakukan terhadap BBM, yaitu :
1. Distilasi
Untuk premium, pertalite, pertamax, dan solar di test range destilasinya (batas- batas penyulingan) dengan mengamati temperature pada volume 10 ml, 50 ml, 90 ml, dan endpoint. Sedangkan untuk avtur dan kerosine di test range distilasinya (batas- batas penyulingan) sama hanya saja disertai dengan mengamati temperatur yang
dicapai pada awal penyulingan (initial boiling point).
2. Flash Point
Avtur dan Kerosine di tes flash pointnya dengan menggunakan alat flash point Able. Sedangkan untuk Solar menggunakan alat flash point Pensky-Marteens Close Cup. Setiap BBM memiliki batas minimal flash point.
3. Freezing Point
Test ini dilakukan hanya pada Avtur dan Avgas untuk mengetahui pada temperature berapa timbul atau terjadi proses kristalisasi di dalam BBM.
4. Viscosity
Test ini dilakukan pada Solar dan MFO. Untuk Solar dinyatakan d engan cenStoke, sedangkan untuk MFO dinyatakan dalam Redwood I pada suhu 100oF.
5. Water Content
Pemeriksaan ini dilakukan pada solar, dimana untuk mengetahui kadar air yang terdapat dalam solar. Agar dalam solar dapat diketahui terbebas dari air atau tidak mengandung air.
6. Water Separation
Pemeriksaan ini dilakukan pada avtur.Digunakan untuk mengetahui kemampuan air terhadap pengaruh avtur.
7. Density 15oC
Tes ini dilakukan untuk mengatahun berat jenis suatu air dengan menggunakan hydrometer dan temperature. Kemudian dilihat pada referensi suhu 15oC. Suhu 15oC disini merupakan perbandingan antara suhu ruang dan suhu dalam tangki kapal.
8. Tes Colourimetry
Pemeriksaan warna biasanya digunakan pada avtur dan solar. Untuk avtur menggunakan alat tes warna Lavibond.
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai tanggal 26 Juli – 26 Agustus 2016 di Laboratorium PT. PERTAMINA (Persero) UPms VII, Makassar.
3.2 Persiapan Sampel
Sampel yang dianalisis adalah jenis bahan bakar Avtur, Premium, Kerosin, Solar, Pertamax, dan Pertalite.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Analisis Spesific Gravity Metode : ASTM 1298
Definisi : Specific gravity adalah perbandingan bobot sampel terhadap air pada suhu tertentu dengan volume yang sama.
Tujuan : untuk memeriksa bobot dari minyak yang merupakan cairan. Lingkup : Avtur, Premium, Solar, Pertamax, dan Pertalite.
Peralatan : - Gelas ukur 1000 ml - Hydrometer 15oC
- Thermometer 12oC/ 12oF Prosedur :
2) Hydrometer density 15oC atau hydrometer 60/60oF dan thermometer ASTM 12oC/ 12oF dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian didiamkan selama beberapa menit.
3) Dibaca skala pada hydrometer dan thermometer. 4) Nilai specific gravity dicari pada tabel standar.
3.3.2. Penentuan Flash Point Able Metode : IP 270 Lingkup : Avtur
Definisi : Flash point (titik nyala) adalah suhu terendah dimana uap sampel yang berada di atas permukaan cairannya akan menyala bila dikenakan api penguji.
Tujuan : Untuk mengetahui temperatur terendah suatu sampel minyak bumi dan produk-produknya dimana dapat menimbulkan nyala
api pada bagian permukaan bila ada api yang menyambar. Peralatan : - Alat Flash Point Able
- Oil Cup ThermometeroC/oF
- Water Bath Thermometer dan Termometer SampeloC/oF Prosedur :
1) Alat dibilas dengan sampel yang akan diperiksa.
3) Sampel dimasukkan ke dalam mangkok Able sampai tandai batas yang sudah ditentukan dan ditempatkan mangkok pada alat.
4) Ditutup sampel dengan penutupnya.
5) Ditekan tombol heater dan tombol stirrer dan diubah regurator pada posisi pemanasan yang sesuai.
6) Dilakukan pengetesan setiap kenaikan temperatur 0.5oC. 7) Diamati terus-menerus sampai terjadi sambaran api. 8) Dicatat suhunya ketika terjadi sambaran api.
3.3.3. Penentuan Flash Point Pensky-Martens Closed Cup Metode : ASTM D 93
Lingkup : Minyak Solar
Definisi : Flash point (titik nyala) adalah suhu terendah dimana uap sampel yang berada di atas permukaan cairannya akan menyala bila dikenakan api penguji.
Tujuan : Untuk memeriksa titik nyala dengan alat Pensky-Martens Closed Cup dari sampel minyak bakar, minyak kental, maupun suspensi padat bila tidak diterapkan dengan alat lain.
Peralatan : - Flash Point Pensky-Martens Closed Cup - Thermometer ASTM 9oF/oC standart Prosedur :
1) Sampel dimasukkan ke dalam mangkok PMcc yang bersih dan kering hingga tanda batas, kemudian ditutup dan dipasang thermometer.
2) Hubungkan alat dengan sumber listrik dan dibuka supply gas dengan hati-hati.
3) Diputar dan diatur heater control.
4) Dinyalakan api pencoba diatur nyala api agar diameternya ±10 mm. 5) Dilakukan pengetesan setiap kenaikan temperatur 1oC.
6) Diamati terus-menerus sampai terjadi sambaran api. 7) Dicatat suhunya ketika terjadi sambaran api.
3.3.4. Distilasi
Metode : ASTM D 86
Lingkup : Avtur, Minyak Solar, Pertamax, Pertalite, dan Premium.
Definisi : Destilasi adalah pemisahan atau pemotongan-pemotongan fraksi melalui penyulingan sejumlah sampel dengan kondisi tertentu dimana pengamatannya pada pembacaan temperatur dan volume hasil penyulingan.
Tujuan : Untuk mengetahui jarak didih dari suatu fraksi minyak bumi dan menentukan kemurnian dari sampel minyak bumi.
Peralatan : - Labu distilasi - Alat distilasi
- Flash support - Shield
Prosedur
1) Dimasukkan 100 ml sampel ke dalam labu distilasi yang bersih, kemudian ditutup dengan gabus yang telah dilengkapi dengan thermometer.
2) Dipasang pada alat distilasi, kemudian dinyalakan pemanas.
3) Untuk avtur dan kerosin, dicatat temperaturnya pada tetesan pertama (IBP) dari alat kondensor dan ditampung dalam gelas ukur 100 ml, sedangkan untuk premium, solar, pertamax, dan pertalite, temperatur dicatat pada volume 10 ml.
4) Temperaturnya dicacat pula pada saat volume distilasi mencapai 10 ml, 50 ml, 90 ml, hingga end point.
Catatan: Termometer ASTM 7C digunakan untuk premium, pertamax, dan pertalite dan thermometer ASTM 8C untuk kerosin dan solar.
3.3.5. Penentuan Warna
Metode : ASTM D – 1500 Lingkup : Minyak Solar
Definisi : Warna yang dimiliki oleh suatu sampel minyak bumi yang dicocokkan dengan warna standar
Tujuan : Untuk memeriksa warna dari semua hasil-hasil minyak bumi Peralatan : - Petroleum Oil Comparator
- Kuvet Prosedur :
1) Alat dinyalakan terlebih dahulu
2) Dituang sampel ke dalam kuvet hingga tanda batas 3) Dinyalakan lampu pada alat.
4) Warna sampel diperiksa dengan melihat pada tabung penglihat dan dibandingkan dengan standar warna.
3.3.6. Penentuan Warna Lavibond Metode : ASTM D 156 Lingkup : Avtur
Definisi : Warna yang dimiliki oleh suatu sampel minyak bumi yang dicocokkan dengan warna standar
Tujuan : Untuk memeriksa warna dari semua hasil-hasil minyak bumi. Peralatan : Spectro Colorimeter
Prosedur :
1) Dinyalakan alat terlebih dahulu
2) Ditekan tombol zero, ditunggu beberapa saat
3) Dimasukkan sampel pada kuvet hingga tanda batas 4) Masukkan kuvet pada cell
6) Ditekan tombol dan ditunggu beberapa saat hingga hasilnya muncul pada display
7) Dicatat hasil saybolt
3.3.7. Freezing Point
Metode : ASTM D 2386 Lingkup : Avtur
Definisi : Freezing point (titik beku) adalah temperatur dimana kristal hidrokarbon terbentuk pada pendinginan dan akan segera hilang jika fuels tersebut dipanaskan secara perlahan-lahan.
Tujuan : Untuk memeriksa separated solid pada avitation reciprocating engine dan turbine engine fuels pada temperature selama penerbangan dan ditanah (on the ground).
Peralatan : - Alat Freezing Point - Pompa suntik
Prosedur :
1) Pompa suntik dibilas terlebih dahulu dengan sampel.
2) Dibilas alat freezing point dengan cara diinjeksi sampel dengan pompa suntik.
3) Pada pilihan ‘Sample’, dimasukkan pilihan ‘avtur’. 4) Pada pilihan ‘ID’, dimasukkan tujuan sampel.
6) Diinjeksi sampel dengan pompa suntik, kemudian ditekan ‘start’. 7) Diamati hingga temperatur yang muncul pada layar bernilai konstan.
3.3.8. Water Separation
Metode : ASTM D – 3948 Lingkup : Avtur
Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan air terhadap avtur pada mesin pesawat
Peralatan : - Pompa suntik
- Micrometer separation Prosedur :
1) Dinyalakan alat
2) Dihilangkan plunger dari tabung suntik 3) Dipasang penutup di mulut tabung suntik
4) Dimasukkan 50 ml sampel avtur ke dalam pompa suntik, kemudian Dipasang tabung suntik ke emulsifier mixer
5) Dimasukkan 20 ml sampel ke dalam tabung kaca. 6) Ditekan tombol ‘A’ dan ‘start’.
7) Pada saat mixer berputar, tabung dimasukkan ke dalam dinding turbidimeter.
8) Setelah pengadukan berhenti, diambil pompa suntik dari emulsifier mixer 9) Sampel dibuang dari pompa suntik.
10) Ditambahkan 50 ml sampel avtur
11) Ditambahkan 50 microliter aquadest menggunakan pipet microliter. 12) Dipasang kembali tabung suntik ke emulsifier mixer
13) Ditekan tombol ‘start’, kemudian diambil tabung kaca d an isinya dibuang. 14) Setelah pengadukan berhenti, diambil tabung suntik dari pengaduk
15) Dimasukkan plunger ke tabung suntik, kemudian dilepas penutup mulut tabung
16) Ditekan pompa suntik hingga semua busa yang ada dalam tabung suntik hilang.
17) Dipasang tabung suntik ke syringe drive, maka secara otomatis, pompa suntik akan ditekan.
18) Sampel yang keluar dari tabung suntik ditampung dan dibuang hingga volume 15 ml
19) Pada saat volume 15 ml, sampel diambil dengan tabung kaca 20) Dimasukkan ke dalam turbidimeter
21) Dibaca nilai yang tertera di display.
3.3.9. Water Content
Metode : ASTM D 6304 Lingkup : Minyak Solar
Definisi : Water content adalah kuantitas air yang terkandung dalam suatu sampel minyak bumi
Tujuan : Untuk menentukan kadar air sampel minyak bumi Peralatan : Syringe
Prosedur :
1) Disiapkan sampel yang akan diuji
2) Dibilas strynge dengan sampel yang akan diuji
3) Pada alat water content, ditekan tombol ‘sample’, kemudian dimasukkan nilai density dari sampel.
4) Sampel dipipet hingga 10 ml (jangan ada gelembung udara) 5) Sampel yang ada dalam strynge kemudian diinjeksi
6) Diklik tombol start pada alat uji water content 7) Diulangi percobaan 4-6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk hasil pengolahan minyak bumi yang berupa premium, pertamax, pertalite, avtur, dan minyak solar dianalisis di Laboratorium PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui spesifikasi dan mutu dari suatu bahan bakar.
4.1 Hasil Analisis
4.1.1 Hasil Analisis Premium
Data hasil analisis premium pada tanggal 15 Agustus 2016 seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil Analisis Premium
Test Metode Spesifikasi Hasil
Densitas pada 15oC (kg/m3) ASTM D 1298 715-770 752.7 Pengukuran Nilai Oktan (RON) ASTM D 2699 Min. 88.0 88.0 Destilasi : 10% (oC) 50% (oC) 90% (oC) Endpoint (oC) Residu (%vol) ASTM D 86 Max. 74 75 – 125 Max. 180 Max. 215 Max. 2.0 58 96 159 200 1.0
4.1.2 Hasil Analisis Pertalite
Data hasil analisis pertalite pada tanggal 19 Agustus 2016 seperti ditunjukkan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Analisis Pertalite
Test Metode Spesifikasi Hasil
Densitas pada 15oC (kg/m3) ASTM D 1298 715-770 755.3 Pengukuran Nilai Oktan (RON) ASTM D 2699 Min. 90.0 90.0 Destilasi : 10% (oC) 50% (oC) 90% (oC) Endpoint (oC) Residu (%vol) ASTM D 86 Max. 74 75 – 125 Max. 180 Max. 215 Max. 2.0 53 89 149 194 1.0
Warna Visual Hijau Hijau
4.1.3 Hasil Analisis Pertamax
Data hasil analisis pertamax pada tanggal 17 Agustus 2016 seperti ditunjukkan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Analisis Pertamax
Test Metode Spesifikasi Hasil
Densitas pada 15oC (kg/m3) ASTM D 1298 715-780 735.7 Pengukuran Nilai Oktan (RON) ASTM D 2699 Min. 92.0 92.0 Destilasi :
50% (oC) 90% (oC) Endpoint (oC) Residu (%vol) 77 – 110 Max. 180 Max. 215 Max. 2.0 105 160 198 1.0
Warna Visual Biru Biru
4.1.4 Hasil Analisis Minyak Solar
Data hasil analisis minyak solar pada tanggal 17 Agustus 2016 seperti ditunjukkan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Analisis Minyak Solar
Test Metode Spesifikasi Hasil
Densitas pada 15oC (kg/m3) ASTM D 1298 815.0 – 860.0 847.6
Warna ASTM ASTM D 1500 Max. 3.0 1.5
Titik Nyala PMcc (oC) ASTM D 93 Min. 52.0 67.0 Destilasi :
90% (oC) ASTM D 86 Max. 370 370
Kadar air (mg/kg) ASTM D 6304 Max. 500 109.90
4.1.5 Hasil Analisis Avtur
Jenis Produk : Avtur
Keterangan : 12 Agustus 2016
Property Satuan Batas Metode Hasil
Colour Saybolt Rating Report ASTM D 156 +30 Destilasi : IBP 10% 50% 90% Endpoint Residue Loss oC oC oC oC oC %v/v %v/v Report Max. 205 Report Report Max. 300 Max. 1.5 Max. 1.5 ASTM D 86 158 180 204 237 262 1.5 0.5 Flash Point Able oC Min. 38.0 IP 170 47.0 Densitas 15oC Upper Middle Lower Composite kg/m3 775.0 – 840.0 ASTM D 1298 805.4 805.4 805.4 805.4 Freezing Point oC Max. -47.0 ASTM D 2386 -50.1 MSEP with SDA Rating Min. 70 ASTM D 3948 88
4.2. Pembahasan
Produk dari hasil pengolahan minyak bumi yang berupa bensin (premium, pertalite, pertamax), minyak solar, dan avtur selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kualitas produk tersebut yang meliputi destilasi, densitas, warna, titik nyala, titik didih, kadar air, titik beku, dan MSEP.
Umumnya produk yang dianalisis diambil dari tangki timbun maupun dari kapal. Untuk produk di tangki timbun, dilakukan analisis terlebih dahulu sebelum dimasukkan
ke dalam tangki. Jika produk mengalami kerusakan, maka dikembalikan ke kilang dan jika produk sesuai dengan spesifikasi, maka dapat dimasukkan ke dalam tangki untuk kemudian nantinya diambil dan disalurkan ke masyarakat maupun ke industri, tetapi sebelum disalurkan, produk dianalisis kembali untuk mengetahui tidak adanya kerusakan pada produk tersebut.
Produk dari kapal tanker biasanya merupakan produk dari kilang yang akan dikirim ke beberapa daerah, tetapi singgah terlebih dahulu untuk dianalisis dan memastikan bahwa tidak ada kerusakan yang terjadi pada produk tersebut. Jika telah terjadi kerusakan, maka produk dikirim kembali ke kilang asalnya, baik itu kilang Balikpapan, Cilacap, dll, sedangkan jika produk telah sesuai dengan spesifikasi, maka dapat diteruskan ke daerah tujuan.
4.2.1 Pengukuran Nilai Oktan (RON)
Penentuan nilai oktan menggunakan metode ASTM D-2699 untuk mengetahui besarnya nilai oktan dari suatu bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan bermotor.
Bilangan oktan adalah ukuran besar energi atau tek anan yang diberikan sebelum bensin mengalami pembakaran secara spontan. Bilangan ini juga sering digunakan sebagai kemampuan anti ketukan yang terjadi di dalam mesin saat proses pembakaran.
Nama oktan berasal dari senyawa iso-oktana yang menjadi komponen utama dalam bensin selain n-heptana. Senyawa ini sangat mudah terbakar dengan sendirinya
apabila diberi tekanan yang tinggi, sehingga diberi nilai 100. Sebaliknya, n-heptana sangat sulit terbakar sehingga diberi nilai nol.
Pada bahan bakar premium, pertalite, dan pertamax, masing-masing memiliki spesifikasi nilai oktan yang berbeda dari 88 sampai 92 sehingga batasan minimumnya sebesar 88. Spesifikasi dan hasil analisis untuk premium menunjukkan nilai oktan sebesar 88, artinya premium memiliki kandungan iso-oktana dengan jumlah 88% dan n-heptana 12% untuk pertalite memiliki spesifikasi dan hasil analisis nilai oktan sebesar 90, sedangkan pertamax memiliki spesifikasi dan hasil analisis nila oktan sebesar 92. Semakin tinggi bilangan oktan suatu bensin maka kualitas bensin tersebut akan semakin tinggi karena ketukan yang dihasilkan akan semakin sedikit.
4.2.2 Distilasi
Distilasi merupakan teknik pemisahan berdasarkan titik didh senyawa-senyawa hidrokarbon dalam suatu bahan bakar. Pengukuran temperatur bertujuan untuk mengetahui kualitas penguapan dari produk berdasarkan %volume pada bahan bakar menggunakan metode ASTM D 86.
Pada metode ini, persen volume destilat diukur pada saat 10%, 50%, 90% volume penguapan, dan endpoint dengan spesifikasi yang masing-masing telah ditentukan.
Pengukuran persen volume dilakukan untuk mengetahui pengaruh temperature di tiap-tiap volume terhadap kinerja mesin. Bila diperoleh temperature lebih tinggi dari nilai spesifikasi, maka bahan bakar tersebut mengandung fraksi berat sehingga
menyebabkan sulitnya terjadi penguapan. Hal ini menyebabkan akselerasi mesin berkurang. Bila diperoleh temperature yang sesuai spesifikasi, maka bahan bakar
terbakar dengan sempurna.
Pengukuran temperature destilasi menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh telah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, sehingga proses pembakaran akan berjalan dengan sempurna karena tidak banyak mengandung fraksi berat.
4.2.3 Densitas
Pengukuran nilai densitas berkaitan dengan kandungan fraksi hidrokarbon dalam bahan bakar. Produk bahan bakar berupa premium, pertamax, pertalite, avtur, dan minyak solar memiliki spesifikasi nilai densitas yang berbeda-beda. Pengukuran ini menggunakan metode ASTM D 1298
Nilai densitas yang tinggi pada suatu bahan bakar menandakan bahwa kand ungan fraksi berat pada bahan bakar tersebut tinggi sehingga untuk proses distilasi membutuhkan suatu penguapan yang lebih tinggi pula. Sebaliknya, jika nilai densitas pada bahan bakar rendah, menunjukkan bahwa kandungan fraksi berat pada bahan bakar tersebut rendah sehingga mudah diuapkan pada suhu destilasi.
Pengukuran nilai densitas menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh telah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan,menjadi rendah.
4.2.4 Warna
Warna adalah ukuran terang atau gelapnya suatu minyak yang ditentukan oleh intensitas yang menembusnya. Hal ini bertujuan sebagai petunjuk awal kemungkinan
adanya kontaminasi serta sebagai petunjuk kemungkinan adanya perubahan warna karena oksidasi.
Penentuan warna pada untuk produk bensin hanyak menggunakan metode secara visual karena warna pada produk tersebut merupakan warna campuran, bukan warna asli dari bensin, sedangkan untuk produk minyak solar menggunakan metode ASTM D 1500. Hasil yang diperoleh dicocokkan dengan nilai pada warna standar.
4.2.5 Titik Nyala
Penentuan titik nyala (Flash Point) bertujuan untuk produk min yak solar dan avtur, dimana produk minyak solar dianalisis menggunakan alat flash point Pensky-Marteens Close Up dengan metode ASTM D 93, sedangkan avtur menggunakan alat flash point Able dengan metode ASTM IP 170. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui temperatur terendah suatu sampel minyak bumi dan produk-produknya dimana dapat menimbulkan nyala api pada bagian permukaan bila ada api yang menyambar.
4.2.6 Kadar Air
Analisis kadar air digunakan untuk mengetahui kadar air pada bahan bakar. Jika terdapat air di dalam bahan bakar maka tidak baik digunakan pada mesin karena dapat merusak mesin.
4.2.7 Titik Beku
Penentuan titik beku (Freezing Point) hanya ditujukan untuk produk avtur, dimana produk ini digunakan sebagai bahan bakar pesawat. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui temperatur dimana kristal hidrokarbon terbentuk pada pendinginan dan
akan segera hilang jika fuels tersebut dipanaskan secara perlahan-lahan. Pada saat pesawat berada pada ketinggian, dimana tekanan dan temperatur semakin rendah,
sehingga akan mempercepat proses pendinginan pada bahan bakar. Jika terjadi pembekuan, maka menyebabkan mesin tak dapat berfungsi. Untuk itu, temperatur