• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Ibu menjadi tokoh sentral dalam keluarga. Seorang manajer dalam mengatur keuangan, menyediakan makanan, memperhatikan kesehatan anggota keluarga dan memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa ibu rumah tangga adalah wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan rumah tangga (misalnya tidak bekerja di kantor).

Ibu rumah tangga dituntut cerdas dalam segala aspek kehidupan termasuk membentengi anak dari paparan media. Media televisi adalah salah satu media yang banyak ditemui di kehidupan keluarga Indonesia dari strata ekonomi rendah, menengah dan tinggi.

Berdasarkan hasil survei dari Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan masyarakat Indonesia lebih suka menonton televisi sebesar 90,27 persen, sedangkan hanya 18,94 persen yang suka membaca (“Masyarakat Indonesia Lebih Suka Nonton TV” www.pikiran-rakyat.com). Ini menunjukkan bahwa budaya menonton di masyarakat Indonesia sangat kuat. Menonton menjadi kebiasaan yang tidak pernah alpa dalam aktivitas sehari-hari dari kalangan anak-anak, remaja, hingga dewasa. Maka mengkajinya adalah kewajaran karena menyangkut banyak orang.

Dr. „Athif „Adali „al-„Abd menjelaskan bahwa televisi mempunyai tempat yang signifikan di hati anak-anak. Mereka menyaksikan televisi selama kurang lebih enam jam dalam sehari. Chenmelaporkan bahwa panjangnya waktu yang dihabiskan anak-anak Amerika untuk menonton televisi benar-benar menakutkan: rata-rata empat jam sehari, 28 jam seminggu, 1400 jam setahun atau mendekati 18.000 jam sampai anak lulus sekolah atas (Chen, 2005: 27). Menonton televisi tidak berarti menimbulkan dampak negatif saja, menonton memiliki dampak positifnya pula. Belajar budi pekerti dari karakter protagonis (karakter baik) yang

(2)

terdapat di acara-acara televisi yang masuk dalam kategori sehat. Mengasah kecerdasan, menambah ilmu pengetahuan, dan informasi baru melalui acara televisi yang mengedukasi seperti tayangan Laptop Si Unyil, Dora The Explorer, dan berita-berita ringan tentang pariwisata, kebudayaan, dan olahraga.

Bagaimanapun kita melihat sisi positif televisi, fenomena yang terjadi anak-anak lebih sering terpapar sisi negatif televisi apabila orang tua tidak melakukan pendampingan dengan benar saat anak menonton. Anak-anak bisa mencontoh perilaku kekerasan dalam tayangan televisi sekalipun dari tayangan kartun seperti Tom and Jerry, Naruto, One Piece, Crayon Sinchan dan lain-lain. Penumpukan kepekaan (desentiasi) juga terjadi. Anak-anak menganggap apa yang terjadi di televisi sebagai gambaran dunia nyata. Contohnya tayangan Mermaid in Love. Anak-anak memainkan imajinasinya, bahwa dia akan berubah menjadi mermaid apabila kakinya terkena air. Tayangan-tayangan hantu yang membuat anak-anak menjadi penakut dan merasa keberadaan hantu ada di sekelilingnya. Dampak negatif terbesar ialah munculnya perilaku malas dan mengurangi kemampuan bersosialisasi anak-anak. Dunia anak-anak adalah dunia bermain, belajar pun juga dapat dilakukan sambil bermain. Ketika intensitas menonton anak-anak lebih tinggi dari bermain maka kecenderungan bersikap individualis dan bermalas-malasan di depan televisi meningkat.

Berdasarkan hasil riset di Indonesia menunjukkan anak-anak menonton televisi rata-rata 35 jam seminggu (Guntarto, 2004). Hal ini senada dengan data yang dilaporkan YPMA (Yayasan Peduli Menonton Anak) bahwa rata-rata anak menonton televisi 4-5 jam per hari, dan jumlahnya semakin meningkat ketika hari libur (Penelitian YPMA, 2005, tidak dipublikasikan). Padahal jam ideal menonton televisi maksimal adalah 2 jam sehari. Jumlah jam anak-anak terpapar televisi lebih banyak dibandingkan dengan jam belajar di sekolah (Media Parenting, 2013 : 7).

Perkembangan emosional anak dipengaruhi oleh lingkungan tempat bermain, sekolah, keluarga dan media elektronik yaitu televisi. Anak menurut Haye dalam bukunya “How to develop your child‟s temperament” menegaskan televisi tidak akan dapat menjadi pengganti yang layak untuk dunia petualang

(3)

yang bisa di peroleh dari buku anak – anak. Televisi dapat menghambat intelektual seorang anak (Sobur, 1986). Kewaspadaan orang tua terutama ibu dalam melindungi dan mendampingi anak dalam menonton sangat diperlukan sehingga tayangan–tayangan yang disajikan oleh televisi tidak dapat dengan mudahnya mempengaruhi perkembangan kepribadian serta perilaku anak ke arah yang negatif.

Kementrian kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan pada tahun 1969 telah memberi kuasa pembentukan komite penasehat ilmiah televisi dan perilaku social dari the Surgeon General untuk meneliti secara ilmiah efek yang merugikan, jika memang ada kejahatan dan kekerasan yang disiarkan televisi terutama yang menimbulkan perilaku anti social dan khususnya yang berhubungan dengan anak (Wright, 1988). Sebagian ahli yakin bahwa isi media massa tentang akibat yang ditimbulkan sangat merugikan sudah begitu jelas, sehingga tidak perlu dibuktikan lagi, tetapi ahli – ahli yang lainnya agak keberatan mengenai pengaruh media massa pada kenakalan remaja, lebih mencemaskan lagi bahwa ketakutan masyarakat dapat mengalihkan perhatian dari penyebab lain kenakalan seperti hubungan keluarga yang terganggu, pengaruh kelompok anak muda tetangga, gangguan emosional individu dan perasaaan tidak aman.

Fenomena program siaran televisi menunjukkan bahwa banyak ditemui tayangan yang kurang bermanfaat untuk anak-anak. Misalnya, acara yang berbau provokasi, kekerasan, rangsangan untuk berbuat kerusakan, dan merusak akal. Fenomena lainnya yakni televisi menunjukkan tayangan bersifat hedonisme, dan angan-angan tentang kehidupan. Misalnya, sinetron remaja yang menampilkan anak muda dengan gaya hidup mewah dan serba berkecukupan. Anak-anak yang menontonnya akan beranggapan gaya hidup bermewah-mewahan adalah hal wajar. Hal ini turut menjadi fenomena di kehidupan nyata yaitu ketika anak-anak menuntut orang tuanya untuk menyerupai gaya hidup sesuai tontonannya. Tanpa disadari anak-anak menanam sifat konsumtif pada dirinya, sesuai trend tayangan yang tampil di televisi.

Fenomena yang sering ditemui, banyak orang tua menjadikan televisi sebagai pengasuh anak. Sejak usia dini, anak-anak sudah terpapar dengan

(4)

berbagai macam tayangan televisi. Jika orang tua terutama ibu memiliki pemahaman literasi media yang baik, maka tidak akan menimbulkan masalah, karena dianggap telah mampu memilah dan memilih tayangan televisi sesuai dengan usia anak. Jika ibu tidak memiliki pemahaman literasi media dengan baik, maka bukan tidak mungkin akan menimbulkan masalah. Contohnya salah memilih tayangan, padahal apabila anak-anak menonton tayangan televisi yang tidak sesuai dengan usianya, akan berpotensi membentuk karakter negatif.

Ibu adalah sosok yang dianggap dekat oleh anak-anak. Sehingga apa-apa yang dilakukan seorang ibu kepada anaknya lebih mudah dituruti. Memberi dampingan ketika anak menonton adalah sebuah tindakan cerdas yang dapat dilakukan seorang ibu. Paparan negatif televisi bisa dikurangi dengan membuat strategi dan kesepakatan bersama. Ibu tidak harus menjadikan televisi sebagai musuh. Sebaliknya, jika kita ketahui anak gemar menonton televisi maka televisi dapat kita manfaatkan sebagai salah satu media pembelajaran anak-anak.

Beberapa hal dapat dilakukan seorang ibu dalam mendampingi anak ketika menonton. Diantaranya membuat kesepakatan tentang jadwal menonton televisi. Sepakati jumlah waktu menonton televisi yaitu 2 jam maksimal sehari. Apabila orang tua sibuk bekerja, maka sempatkan lah untuk bertanya kepada anak tentang apa saja yang telah ditonton selama hari itu lalu ajak anak untuk mendiskusikannya. Jika orang tua hendak melarang anak menonton televisi, maka beri kepada mereka alternatif lain yang bisa dilakukan seperti membaca buku, jalan-jalan, berkebun dan lain-lain.

Ajari anak untuk biasakan mematikan televisi setelah acara yang ditontonnya telah habis. Jangan biarkan anak-anak untuk mencari-cari program lain untuk ditontonnya tanpa direncanakan. Diskusikan kepada anak-anak tentang tema-tema sensitif tentang tayangan yang muncul di televisi, seperti kekerasan dan seks. Usaha terakhir yang dapat dilakukan ibu dalam mendampingi anak menonton yaitu menjelaskan kepada anak-anak bahwa apa yang ditonton tidak semuanya sesuatu yang riil. Banyak adegan yang nyat tetapi menggunakan permainan kamera, lampu (lighting), tata rias (make up) sehingga sesuatu seperti nyata dan ada (Media Parenting, 2013 : 42-43).

(5)

Peneliti beranggapan sajian tayangan televisi swasta nasional semakin banyak ditemui daftar tontonan yang tidak ramah pada anak. Kartun jarang tayang di pagi hari. Sebaliknya, beberapa stasiun televisi menampilkan program infotaiment di pagi hari dan di hari libur sekolah. Selain infotaiment, program musik untuk remaja dan dewasa juga sering tayang di pagi hari, sedangkan ketika itu anak-anak sedang menghidupkan televisinya. Fenomena yang peneliti temukan di Tanjung Morawa adalah melihat anak-anak lebih sering menonton program musik di pagi hari dari pada kartun yang biasanya lebih digemari anak-anak. Malam hari di jam freetime (jam 19.00 – 22.00 Wib) anak-anak terbiasa menonton sinetron, mengikuti ibunya yang juga gemar dengan tayangan tersebut. Peneliti mengkhawatirkan anak-anak di Tanjung Morawa banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi daripada proses belajar dan bermain.

Berdasarkan dari penjelasan ini, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang pemahaman dan pendampingan ibu rumah tangga di kecamatan Tanjung Morawa terhadap anak dalam menonton televisi.

1.2 Fokus Masalah

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana keterlibatan ibu rumah tangga dalam menerapkan perilaku menonton televisi yang baik terhadap anak di Kec. Tanjung Morawa, Kab. Deli Serdang?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pemahaman tentang literasi media televisi pada ibu rumah tangga di kec. Tanjung Morawa, kab. Deli Serdang.

2. Untuk menggambarkan sudah ada atau tidaknya keterlibatan ibu rumah tangga di kec. Tanjung Morawa, kab. Deli Serdang dalam menerapkan perilaku menonton televisi yang baik terhadap anak.

(6)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Secara Teoritis

Penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjadi mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU, dan menambah pengetahuan mengenai literasi media televisi pada ibu rumah tangga.

2) Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi positif dalam menambah referensi di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan bidang pengetahuan lainnya.

3) Secara Praktis

Penelitian ini mampu menjadi bahan masukan atau referensi bagi orang-orang yang hendak melakukan sosialisasi tentang literasi media televisi pada ibu rumah tangga.

Referensi

Dokumen terkait

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Mengenai nilai kepercayaan dan tolong menolong dalam Alqur’an surah Al-Baqarah ayat 282 pada sistem akad wadiah di BMT Manarul Qur’an Lumajang,

Tujuan dengan durasi waktu lima tahun adalah tujuan yang tertera dalam rencana strategis (Renstra) UGM. Renstra disusun setiap lima tahun sekali oleh Rektor UGM

WILAYAH NAMA RUMAH SAKIT ALAMAT NO.. FAX

Dari hasil simulasi dan analisa tentang identifikasi foramen mentale dengan metode thresholding perhitungan Discriminant Analysis yang telah diuraikan maka dapat

Logam induk (parent metal), adalah bagian logam lasan yang tidak terkena pengaruh panas karena proses pengelasan dan temperatur yang disebabkan saat pengelasan tidak

Sedangkan learned respon adalah respon yang muncul dan mengalami perubahan seiring dengan adanya pengalaman dan hasil belajar dari organisme tersebut, sehingga

Dalam rangka menghormati Batik sebagai warisan budaya nasional yang sudah diakui UNESCO, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) memaknai Hari Batik Nasional pada 2 Oktober

Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan perkembangan dalam hukum perdata mengenai perjanjian serta penyelesaian perhitungan dan