• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENGANTAR. Indonesia merupakan sebuah negeri dengan kekayaan alam yang. maupun dari luar perut bumi. Beberapa kekayaan dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENGANTAR. Indonesia merupakan sebuah negeri dengan kekayaan alam yang. maupun dari luar perut bumi. Beberapa kekayaan dari"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENGANTAR

Indonesia merupakan sebuah negeri dengan kekayaan alam yang melimpah. Kekayaan alam tersebut baik dari dalam perut bumi maupun dari luar perut bumi. Beberapa kekayaan dari dalam perut bumi misalnya gas maupun minyak serta bahan tambang lain. Untuk hasil alam dari luar perut bumi misalnya rotan, kayu, buah, serta, bunga. Salah satu bunga tanaman yang begitu menarik dan juga memiliki sejarah panjang di Indonesia salah satunya adalah cengkeh. Cengkeh berbentuk kerucut piramida dan memiliki cabang-cabang rapat daunnya kaku berwarna hijau serta berbunga di ujung rantingnya. Bunga Cengkeh pada awalnya banyak dimanfaatkan sebagai obat serta sebagai pelengkap upacara keagamaan dan pada awal abad ke-7 cengkeh mulai digunakan sebagai bahan campuran pembuatan rokok kretek. 1

Cengkeh di Indonesia mulai marak sejak negeri ini masih berupa kerajaan-kerajaan. Banyak saudagar Asia seperti dari Cina dan Timur Tengah datang untuk mendapatkan cengkeh. Pada masa tersebut pusat penghasil cengkeh di Indonesia adalah wilayah Maluku. Menurut Deinum Cengkeh berasal dari wilayah Maluku, tepatnya di kepulauan Ternate, Tidore, Motir, Makian, serta Halmahera. Bunga tanaman inilah 1 Danarti. Budidaya dan Penanganan Pasca Panen Cengkih,

(2)

yang juga kemudian menjadi primadona bagi bangsa Eropa. Bangsa Portugis berdatangan ke wilayah Maluku tahun 1511 M untuk berburu komoditas tersebut. Kemudian disusul oleh beberapa bangsa lain seperti Belanda, Spanyol, Inggris, dan Perancis. Kemudian Bangsa yang paling banyak memainkan peran besar dalam memonopoli cengkeh adalah bangsa Belanda. Permainan perdagangan mereka diwakili VOC sebuah perusahaan dagang milik Belanda. VOC yang saat itu memegang perdagangan melakukan banyak usaha monopoli dalam perdagangan cengkeh. Monopoli tersebut dilakukan dikarenakan begitu berharganya bunga tanaman cengkeh. Peristiwa yang begitu terkenal dalam monopoli mereka ialah pelayaran Hongi, dimana banyak sekali pohon cengkeh dimusnahkan pada waktu itu. 2

Komoditas cengkeh mulai tidak terkenal di pasaran internasional pada awal abad ke-XIX. Cengkeh mulai tergeser dengan beberapa komoditi unggulan baru. Komoditas baru berupa tebu, tembakau, nila, serta kopi menjadi primadona baru sejak berakhirnya masa VOC menguasai perdagangan Indonesia. 3

Setelah VOC bubar di tahun 1800 Berbagai macam kebijakan pertanian kemudian banyak dimainkan oleh pemerintah Hindia Belanda secara langsung. Salah satunya adalah di tahun 1830 dicanangkannya 2 Hk. Deinum, Tjengkeh, ( Yogyakarta: Diterjemahkan dan Diperbanyak oleh PM Pagilaran UGM, 1969 ), hlm. 2-7

(3)

cultuurstelsel atau kebijakan aturan penanaman. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan komoditas-komoditas ekspor seperti kopi, the tebu, dan nila. Pada masa tanam paksa ini dari tahun 1833 hingga 1869 produksi tanaman perkebunan seperti gula mencapai 302,2 metrik ton dan untuk kopi mencapai 215 metrik ton. Kemudian di tahun 1870 hingga 1909 ketika undang-undang agrarian di keluarkan dan membuat banyak perkebunan swasta muncul produksi perkebunan menjadi naik. Sisi menarik dari di sini adalah juga muncul perkebunan kecil milik rakyat. Pada periode ini produksi kopi mencapi 259 metrik ton, gula mencapai 1.213,4 metrik ton, teh 19,4 metrik ton, tembakau mencapai 221,4 metrik ton, dan kulit kina mencapai 11,4 metrik ton. Adapun pada masa periode depresi dan perluasan penanaman di ahun 1910 hingga 1939 produksi tanaman-tanman komoditas ini tetap stabil bahkan beberapa mengalami kenaikan. Kopi pada periode ini berproduksi mencapai 29,7 metrik ton, gula 5528,5 metrik ton, karet 500,1 metrik ton, teh 166,4 metrik ton, tembakau 330,6 metrik ton, kelapa sawit 156,6 metrik ton, kina 29,7 metrik ton. 4 Tanaman-tanaman perkebunan ini terus menjadi primadona dan perhatian melupakan tanaman-tanaman lama yang pernah berjaya seperti lada cengkeh dan pala. cengkeh belum mampu menjadi komoditi yang menarik kembali.

4 Pieter Creutzberg, Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,1987), hlm. 137-150

(4)

Pasca kemerdekaan Indonesia cengkeh belum juga menjadi komoditi andalan lagi. Baru ketika pada masa pemerintahan Presiden Soeharto komoditas ini menjadi primadona kembali dalam kancah perdagangan komoditas pertanian. Pada periode tahun 1970-an hingga 1990-an cengkeh mengalami banyak pasang surut lagi dalam drama komoditas pertanian di Indonesia. Pada tahun 1970-an cengkeh masih harus diimpor dari luar negeri, hal ini dilakukan karena produksi dalam negeri belum mampu menyangga kebutuhan cengkeh dalam negeri. Apa yang dilakukan pemerintah pada awalnya adalah dengan Program Repelita. Program ini disebut sebagai Intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman cengkeh guna menunjang swasembada cengkeh Nasional. Pada tahun 1970-an pemerintah menyebar luaskan benih cengkeh untuk mengamankan cengkeh dari ketergantungan impor yang mencapai rata-rata 8.000-10.000 ton pertahun. Cengkeh-cengkeh luar negeri ini kebanyakan didatangkan dari Zanzibar kepulauan di wilayah Afrika5

Kebutuhan akan pasokan bunga cengkeh mengalami peningkatan pada tahun sekitar 1970-1974 yang dari hanya sekitar 20.000 ton menjadi 34.000 ton. Peninggkatan ini disebabkan adanya perkembangan inovasi dalam komposisi peracikan rokok di Indonesia. Sampai tahun 1974 tiap 1000 batang rokok kretek berisi 900 gram 5 Departemen Pertanian RI. 10 Tahun Departmen Pertanian

(5)

cengkeh dan meningkat pada tahun 1975 menjadi 1000 gram.6 Pada tahun 1977 racikan pada sebuah rokok kretek adalah 3:2 yang maksudnya adalah 3 ton tembakau dicampur dengan 2 ton cengkeh. 7

Selain munculnya kebijakan seperti yang di atas, mengenai komoditas cengkeh masih ada kebijakan lain diantaranya adalah keputusan menteri pertanian tahun 1968 dan 1978 dimana adanya perintah peningkatan penanaman cengkeh di daerah yang cocok untuk ditanami komoditi cengkeh. Dari kebijakan tersebut luas lahan pertanian cengkeh Indonesia mengalami peningkatan dari 82.387 Ha menjadi 724.986 Ha di tahun 1990. Kebijakan pemerintah untuk cengkeh tidak hanya dalam perluasan lahan dan peningkatan produksi semata. Bahkan harga cengkeh sampai diatur dalam keputusan presiden No8/1980 dan dibentuklah kerta Niaga sebagai badan penyangga. Kemudian untuk membantu menyangga dan mengatur pemasaran dibentuklah sebuah lembaga yang bernama BPPC (Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh) pada tahun 1992.8 BPPC yang kemudian akan sangat mempengaruhi dinamika pertanian cengkeh Nasional. BPPC mengatur dan menentukan harga pasaran cengkeh 6 Toyib Hadiwijaya. Cengkeh, ( Jakrta: CV Yasaguna, 1977), hlm. 13-15

7 Amen Budiman. Rokok Kretek: Lintas Sejarah dan Artinya Bagi

Pembangunan Bangsa dan Negara, ( Kudus: PT Djarum Kudus, 1987),

hlm. 195-196

8 JA Nurtjahyo. Dari Ladang Sampai Kabinet, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), hlm. 190-193

(6)

nasional. BPPC terkadang menentukan harga begitu rendah sehingga membuat petani cengkeh merugi. Bahkan di penhujung tahun 1990-an muncul kembali peraturan pemerintah yang keluar. Kebijakan yang keluar adalah Kepres RI No. 20 Tahun 1992 dan menetapkan sepuluh provinsi pemasok cengkeh utama untuk pabrik rokok areal (PRK), yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara termasuk Gorontalo, dan Maluku. Selain pengaturan untuk pemenuhan pabrik rokok areal peraturan pemerintah juga dikeluarkan ketika cengkeh mengalami swasembada cengkeh bahkan terjadi kelebihan pasokan yaitu dikeluarkannya Inpres No. 14 tahun 1996 untuk mengkonversi tanaman cengkeh dengan tanaman lain. Penggantian tanaman ini diharapkan dapat menstabilkan produksi cengkeh. 9

Telah disebutkan di atas produsen cengkeh di Indonesia terdapat di beberapa wilayah diantaranya di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Jawa, dan lain-lain. Untuk wilayah Jawa penghasil cengkeh yang cukup banyak adalah Jawa Tengah dan Jawa timur. Di Jawa Tengah ada kabupaten Wonosobo dan Karanganyar, sedangkan di Jawa Timur kabupaten penghasil cengkeh adalah Blitar, Tulungagung, Pacitan, dan Trenggalek. Kabupaten Trenggalek merupakan kabupaten yang pernah menyandang produsen tertinggi untuk produksi cengkeh yaitu mencapai 9 Anonymous, Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis

(7)

3035 ton di tahun 1988 dan pada tahun tersebut dapat dikatakan Trenggalek mengalami booming cengkeh.10

Kabupaten Trenggalek merupakan sebuah kabupaten di Jawa Timur bagian selatan yang wilayahnya 70 persen adalah perbukitan. Suhu perbukitan yang cukup dingin menjadikan wilayah seperti ini cocok untk dijadikan lokasi penanaman cengkeh . Dongko merupakan sebuah kecamatan di kabupaten Trenggalek yang terletak di Trenggalek bagian selatan dan memiliki suhu sejuk hingga dingin serta tidak terlalu panas. Kondisi semacam ini menjadikan wilayah Dongko terkenal di kabupaten trenggalek sebagai sentra penghasil komoditi cengkeh.11 Tanaman cengkeh sendiri mulai marak di tanam oleh warga Dongko pada tahun 1970-an pada masa pemerintahan Bupati Djoko Soetran. Kebun cengkeh di Trenggalek pada periode ini mencapai 6000 hektar. Masa inilah masa dimana dapat dikatakan terjadi booming cengkeh di kabupaten Trenggalek terutamanya di kecamatan Dongko 12

Letak kabupaten Trenggalek yang berada di Jawa Timur merupakan sebuah letak geografis cukup strategis sebagai penghsil cengkeh. Dengan produksi cengkeh cukup banyak dan lokasinya yang 10 Harianto Santoso, Profil Daerah Kabupaten dan Kota, (Jakarta: PT Kompas Gramedia Nusantara, 2001), hlm. 284-285

11 Wawancara dengan Pudjo Kusmono kabag perkebunan dinas pertanian dan kehutanan Kab. Trenggalek 1 Maret 2012.

12 http://kabupatentrenggalek.blogspot.com/2008/09/sekilas-trenggalek-bag-1.html diakses 17 Februari 2011 pukul 19.40 WIB

(8)

dekat dengan beberapa pabrik rokok areal di Jawa Timur menjadikan Trenggalek lirikan beberapa pabrik rokok terutama sebagai pemasok bahan baku. Dengan mengambil bahan produksi dari Trenggalek perusahaan rokok Jawa Timur menghemat biaya distribusi dengan harga cengkeh lebih rendah. Jawa Timur sendiri setidaknya memiliki tiga perusahaan rokok areal besar yang semua membutuhkan pasokan cengkeh dari wilayah di sekitarnya. Tiga pabrik besar diantaranya Bentoel di Malang, Gudang Garam di Kediri, serta Sampoerna di Surabaya ditambah industri rokok berskala kecil.13 Bahkan jika dirinci pada tahun 1961 tercatat terdapat sekitar ratusan perusahaan rokok di Jawa Timur dan 30% produksi rokok kretek berada di Jawa Timur, di daerah Malang setidaknya ada sekitar 134 perusahaan, Surabaya 112, Kediri 131, Madiun 83, dan Bojonegoro ada 31 perusahaan.14

Pada tahun 1980-an di Trenggalek muncul banyak orang-orang yang sukses terutama mereka para petani cengkeh di pegunungan. Bahkan Trenggalek dinobatkan menjadi penghasil cengkeh terbesar di Jawa Timur pada tahun 1988. Raihan urutan pertama ini diraih setelah Trenggalek mampu memproduksi cengkeh sebesar 3035 ton pada tahun

13 Soegiyanto Padmo, Tembakau Kajian Sosial Ekonomi. (Yogyakarta: Adiyta Media, 1991), hlm. 134-136

14 Lance Castles, Tingkah Laku Agama, Politik dan Ekonomi di

(9)

50-1988.15 Raihan ini dibarengi dengan masa dimana perusahaan rokok mulai menggunakan campuran rokoknya antara tembakau dengan cengkeh yaitu 1:1.16 Dengan permintaan cengkeh yang begitu besar hal ini mampu memberikan begitu banyak keuntungan bagi para petani di wilayah Dongko.

Namun pada akhir tahun 1990-an kondisi tersebut berubah dratis, banyak petani cengkeh Trenggalek terpuruk bahkan ratusan pohon yang dulu mampu menghidupi mereka kini tak mampu lagi menjadi pendapatan andalan kehidupan mereka. Ratusan pohon tersebut ditebang dan kemudian dijadikan sebagai kayu bakar. Pohon-pohon cengkeh ditebang karena tereserang bakteri. Hal tersebut melanda beberapa petani terutama petani cengkeh di wilayah kecamatan Dongko sebagai daerah penghasil cengkeh di Trenggalek.17 Terpuruknya usaha pertanian nantinya para petani seta buruh memperoleh imbas dari gejolak tersebut. Meskipun ditahun 1988 harga cengkeh cukup tinggi hal ini tidak bisa dirasakan petani. Tanman cengkeh mereka terlanjur banyak yang mati. Proses perubahan tersebut di atas cukup menarik untuk diteliti lebih mendalam.

15 Tim Penulis, Ensiklopedi Nasional Indonesia. (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1991), hlm. 433

16 Amen Budiman. op. cit

(10)

PERMASALAHAN DAN RUANG LINGKUP

Permasalahan Pertanian Cengkeh di Dongko memang begitu menarik untuk diteliti lebih lanjut. Mereka yang sebelumnya tidak menanam tanaman komoditi unggul seperti cengkeh dan kemudian mereka beralih menjadi petani cengkeh. Penananaman cengkeh memang memiliki banyak keuntungan namun kemudian mereka harus kembali terpuruk oleh tanaman yang sebelumnya dianggap mampu merubah kondisi sosial-ekonomi mereka. Penelitian ini mengkaji mengenai perkembangan usaha pertanian cengkeh di Dongko serta perubahan sosial ekonomi masyarakat Dongko pada tahun 1984 - 1999. Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apakah yang membuat petani kecamatan Dongko menanam Cengkeh ?

2. Bagaimana dinamika sosial-ekonomi masyarakat saat pertanian Cengkeh berada pada puncak produksi di Dongko ? 3. Mengapa pada tahun 1990-an pertanian Cengkeh mengalami

kemunduran dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial ekonominya masyarakat ?

Penelitian ini difokuskan di kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek . Wilayah ini dipilih menjadi fokus penelitian karena wilayah Dongko merupakan daerah penghasil utama cengkeh pada tahun 1980-an. Kecamatan Dongko juga yang menjadi pusat penanaman

(11)

cengkeh, selain itu banyak petani cengkeh di wilayah Dongko. Serta Penurunan luas lahan serta jumlah produsi cengkeh di Kabupaten trenggalek kecamatan Dongko adalah kecamatan yang sangat drastic penurunannya.

Temporal dari penelitian ini mengambil periode waktu 1980 sampai 1999. Tahun 1980 dipilih karena pada tahun inilah pertanian cengkeh mulai marak ditanaman dan banayak diperkenalkan kepada para petani cengkeh. Pada tahun 1980 ini pula cengkeh-cengkeh di Dongko sudah mulai banyak yang menghasilkan bunga. Untuk tahun 1999 dipilih karena tahun tersebut merupakan masa dimana wilayah kecamatan Dongko mengalami dampak kemunduran dalam bidang pertanian cengkeh yang membuat banyak petani Dongko harus mencari pekerjaan-pekerjaan di luar pertanian cengkeh.

Sejarah sosial merupakan bidang kajian sejarah yang cukup luas. Di dalam sejarah sosial kebanyakan memiliki hubungan yang begitu erat dengan sejarah ekonomi, sehingga menjadi semacam sejarah sosial ekonomi. Dalam penulisannya tidak sekedar semata-mata sejarah petani sebagai subyek utama namun juga menjadikan masyarakat sebagai sebuah cakupan kajian dalam garapan penelitian. Penelitian usaha pertanian di Dongko ini tidak hanya menitik beratkan pada kegiatan

(12)

sosial ekonomi petani Dongko namun juga menjadikan masyrakat secara keseluruhan sebagai bahan garapan.18

TINJAUAN PUSTAKA

Beberpa referensi yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini diantaranya adalah Tesis dari Nani Jafar. Tesis ini berjudul Penanman kembali Cengkeh dan Pengaruhnya Terhadap Sistem

Pertanian dan Ekonomi di Pulau Tidore 1970-an sampai 1990-an. Dalam

tesis ini berisi mengenai kajian sosial maupun ekonomi dari dampak penananaman kembali cengkeh di pulau ini. karya ini dapat dijadikan perbandingan bagaimana pertanian di pulau Tidore dan di Jawa. Namun yang paling penting adalah karya ini sangat membantu dalam memberikan gambaran mengenai cengkeh dalam kajian sosial-ekonomi19

Sebuah buku buku berjudul Sejarah Kabupaten Trenggalek Merupakan sebuah buku yang cukup penting untuk mengetahui kondisi Trenggalek secara umum. Buku ini mengkaji sejarah kota trenggalek dari masa kerajaan hingga pasca kemerdekaan. Meskipun Dongko tidak banyak disebutkan alam buku ini namun setidaknya dari buku ini dapat 18 Kuntowijoyo, metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), hlm. 39-40

19 Nani Fajar. Penanman kembali Cengkeh dan Pengaruhnya

Terhadap Sistem Pertanian dan Ekonomi di Pulau Tidore 1970-an sampai 1990-an Tesis Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

(13)

diketahui mengenai kondisi geografis, sosial, politik, serta sedikit kondisi ekonomi mengenai wilayah kabupaten Trenggalek secara umum.20

Buku berjudul cengkeh karya Toyib Hadiwijaya merupakan sebuah buku penting yang patut digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini. buku ini berisi mengenai sejarah singkat serta beberapa pengetahuan tentang pemasaran cengkeh. Buku ini juga berisi mengenai penjelasan tanaman cengkeh jenis serta beberapa penyakit yang diderita oleh tanaman cengkleh. Dengan membaca buku ini penulis setidaknya mengetahui gambaran mengenai kekhasan tanaman cengkeh.

METODE PENULISAN

Penulisan ini menggunakan metode penelitian sejarah melalui beberapa tahapan diantaranya pemilihan topik yang telah di tentukan yaitu mengenai cengkeh dan petaninya di Kecamatan Dongko , kemudian dengan pengumpulan sumber , selanjutnya verifikasi, intepretasi hingga penulisan21. Untuk sumber diperoleh dari beberapa perpustakaan di Yogyakarta. Beberapa perpustakaan diantaranya adalah perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Perpustakaan UPT 1 dan 2 Universitas Gadjah Mada, perpustakaan kota Yogyakarta,

20 Team Sejarah Kabupaten Trenggalek. Sejarah Kabupaten Trenggalek. Tanpa Kota Terbit: Pemerrintah Daerah kabupaten

Trenggalek, Tanpa Tahun

21 Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah, ( Yogyakarta: Bentang, 2005) hlm. 90-107

(14)

perpustakaan daerah Yogyakarta, perpustakaan Ignatius, perpustakaan BPSNT dan perpustakaan kabupaten Trenggalek. Sumber primer sebagai sumber utama melakukan wawancara kepada para saksi ataupun pelaku peristiwa sejarah. Metode wawancara sangat penting di sini karena masih dapat dijumpainya para saksi dan pelaku sejarah yang hidup. Beberapa pelaku diantaranya adalah para petani, tengkulak serta buruh mungkin juga adalah para pegawai pertanian dan pedagang.

Untuk penulisannya karya ini berupa sebuah penulisan sejarah deskriptif naratif. Penulisan ini menjelaskan mengenai dinamika kehidupan sosial ekonomi petani cengkeh di Kecamatan Dongko. Dilakukan pula menambahkan sedikit metode analisis dalam mengungkap perubahan apa saja yang terjadi, seperti “mengapa” para petani cengkeh kecamatan Dongko mengalami kemunduran. Dengan mencoba metode analisis ini sebab-sebab dari sebuah kejadian sejarah akan lebih dalam terlihat.22

TUJUAN PENULISAN

Penulisan ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai sejarah pertanian cengkeh di kecamatan Dongko kabupaten Trenggalek. Selain itu tulisan ini dapat menambah khasanah karya penulisan sejarah di

22 Anton Haryono . Sejarah (sosial) Ekonomi : Teori Metodolodi

(15)

bidang kajian sosial ekonomi yang kini mulai berkurang terutamanya sejarah ekonomi perkebunan rakyat.

Pertanian sebagai bidang yang diharapkan akan terus bertahan di Indonesia. Sebagai sebuah sektor penting dalam perekonomian nasional. Sejarah mengenai pertanian belum banyak mendapat perhatian. Nantinya karya ini diharapkan mampu menambah khasanah penulisan sejarah pertanian serta menjadi sebuah pembelajaran bagi para

stakeholder untuk memanajemen pertanian mereka

SISTEMATIKA PENULIAN

Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa Bab. Bab 1 ini berupa pengantar, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan. Pada bab 1 ini merupakan kerangka pemikiran dari penulis mengenai tema yang diangkat yaitu Petani Cengkeh di Kecamatan Dongko

Bab selanjutnya membahs mengenai kondisi awal masyarakat kecamatan Dongko sebelum mereka menannam cengkeh. Di dalamnya juga akan di jelaskan kondisi geografis serta kondisi masyarakat wilayah penelitian Kemudian di BAB III dijelaskan mengenai dinamika masa awal petani Dongko menanam cengkeh, produksi serta perkembangan cengkeh di kecamtan dongko, dan perdagnagan cengkeh di kecamatan Dongko. Bab berikutnya yaitu BAB IV dibahas tentang dampak pertanian cengkeh atau kondisi petani pada masa pertanian cengkeh

(16)

Dongko mengalami masa kejayaan dan masa kemunduran produksi. Kemudian pada BAB V merupakan sebuah kesimpulan yang berisi jawaban dari pertanyaan dalam permasalahan penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukan bahwa wacana dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik tahun 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai untuk

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata hitung kemampuan menulis cerpen sebelum menggunakan model Project Based Learning berbantuan media gambar

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat uji kompe- tensi merupakan instrumen pengukuran yang dipergunakan untuk menguji kompe- tensi spesifik

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian

Akan tetapi, kita akan gunakan hukum Gauss ini untuk menghitung kuat medan listrik dari sebuah benda- benda geometris sederhana seperti bola, silinder, pelat tipis, sebab

institusi pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat yang terkait dengan pelayanan kesehatan rujukan dan khusus.. RENSTRA-SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun

Tujuan penelitian kali ini adalah menganalisa pola aliran di dalam tubuh model tanggul menggunakan ukuran partikel tanah maksimum 1 mm dan membandingkan pola

Buku ini menjelaskan Injil sejati yang harus dikembalikan kepada keaslian, yaitu Injil yang tidak hanya berkuasa untuk menyelamatkan semua orang yang memeluknya, tetapi juga