• Tidak ada hasil yang ditemukan

dan Heat Flux Abstrak Konduktivitas termal merupakan suatu parameter yang digunakan untuk mengetahui karakteristik material

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "dan Heat Flux Abstrak Konduktivitas termal merupakan suatu parameter yang digunakan untuk mengetahui karakteristik material"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

190 Marga Asta Jaya Mulya / Studi Awal Pengemb

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI

Studi Awal Pengembangan Alat Ukur Konduktivitas T

Menggunakan Sensor Thermocouple

Marga Asta Jaya Mulya1), Hendra Adinanta 1,2) Pusat Penelitian Fisika - LIPI

3) PT BIN - BATAN

Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan email: marg002@lipi.go.id

Abstrak – Konduktivitas termal merupakan suatu parameter

yang diperlukan pada implementasi material yang berhubungan dengan penggunaannya pada area suhu yang luas, seperti pada blok mesin, pipa penghantar, kawat listrik, heat exchanger dan lain sebagainya. Ke

konduktivitas thermal yang terbatas di Indonesia menjadikan analisa thermal dari material terbatas. Pada kegiatan ini, studi awal pengembangan alat

diukur, diberi perbedaan panas mengunakan diletakkan sensor thermocouple dan heat flux. Mate pengukuran dilakukan untuk mengamati pengaruhny

konduktivitas termal terbaik yang didapat dari proses pengukuran adalah mendekati nilai yang sesuai dapat diketahui

penyempurnaan terhadap alat uji dengan menambahkan pelindung panas pada alat uji konduktivitas termal Kata kunci: konduktivitas termal, thermocouple, heat flux sensor

Abstract – Thermal conductivity is a parameter that used to fin

application such as machine block, electric wire, heat exchanger, etc. The limited avaibility of this instrument in Indonesia causing difficulties on thermal analisys

measuring device.Thermal conductivity measuring device will provide heat to a sample and use a heatsink as cooler in the bottom of the device. Sample that used in this research is 304

been used to examine the effect of those method is 1,68 W/mK. From that result, which is not fit for a

great influence on the measurement result. It is required a heat guard to protect the device from environment Key words: thermal conductivity, thermocouple, heatflux sensor

I. PENDAHULUAN

Perkembangan riset material maju saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak industri maupun institusi riset di Indonesia yang membutuhkan peralatan untuk menunjang penelitian di bida pengembangan material maju. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh industri maupun institusi riset di Indonesia untuk mengembangkan riset karena

melakukan pengadaan alat-alat riset yang harganya mahal dan terbatasnya anggaran riset. Alat analisa yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah konduktivitas termal.

Konduktivitas termal merupakan suatu besaran intensif suatu material yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Proses penghantaran panas terjadi melalui media material yang diukur konduktivitasnya. Dalam proses pengukuran konduktivitas termal diperlukan suatu metode standar, salah satuya adalah ASTM E 1530-99.

Pada penelitian ini standar ASTM E 1530-99

sebagai metode untuk mengevaluasi resistasi transmisi termal dari suatu material dengan menggunakan teknik

guarded heat flow (aliran panas yang diarahkan) Pada teknik ini aliran panas dikondisikan dengan

Studi Awal Pengembangan Alat Ukur Konduktivitas Termal Menggunakan Sensor Thermocouple

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014

angan Alat Ukur Konduktivitas Termal

Thermocouple dan Heat Flux

, Hendra Adinanta2), Yana Menre K.3)

Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan

Konduktivitas termal merupakan suatu parameter yang digunakan untuk mengetahui karakteristik material yang diperlukan pada implementasi material yang berhubungan dengan penggunaannya pada area suhu yang luas, seperti pada blok mesin, pipa penghantar, kawat listrik, heat exchanger dan lain sebagainya. Ke

konduktivitas thermal yang terbatas di Indonesia menjadikan analisa thermal dari material-material tersebut sangat terbatas. Pada kegiatan ini, studi awal pengembangan alat ukur konduktivitas thermal panas dilakukan. Material yang mengunakan heater dan heatshink sebagai pendingin. Kedua permukaan material diletakkan sensor thermocouple dan heat flux. Material yang digunakan adalah stainlesssteel 304

pengukuran dilakukan untuk mengamati pengaruhnya terhadap hasil pengukuran konduktivitas termal yang didapat dari proses pengukuran adalah sebesar 1,68 W/mK. Dari hasil yang belum mendekati nilai yang sesuai dapat diketahui bahwa pengaruh lingkungan terhadap proses pengukuran. Diperlukan penyempurnaan terhadap alat uji dengan menambahkan pelindung panas pada alat uji konduktivitas termal

konduktivitas termal, thermocouple, heat flux sensor

Thermal conductivity is a parameter that used to find out the caracteristic of a material for a specific application such as machine block, electric wire, heat exchanger, etc. The limited avaibility of this instrument in thermal analisys. This research focussing on development of thermal conductivity measuring device.Thermal conductivity measuring device will provide heat to a sample and use a heatsink as cooler in that used in this research is 304 stainless steel. Various methode of measurement has to examine the effect of those methodes on the result of measurement. Best measurement result in this activity is 1,68 W/mK. From that result, which is not fit for a 304 stainless steel sample, we find out that the environment great influence on the measurement result. It is required a heat guard to protect the device from environment

thermal conductivity, thermocouple, heatflux sensor

Perkembangan riset material maju saat ini mengalami yang sangat pesat. Banyak industri maupun institusi riset di Indonesia yang membutuhkan peralatan untuk menunjang penelitian di bidang permasalahan yang dihadapi oleh industri maupun institusi riset di k mengembangkan riset karena sulitnya alat riset yang harganya mahal lat analisa yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah analisa besaran intensif suatu material yang menunjukkan kemampuannya untuk Proses penghantaran panas terjadi melalui media material yang diukur konduktivitasnya. Dalam proses pengukuran konduktivitas termal salah satuya adalah 99 dijadikan untuk mengevaluasi resistasi transmisi termal dari suatu material dengan menggunakan teknik (aliran panas yang diarahkan) [1]. Pada teknik ini aliran panas dikondisikan dengan

memfokuskan panas yang menghantar dari permukaan material yang bertemperatur lebih tinggi ke permukaan yang bertemperatur lebih rendah.

II. LANDASAN TEORI A. Konduktivitas Termal

Konduksi termal adalah perpindahan panas cara agitasi molekul dalam suatu material

materi secara keseluruhan [2,3]. Konduksi termal merupakan suatu fenomena transport yang mana perbedaan temperatur menyebabakan transfer energi termal dari satu daerah material yang memiliki temperatur yang lebih panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih rendah [4,5,6].

konduktivitas termal dapat diperoleh dari

Besaran ini didefinisikan sebagai panas dihantarkan selama waktu (t) melaui ketebalan dengan arah normal ke permukaan dengan luas disebabkan oleh perbedaan temperatur kondisi konstan.

ermal Menggunakan Sensor Thermocouple dan Heat Flux

ermal

ang digunakan untuk mengetahui karakteristik material yang diperlukan pada implementasi material yang berhubungan dengan penggunaannya pada area suhu yang luas, seperti pada blok mesin, pipa penghantar, kawat listrik, heat exchanger dan lain sebagainya. Keberadaan alat material tersebut sangat kur konduktivitas thermal panas dilakukan. Material yang dan heatshink sebagai pendingin. Kedua permukaan material 304. Variasi metode a terhadap hasil pengukuran konduktivitas termal. Nilai sebesar 1,68 W/mK. Dari hasil yang belum pengukuran. Diperlukan penyempurnaan terhadap alat uji dengan menambahkan pelindung panas pada alat uji konduktivitas termal.

d out the caracteristic of a material for a specific application such as machine block, electric wire, heat exchanger, etc. The limited avaibility of this instrument in ent of thermal conductivity measuring device.Thermal conductivity measuring device will provide heat to a sample and use a heatsink as cooler in of measurement has s on the result of measurement. Best measurement result in this activity stainless steel sample, we find out that the environment posses great influence on the measurement result. It is required a heat guard to protect the device from environment.

tar dari permukaan material yang bertemperatur lebih tinggi ke permukaan

adalah perpindahan panas dengan dalam suatu material tanpa gerak Konduksi termal merupakan suatu fenomena transport yang mana perbedaan temperatur menyebabakan transfer energi termal dari satu daerah material yang memiliki aerah yang sama pada . Secara sederhana dari persamaan (1).

(1)

Besaran ini didefinisikan sebagai panas (Q), yang melaui ketebalan (L) dengan arah normal ke permukaan dengan luas (A) yang disebabkan oleh perbedaan temperatur (∆T) dalam

(2)

dan Heat Flux

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI

B. Heat Flux Transducer (HFT)

Sensor HFT merupakan transduser yang menghasilkan sinyal listrik sebanding dengan tingkat panas

diterapkan pada permukaan sensor. Heat rate

dibagi dengan luas permukaan sensor untuk menentukan fluks panas [7].

Fluks panas yang diukur oleh sensor dapat berasal dari media sumber panas yang bertemperatur lebih tinggi ke temperatur yang lebih rendah secara radiasi, konveksi, maupun konduksi. Besarnya panas yang diukur oleh sensor HFT sangat bengantung dengan besarnya nilai optimasi panas yang melewati permukaan sensor.

Dalam satuan SI, tingkat panas diukur dalam w fluks panas dihitung dalam watt per meter persegi. Sebuah sensor panas fluks harus mengukur

fluks panas lokal dalam satu arah dinyatakan dalam satuan watt per meter Perhitungannya ditunjukkan oleh persamaan (2)

di mana Vsen adalah output sensor dan

konstanta kalibrasi dari sensor.

Gambar 1. Karakteristik umum sensor HFT.

Seperti ditunjukkan dalam Gambar

panas umumnya memiliki bentuk pelat datar dan kepekaan dalam arah tegak lurus ke permukaan sensor. Sejumlah termokopel dihubungkan secara seri yang disebut thermopiles. Keuntungan dari sistem rangkaian

Thermopiles adalah stabilitasnya, nilai

yang berarti sedikit gangguan elektromagnetik dan rasio signal - noise yang baik, sedangkan kerugiannya adalah memiliki sensitivitas yang rendah [7,8].

B. Standar ASTM E 1530-99

Metode pengukuran konduktivitas termal pada standar ini memiliki batasan pengukuran resistansi aliran panas material dengan ketebalan sampel ukur kurang dari 25 mm dan berdiameter sebesar 50,8 mm atau 2 inchi. Resistansi termal yang diukur harus berkisar dari 10 sampai 400 × 10-4 m2.K/W dan nilai konduktivitas termalnya berkisar 0,1< λ < 30 W/(m.K) pada temperatur berkisar 150 sampai 600 ºK [1].

III. METODE PENELITIAN

Proses pengujian dilakukan dengan metode stack seperti pada Gambar 2. Sampel yang akan diuji diletakkan pada stack diantara heater dan termocouple (TC) case. TC case dan heater ini terbuat dari bahan alumunium. Sedangkan sampel yang digunakan adalah material stainless steel 304 dengan diameter 50,8 mm dan

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014 yang menghasilkan

panas keseluruhan

Heat rate yang diukur untuk menentukan Fluks panas yang diukur oleh sensor dapat berasal dari media sumber panas yang bertemperatur lebih tinggi ke temperatur yang lebih rendah secara radiasi, konveksi, . Besarnya panas yang diukur oleh sensor HFT sangat bengantung dengan besarnya nilai optimasi panas yang melewati permukaan sensor.

SI, tingkat panas diukur dalam watt dan att per meter persegi. harus mengukur kerapatan yang hasilnya per meter persegi. persamaan (2)

(2)

dan Esen adalah

ambar 1, sensor fluks panas umumnya memiliki bentuk pelat datar dan kepekaan dalam arah tegak lurus ke permukaan sensor. Sejumlah termokopel dihubungkan secara seri yang . Keuntungan dari sistem rangkaian adalah stabilitasnya, nilai ohmik rendah yang berarti sedikit gangguan elektromagnetik dan rasio noise yang baik, sedangkan kerugiannya adalah

Metode pengukuran konduktivitas termal pada standar ki batasan pengukuran resistansi aliran panas material dengan ketebalan sampel ukur kurang dari 25 mm dan berdiameter sebesar 50,8 mm atau 2 inchi. Resistansi termal yang diukur harus berkisar dari 10 .K/W dan nilai konduktivitas 30 W/(m.K) pada temperatur

ngan metode stack ambar 2. Sampel yang akan diuji diletakkan pada stack diantara heater dan termocouple case. TC case dan heater ini terbuat dari bahan alumunium. Sedangkan sampel yang digunakan adalah dengan diameter 50,8 mm dan

tebal 5 mm. Sensor HFT berada di antara sample dan TC case. Beban (W) sebesar 2 kg. Heatsink

susunan paling bawah untuk membuang panas selama proses pengujian.

Suhu yang diberikan heater diatur dengan menggunakan PID controller buatan Autonic dengan seri TK4S-T4CN. Sedangkan nilai suhu

sampel serta keluaran dari HFT sensor diukur dengan menggunakan data acquisition (DAQ) U6 pro buatan Labjack.

Data dari HFT yang diperoleh adalah nilai

satuan W/m2. Untuk mendapatkan nilai tersebut maka tegangan yang terukur dari HFT dibagi dengan nilai sensitivitas sensor. Nilai sensitivitas sensor HFT yang digunakan pada penelitian kali ini adalah 10,7 uV/(W/m2).

Semua data yang dikumpulkan dikirim ke komputer dengan menggunakan koneksi USB. Oleh komputer data diolah, ditampilkan dalam bentuk Grafik dan disimpan untuk analisa lebih lanjut.

Proses pengujian dilakukan dengan memberikan panas sebesar 60oC dan suhu tersebut dipertahankan selama 5 menit. Kemudian suhu ditingkatkan menjadi 80oC selama 5 menit dan 100oC selama 5 menit. Selama proses tersebut data terus direkam oleh komputer.

Nilai W (berat yang diaplikasikan pada sistem alat) divariasi mulai dari 2 kg, 5 kg dan 20 kg untuk mengetahui pengaruh dari efek pembebanan pada sistem alat. Selain itu, untuk melihat pengaruh lingkungan terhadap proses pengujian.

Gambar 2. Skema pengembangan alat ukur konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Beban 2 kg

Pada pengujian ini didapat hasil seperti pada 3. Pada saat suhu dinaikkan dari 60

80oC ke 100oC terdapat lonjakan pada nilai selisih suhu (∆T). Lonjakan nilai ini terjadi karena lambatnya rambatan panas dari heater ke TC case. Selain itu nilai selisih suhu juga terus meningkat yang menandakan adanya panas yang hilang selama proses pengukuran HFT Sensor Sample TC case Heater

W

TC

Heatsink

. Sensor HFT berada di antara sample dan TC ) sebesar 2 kg. Heatsink diletakkan pada susunan paling bawah untuk membuang panas selama Suhu yang diberikan heater diatur dengan menggunakan PID controller buatan Autonic dengan seri T4CN. Sedangkan nilai suhu sebelum dan sesudah sampel serta keluaran dari HFT sensor diukur dengan menggunakan data acquisition (DAQ) U6 pro buatan Data dari HFT yang diperoleh adalah nilai Q/A dalam . Untuk mendapatkan nilai tersebut maka dari HFT dibagi dengan nilai sensitivitas sensor. Nilai sensitivitas sensor HFT yang digunakan pada penelitian kali ini adalah 10,7 Semua data yang dikumpulkan dikirim ke komputer dengan menggunakan koneksi USB. Oleh komputer data ilkan dalam bentuk Grafik dan disimpan Proses pengujian dilakukan dengan memberikan C dan suhu tersebut dipertahankan selama 5 menit. Kemudian suhu ditingkatkan menjadi C selama 5 menit. Selama proses tersebut data terus direkam oleh komputer.

(berat yang diaplikasikan pada sistem alat) divariasi mulai dari 2 kg, 5 kg dan 20 kg untuk mengetahui pengaruh dari efek pembebanan pada sistem ihat pengaruh lingkungan

Skema pengembangan alat ukur konduktivitas.

PEMBAHASAN

Pada pengujian ini didapat hasil seperti pada Gambar Pada saat suhu dinaikkan dari 60oC ke 80oC dan dari C terdapat lonjakan pada nilai selisih suhu ). Lonjakan nilai ini terjadi karena lambatnya panas dari heater ke TC case. Selain itu nilai selisih suhu juga terus meningkat yang menandakan adanya panas yang hilang selama proses pengukuran.

PID

DA

Heatsink

(3)

192 Marga Asta Jaya Mulya / Studi Awal Pengembangan Alat Ukur Konduktivitas Termal Menggunakan Sensor Thermocouple dan Heat Flux

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014

ISSN : 0853-0823 Gambar 3. Grafik perubahan suhu pada uji beban 2 kg.

Gambar 4. Grafik perubahan k pada uji beban 2 kg.

Setelah semua data dimasukkan, maka didapat Gambar 4 dengan nilai k (konduktivitas termal) tertinggi sebesar 0,97 W/mK. Nilai ini berbeda sangat jauh jika dibandingkan dengan nilai yang diketahui dari konduktivitas termal suatu stainless steel 304 yang sebesar 16 W/mK.

B. Hasil Uji Kapton Tape

Pada pengujian ini alat ukur konduktivitas termal dibalut dengan selotip kapton (kapton tape) untuk melihat pengaruh dari lingkungan sekitar. Dalam hal ini mencegah panas keluar dari alat. Hasil pengukuran terdapat pada Gambar 5.

Pada Gambar 5, dapat diketahui bahwa selisih suhu ketika mencapai 80oC Grafik selisih suhu kembali mendekati nilai awal ketika suhu belum dinaikkan. Ini berarti hanya sedikit panas yang terbuang ke lingkungan.

Pada Gambar 6 didapat nilai k hasil perhitungan dari seluruh data yang diperoleh. Nilai k yang didapat secara umum lebih baik dari pengujian sebelumnya yaitu sekitar 1,07 W/mK. Hasil ini tetap jauh dari harapan mencapai 16 W/mK pada pengukuran K.

Gambar 5. Grafik perubahan suhu pada uji kapton tape.

Gambar 6. Grafik perubahan k pada uji kapton tape. C. Hasil Uji dengan Beban 5 kg

Pada pengujian ini, alat uji tidak dibalut dengan kapton tape tetapi nilai W pada Gambar 2 ditambah menjadi 5 kg.

Pada hasil pengukuran dengan beban 5 kg pada Gambar 7, menunjukkan bahwa nilai selisih suhu mulai berkurang bila diandingkan dengan 2 pengujian sebelumnya. Nilai selisih suhu pada 60oC rata-rata adalah sebesar 5,62oC. Pada suhu 80oC dan 100oC selisih suhunya adalah 21,1oC dan 34,07oC.

Gambar 7. Grafik perubahan suhu pada uji beban 5 kg.

(4)

dan Heat Flux

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014

ISSN : 0853-0823 Gambar 8. Grafik perubahan k pada uji beban 5 kg.

Nilai k yang diperoleh tertinggi sebesar 1,68 W/mK. Dan terus berkurang hingga 1,39 W/mK pada suhu sekitar 100oC. Nilai ini adalah nilai tertinggi dari semua pengujian yang dilakukan, nilai ini juga terus berkurang seiring penambahan suhu heater. Pengurangan nilai k yang terjadi disebabkan karena adanya panas yang keluar dari sistem alat ukur konduktivitas termal.

D. Hasil Uji dengan Beban 20 kg

Pada pengujian kali ini beban ditambah menjadi 20 kg. Hasil pengukuran terdapat pada Gambar 9.

Pada hasil pengukuran dengan beban 20 kg pada Gambar 9, menunjukkan bahwa nilai selisih suhu mulai berkurang bila diandingkan dengan pengujian 1 dan 2. Nilai selisih suhu pada 60oC rata-rata adalah sebesar 7,3oC. Pada suhu 80oC dan 100oC selisih suhunya adalah 21,6oC dan 33,57oC. Hasil ini hampir serupa dengan pengukuran dengan menggunakan beban 5 kg.

Hasil perhitungan k terdapat pada Gambar 10.

Gambar 9. Grafik perubahan suhu pada uji beban 20 kg.

Gambar 10. Grafik perubahan k pada uji beban 20 kg.

Nilai k yang diperoleh tertinggi sebesar 1,53 W/mK dan terus berkurang hingga 1,37 W/mK pada suhu sekitar 100oC. Nilai ini hampir sama dengan pengujian sebelumnya, pada pengujian ini nilai k mengalami pengurangan seiring penambahan suhu heater. Pengurangan nilai k yang terjadi disebabkan karena adanya panas yang keluar dari sistem alat ukur konduktivitas termal.

V. KESIMPULAN

Setelah melalui beberapa pengujian, dapat diperoleh hasil bahwa alat ukur yang dikembangkan telah mampu melakukan pengukuran konduktivitas termal. Nilai k tertinggi diperoleh pada pengujian dengan beban 5 kg yaitu sebesar 1,68 W/mK. Hasil ini masih sangat jauh dari harapan nilai k dari suatu stainless steel 304 sebesar 16 W/mK.

Rendahnya nilai k ini berhubungan dengan selisih suhu pada setiap pengujian. Semakin besar selisih suhu pada proses pengujian maka nilai k akan semakin rendah. Tingginya selisih suhu ini disebabkan karena panas dari heater yang keluar dari sistem. Diperlukan suatu sistem isolasi panas yang mampu mencegah panas keluar dari sistem.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada Pusat Penelitian Fisika LIPI atas segala fasilitas yang diberikan untuk proses penelitian ini dan Bapak Agus Sukarto Wismogroho atas bimbingannya.

PUSTAKA

[1] Anonim, Standard Test Method for Evaluating the

Resistance to Thermal Transmission of Materials by the

Guarded Heat Flow Meter Technique, ASTM

International, 1999.

[2] D. Halliday, R. Resnick, & J. Walker, Fundamentals of

Physics (5th ed.). John Wiley and Sons, New York, 1997. [3] www.en.wikipedia.org/wiki/thermal_conductivity diakses

pada 15 April 2014.

[4] W. Callister, Appendix B : Materials Science and

Engineering - An Introduction. John Wiley & Sons. p. 757, 2003.

[5] R. Gardon, An instrument for the direct measurement of intense thermal radiation, Rev. Sci. Instrum., 24, 366-370, 1953.

[6] T. E. Diller, Advances in Heat Transfer, Vol. 23, p.297-298, Academic Press, 1993.

(5)

194 Marga Asta Jaya Mulya / Studi Awal Pengembangan Alat Ukur Konduktivitas Termal Menggunakan Sensor Thermocouple dan Heat Flux

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014

ISSN : 0853-0823

[7] www.en.wikipedia.org/wiki/heat_flux_sensor diakses pada 15 April 2014.

TANYA JAWAB Dewita, BATAN

? Apakah sampel bersifat endoterm atau eksoterm? Jangan-jangan perbedaan suhu itu akibat sampel yang bersifat endoterm?

Marga Asta Jaya Mulya, LIPI

@ Sampel yang digunakan adalah stainless steel 304 yang memiliki nilai k = ±16 w/mk dan dari hasil pengukuran kami belum mencapai nilai itu. Penyempurnaan alat terus dilakukan dengan harapan terjadi perbaikan hasil pengukuran. Soal endoterm/eksoterm saya belum tahu apa efeknya terhadap pengukuran.

Gambar

Gambar 2. Skema pengembangan alat ukur konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 7. Grafik perubahan suhu pada uji beban 5 kg.
Gambar 8. Grafik perubahan k pada uji beban 5 kg.

Referensi

Dokumen terkait

• Bahwa saksi mengetahui pemohon dan termohon adalah suami istri yang telah menikah sekitar bulan Desember 2006 di Kabupaten Lombok Barat karena saksi turut

Permasalahan lain yang juga sering terjadi adalah adanya ketidaksesuaian jenis dan jumlah produk yang dikirim oleh pemasok dengan produk yang dipesan toko.. Namun, permasalahan

22) Bahwa, proses pemilukada Kabupaten Ponorogo tahun 2015, meskipun tidak sama persis kejadiannya seperti pemilukada Kota Waringin Barat, namun tingkat

Suatu metodologi penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang berupa angket yang didukung dengan wawancara untuk mengkaji persepsi mahasiswa tentang pentingnya

Plot tegangan vs arus seperti ini pada frekuensi tertentu diperlihatkan Gambar 3b. Jika sekelompok kapasitor  tiga fasa dihubungkan kepada terminal generator induksi,

Dan kita juga sudah mendefenisikan bahwakondisi Flat adalah kondisi ketika harga bergerak di antara lower dan upper BB SD 1, dankondisi Trending kita sebut jika harga bergerak di

Kondisi Kering diprakirakan terjadi di wilayah Kab./ Kota: Kapuas Hulu (Putussibau Kota), Melawi (Tanah Pinoh, Nanga Pinoh), Sanggau (Parindu), Sekadau (Sekadau Hilir), Sintang

Untuk dapat mengirimkan data multimedia dalam jaringan komputer diperlukan protokol yang mampu mendukung hal tersebut. Berikut adalah jenis-jenis protokol yang digunakan